Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Distribusi kasus cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia


produktif antara 15–44 tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki
dibandingkan dengan perempuan. Penyebab cedera kepala terbanyak adalah
akibat kecelakaan lalu lintas, disusul dengan jatuh (terutama pada anak-anak).
Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat
trauma. Karena itu, sudah saatnya seluruh fasilitas kesehatan yang ada,
khususnya Rumah Sakit sebagai layanan terdepan pelayanan kesehatan, dapat
melakukan penanganan yang optimal bagi penderita cedera kepala.
Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan. Di indonesia,
kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus.
Dari jumlah di atas, 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan
lebih dari 100.000 penderita menderita berbagai tingkat kecacatan akibat
cedera kepala tersebut. Di negara berkembang seperti Indonesia,
perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak frekuensi cedera
kepala cenderung semakin meningkat.
Trauma kepala merupakan kedaruratan neurologik yang memiliki akibat
yang kompleks, karena kepala merupakan pusat kehidupan seseorang. Di
dalam kepala terdapat otak yang mempengaruhi segala aktivitas manusia, bila
terjadi kerusakan akan mengganggu semua sistem tubuh. Penyebab trauma
kepala yang terbanyak adalah kecelakaan bermotor (50%), jatuh (21%) dan
cedera olahraga (10%). Angka kejadian trauma kepala yang dirawat di rumah
sakit di Indonesia merupakan penyebab kematian urutan kedua (4,37%) setelah
stroke, dan merupakan urutan kelima (2,18%) pada 10 pola penyakit terbanyak
yang dirawat di rumah sakit di Indonesia. (Depkes RI, 2007)
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan intertitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontiunitas otak ( Brunner&Suddarth, 2002).
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam
proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh. Secara normal elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara
ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh
ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan
hematologis.
Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas
oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang
memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita
penyakit akut dan mengalami kecelakaan sesuai dengan standar. Gawat darurat
adalah keadaan penderita yang memerlukan pemeriksaan medis segera.
Pelayanan gawat darurat merupakan penanggulangan penderita gawat darurat
yang bertujuan untuk mencegah kematian dan kecacatan dan memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal, bagi masyarakat dalam keadaan gawat
darurat (Kartikawati, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian, klien mengalami cedera kepala sedang post
kecelakaan lalu lintas, pada bagian kepala depan robek dan perdarahan,
terdapat luka bagian tangan kanan dan luka lecet bagian kaki klien, kemudian
klien langsung dibawa ke IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul untuk
mendapatkan pertolongan.
Klien mengalami penurunan kesadaran dengan nilai GCS (Glow Coma
Scale) = 10 (E4V2M4), dari hasil pengkajian GCS tersebut maka klien termasuk
dalam kategori cedera kepala sedang. Klien hanya bisa mengerang kesakitan
karena luka pada bagian kepalanya. Panjang luka ± 5 cm, kedalaman ± 1 cm,
tampak darah selalu keluar dari area luka. Tidak tampak tanda kemerahan
disekitar luka, tidak terdapat edema pada daerah sekitar luka, tidak tampak
sianosis, jaringan kulit tampak terbuka dengan lebar ± 1 cm. Pusing dan nyeri
dirasakan secara terus menerus oleh klien. Tanda-tanda vital klien, yaitu TD:
160/110 mmHg, N: 90 x/menit, RR: 20x/menit suhu: 36,6 oC serta SPO2 klien
98%.

B. Tujuan
1. Mengetahui kesahihan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
pengaruh terapi O2 menggunakan NRM terhadap tekanan parsial CO2 darah
pada pasien CKS.
2. Mengetahui apakah penelitian pengaruh terapi O2 menggunakan NRM
terhadap tekanan parsial CO2 darah pada pasien CKS dapat diterapkan pada
klien CKS di RS.
BAB II
JURNAL

Jurnal utama:

Pengaruh Terapi O2 Menggunakan Non Rebreathing Mask Terhadap Tekanan


Parsial CO2 Darah Pada Pasien Cedera Kepala Sedang

Jurnal pembanding:

Hubungan Nilai Oxygen Delivery Dengan Outcome Rawatan Pasien Cedera


Kepala Sedang

TERLAMPIR
BAB III
RESUME JURNAL
A. Analisis Jurnal:
1. Cara mencari jurnal
Langhkah-langkah yang dilakukan dalam mencari jurnal, antara lain:
1. Membuka situs www. Google.com
2. Membuka website google scholar kemudian menelusuri menggunakan
keyword “journal penatalaksanaan cedera kepala sedang”.
3. Membuka salah satu judul jurnal yang sesuai yang dipublikasikan dalam
5 tahun terakhir.
4. Mendownload jurnal publikasi dalam bentuk PDF
B. Uraian jurnal:
1. Judul jurnal
Pengaruh terapi oksigen menggunakan non rebreathing mask terhadap
tekanan parsial CO2 darah pada pasien cedera kepala sedang
2. Nama penulis
Hendrizal, Syaiful Saanin dan Hafni Bachtiar
3. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui apakah peningkatan konsentrasi oksigen dalam Non-
Rebreathing Mask (NRM) akan menurunkan tekanan parsial CO2
4. Waktu dan tempat
Penelitian dilakakukan di RS Dr. M. Djamil Padang, bertempat di IGD
dan ruang HCU (High Care Unit) bedah. Mulai dari tanggal 15
November 2012 sampai 2 Januari 2013
5. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Clinical Trial dengan rancangan
penelitian one shoot pretest and posttest dengan menggunakan uji
Paired t- Test.
6. Hasil penelitian
a. Nilai pH darah setelah terapi oksigen menggunakan Non-
rebreathing mask sebagian besar dalam batas normal.
b. Nilai pCO2 darah setelah terapi oksigen menggunakan Non-
rebreathing mask sebagan besar dibawah normal.
c. Terjadi penurunaan pCO2 darah pada terapi oksigen menggunakan
Non-rebreathing mask.
C. Analisa jurnal
1. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua pasien cedera kepal amurni GCS 9-13
yang datang berobat ke IGD RS Dr. M. Djamil Padang. Sampel
penelitian adalah pasien cedera kepala Murni GCS 9-13. Pengambilan
sampel menggunakan non-probability sampling dengan teknik
consecutive sampling karena populasi penelitian tidak bisa dihitung
(infinite). Pada penelitian eksperimental jumlah sampel adalah 16 pasien.
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian terhadap 16 sampel pasien cedera kepala sedang
pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013 yang masuk IGD RS. Dr.
M. Djamil Padang didapatkan nilai rata-rata pCO2 sebelum dan sesudah
terapi oksigen menggunakan non-rebreathing mask yaitu 32,06 ± 6,35 dan
39,00 ± 3,74. Nilai pH darah setelah pemberian terapi ini 75% berada pada
nilai normal.
Dari hasil paired t test didapat hubungan bermakna pCO2. sebelum dan
sesudah pemberian terapi oksigen NRM terjadi penurunan nilai pCO2
setelah pemberian terapi. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
Hipotesis penelitian dapat diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori tekanan gas campuran menurut
“John Dalton”, bahwa tingginya fraksi inspirasi O2 akan meningkatkan
tekanan parsial gas tersebut yang dapat menurunkan tekanan parsial CO2
dalam NRM. Menurut “Guyton A”. tekanan parsial oksigen dalam alveoli
adalah 104 mmHg (13,6%) dari tekanan total gas campuran, sedangkan
karbondioksida 27 mmHg.
Terapi oksigen mengunakan NRM dapat meningkatkan fraksi
inspirasi oksigen lebih dari 90% sehingga pengaruh penggunaan NRM ini
juga akan menurunkan tekanan parsial gas dalam alveoli. Tingginya pO2
dalam alveoli juga menimbulkan efek Halden dimana tekanan parsial
oksigen yang tinggi akan meningkatkan pelepasan ikatan CO2 dengan
haemoglobin dalam darah. Akibat lanjut adalah kecepatan difusi gas dari
darah ke alveoli meningkat akibat perbedaan tekanan parsial karbondioksida
lebih besar.
Dari gambaran pH darah dapat dilihat bahwa 75% berada pada batas
normal setelah dilakukan terapi oksigen dengan NRM, sesuai dengan
“GuytonnA” bahwa penurunan pCO2 akan menurunkan pH darah, tetapi
tubuh mempunyai system buffer yang akan mengatur pH dalam batas
normal.
BAB IV
ANALISA JURNAL

A. Kondisi Riil di Klinis Atau di Lapangan


Klien datang di IGD dengan penurunan kesadaran dengan nilai GCS (Glow
Coma Scale) = 10 (E4V2M4), dari hasil pengkajian GCS tersebut maka klien
termasuk dalam kategori cedera kepala sedang. Klien hanya bisa mengerang
kesakitan karena luka pada bagian kepalanya. Panjang luka ± 5 cm, kedalaman
± 1 cm, tampak darah selalu keluar dari area luka. Tidak tampak tanda
kemerahan disekitar luka, tidak terdapat edema pada daerah sekitar luka, tidak
tampak sianosis, jaringan kulit tampak terbuka dengan lebar ± 1 cm. Pusing dan
nyeri dirasakan secara terus menerus oleh klien. Tanda-tanda vital klien, yaitu
TD: 160/110 mmHg, N: 90 x/menit, RR: 20x/menit suhu: 36,6 oC serta SPO2
klien 98%.
B. Perbandingan Jurnal dengan Penelitian Lain (Metode, Tempat) Terkait
Kasus
ANALISA JURNAL PENELITIAN JURNAL PEMBANDING
Judul Pengaruh terapi oksigen Hubugan nilai oxygen delivery
Penelitian menggunakan non rebreathing dengan outcome rawatan
mask terhadap tekanan parsial pasien Cedera kepala Sedang
CO2 darah pada pasien cedera
kepala sedang
Nama Hendrizal, Syaiful Saanin dan dr. safrizal, dr. H. saiful saanin
Peneliti Hafni Bachtiar dan Dr. dr. hafni bachtiar.
Waktu dan Penelitian dilakakukan di RS Dr. Penelitian ini dilakukan di
Tempat M. Djamil Padang, bertempat di Instalasi Gawat Darurat dan
Penelitian IGD dan ruang HCU (High Care ruang rawatan bagian bedah
Unit) bedah. Mulai dari tanggal 15 RSUP Dr. M. Djamil Padang
November 2012 sampai 2 Januari mulai pada bulan Maret – Mei
2013 2013.
Metode Penelitian ini merupakan Penelitian ini merupakan
Penelitian penelitian Clinical Trial dengan penelitian Observasional
rancangan penelitian one shoot dengan rancangan cross
pretest and post test dengan secional
menggunakan uji Paired t- Test.
Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu Populasi penelitian ini yaitu
dan sampel semua pasien cedera kepal amurni semua pasien cedera kepala
Penelitian GCS 9-13 yang datang berobat ke murni dengan GCS 9 – 13
IGD RS Dr. M. Djamil Padang. yang masuk di IGD.
Sampel dalam penelitian ini yaitu Pengambilan sampel
sebanyak 16. menggunakan non
probabilitysampling dengan
jumlah sampel 35orang.
Perbedaan Waktu, tempat, populasi, sampel,variabel bebasa dan yang
digunakan.

C. Perbandingan dengan Teori yang Sudah Ada di Teksbook Terkait Kasus


Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya
trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari
trauma yang terjadi. (Daniell Jane Charette, 2011),
Cedera kepala sedang bila GCS 9-12, kehilangan kesadaran atau terjadi
amnesia lebih dari 24 jam bahkan sampai berhari-hari. Resiko utama pasien yang
mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau
pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan
TIK. (Thomas F Nelson, Jr M. D 2009).
Skor Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan sebagai pengukuran klinis
yang objektif atas berat ringannya cedera kepala. Pasien-pasien yang dapat
membuka matanya spontan, menuruti perintah dan berorientasi baik memiliki nilai
GCS total 15, sedangkan pasien-pasien yang ekstremitasnya flaksid dan tidak dapat
membuka mata dan berbicara memiliki nilai GCS
Konsentrasi oksigen dalam udara 20,93% dengan tekanan udara 760
mmHg. Tetapi ketika udara dilembabkan di paru-paru tekanan parsial uap air adalah
47 mmHg. Dari angka angka tersebut didapatkan tekanan parsial O2 dalam paru-
paru adalah (760-47) x 20,93% = 149 mmHg. Tekanan O2 dalam alveolus jauh
lebih rendah dari udara inspirasi, karena dalam perjalanan udara inspirasi masuk ke
alveolus. Sebagian O2 diserap dan diganti oleh CO2, sehingga ketika mencapai
alveolus, tekanan parsial O2 hilang sepertiganya, PO2 alveolus sekitar 100 mmHg.
PO2 alveolus adalah 100 mmHg, sedangkan PO2 darah dalam pembuluh
kapiler paru 40 mmHg. Perbedaan tekanan sebanyak 60 mmHg menyebabkan
kecepatan difusi cukup tinggi dan mendifusikan O2 melalui membrane ke dalam
darah yang mengalir cukup cepat pula, dan kondisi ini akan menaikkan PaO2
sampai 97 mmHg.
Non Rebreathing Mask (NRM) merupakan suatu alat yang digunakan untuk
terapi oksigen dengan prinsip kerja aliran udar ekspirasi dan inpirasi dari alat hanya
mengalir satu arah keluar saat ekspirasi. Saat inspirasi udara luar tidak dapat masuk
ke dalam alat sedangkan saat ekspirasi udara CO2 yang tinggi dapat dibuang. Aliran
oksigen yang dapat diberikan menggunakan alat ini adalah 10-15 L/menit, dengan
konsentrasi FiO2 yang mampu dicapai sebanyak 80-95%. Hal ini memungkinkan
karena pada NRM terdapat kantong reservoar yang mampu menampung oksigen.
Pada alat ini juga terdapat katup yang menghalangi bercampurnya aliran oksigen
dengan udara lingkungan dan ekspirasi, sehingga memungkinkan untuk pemberian
aliran oksigen yang lebih tinggi.

D. Kesenjangan Keperawatan
1. Pemberian terapi oksigen nasal
Pemberian terapi oksigen dengan menggunakan nasal kanul membutuhkan
alat yang lebih sederhana dan dapat memberikan O2 sama24 – 44% dan
kecepatan aliran sama. Keuntugan dari pemberian oksigen ini yaitu lebih
stabil dengan laju nafas dan volume tidak normal, mudah diberikan, nyaman
bagi pasien, dan lebih bebas dalam makan dan minum. Sedangkan untuk
kerugiannya tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplay
oksigen berkurang jika pasien bernafas melalui mulut, serta mudah lepas.
2. Pemberian terapi non rebreathing mask
Pemberian terapi oksigen dengan menggunakan sungkup muka non
rebreathing mampu memberikan konsentrasi O2 sampai 99% dengan aliran
sama dengan rebreathing. Keuntungannya yaitu memberikan konsentrasi
hamper mencapai 100% karena adanya katup satu arah antara kantong dan
sungkup sehingga dalam kantong terisi O2 dengan konsentrasi yang tinggi.
Kerugiannya yaitu kantong bisa terlipat sehingga aliran O2 tidak lancar.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Penggunaan terapi oksigen nasal kanul dan NRM sama – sama efektif akan
tetapi menggunakan nasal kanul membutuhkan alat yang lebih sederhana dan
dapat memberikan O2 sama 24 – 44% dan kecepatan aliran sama. Pemberian
terapi oksigen dengan menggunakan sungkup muka non rebreathing mampu
memberikan konsentrasi O2 sampai 99% dengan aliran sama dengan
rebreathing.
B. SARAN
Diharapkana di IGD dapat mencoba menerapkan pemberian terapi oksigen
menggunakan Non Breathing Mask (NRM) pada kasus cedera kepala sedang.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Daniell Jane Charette (2011), Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa Imade
Kariasa, Jakarta: EGC
Hendrizal, saanin S dan bachtiar H. (2014) Pengaruh Terapi Oksigen Menggunakan Non-
Rebreathing Mask Terhadap Tekanan Parsial CO2 Darah pada Pasien Cedera Kepala
Sedang. Jurnal kesehatan andalas 2014:3 (1).
Kartikawati, 2012. Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Salemba
Medika
Mark S. Greenberg; (2006) Handbook Of Neurosurgery Sixth Edition. New York: ThiemeMedical
Publisher
Safrizal, saanin, S, dan bachtiar, H. (2014) Hubugan nilai oxygen delivery dengan outcome rawatan
pasien Cedera kepala Sedang.penerbit tidak dicantumkan.
Thomas F Nelson, Jr M. D (2009), Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr. Brahnu
V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai