Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan notasi sigma sebagai penyederhanaan bentuk penjumlahan yang panjang sangat

menghemat waktu dan tenaga. Sebagai dasar untuk penulisan deret maka penggunaan notasi

sigma beserta sifat-sifatnya menjadi sangat penting untuk dipelajari.

Barisan dan deret yang disajikan meliputi pengertian tentang barisan dan deret, barisan dan

deret aritmetika serta barisan dan deret geometri. Perhitungan bunga bank, penyusutan nilai

barang, merupakan salah satu contoh penerapan dari barisan dan deret dalam bidang

ekonomi.

Tidak ketinggalan pula dibahas tentang konsep awal notasi sigma, barisan dan deret untuk

mengingatkan kembali bahwa matematika berkembang dari hal-hal sederhana yang

kemudian berlanjut ke hal-hal yang lebih kompleks.

B. Tujuan

Bahan ajar ini disusun dengan tujuan untuk mengingatkan kembali guru tentang materi dasar

dalam pembelajaran Notasi Sigma, Barisan dan Deret Bilangan. Bahan ajar ini nmerupakan

bahan acuan dalam diklat berjenjang tingkat dasar untuk guru-guru SMK NON TEKNIK.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi yang dibahas dalam bahan ajar ini adalah:

1. Notasi Sigma dan sifatsifatnya.

1
a. Konsep Notasi Sigma

b. Sifatsifat Notasi Sigma

2. Barisan dan Deret

a. Pengertian Barisan dan Deret

b. Barisan dan Deret Aritmetika

c. Barisan dan Deret Geometri

2
BAB II

PEMBAHASAN

Barisan dan Deret Bilangan

1. Pengertian Barisan

Perhatikan gambar dan urutan bilangan di bawah,

 Banyak lingkaran pada pola di bawah.

1, 3, 6, 10, 15, … ………………. (2)

 Urutan bilangan pada kolom ke-3 kalender.

2, 22, 9, 16, 23, 30 ………………. (3)


 Banyak bujursangkar satuan pada urutan gambar berikut.

1, 4, 9, 16, 25, … ………..………(4)

3
Urutan bilangan-bilangan pada (2), (3) dan (4) masing-masing mempunyai aturan

tertentu. Urutan bilangan yang mempunyai aturan tertentu disebut barisan bilangan.

Setiap bilangan pembentuk barisan disebut suku barisan. Dalam barisan secara umum

suku pertama dinyatakan dengan U1, suku ke-2 dinyatakan dengan U2, suku ke-3

dinyatakan dengan U3 dan seterusnya sehingga suku ke-n dinyatakan dengan Un.

Sebagai contoh pada barisan (2), U1 = 1, U2 = 3, U3 = 6, U4 = 10, dan seterusnya.

Barisan biasanya didefinisikan sebagai suatu fungsi yang mempunyai domain (daerah

asal) bilangan asli. Pada barisan (2), fungsi untuk menyatakan suku ke-n barisan

n(n  1)
tersebut adalah Un  dengan n  { 1, 2, 3, 4, 5, … }. Pendefinisian
2

seperti ini dinamakan dengan definisi eksplisit.

Cara lain untuk mendefinisikan barisan bilangan adalah dengan definisi rekursif.

Contoh: diberikan barisan bilangan dengan definisi rekursif sebagai berikut,

U1 = 3

Un = 2Un-1 + 1, n>1

Suku-suku berikutnya dapat dicari dengan cara :

U2 = 2.U1 + 1 = 2.3 + 1 = 7

U3 = 2.U2 + 1 = 2.7 + 1 = 15

U4 = 2.U3 + 1 = 2.15 + 1 = 31

dan seterusnya.

Sebuah definisi rekursif memuat dua bagian, pertama adalah kondisi awal untuk

memulai barisan dan yang kedua adalah sebuah persamaan rekursif (rumus rekursif)

4
untuk menentukan hubungan antara setiap suku barisan dengan suku berikutnya.

Definisi rekursif ini banyak dipakai dalam aplikasi-aplikasi komputer.

2. Menentukan Rumus Suku ke-n Suatu Barisan

Jika suatu barisan diberikan beberapa suku pertama, kadang-kadang bisa ditentukan

rumus untuk suku ke-n.

Contoh :

Tentukan rumus suku ke-n barisan berikut

a. 1, 3, 5, 7, …

b. 3, 9, 27, 81, …

Jawab :

a. U1 = 1 = 2.1  1 b. U1 = 3 = 31

U2 = 3 = 2.2  1 U2 = 9 = 32

U3 = 5 = 2.3  1 U3 = 27 = 33

U4 = 7 = 2.4  1 U4 = 81 = 34

….. …..

Un = 2.n  1 U n = 3n

Perlu diperhatikan juga bahwa jawaban rumus suku ke-n tidak selalu tunggal, sebagai

contoh barisan berikut.

2, 4, 8, …

Terlihat sekilas bahwa rumus suku ke-n barisan di atas adalah U n = 2n. Akan tetapi

ternyata rumus Un = n2 – n + 2, juga sesuai untuk barisan diatas.

5
Tidak semua barisan dapat ditentukan rumus untuk suku ke-n. Sebagai contoh adalah

barisan bilangan prima. Bilangan prima ke 100 bisa dicari, tetapi tidak ada rumus umum

untuk menghasilkan bilangan prima ke-n.

Latihan 3

1. Carilah 4 suku pertama dan suku ke sepuluh dari barisan bilangan dengan rumus

umum berikut.

n
a. Un  3n + 1 d. Un 
n 1

( 1)n
b. Un  e. Un    
1 n 1
2
n

c. Un  (n – 1)(n – 2)(n – 3)

2. Untuk setiap barisan bilangan berikut tentukan rumus untuk suku ken.

a. 2, 4, 6, 8, 10, …

b. 1, 2, 3, 4, 5, …

c. 2, 1, 4, 7, 10, …

x2 x3 x4
d. x, , , , ...
2 3 4

e. 15, 5, 5, 15, …

f. 1, 2, 4, 8, 16, …

g. 4, 2 2, 2, 2, 1, ...

h. 2, 4, 8, 16, …

i. 2, 6, 12, 20, …

3. Carilah lima suku pertama dari barisan dengan definisi rekursif berikut.

6
a. U1  2

Un  3(Un-1 – 1), untuk n > 1

b. U1  3

Un  ( 1)n  (2Un1  2) , untuk n > 1

4. Carilah definisi rekursif untuk barisan bilangan berikut.

a. 9, 13, 17, 21, …

b. 1, 3, 7, 15, 31, …

c. 81, 27, 9, 3, …

d. 1, 3, 6, 10, 15, 21, …

3. Deret Bilangan

Konsep tentang deret bilangan telah dikenal sejak abad ke-5 sebelum Masehi yang

dikenal dengan nama paradoks Zeno. Dalam paradoks tersebut dikisahkan Achilles

berpacu dengan kura-kura. Karena kecepatan Achilles 12 kali kecepatan kura-kura maka

waktu start kura-kura diletakkan di depan Achilles sejauh 1 stadion (suatu ukuran jarak

pada masa itu, kira-kira 200 yard). Untuk dapat melampaui kura-kura maka Achilles

harus menempuh jarak 1 stadion terlebih dahulu (tempat kura-kura semula). Pada saat

1
yang bersamaan kura-kura telah merangkak maju sejauh 12 stadion. Saat Achilles

1 1
menempuh jarak 12 stadion, kura-kura telah bergerak maju 12 2
stadion. Berikutnya

1 1
saat Achilles menempuh jarak 12 2
stadion, kura-kura telah bergerak maju sejauh 12 3

stadion. Begitu seterusnya proses ini berulang-ulang sampai tak hingga sehingga

disimpulkan bahwa Achilles tidak mungkin melampaui kura-kura.

7
Kalau dituliskan maka jarak yang ditempuh oleh Achilles adalah

1 1 1
1+ 12 + 12 2
+ 12 3
+… …………………… (5)

1
Tanda titik-titik ini menunjukkan bahwa pola tersebut berulang untuk setiap bentuk
12 k

1
selalu diikuti oleh bentuk .
12 k 1

Bentuk penjumlahan pada (5) dalam matematika dikenal sebagai deret bilangan atau

dengan kata lain deret bilangan adalah penjumlahan dari barisan bilangan.

Jika Sn melambangkan jumlah dari n suku pertama suatu barisan bilangan maka S n

dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu :

- Definisi eksplisit untuk Sn : Sn = U1 + U2 + U3 + … + Un

- Definisi rekursif untuk Sn S1 = U 1

Sn = Sn-1 + Un untuk n > 1

Dari sini diperoleh hubungan Un  Sn  Sn1 untuk n > 1

Contoh:

1. Jumlah n suku pertama suatu deret adalah Sn  2n  1, tentukan U1, U2, U3, U4 dan

U5.

Jawab:

U1  S1  21  1 211

U2  S2S1  (22  1)  (21  1)  3  1  2

U3  S3  S2  (23  1)  (22  1)  7  3  4

8
U4  S4  S3  (24  1)  (23  1)  15  7  8

U5  S5  S4  (25  1)  (24  1)  31  15  16

2. Hitung jumlah 5 suku pertama dari setiap deret bilangan jika diketahui rumus suku

ken berikut.

a. Un  2n + 3

b. Un  n2 + 2

c. Un  log 10n

Jawab:

a. S5  (2.1 + 3) + (2.2 + 3) + (2.3 + 3) + (2.4 + 3) + (2.5 + 3)

 5 + 7 + 9 + 11 + 13  45

b. S5  (12 + 2) + (22 + 2) + (32 + 2) + (42 + 2) + (52 + 2)

 3 + 6 + 11 + 18 + 27  65

c. S5  log 101 + log 102 + log 103 + log 104 + log 105

 1 + 2 + 3 + 4 + 5  15

Cara lain untuk menentukan jumlah n suku pertama deret adalah dengan mencari pola

dari barisan S1, S2, S3, S4, …, Sn. Sebagai contoh pada contoh 2a di atas,

S1  5 5  1.5  1.(1 + 4)

S2  5 + 7  12  2.6  2.(2 + 4)

S3  5 + 7 + 9  21  3.7  3.(3 + 4)

S4  5 + 7 + 9 + 11  32  4.8  4.(4 + 4)

….

9
Sn  n(n+4)

Latihan 4

1. Tentukan bentuk umum jumlah n suku pertama dari setiap deret bilangan berikut.

a. 1 + 3 + 9 + 27 + 81 + …

b. 4 + 8 + 16 + 32 + …

c. – 5 – 3 – 1 + 1 + 3 + …

d. 2 + 6 + 18 + 54 + 162 + …

e. 6 + 10 + 14 + 18 + 22 + …

2. Tulislah tiga suku pertama dan suku ke sepuluh dari setiap deret bilangan berikut.

a. Sn  n2 + 2n

b. Sn  n3 – 2

A. Barisan dan Deret Aritmetika

1. Barisan Aritmetika

Misalkan Un menyatakan suku ke-n suatu barisan, maka barisan itu disebut barisan

aritmetika jika Un  Un1 selalu tetap untuk setiap n. Un  Un1 yang selalu tetap ini

dinamakan beda dan dilambangkan dengan b.

Jadi :
b = Un  Un-1

Contoh :

2, 6, 10, 14, … beda = 6  2 = 10  6 = 14 – 10 = 4

10, 3, -4, -11, … beda = 3 – 10 = 4  3 = 11  (4) = 7

2. Suku ke-n Barisan Aritmetika

10
Misalkan a adalah suku pertama barisan aritmetika, b adalah beda dan U n adalah suku

ke-n,

Un  Un1 = b  Un = Un1 + b

U2 = U1 + b =a+b = a + 1b

U3 = U2 + b = (a + b) + b = a + 2b

U4 = U3 + b = (a + 2b) + b = a + 3b

U5 = U4 + b = (a + 3b) + b = a + 4b

U6 = U5 + b = (a + 4b) + b = a + 5b

………

sehingga Un = a + (n1)b

Nama barisan aritmetika diberikan karena setiap suku (kecuali suku pertama) dari

barisan ini merupakan rata-rata aritmetik dari suku sebelum dan sesudahnya. Dengan

Uk 1  Uk 1
kata lain untuk setiap Uk, dengan k ≥ 2 berlaku Uk  .
2

3. Deret Aritmetika

Rumus untuk menentukan jumlah n suku pertama deret aritmetika dibuat berdasarkan

metode yang dipakai oleh matematikawan Carl Friedrich Gauss (17771855) ketika ia

masih kecil. Dikisahkan suatu ketika salah satu guru Gauss menyuruh muridmuridnya

untuk menghitung jumlah 100 bilangan asli yang pertama, atau 1 + 2 + 3 + 4 + … + 100.

Muridmurid yang lain di kelas memulai dengan menjumlah bilangan satu per satu,

tetapi Gauss menemukan metode yang sangat cepat. Ia menuliskan jumlahan dua kali,

salah satunya dengan urutan yang dibalik kemudian dijumlahkan secara vertikal.

1+ 2+ 3 + … + 99 + 100

11
100 + 99 + 98 + … + 2+ 1
+
101 + 101 + 101 + … + 101 + 101

Dari jumlahan ini diperoleh 100 suku yang masingmasing bernilai 101, sehingga 1 + 2

100  101
+ 3 + … + 100   5050.
2

Jika a adalah suku pertama deret aritmetika, Un suku ke-n, Sn jumlah n suku pertama dan

b = beda maka rumus untuk jumlah n suku pertama deret aritmetika bisa dicari dengan

cara sebagai berikut.

Sn  a + (a+b) + (a+2b) + …. + (Un-2b) + (Un-b) + Un

Sn  Un + (Un-b) + (Un-2b) + ….. + (a+2b) + (a+b) + a

2Sn  (a+Un) + (a+Un) + (a+Un) +… + (a+Un) + (a+Un)

n suku

2Sn  n(a + Un)

n(a  Un )
Sn 
2

n 2a  (n - 1)b
karena Un  a + (n – 1)b maka Sn 
2

Contoh:

1. Tentukan suku ke20 barisan bilangan berikut :

a. 2, 5, 8, 11, …

b. 9, 6, 3, 0, …

Jawab :

a. b  5  2  8  5  11  8  3

a2

12
Un  a + (n1)b

U20  2 + (201)3  2 + 19.3  63

b. b  6  9  3  6  0  3  3

a9

Un  a + (n1)b

U20  9 + (201).-3  9 + 19(3)  9  57  48

2. Suku ke 10 suatu barisan aritmetika adalah 24, sedangkan suku pertamanya 6.

Tentukan :

a. beda

b. rumus suku ken

Jawab :

a. U10  24, a6

Un  a + (n1)b

24  6 + (101)b

24  6  9b

18  9b

b2

b. Un  a + (n1)b

Un  6 + (n1)2

Un  4 + 2n

3. Diketahui suatu barisan aritmetika dengan U2  6 dan U11  24

a. Carilah suku pertama dan beda

13
b. Tentukan U40

c. Hitung jumlah 40 suku pertama dari deret aritmetika yang bersesuaian

Jawab:

a. U2  6 U11  24

a + b  6 ….. (1) a + 10b  24 ….. (2)

(2) dan (1) a + 10b  24

a+ b 6

9b  18

b 2

a+b6

a+26

a4

Suku pertama 4, beda 2

b. Suku ke-40 dicari dengan rumus Un  a + (n1)b

U40  4 + (401).2  4 + 39.2  82

n(a  Un )
c. Sn 
2

40(4  U 40 ) 40( 4  82)


S 40    20(86)  1720
2 2

Latihan 5

1. Tentukan rumus umum setiap barisan aritmetika berikut dan tentukan suku ke-25.

a. 10, 15, 20, 25, …

b. 2, –1, –4, –7, …

14
c. 8, 14, 20, …

2. Tentukan n (banyak suku) dari barisan aritmetika berikut.

a. 6, 3, 0, … , 81

b. 20, 18, 16, … , -98

c. 5, 10, 15, 20, …, 205

3. Tentukan beda, suku pertama dan rumus umum suku ke-n barisan aritmetika berikut

ini jika diketahui:

a. U4  17 dan U7  29

b. U2  11 dan U9  32

c. U3 + U5  60 dan U4 + U7  81

4. Tentukan banyaknya bilangan asli yang merupakan kelipatan 5 antara 21 dan 99

5. Hitunglah deret aritmetika berikut ini:

a. 3 + 7 + 11 + 15 + … (sampai 12 suku)

b. 20 + 23 + 26 + 29 + … (sampai 15 suku)

c. 100 + 95 + 90 + 85  … (sampai 16 suku)

6. Diketahui suatu barisan aritmetika dengan suku ke-3 adalah 12 dan suku ke-6 adalah

27. Tentukan jumlah 20 suku pertama.

7. Tentukan jumlah 25 bilangan asli pertama yang habis dibagi 4.

8. Tentukan jumlah semua bilangan asli kurang dari 100 yang tidak habis dibagi 5.

9. Tiga bilangan membentuk deret aritmetika, jumlah ketiga bilangan itu 30, hasil

kalinya 840. Tentukan bilangan-bilangan itu.

15
10. Suatu perusahaan, pada bulan pertama berdiri memproduksi sebanyak 1000 unit

1
barang. Kenaikan produksi pada bulan-bulan berikutnya adalah 5 kali produksi

pada bulan pertama. Tentukan jumlah produksi selama satu tahun.

B. Barisan dan Deret Geometri

1. Barisan Geometri

Misalkan Un menyatakan suku ke-n suatu barisan, maka barisan itu disebut barisan

geometri jika Un  Un1 selalu tetap untuk setiap n. Un : Un1 yang selalu tetap ini

dinamakan rasio dan dilambangkan dengan r.

Un
Sehingga r
Un -1

Contoh :

1, 3, 9, 27, … rasio  3 : 1  9 : 3  27 : 9  3

16, 8, 4, 2, … rasio  8 : 16  4 : 8  2 : 4  1/2

2. Suku ke-n barisan geometri

Misalkan a adalah suku pertama barisan geometri, r adalah rasio dan U n adalah suku

ke-n,

Un
r  Un  Un-1r
Un -1

U2  U1.r  ar  ar1

U3  U2.r  (ar)r  ar2

U4  U3.r  (ar2)r  ar3

U5  U4.r  (ar3)r  ar4

…….

16
Sehingga Un = arn-1

Barisan dengan sifat ini disebut barisan geometri karena untuk setiap U k dengan k ≥ 2

merupakan rata-rata geometrik dari suku sebelum dan sesudahnya. Dengan kata lain

untuk k ≥ 2 berlaku Uk  Uk 1.Uk 1 .

3. Deret geometri

Jika Sn adalah jumlah n suku pertama, r adalah rasio dan a adalah suku pertama suatu

deret geometri, maka :

Sn  a + ar + ar2 + … + arn2 + arn1

rSn  ar + ar2 + … + arn2 + arn1 + arn (semua


 ruas dikali r)
Sn  rSn  a + 0 + 0 + … + 0 + 0  arn

(1  r)Sn  a  arn

a(1  r n )
Sn 
1 r

4. Deret Geometri Tak Hingga

Contoh deret geometri tak hingga:

1 1 1 1
a. 1     ... r
2 4 8 2

1 1
b. 9  3  1   ... r 
3 3

a(1  r n )
Perhatikan kembali rumus jumlah n suku pertama deret geometri S n  .
1 r

Untuk nilai -1 < r < 1, jika n mendekati tak hingga (n  ) maka rn mendekati nol,

sehingga

17
a(1  r n )
S n  lim
1 r

1. Pada paradoks Zeno, tentang Achilles dan kura-kura yang dibicarakan di depan,

tentukan jawaban yang benar setelah menempuh jarak berapa Achilles melampaui

kura-kura ?

1 1 1
Jawab : Jarak yang ditempuh Achilles 1   2  3  ... stadion.
12 12 12

a=1

1 1 1 1 1 1
r= :1 2 :  3: 2 
12 12 12 12 12 12

a 1 1 12
Sn     stadion.
1  r 1  121 12
11
11

2. Ubah bentuk decimal berulang berikut ke dalam pecahan

a. 0,33333…

b. 0,353535…

Jawab :

a. 0,33333… = 0,3 + 0,03 + 0,003 + 0,0003 + …

a = 0,3

r = 0,03 : 0,3 = 0,003 : 0,03 = 0,0003 : 0,003 = 0,1

a 0,3 0,3 1
0,33333… = 1  r  1  0,1  0,9  3

b. 0,35353535… = 0,35 + 0,0035 + 0,000035 + …

a = 0,35

r = 0,0035 : 0,35 = 0,000035 : 0,0035 = 0,01

a 0,35 0,35 35
0,35353535… = 1  r  1  0,01  0,99  99

18
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Notasi sigma () digunakan untuk menyingkat bentuk jumlahan yang suku-sukunya

mempunyai pola. Beberapa sifat dari notasi sigma diberikan di halaman 6.

2. Suatu barisan adalah fungsi yang mempunyai daerah asal himpunan bilangan bulat

positif. Sebuah barisan bisa didefinisikan dengan cara eksplisit atau rekursif.

3. Suatu barisan disebut barisan aritmetik jika selisih dari setiap dua suku yang berurutan

bernilai tetap, selisih ini dinamakan beda (b). Suatu barisan disebut barisan geometri

jika rasio (r) dari setiap dua suku yang berurutan bernilai tetap.

4. Suku ke-n barisan aritmetik dirumuskan sebagai: Un  a  (n  1)b sedangkan untuk

barisan geometri suku ke-n dirumuskan sebagai Un  ar n1

19
5. Deret merupakan jumlahan dari suku-suku suatu barisan. Rumus jumlah n suku pertama

n(2a  (n  1)b) n(a  Un )


deret aritmetika adalah S n  atau S n  . Rumus jumlah n
2 2

a(r n  1) a(1  r n )
suku pertama deret geometri adalah S n  atau S n  untuk r  1.
r 1 1 r

6. Suku ke-n barisan aritmetik dirumuskan sebagai: Un  a  (n  1)b Suku ke-n barisan

aritmetik dirumuskan sebagai: Un  a  (n  1)b Deret geometri tak hingga

mempunyai limit jumlah jika -1 < r < 1. Rumus jumlah sampai tak hingga deret

a
geometri adalah S   .
1 r

20
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Richard G.. (1994). Advanced Mathematics. Boston: Houghton Mifflin Company.

Gellert, W.. (1977). The VNR Concise Encyclopedia of Mathematics. New York: Van
Nostrand Reinhold Company.

Haryadi, Muh.. (2002). Bahan Ajar Matematika SMK. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Keedy, Mervin Laverne. (1983). Algebra and Trigonometry. California: Addison-Wesley


Publishing Company.

Miller, Charles David. (1978). Mathematical Ideas. Glenview Illinois: Scott Foresman and
Company.

Prawiro, Justine Yudho. (2000). Matematika IPA. Jakarta: Widya Utama.

Raharjo, Marsudi. (2001). Notasi Sigma dan Induksi Matematika. Yogyakarta: PPPG
Matematika.

21
SOAL
1. Tentukan suku ke-8 dan ke-20 dari barisan -3, 2, 7, 12, ….
2. Diketahui barisan aritmatika -2, 1, 4, 7, …., 40. Tentukan banyak suku barisan
tersebut.
3. Suku ke-10 dan suku ke-14 dari barisan aritmatika berturut-turut 7 dan 15. Tentukan
suku pertama, beda dan suku ke-20 barisan tersebut.
4. Carilah jumlah 100 suku pertama dari deret 2 + 4 + 6 + 8 +….
5. Hitunglah jumlah semua bilangan asli kelipatan 3 yang kurang dari 100
6.
7. Tentukan suku pertama rasio, dan suku ke-6 pada barisan geometri berikut
a. 27, 9, 3, 1,….
b. 2, -6, 18, -54, ….
8. Tentukan tiga suku pertama pada barisan berikut ini, jika suku ke-n dirumuskan
sebagai Un = 3n + 1
9. Diketahui deret geometri 1 + 2 + 4 +8 +….
Tentukan rumus jumlah n suku pertamanya
10. Tulislah deret bilangan berikut ini, kemudian tulislah hasil penjumlahannya.
a. Deret 6 bilangan asli kelipat tiga yang pertama
b. Deret 5 bilangan segitiga yang pertama.

22

Anda mungkin juga menyukai