Telaah Jurnal
Disusun Oleh
Kelompok V’17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama
akan menjadi penyebab penyakit dan trauma ketiga terbanyak di dunia (Maas
et al., 2008; Nurfaise, 2012). Amerika diestimasi 5,3 juta warga negaranya
hidup dengan cedera otak dan dihadapkan pada tantangan untuk dapat sembuh
Coma Scale(GCS). Setiap tahun di Inggris diestimasi 1,4 juta pasien dengan
tahunnya
Jumlah ini merupakan sepertiga dari total kematian akibat kejadian cedera
gejala somatik, kognitif, dan psikososial yang tidak ringan. Disabilitas yang
cedera kepala (Aghakhani et al., 2013). Salah satu gejala yang paling sering
dilaporkan pasca cedera kepala adalah nyeri kepala. Nyeri kepala ini
merupakan salah satu keluhan somatik yang sering muncul berkaitan dengan
kepala pasca cedera kepala mencapai tujuh puluh satu persen (Hoffman et al.,
2011). Nyeri kepala sering terjadi pada tahun pertama setelah cedera. Lew et
al., (2006) melaporkan bahwa 18%-22% PTH berakhir selama lebih dari 1
tahun. Keluhan nyeri kepala yang kerap timbul pasca cedera kepala perlu
pasien cedera kepala tidak hanya ditangani cedera kepalanya tetapi juga
hubungan antara nyeri kepala pasca cedera kepala dengan cedera kepala.
A. Rumusan Masalah
coma scale pada pasien cedera kepala di ruang neurosurgical critical care unit
2. Bagaimana isi dari jurnal Pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai glaslow
coma scale pada pasien cedera kepala di ruang neurosurgical critical care unit
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
pengarh stimulasi sensori terhadap nilai glaslow coma scale pada pasien
profesionalitas keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui penulisan jurnal “Pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai
terhadap nilai glaslow coma scale pada pasien cedera kepala di ruang
BANDUNG”.
C. Manfaat Penulisan
glaslow coma scale pada pasien cedera kepala di ruang neurosurgical critical care
1. Bagi Mahasiswa
sehingga dapat memberikan stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien
2. Bagi Perawat
terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala berdasarkan prosedur yang
3. Bagi Ruangan
Sebagai bahan pertimbangan dalam memperbarui SOP baru tentang
stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala yang sesuai
A. Judul Jurnal
Setiap jurnal harus memiliki judul yang jelas. Dengan membaca judul
keseluruhan dari jurnal tersebut. Judul tidak boleh memiliki makna ganda.
Kelebihan jurnal
kepala. Dari membaca judul pada jurnal ini, kita dapat mengetahui bahwa
jurnal ini membahas tentang apa saja hal terbaru tentang memberikan
b. Pada jurnal ini nama penulis juga sudah ditulis dengan singkat tanpa
adanya gelar.
Kekurangan jurnal
Pada jurnal ini judul terdiri dari 21 kata dimana syarat judul jurnal adalah
B. Abstrak
Abstrak sebuah jurnal berfungsi untuk menjelaskan secara singkat tentang
keseluruhan isi jurnal. Penulisan sebuah abstrak terdiri dari sekitar 250 kata yang
Kelebihan jurnal
sebanyak 237 kata dan abstrak berbahasa Indonesia dengan jumlah kata
b. Abstrak pada jurnal ini sudah baik dan berurutan yang terdiri dari latar
Kelemahan jurnal
Pendahuluan terdiri dari 4-5 paragraf, dimana dalam setiap paragraf terdiri dari
4-5 kalimat.
Kelebihan jurnal
a. Pendahuluan pada jurnal ini sudah baik memiliki 3 paragraf.
Kelemahan jurnal
Dalam jurnal ini tidak terdapat pernyataan masalah yang jelas, tetapi
dimuat pernyataan bahwa dampak dari penelitian ini adalah diharapkan stimulasi
E. Tinjauan Pustaka
Jurnal ini mencantumkan kajian literatur sebagai tinjauan pustaka, dimana
didalam kajian literatur ini sudah dijelaskan sedikit tentang intervensi yang dapat
diberikan kepada pasien dengan cidera kepala melalui tindakan non farmakologi
Dalam penulisan ini, tidak tercantum kerangka konsep dan hipotesisi, hal
G. Metodologi
Kekurangan jurnal
Pada jurnal ini tidak ditampilkan periode waktu dan prosedur, analisa,
H. Hasil
Hasil pada jurnal ini membahas tentang perubahan nilai GCS pada pasien
cidera kepala sebelum dan setelah, baik pada kelompok kontrol maupun pada
kelompok perlakuan.
Kelebihan jurnal:
berdasarkan penelitian.
kepala.
I. Pembahasan
Pada telaah jurnal ini, topik yang dibahas adalah mengenai rekomendasi
tentang pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien Cedera
Kepala.
Kelebihan jurnal
Kekurangan Jurnal
meningkatkan nilai GCS pasien cedera kepala, apakah itu dilakukan pada
ALOS dan pencapaian cost yang efektif dan menjadi pertimbangan dalam
sensori dan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti dan mengukur keefektifan
masing-masing jenis stimulasi sensori terhadapat nilai GCS yang dapat diukur
memberikan rangsangan pada sistem RAS dan area kortek otak, ia juga
otak akibat iskemi. Oleh karena itu stimulasi sensori dapat dijadikan sebagai
pemulihan pasien cedera kepala yang ditandai dengan kenaikan nilai GCS.
Kelebihan jurnal
rekomendasi terbaru, praktis dan pedoman bagi pasien dan tenaga profesional
diseluruh dunia. Pada jurnal ini menjelaskan bahwa rekomendasi terbaru ini
bermanfaat bagi perawat dan pendidik. Pada jurnal ini juga membahas tentang
kepala.
BAB III
A. Cedera Kepala
1. Defenisi
Cedera kepala (Head Injury) adalah jejas atau trauma yang terjadi pada
Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi diantara
otak, tengkorak ataupun kulit kepala saja. (Brunner & Suddart, 1987: 2210).
Jadi, cedera kepala (head Injury) atau trauma atau jejas yang terjadi pada
kepala bisa oleh mekanik ataupun non-mekanik yang meliputi kulit kepala,
otak ataupun tengkorak saja dan merupakan penyakit neurologis yang paling
sering terjadi, biasanya dikarenakan oleh kecelakaan (lalu lintas). atau Ada
2. Patofisiologi
lesi media)
stem)
5. Kerusakan otak primer berupa cedera pada akson yang bisa merupakan
6. Kerusakan otak sekunder akibat proses desak ruang yang meninggi dan
3. Etiologi
4.Manifestasi Klinik
berfikir kompleks
TIK.
5.Pemeriksaan Diagnostik
struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen
tulang).
batang otak.
pada otak.
10. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau
6. Komplikasi
sinus frontal atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang
temporal.
2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama
7. Penatalaksaan Medik
cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti
hipotesis atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000).
Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala
(Turner, 2000).
3. Berikan oksigenasi.
6. Atasi shock
B. Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka
mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
C. Jurnal
1. Anatomi
1) Kepala
Dalam anatomi, kepala adalah bagian rostral (menurut istilah lokasi anatomi)
yang biasanya terdiri dari otak, mata, telinga, hidung, dan mulut(yang
pasang sayap.
Selain kedua tulang tersebut diatas dasar tengkorak dibentuk pula oleh
tulang-tulang lain seperti : tulang kepala belakang, tulang dahi dan tulang
pelipis.
Tulang ubun-ubun
Tulang baji.
anterior view
Lateral view
Os. Cranium tersusun atas:
1 tulang dahi (os.frontale) 2 tulang baji (os.sphenoidale)
2) Sutura
Tulang-tulang tengkorak kepala dihubungkan satu sama lain oleh tulang
bergerigi yang disebut sutura. Sutura-sutura tersebut adalah :
a. Sutura coronalis yang menghubungkan antara os frontal dan os parietal.
b. Sutura sagitalis yang menghubungkan antara os parietal kiri dan kanan.
c. Sutura lambdoidea/ lambdoidalis yang menghubungkan antara os parietal
dan os occipital.
3) Otot kepala
Otot bagian ini dibagi menjadi 5 bagian:
a. Otot pundak kepala, funsinya sebagian kecil membentuk gales
aponeurotika disebut juga muskulus oksipitifrontalis, dibagi menajdi 2
bagian:
Muskulus frontalis, funsinya mengerutkan dahi dan menarik dahi
mata.
Oksipitalis terletak di bagian belakang, fungsinya menarik kulit ke
belakang.
b. Otot wajah terbagi atas:
Otot mata (muskulus rektus okuli) dan otot bola mata sebanyak 4
buah.
Muskulus oblikus okuli/otot bola mata sebanyak 2 buah,
fungsinya memutar mata.
Muskulus orbikularis okuli/otot lingkar mata terdapat di sekliling
mata, funsinya sebagai penutup mata atau otot sfingter mata.
Muskulus levator palpebra superior terdapat pada kelopak mata.
Fungsinya menarik, mengangkat kelopak mata atas pada waktu
membuka mata.
c. Otot mulut bibir dan pipi, terbagi atas:
Muskulus triangularis dan muskulus orbikularis oris/otot sudut
mulut, fungsinya menarik sudut mulut ke bawah.
Muskulus quadratus labii superior, otot bibir atas mempunyai
origo penggir lekuk mata menuju bibir atas dan hidung.
Muskulus quadratus labii inferior, terdapat pada dagu merupakan
kelanjutan pada otot leher. Fungsinya menarik bibir ke bawah atau
membentuk mimik muka ke bawah.
Muskulus buksinator, membentuk dinding samping rongga mulut.
Origo pada taju mandibula dan insersi muskulus orbikularis oris.
Fungsinya untuk menahan makanan waktu mengunyah..
Muskulus zigomatikus/otot pipi, fungsinya untuk mengangkat
dagu mulut ke atas waktu senyum.
d. Otot pengunyah/otot yang bekerja waktu mengunyah, terbagi atas:
Muskulus maseter, fungsinya mengangkat rahang bawah pada
waktu mulut terbuka.
Muskulus temporalis fungsinya menarik rahang bawah ke atas dan
ke belakang.
Muskulus pterigoid internus dan eksternus, fungsinya menarik
rahang bawah ke depan.
e. Otot lidah sangat berguna dalam membantu pancaindra untuk
mengunyah, terbagi atas:
Muskulus genioglosus, fungsinya mendorong lidah ke depan.
Muskulus stiloglosus, fungsinya menarik lidah ke atas dan ke
belakang.
2. Fisilogi
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial,
cairan secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang
dewasa dalam posisi terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari
lumbal pungsi yaitu 4 – 10 mmHg. Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi
otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia.Prognosis yang buruk
terjadi pada penderita dengan TIK lebih dari 20 mmHg, terutama bila
menetap. Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat
terus bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran
CSS dan darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara
cepat akan meningkat. Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang
dinamika TIK.Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus
selalu konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie. Otak
memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari
cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran
darah otak (ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml
per 100 gram jaringan otak per menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar
tergantung pada usainya. ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama
sejak cedera pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan meningkat
dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap koma ADO tetap
di bawah normal sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera.
Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada level 60-70
mmHg sangat rirekomendasikan untuk meningkatkan ADO.
BAB IV
A. Kesimpulan
Scale Pada Pasien Penderita Cedera Kepala Diruang Neurosurgical Critical Care
Unit RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung” ini menjelaskan bahwa Stimulasi sensori
dalam proses pemulihan pasien cedera kepala. Kontribusi stimulasi sensori dalam
efek samping yang ditimbulkannya. Memberikan rangsangan pada sistem RAS dan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
pendidikan klinik, serta mencari ilmu yang lainnya terkait dengan ketentuan
3. Bagi Ruangan
dengan jurnal ini atau sesuai dengan perkembangan ilmu kesehatan yang
vol 2. No 2.
Jakarta:EGC
97(4):
35.
Markam, Atmaja, & Budijanto. 1999. Cedera Tertutup Kepala. Jakarta: FKUI.
Salemba Medika.
Purnama,I.. 2011. Pengaruh acupressure terhadap nilai GCS pada pasien cedera
UNPAD
Olfactory
Receptor Proteins in Axonal Processes of Chemosensory Neurons. The
Journal
Sensory
655–661.