PENGANTAR
EKONOMI ISLAM
Editor:
Muhammad Nizar
Muhammad Nizar
Dosen Pengampu Matakuliah
Pengantar Ekonomi Islam
Kata
Pengantar .........................................................................
.............. iii
Daftar
Isi ...............................................................................
................... iv
BAB 6 JUAL
BELI .............................................................................
.... 64
A.
Pendahuluan ......................................................................
............ 64
B. Rukun Dan Syarat Jual
Beli ............................................................ 66
C. Hal-Hal Yang Terlarang Dalam Jual
Beli ........................................ 67
D.
Khiyar ............................................................................
............... 71
E. Jual Beli As-
Salam ........................................................................ 72
F.
Kesimpulan ......................................................................
............. 75
Daftar
Pustaka ..........................................................................
..... 77
BAB 1
NURUL LAILIA
BAB 2
MUTIMATUL HASANAH
A. Pendahuluan
Tujuan dari sebuah sistem ekonomi pada prinsipnya di
tentukan oleh pandangan masyarakat pendukungnya tentang dunia,
jika manusia berpandangan bahwa alam semesta ini terjadi dengan
sendirinya, maka mereka tidak akan bertanggung jawab atasnya
kepada siapapun, dan mereka akan bebas hidup sesukanya. Tujuan
hidup mereka hanya untuk mencapai kepuasan maksimum, dengan
mengabaikan hal itu di peroleh dan bagaimana hal itu berpengaruh
pada orang lain atau alam sekitar
Ekonomi merupakan bagian dari kehidupan dan tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan. Tetapi ekonomi bukanlah fondasi
bangunannya dan bukan tujuan risalah Islam. Fondasi (asas) dalam
Islam, sebagaimana telah disebutkan adalah akidah. Akidah ini
merupakan dasar keseluruhan tatanan kehidupan dalam Islam,
termasuk tatanan ekonomi. Ekonomi Islam adalah ekonomi yang
berlandaskan akidah Ketuhanan Yang Maha Esa (tauhid). Akidah
yang diturunkan Allah Swt dengan sengaja kepada Rasul-Nya untuk
umat Islam.
Tujuan ekonomi, membantu manusia untuk menyembah
Tuhannya yang telah memberi rizki, dan untuk menyelamatkan
manusia dari kemiskinan yang bisa mengkafirkan dan kelaparan yang
bisa mendatangkan dosa. Oleh karena itu, rumusan sistem Islam
berbeda sama sekali dari sistem-sistem yang lainnya. Sebagai sistem
ekonomi, ia memiliki akar dalam syari‟ah yang menjadi sumber
pandangan dunia, sekaligus tujuan dan strateginya. Oleh karena itu,
semua aktifitas ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi,
7 Pengantar Ekonomi Islam
BAB 2
perdagangan, tidak lepas dari titik tolak ketuhanan dan bertujuan
akhir kepada Tuhan. Kalau seorang muslim bekerja di bidang
produksi, maka pekerjaan itu dilakukan tidak lain karena ingin
memenuhi perintah Allah. Ketika menanam, membajak, atau
melakukan pekerjaan lain nya, seorang muslim merasa bahwa ia
bekerja dalam rangka beribadah kepada Allah. Makin tekun ia
bekerja, makin takwa ia kepada Allah. Bertambah rapi pekerjaannya,
bertambah dekat kepada Allah, tertanam dalam hatinya bahwa semua
itu adalah rizki dari Allah, maka patutlah bersyukur (Q.S al-Baqarah:
172)
!¸¯,!., _¸¸.]¦ ¦¡`..¦´, ¦¡lé _¸. ¸¸.,¸¯,L !. ¯¡>..·¸´¸ ¦¸`¸>:¦´¸ ¸< ¿¸| `¸..é
:!`,¸| _¸.,- . .
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang
baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.
D. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa
ekonomi Islam sangat memperhatikan keadilan demi tercapainya
keharmonisan antara manusia dengan manusia, dan demi
meningkatkan rasa keimanan dan ketakwaan manusia kepada Allah.
Manusia dalam menjalani kegiatan ekonomi memperhatikan prinsip
dan landasan ekonomi islam yang telah ditentukan oleh al-Qur‟an,
sunnah Rasul, dan ijtihad sehingga dalam mendapat nikmat umat
muslim tidak melupakan kodratnya sebagai hamba Allah yang
senantiasa selalu bersyukur, rizki yang telah diperolehnya dan
senantiasa menjauhkan diri dari praktek riba.
Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani
Press, 1997.
BAB 3
INSTRUMEN-INSTRUMEN DALAM
EKONOMI ISLAM
A. Pendahuluan
Untuk dapat dibedakan dengan paham-paham yang lain,
suatu paham ekonomi memiliki karakteristik tertentu. suatu paham
ekonomi biasanya dibangun oleh suatu tujuan, prinsip, nilai, dan
paradigma. Misalnya, paham liberalisme dibangun atas tujuam
terwujudnya kebebasan setiap individu untuk mengembangkan
dirinya. Kebebasan ini akan terwujud apabila setiap individu
memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Dengan
demikian, kesempatan merupakan prinsip yang akan dipegang yang
pada akhirnya akan melahirkan suatu paradigma persaingan bebas.
Karakteristik ekonomi Islam yang membedakan dengan
sistem ekonomi lain, menurut Yusuf Qardhawi, ia adalah ekonomi
rabbaniyah, ilahiyah, insaniyah (berwawasan kemanusiaan),
ekonomi berakhlak, dan ekonomi pertengahan. Sebagai ekonomi
ilahiyah, ekonomi Islam memiliki aspek-aspek transenden yang suci,
yang memadukannya dengan aspek materi, dunia (profan). Titik
tolaknya adalah Allah dan tujuannya adalah untuk mencari karunia
Allah melalui jalan (thariqah) yang tidak bertentangan dengan apa
yang telah digariskan oleh Allah.
Sebagai ekonomi kemanusiaan, ekonomi Islam melihat aspek
kemanusiaan (humanity) yang tidak bertentangan dengan aspek
ilahiyah. Manusia dalam pandangan ekonomi Islam merupakan
pameran utama dalam mengelola dan memakmurkan alam semesta
disebabkan karena kemampuan menajerial yang telah dianugerahkan
Allah kepadanya.
Dengan demikian sesungguhnya kegiatan ekonomi di mana-
mana adalah sama. Hal yang dapat membedakannya, menurut
17 Pengantar Ekonomi Islam
BAB 3
Syarifuddin Prawiranegara (seorang ahli ekonomi dan teknokrat yang
menonjol peranannya di Indonesia pada akhir tahun 40-an dan 50-
an), adalah moral ekonominya. karena itu yang bisa dipelajari lebih
khusus adalah etika ekonominya, dalam hal ini misalnya menurut
ajaran Islam.
G. Kesimpulan
Ekonomi syariah merupakan bagian integral dari ajaran Islam
yang universal dan komprehensif. Al-Qur‟an secara tegas
mendeklarasikan kekomprehensifan Islam tersebut. Sebagaimana
pada surat Al-An‟am ayat 38, “Sedikitpun tidak kami lupakan di
dalam kitab suci Al-Qur‟an (QS. 6:38); surat Al-Maidah ayat 3
“Pada hari ini Kusempurnakan bagi kamu agamamu dan
Kusempurnakan bagi kamu nikmatKu dan Aku ridho Islam it u
29 Pengantar Ekonomi Islam
sebagai agama kamu”. Dalam ayat lainnya Allah berfirman, “Kami
menurunkan al-Qur‟an untuk menjelaskan segala sesuatu”
(QS.16:89). Ajaran Islam mengenai muamalah bersifat universal dan
inklusif, sesuai dengan surah al-Anbiyak 107. "Kami tidak
mengutusmu kecuali untuk sekalian alam”. Ajaran Islam dalam
bermuamalat tidak membeda-bedakan muslim dan non- muslim.
Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diucapkan oleh
Khalifah Ali :“ Dalam bidang muamalat kewajiban mereka adalah
kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita”.
Salah satu unsur yang menjadi dasar perbedaan antara sistem
ekonomi syariah dengan sistem ekonomi lainnya adalah pada
falsafahnya, yang terdiri dari nilai-nilai dan tujuan. Dalam ekonomi
Islam, nilai- nilai ekonomi bersumber dari al-Qur‟an dan hadits
berupa prinsip-prinsip universal. Di saat sistem ekonomi lain hanya
terfokus pada hukum dan sebab akibat dari suatu kegiatan ekonomi,
Islam lebih jauh membahas nilai- nilai dan etika yang terkandung
dalam setiap kegiatan ekonomi tersebut. Nilai-nilai inilah yang selalu
mendasari setiap kegiatan ekonomi Islam. Nilai fundamental yang
menjadi fondasi utama konstruksi ekonomi syariah adalah tauhid.
Fondasi berikutnya, adalah syariah dan akhlak. Pengamalan syariah
dan akhlak merupakan refleksi dari tauhid. Landasan tauhid yang
tidak kokoh akan mengakibatkan implementasi syariah tidak
terganggu.
Fondasi syariah membimbing aktivitas ekonomi, sehingga
sesuai dengan kaidah-kaidah syariah (syari'ah compliance).
Sedangkan akhlak membimbing aktivitas ekonomi manusia agar
senantiasa mengedepankan moralitas dan etika untuk mencapai
tujuan. Akhlak yang terpancar dari tauhid akan membentuk integritas
yang membentuk good corporate governance dan market diciplin
yang baik. Di atas fondasi tersebut terdapat sepuluh pilar yang
30 Pengantar Ekonomi Islam
menjadi prinsip untuk mencapai tujuan (falah), Kesepuluh pilar
tersebut adalah maslahah, keadilan, khilafah tanggung jawab,
kebebasan, ownership (kepemilikan), produktifitas, persaudaraan
(ukhuwah), nubuwwah, dan jaminan sosial.
31 Pengantar Ekonomi Islam
Daftar Pustaka
http://qyuranies.blogsome.com/2007/09/18/prinsip-pengambilan-
keputusan- menurut-islam/ trackback.
http://iaeipusat.org/index.php?option=com_content&view=article&id=87:road-
map-ekonomi-syariah&catid=48:artikel-ekonomi-syariah&Itemid=77.
BAB 4
ZAINURI
A. Pendahuluan
Untuk mencapai falah yang maksimum, tidak seluruh aktifitas
ekonomi bisa diserahkan pada mekanisme pasar. Ada kalanya
mekanisme pasar gagal menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat ataupun mekanisme pasar tidak bekerja
secara fair dan adil, fair dalam arti berprinsipkan saling ridho dan adil
dalam arti tidak berbuat zalim kepada pihak lain. Dalam hal ini
pemerintah atau masyarakat perlu mengambil alih peran mekanisme
pasar dalam menyediakan barang atau jasa tersebut.
Permasalahan selanjutnya yang muncul adalah barang atau
jasa apakah yang perlu disediakan masyarakat atau pemerintah, dari
mana sumber dana yang digunakan untuk penyediaan barang atau
jasa tersebut, bagaimana alokasi dan distribusi barang atau jasa yang
disediakan oleh masyarakat atau pemerintah tersebut, apakah kriteria
untuk memutuskan bahwa barang atau jasa tertentu layak disediakan
oleh pemerintah atau masyarakat, dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam tahap awal perlu dikaji bagaimana
keuangan public ini dipraktikkan oleh Rasulullah Saw, dan para
sahabatnya, prinsip-prinsip apakah yang bisa disarikan dari sunnah
Rasulullah Saw. dan sahabatnya, dan bagaimana implementasi
keuangan publik Islam dalam masa kekinian. Diantara instrument
keuangan publik Islam yang terbentuk sejak awal yaitu: zakat, infaq
waqf dan sebagainya.
BAB 4
33 Pengantar Ekonomi Islam
B. Sejarah Keuangan Publik Islam
1. Keuangan Publik pada Masa Rasulullah
Negara Islam pertama yang dibangun di dunia adalah
negara yang dibangun Rasulullah di Madinah yang dikenal
dengan nama negara Islam Madinah. Negara ini dibangun
berlandaskan semangat keislaman yang tercermin dari al-Qur‟an
dan kepemimpinan Rasulullah. Modal utama yang dipergunakan
untuk membangun negara ini bukanlah uang melainkan semangat
ketauhidan yang ditanamkan Rusulullah kepada masyarakat
Madinah. Pada waktu itu kaum muhajirin yang mengungsi dari
Mekkah dan datang ke Madinah tanpa membawa bekal yang
cukup. Sementara di Madinah belum ada pemerintahan yang
terorganisir dengan baik.
Beberapa kebijakan diambil oleh Rasulullah untuk
mengukuhkan pemerintahan yang ada. Sebagaimana diriwayatkan
oleh Muslim, Rasulullah bersabda, “kemiskinan membawa orang
pada kekafiran.” Maka upaya untuk mengentaskan kemiskinan
merupakan bagian dari kebijakan sosial yang dikeluarkan
Rasulullah. Di antara kebijakan ekonomi Rasulullah, guna
memacu pertumbuhan kegiatan perekonomian yang ada di
Madinah ketika itu adalah membangun masjid sebagai Islamic
Center yang digunakan selain untuk beribadah juga untuk
kegiatan kegiatan lain seperti tempat pertemuan parlemen,
kesekretariatan, mahkamah agung, markas besar tentara, kantor
urusan luar negeri, pusat pendidikan, tempat pelatihan bagi para
penyebar luas agama, asrama, baitul maal, tempat para dewan dan
utusan.
Mempersaudarakan antara kaum mujahirin dengan kaum
anshar. Kelompok anshar memberikan sebagian dari harta mereka
kepada kaum muhajirin untuk dipergunakan dalam kegiatan
34 Pengantar Ekonomi Islam
produksi sampai kaum muhajirin dapat melangsungkan
kehidupannya.
Kebijakan lainnya yang diambil Rasulullah di antaranya
merehabilitasi muhajirin dari Makkah di Madinah, menciptakan
kedamaian dalam negara, mengeluarkan hak dan kewajiban
kepada warga negaranya, membuat konstitusi negara, menyusun
sistem pertahanan Madinah, dan meletakkan dasar-dasar sistem
keuangan negara.
Dua perubahan besar yang dilakukan oleh Rasulullah pada
masa itu adalah: Pertama, Islam telah membuang sebagian besar
tradisi, ritual, norma, nilai simbul-simbul dari masa lampau dan
mengganti dengan yang baru sesuai al-Qur‟an dan sunnah Rasul.
Kedua, negara baru dibentuk tanpa menggunakan sumber
keuangan ataupun moneter karena tidak diwarisi harta ataupun
persediaan dari masa lampau.
a. Sumber Utama Keuangan Negara
Pada masa Rasulullah hampir seluruh pekerjaan yang
dikerjakan tidak mendapatkan upah. Tidak ada tentara formal,
semua muslim yang mampu boleh menjadi tentara. Mereka
tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi diperbolehkan mendapat
bagian rampasan perang. Pada masa perang Badar mulai
diaturlah pembagian harta rampasan perang dengan turunnya
surat al- Anfaal: 41
¦¡.l.¦´¸ !..¦ ¡..¸.s _¸. ¸,`_: ¿!· ¸< .«..- ¸_¡.¯¸l¸l´¸ _¸.¸]´¸ _¸¯¸1l¦
_...´,l¦´¸ ¸_,¸>...l¦´¸ ¸_¯,¦´ ¸ ¸_,¸,´.l¦ ¿¸| `¸..´ ¡...¦´, ¸<!¸, !.´¸ !´.l¸.¦
35 Pengantar Ekonomi Islam
_ls !.¸.¯,s ¸¯¡, ¸¿!·¯¸±l¦ ¸¯¡, _1.l¦ ¸¿!-.>l¦ ´<¦´¸ _ls ¸_é ¸,`_:
'¸,¸.· .
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu
peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya
seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika
kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang
kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di
hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan.
Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Pada tahun kedua Hijrah mulai diwajibkan zakat fitrah
setiap bulan Ramadhan. Sedangkan zakat mal mulai
diwajibkan pada tahun kesembilan Hijrah. Adapun harta
kekayaan yang dikenai pajak adalah sebagai berikut:
1) Emas.
2) Perak.
3) Binatang ternak seperti unta, sapi, dan kambing.
4) Barang dagangan.
5) Hasil pertanian.
6) Luqta, barang yang ditinggalkan musuh.
7) Luqothoh (barang temuan).
Dengan adanya perintah wajib ini, Rasulullah mulai
metentukan pegawai pengelolanya yang kebanyakan dari Bani
Umayah, yang mana mereka tidak digaji secara resmi tetapi
mereka mendapat bayaran tertentu dari dana zakat.
Kekayaan pertama diperoleh pada tahun keempat
Hijrah dari Bani Nadir yang berupa tanah dan barang yang
ditinggalkan ketika dideportasi dari tempat tinggalnya karena
melanggar pejanjian Madinah. Sedangkan wakaf pertama
36 Pengantar Ekonomi Islam
diberikan oleh Mukhoirik, seorang robbi Bani Nadir yang
telah masuk Islam berupa tujuh kebun. Sumber pendapatan
negara lainnya diantaranya berasal dari:
1) Jizyah yaitu pajak yang dibayar oleh non- muslim
khususnya ahli kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa,
harta, ibadah dan tidak wajib militer.
2) Kharaj yaitu pajak tanah dari non- muslim ketika Khoibar
ditaklukkan.
3) Ushr adalah bea impor barang yang dikenakan kepada
semua pedagang yang dibayar sekali dalam setahun yang
hanya dikenakan pada barang yang nilainya lebih dari 200
dirham.
b. Sumber Sekunder Keuangan Negara
Di antara sumber pendapatan sekunder yang dapat
memberikan hasil adalah:
Uang tebusan tawanan perang.pinjaman-pinjaman
untuk pembebasan kaum muslimin dari Judhaima.
1) Khumus atau rikaz, harta karun temuan pada periode
sebelum Islam.
2) Amwal Fadla, barang seorang muslim yang meninggal
tanpa waris.
3) Wakaf, harta banda yang didedikasikan kepada umat Islam
yang disebabkan karena Allah dan pendapatannya
didepositokan di Baitul Maal.
4) Nawaib, pajak yang sangat besar yang dibebankan kepada
kaum muslim yang kaya dalam rangka menutupi
pengeluaran negara selama masa darurat.
5) Hadiah
6) Zakat fitrah
7) Bentuk lain sedekah seperti kaffarat dan qurban.
37 Pengantar Ekonomi Islam
c. Lembaga Keuangan Negara
Sumber pemasukan keuangan negara ada banyak,
tetapi untuk pendistribusiannya harus ditangani oleh satu
institusi. Rasulullah membentuk Baitul Maal sebagai institusi
yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan kekayaan
negara. Pada perkembangan selanjutnya institusi ini
memegang peran penting dalam bidang keuangan dan
administrasi pada awal periode Islam terutama pada masa
kepemimpinan Khulafaurrasyidin.
2. Keuangan Publik pada Masa Khulafaurrasyidin
1. Khalifah Abu Bakar Siddiq
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar Siddiq
pengelolaan kas negara dijalankan sebagaimana Rasulullah
menjalankannya. Baitul Maal tetap menjadi sentral
pengumpulan dan pendistribusian kekayaan negara. Abu
Bakar Siddiq sangat memperhatiakan keakuratan perhitungan
zakat. Zakat yang telah terkumpul di Baitul Maal selalu
didistribusikan setiap periode dengan tanpa sisa. Sumber
kekayaan negara yang semakin menipis menjelang wafatnya
menyebabkan harta kekayaan pribadinya digunakan untuk
pembiayaan negara.
2. Khalifah Umar bin Khattab
Pada masa kekhalifahannya ada beberapa kebijakan
baru yang diambil, di antaranya adalah masalah: Baitul Maal,
kepemilikan tanah, zakat dan ushr, sedekah untuk non
muslim, mata uang, klasifikasi pendapatan negara dan
pengeluaran.
3. Khalifah Utsman
Untuk meningkatkan hasil sumber daya alam maka
pada masa kekhalifahannya digali banyak aliran air,
38 Pengantar Ekonomi Islam
digalakkan menanam pohon buah-buahan dan pembentukan
organisasi kepolisian tetap untuk mendukung keamanan
perdagangan. Beliau tidak mengambil upah dari kantornya.
Beberapa kebijakan baru yang diambil diantaranya:
meningkatkan dana pensiun, meningkatkan keamanan dan
pertahanan laut, pembangunan wilayah taklukan baru,
meningkatkan kharaj dan jizyah.
4. Khalifah Ali bin Abi Thalib
Perbedaan Khalifah Ali dengan tiga khalifah
sebelumnya adalah: kepemimpinannya yang sangat
sederhana, ketat dan melakukan pendistribusian harta Baitul
Maal dari pusat ke provinsi-provinsi setiap pekan sekali.
- Mudarabah
Mudharabah adalah salah satu bentuk spesifik dari
Musyarakah. Dalam Mudarabah, salah satu pihak
berfungsi sebagai Shahibul Mal (pemilik modal)
dan pihak yang lain berperan sebagai Mudharib
(pengelola).
d) Akad Pelengkap
- Hiwalah
Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang
piutang. Dalam praktek perbankan syariah,
44 Pengantar Ekonomi Islam
fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu
supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya, sedangkan bank
mendapat ganti biaya atas jasa.
- Rahn
Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan
Gadai. Tujuan akad Rahn adalah untuk
memberikan jaminan pembayaran kembali kepada
bank dalam memberikan pembiayaan.
- Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal
seorang calon haji membutuhkan dana pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya
perjalanan haji. Bank memberikan pinjaman
kepada nasabah calon haji tersebut dan si nasabah
melunasinya sebelum keberangkatan Hajinya.
- Wakalah
Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi
apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank
untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa
tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan
transfer uang.
- Kafalah
Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan
istilah bank garansi, yang ditujukan untuk
menjamin pembayaran suatu kewajiban
pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah
untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas
ini sebagai Rahn. Bank dapat pula menerima dana
tersebut dengan prinsip wadi‟ah. Bank
45 Pengantar Ekonomi Islam
mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang
diberikan.
2) Penghimpun Dana
a) Wadi‟ah
Prinsip Wadi‟ah yang diterapkan dalam perbankan
syariah adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan
pada produk rekening giro. Dalam konsep wadi‟ah
yad dhamanah, bank dapat mempergunakan dana yang
dititipkan, akan tetapi bank bertanggung jawab penuh
atas keutuhan dari dana yang dititipkan.
b) Mudharabah
- Mudarabah Mutlaqah
Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang
tidak disertai dengan pembatasan penggunaan dana
dari Sahibul Mal.
- Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah
Aqad Mudarabah yang disertai dengan
pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal
untuk investsi- investasi tertentu.
- Mudarabah of Balance Sheet
Dalam Mudarabah of Balance Sheet, bank
bertindak sebagai arranger, yang mempertemukan
nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan
menjadi mudharib.
3) Jasa Perbankan
a) Sharf (jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan
prinsip Sharf, sepanjang dilakukan pada waktu yang
46 Pengantar Ekonomi Islam
sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual
beli valuta asing ini.
b) Ijarah (Sewa)
Jenis kegiatan Ijarah antara lain penyewaan kotak
simpanan (safe deposit box) dan jasa tata- laksana
administrasi dokumen (custodian). Bank mendapat
imbalan sewa dari jasa tersebut.
F. Kesimpulan
Pada masa awal pemerintahan negara Islam, keuangan publik
Islami dan kebijakan fiskal belum banyak berperan dalam kegiatan
perekonomian. Rasulullah dan stafnya tidak mendapat gaji
sebagaimana lazimnya suatu pemerintahan. Penerimaan pemerintah
hanya berasal dari sumbangan masyarakat. Zakat belum diwajibkan
pada awal pemerintah Islam tersebut. kalau Rasulullah membutuhkan
dana untuk membantu fakir miskin, maka Bilal biasa meminjam dari
orang Yahudi.
Sumber penerimaan lainnya pada awal tahun pemerintahan
tersebut adalah harta yang diperoleh dari rampasan perang
(Ghonimah), Sumber keuangan lainnya berasal dari Jizyah yaitu
pajak yang dibayarkan oleh kelompok nonmuslim. Sumber-sumber
lainnya adalah Kharaj (pajak tanah yang dipungut dari nonmuslim),
Ushr (bea impor).
Dengan berjalannya waktu dan mulai terkumpulnya sumber-
sumber keuangan, pemerintahan mulai dapat membiayai berbagai
pengeluaran terutama digunakan untuk mempertahankan eksistensi
negara. Baru setelah itu, turun QS at-Taubah ayat 60 yang
menyangkut ketentuan pengeluaran dana zakat kepada delapan
golongan.
Dengan semakin berkembangnya Islam yang tercermin
dengan semakin luasnya daerah kekuasaan pemerintahan Islam, maka
peran dari kegiatan keuangan publik semakin penting. Pengumpulan
zakat melalui lembaga amil merupakan model pengumpulan dana
zakat yang ada pada waktu itu. Lembaga Baitul Maal merupakan
“departemen keuangan” atau lembaga penyimpanan kas
pemerintahan Islam yang berfungsi sebagai penerima pendapatan dan
membelanjakannya.
48 Pengantar Ekonomi Islam
Daftar Pustaka
Al-Qur‟an Al-Kaim.
Hidayat, Mohammad. The Sharia Economic Pengantar Ekonomi
Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2010.
Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta: Jaya Murni, Tth.
http://tutorq.blogspot.com/2011/05/keuangan-publik- islam.html
BAB 5
FIRMAWATI
A. Pendahuluan
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan
naluri manusia. Sejak kecil, bahkan ketika baru lahir, manusia sudah
menyatakan keinginan untuk memenuhi kebutuhannya dengan
berbagai cara, misalnya dengan menangis untuk menunjukkan bahwa
seorang bayi lapar dan ingin minum susu dari ibunya. Semakin besar
dan akhirnya dewasa, keinginan dan kebutuhan seorang manusia akan
terus meningkat dan mencapai puncaknya pada usia tertentu untuk
seterusnya menurun hingga seseorang meninggal dunia.
Teori Perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari
bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan yang
dihadapinya dengan memanfaatkan sumber daya (resources) yang
dimilikinya.
Teori perilaku konsumen rasional dalam paradigma ekonomi
konvensional didasari pada prinsip-prinsip dasar utilitarianisme.
Diprakarsai oleh Bentham yang mengatakan bahwa secara umum
tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang baik untuk kepentingan
dirinya kecuali orang itu sendiri. Dengan demikian pembatasan
terhadap kebebasan individu, baik oleh individu lain maupun oleh
penguasa, adalah kejahatan dan harus ada alasan kuat untuk
melakukannya. Oleh pengikutnya, John Stuart Mill dalam buku On
Liberty yang terbit pada 1859, paham ini dipertajam dengan
mengungkapkan konsep “freedom of action” sebagai pernyataan dari
kebebasan-kebebasan dasar manusia. Menurut John Stuart Mill,
campur tangan negara di dalam masyarakat manapun harus
diusahakan seminimum mungkin dan campur tangan yang merintangi
BAB 5
50 Pengantar Ekonomi Islam
kemajuan manusia merupakan campir tangan terhadap kebebasan-
kebebasan dasar manusia, dan karena itu harus dihentikan.
Lebih jauh John Stuart Mill berpendapat bahwa setiap orang
di dalam masyarakat harus bebas untuk mengejar kepentingannya
dengan cara yang dipilihnya sendiri, namun kebebasan seseorang
untuk bertindak itu dibatasi oleh kebebasan orang lain, artinya
kebebasan untuk bertindak itu tidak boleh mendatangkan kerugian
bagi orang lain.
Dasar filosofis tersebut melatar belakangi analisa mengenai
perilaku konsumen dalam teori ekonomi konvensional.
B. Definisi Konsumsi
Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia yang secara
langsung menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang
berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang
atau jasa.
Motif seseorang bekerja adalah untuk mencari penghasilan,
penghasilan yang diperoleh akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan (untuk konsumsi) dan apabila memungkinkan sisanya
akan ditabung (saving), atau mungkin bisa diinvestasikan
(penanaman modal dalam perusahaan).
1. Menurut Drs. Hananto dan Sukarto T.J.
Konsumsi adalah bagian dari penghasilan yang dipergunakan
untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa guna memenuhi
hidup.
2. Menurut Albert C Mayers.
Konsumsi adalah penggunaan barang-barang dan jasa yang
langsung dan terakhir guna memenuhi kebutuhan hidup manusia.
3. Menurut ilmu ekonomi
51 Pengantar Ekonomi Islam
Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan
kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi
menjaga kelangsungan hidup.
Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam
masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia dapat
melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia
berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam
mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam al-Qur‟an dan as-
Sunnah. Prilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur‟an
dan as-Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai keberkahan
dan kesejahteraan hidupnya.
D. Tujuan Konsumsi
Bagi sahabat Mu‟awiyah, kuncinya adalah bagaimana kita
mengatur anggaran pendapatan dan belanja rumah tangga.
“Pengaturan belanja yang baik itu merupakan setengah usaha, dan dia
dianggap sebagai setengah mata pencaharian”. Lalu bagaimana
seorang muslim mengatur anggaran rumah tangganya? Islam,
sebagaimana kita telah mengetahui, menganjurkan umatnya untuk
bekerja dan berusaha dengan baik. Islam juga memerintahkan agar
harta dikeluarkan untuk tujuan yang baik dan bermanfaat. Pada
intinya bila umat Islam dalam mencari harta sampai kemudian
membelanjakannya tetap berpedoman bahwa itu semua merupakan
bagian dari ibadah, insyaAllah tidak akan terjerumus pada
pembelanjaan yang ditujukan untuk keburukan yang bisa membawa
keluarga itu pada kemaksiatan.
Disadari atau tidak sesungguhnya pola konsumsi dan gaya
hidup kita cenderung merugikan diri sendiri. Dimulai dari pemenuhan
54 Pengantar Ekonomi Islam
kebutuhan pokok (primer) seperti makan, minum, sandang dan papan,
keseluruhannya mengandung bahan-bahan yang harus diimpor
dengan mengabaikan sumber-sumber yang sesungguhnya dapat
dipenuhi dari dalam negeri. Banyak barang-barang tertentu yang
semestinya belum layak dikonsumsi oleh bangsa ini, telah
diperkenalkan dan kemudian menjadi mode yang ditiru sehingga
meningkatkan impor akan barang tersebut. Ini belum ditambah
dengan barang-barang mewah yang beredar mulai dari alat-alat
kecantikan sampai kepada mobil- mobil mewah. Padahal pola hidup
seperti ini hanya akan memperburuk neraca transaksi berjalan karena
meningkatkan impor barang tersebut sehingga menguras devisa dan
pada gilirannya akan menekan nilai tukar mata uang dalam negeri.
Islam memberikan arahan yang sangat indah dengan
memperkenalkan konsep israf (berlebih- lebih) dalam membelanjakan
harta dan tabzir. Islam memperingatkan agen ekonomi agar jangan
sampai terlena dalam berlomba-lomba mencari harta (at-takaatsur).
Islam membentuk jiwa dan pribadi yang beriman, bertaqwa,
bersyukur dan menerima. Pola hidup konsumtivme seperti di atas
tidak pantas dan tidak selayaknya dilakukan oleh pribadi yang
beriman dan bertaqwa. Satu-satunya gaya hidup yang cocok adalah
simple living (hidup sederhana) dalam pengertian yang benar secara
syar‟i.
Islam mengajarkan kepada kita agar pengeluaran rumah
tangga muslim lebih mengutamakan kebutuhan pokok sehingga
sesuai dengan tujuan syariat. Setidaknya terdapat tiga kebutuhan
pokok:
1. Kebutuhan primer, yakni nafkah- nafkah pokok bagi manusia
yang dapat mewujudkan lima tujuan syariat (yakni memelihara
jiwa, akal, agama, keturunan dan kehormatan). Tanpa kebutuhan
primer kehidupan manusia tidak akan berlangsung. Kebutuhan ini
55 Pengantar Ekonomi Islam
meliputi kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal,
kesehatan, rasa aman, pengetahuan dan pernikahan.
2. Kebutuhan sekunder, yakni kebutuhan manusia untuk
memudahkan kehidupan, agar terhindar dari kesulitan. Kebutuhan
ini tidak perlu dipenuhi sebelum kebutuhan primer terpenuhi.
Kebutuhan inipun masih berkaitan dengan lima tujuan syariat itu
tadi.
3. Kebutuhan pelengkap, yaitu kebutuhan yang dapat menciptakan
kebaikan dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia.
Pemenuhan kebutuhan ini tergantung pada bagaimana pemenuhan
kebutuhan primer dan sekunder serta, sekali lagi, berkaitan
dengan lima tujuan syariat.
Untuk mewujudkan lima tujuan syariat ini, ibu rumah tangga
yang umumnya merupakan pemimpin rumah tangga, mesti disiplin
dalam menepati skala prioritas kebutuhan tadi, sesuai dengan
pendapatan yang diperoleh suaminya.
Meski satu rumah tangga sudah mampu memenuhi sampai
kebutuhan ketiga atau pelengkap, Islam tetap tidak menganjurkan,
bahkan mengharamkan pengeluaran yang berlebih- lebihan dan
terkesan mewah, karena dapat mendatangkan kerusakan dan
kebinasaan. Allah berfirman dalam QS al-Israa: 16
¦:¸|´¸ !.:´¸¦ ¿¦ ,¸l¯¸. «,¯¸· !.¯¸.¦ !¸,¸·´¸.`. ¦¡1.±· !¸,¸· _>· !¸¯,l. `_¯¡1l¦ !
¸..¯¸..·
¦¸,¸... .
Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka
kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di
negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan
kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya
56 Pengantar Ekonomi Islam
berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian
kami hancurkan negeri itu sehancur- hancurnya.
Untuk mencegah agar kita tidak terlanjur ke gaya hidup
mewah, Islam mengharamkan segala pembelanjaan yang tidak
mendatangkan manfaat, baik manfaat material maupun spiritual.
Apalagi melakukan pembelanjaan untuk barang-barang yang bukan
hanya tidak bermanfaat tetapi juga dibenci Allah, seperti minuman
alkohol, narkoba, dan barang haram lainnya. Juga pembelian yang
mengarah pada perbuatan bid‟ah dan kebiasaan buruk.
Namun itu semua tidak berarti membuat kita menjadi kikir.
Islam mengajarkan kepada kita sikap pertengahan dalam
mengeluarkan harta, tidak berlebihan dan tidak pula kikir. Sikap
berlebihan akan merusak jiwa, harta dan masyarakat. Sementara kikir
adalah satu sikap hidup yang dapat menahan dan membekukan harta.
Dalam QS al-Furqaan: 67.
_¸¸.]¦´¸ ¦:¸| ¦¡1±.¦ ¯¡l ¦¡·¸¸`.¸ ¯¡l´¸ ¦¸¸.1, ¿lé´¸ _,, .¸l: !´.¦´¡· .
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), pilihan
sulit seperti ini. Masyarakat atau negara juga sering harus
menghadapi pilihan-pilihan yang tidak mudah. Pemerintah
kita misalnya menghadapi pilihan sulit antara membangun
infrastruktur untuk merangsang investasi, atau membangun
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Atau dalam QS al- israa ayat 29:
¸´¸ ¯_->´ ì., «]¡l-. _|¸| ,¸1`.`s ¸´¸ !¸L´.¯, . _´ ¸1`.,l¦ .`-1.· !´.¡l. ¦´¸¡´.>: .
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena
itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
Sesungguhnya bukan hanya individu yang akan menghadapi
pendidikan yang baik demi dihasilkannya SDM yang berkualitas.
57 Pengantar Ekonomi Islam
Untuk itu diperlukan satu pilihan yang sangat bijak agar kedua hal
tersebut bisa dicapai secara optimal.
Sesungguhnya pembagian Allah atas rizki hambaNya telah
ditentukan batasan, kadar dan jenisnya. Allah mengetahui
kemampuan seorang hamba di dalam membelanjakan dan
mentasarufkan rizki yang telah diberikan tanpa adanya sikap
melampaui batas dan tindak keborosan. Allah mengetahui seberapa
jauh kemampuan hambaNya untuk mengelola rizki dan kekayaan
yang telah diberikan tanpa melanggar batas-batas yang telah
ditentukan. Allah berfirman dalam QS al-Baqarah:155
¡>.´¡l¯,.l´¸ ¸,`_:¸, ´_¸. ¸.¯¡>'¦ ¸_¡>l¦´¸ ¸_1.´¸ ´_¸. ¸_´¡.¸¦ ¸_±.¸¦´¸ ¸,¸..l¦´¸
¸¸¸:,´¸ _¸¸¸¸¸.¯.l¦
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar.
Ujian dan cobaan Allah yang sangat beragam itu, tak lain
merupakan ujian keimanan dan kesabaran seorang hamba. Sebagai
dalam ayat di atas, salah satu ujian itu bisa berupa adanya rasa lapar,
dan kekurangan atas bahan makanan pokok. Sesungguhnya kehadiran
manusia di muka bumi hanyalah sekadar mewujudkan kehendak
Tuhan (masyiah Rabbaniyah). Sayyid Qutbh dalam Saad Marthon,
menjelaskan: “Masyiah Rabbaniyah adalah totalitas keinginan
seorang hamba untuk pasrah dan menyerahkan seluruh jiwa dan raga
terhadap keinginan dan ketentuan Tuhan dalam segala aspek
kehidupan, baik dalam proses pembuatan barang, penelitian dan
analisis kehidupan sosial, proses untuk memberdayakan hasil bumi
dan wewenang mengolah serta memakmurkan bumi yang telah
dititipkan Allah kepada manusia”.
58 Pengantar Ekonomi Islam
Adanya kelangkaan satu barang tidak hanya menghadirkan
ujian keimanan dan kesabaran seorang manusia. Kelangkaan barang
juga akan menuntut seorang hamba untuk kreatif dalam
menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup
sekaligus mencari jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapinya. Satu
contoh bagaimana manusia mengatasi kelangkaan sumber energi
yang dalam beberapa puluh tahun ke depan diperkirakan habis.
Banyak penelitian dilakukan untuk menghasilkan sumber energi
alternatif. Begitulah, seorang manusia akan lebih terdorong untuk
memakmurkan kehidupan masyarakat jika menemukan kesulitan
dalam kehidupan ekonomi.
http://id.shvoong.com/business- management/human-resources/2077036-
pengertian-konsumsi- menurut-para-ahli/#ixzz1nqW7Rc6s.
63 Pengantar Ekonomi Islam
BAB 6
JUAL BELI
LISA UMAMI
JUAL BELI
Oleh Lisa Umami
A. Pengertian
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan
sesuatu (yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba‟i, asy-syira‟,
al-mubadah, dan at-tijarah.
Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefinisikannya, antara lain:
1. Menurut ulama Hanafiyah:
Jual beli adalah ”pertukaran harta (benda) dengan harta
berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).”
2. Menurut Imam Nawawi) dalam Al-Majmu‟:
Jual beli adalah ”pertukaran harta dengan harta untuk
kepemilikan.”
3. Menurut Ibnu Qudamah) dalam kitab Al- mugni„:
Jual beli adalah ”pertukaran harta dengan harta, untuk saling
menjadikan milik.”
Pengertian lainnya Jual beli ialah persetujuan saling mengikat
antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan atau menjual barang)
dan pembeli (sebagai pihak yang membayar atau membeli barang
yang dijual). Pada masa Rasullallah harga barang itu dibayar dengan
mata uang yang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat
dari perak (dirham).
Sunnah Nabi, yang mengatakan:
”Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian
yang paling baik. Beliau menjawab, ”Seseorang bekerja
dengan tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur.” (HR.
Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifa‟ah Ibn Rafi)
BAB 6
64 Pengantar Ekonomi Islam
Maksud mabrur dalam hadist di atas adalah jual beli yang
terhindar dari usaha tipu- menipu dan merugikan orang lain.
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan
alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan
dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau
barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan
barang lainnya yang sesuai.
Mengacu kepada ayat-ayat al-Qur‟an dan hadist, hukum jual
beli adalah mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual
beli itu bisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.
Berikut ini adalah contoh bagaimana hukum jual beli bisa
berubah menjadi sunnah, wajib, haram, atau makruh. Jual beli
hukumnya sunnah, misalnya dalam jual beli barang yang hukum
menggunakan barang yang diperjual-belikan itu sunnah seperti
minyak wangi.
Jual beli hukumnya wajib, misalnya jika ada suatu ketika para
pedagang menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan
mengakibatkan harganya pun melambung tinggi. Maka pemerintah
boleh memaksa para pedagang beras untuk menjual beras yang
ditimbunnya dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga.
Menurut Islam, para pedagang beras tersebut wajib menjual beras
yang ditimbun sesuai dengan ketentuan pemerintah.
F. Kesimpulan
Sesuatu hal yang sering kita lupakan menjadi hal yang dapat
merusak nilai amalan yang kita lakukan jual beli, jadi hal upaya
tentang penulisan ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang
pengertian, dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli, hal yang
terlarang dalam jual beli, khiyar, dan jual beli as-salam. Agar
terciptanya lingkungan ekonomi perdagangan Islam yang sehat dalam
75 Pengantar Ekonomi Islam
kehidupan bermasyarakat. Untuk itu penulis menyimpulkan bahwa
jual beli Islam adalah suatu kegiatan yang bersifat kepentingan
umum, juga menjadi tolak ukur untuk mensejahterakan kehidupan
rakyat terutama dalam bidang perekonomian. Karena manusia ini
adalah makhluk sosial, jadi diperlukan kegiatan jual beli ini juga
seluk beluk mengenai jual beli Islam ini sudah dapat dilihat dalam
bab-bab makalah ini.
76 Pengantar Ekonomi Islam
DAFTAR PUSTAKA
BAB 7
EMILIYA MUKMILAH
RIRIN NUR AINI
A. Pendahuluan
Semua harta atau kekayaan yang ada di bumi ini pada
hakekatnya adalah milik Allah secara mutlak dan tunduk kepada
aturan yang telah digariskanNya. Dan semua yang ada di langit dan
di bumi ini sebenarnya diperuntukkan bagi manusia untuk keperluan
hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur‟an surah
al-Baqarah: 29
´¡> _¸.]¦ _l> ¡>l !. _¸· ¸_¯¸¸¦ !´-,¸.> ¯¡. ´_´¡.`.¦ _|¸| ¸,!.´.l¦ ´_¸.¯¡.·
_¯,. ¸,´¡... ´¡>´¸ ¸_>¸, ¸,`_: ,¸¸l. .
Dia- lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.
Secara logika dapat dipastikan apa-apa yang diciptakan Allah
untuk manusia pastilah mencukupi untuk seluruh manusia. Persoalan
kepemilikan terjadi ketika manusia berkumpul membentuk suatu
komunitas dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan akan
kelangsungan hidupnya. Dalam perjalanan selanjutnya dijumpai ada
sekelompok manusia yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
namun tidak sedikit pula ada kelompok manusia lain yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Disinilah kemudian urgensitas
pembahasan konsep kepemilikan ini agar benar-benar dapat menjadi
jawaban bagaimana seharusnya pengaturan kepemilikan terhadap
segala yang sudah dianugerahkan oleh Allah dapat memenuhi
kebutuhan hidup seluruh manusia secara adil.
BAB 7
78 Pengantar Ekonomi Islam
B. Definisi Harta
Pengertian harta (maal) dalam bahasa Arab ialah apa saja
yang dimiliki manusia. Kata maal itu sendiri berakar dari kata dan
frase: Sebagaimana Rasulullah bersabda dalam
sebuah Hadits: "Sebaik-baik maal ialah yang berada pada orang yang
saleh." (Bukhari dan Muslim).
Harta itu lebih bermanfa‟at apabila berada ditangan orang-
orang yang sholeh, karena orang yang sholeh pasti tahu hukum
bagaimana seharusnya mempergunakan harta tersebut di jalan yang
diridhoi Allah.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian harta, diantaranya
sebagai berikut:
1. Secara Istilah Madzhab Imam Hanafiyah: Harta adalah semua
yang mungkin dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan.
2. Menurut Imam Hambali: Harta adalah apa-apa yang memiliki
manfaat yang mubah untuk suatu keperluan dan atau untuk
kondisi darurat.
3. Menurut Imam Syafi‟i: Harta yaitu barang-barang yang
mempunyai nilai untuk dijual dan nilai harta itu akan terus ada
kecuali kalau semua orang telah meninggalkannya (tidak berguna
lagi bagi manusia).
4. Menurut Ibnu Abidin: Harta adalah segala yang disukai nafsu
atau jiwa dan bisa disimpan sampai waktu ia dibutuhkan.
Islam memandang harta dengan acuan akidah yang disarankan
al-Qur‟an, yakni dipertimbangkannya kesejahteraan manusia, alam,
masyarakat dan hak milik. Pandangan demikian, bermula dari
landasan iman kepada Allah, dan bahwa Dia-lah pengatur segala hal
dan kuasa atas segalanya.
Kalau harta seluruhnya adalah milik Allah, maka tangan
manusia hanyalah tangan suruhan untuk jadi khalifah. Maksudnya
79 Pengantar Ekonomi Islam
manusia adalah khalifah-khalifah Allah dalam mempergunakan dan
mengatur harta itu.
¸´¸ ¯_->´ ì., «]¡l-. _|¸| ,¸1`.`s ¸´¸ !¸L´.¯, . _´ ¸1`.,l¦ .`-1.· !´.¡l. ¦´¸¡´.>: .
G. Kesimpulan
Semua harta atau kekayaan yang ada di bumi ini pada
hakekatnya adalah milik Allah secara mutlak dan tunduk kepada
aturan yang telah digariskanNya. Pengertian harta (maal) dalam
bahasa Arab ialah apa saja yang dimiliki manusia. Ada beberapa
pendapat para ahli yang mendifinisikan tentang harta, diantaranya
secara Istilah madzhab Imam Hanafiyah: Harta adalah semua yang
mungkin dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan. Ada pun hubungan
manusia dengan harta itu sendiri dapat implikasikan dalam 3 bentuk,
yaitu:
1. Allah sebagai pemilik hakiki dari kekayaan ini memberikan
mandat kepada manusia untuk mengatur harta benda yang mereka
milik dengan sebaik-baiknya.
87 Pengantar Ekonomi Islam
2. Konsep tentang kepemilikan harta oleh manusia yang tanpa batas
adalah sesuatu yang tidak diterima.
3. Diharapkan bahwa ketidaksamaan manusia dalam hal kekayaan
hendaknya di terima sebagai fakta natural kehidupan dan
hendaknya juga disadari bahwa ini sesuai dengan hikmah dan
kebijakan Allah.
Cara memperoleh harta yang benar adalah dengan cara,
tujuan dan niat yang baik bukan dengan mengahalalkan semua cara,
dan yang mempunyai konsekwensi jangka panjang dalam artian dapat
dipertanggung jawabkan dihadapan yang Maha Kuasa. Dalam
pemanfaatan harta tersebut kita tidak boleh boros, kikir dan jangan
lupa bershodaqohlah karena sebagian harta yang kita miliki adalah
hak orang lain yang lebih membutuhkan. Pengelolahan harta dalam
Islam yakni: larangan mencampur adukkan yang harta halal dan batil,
larangan mencintai harta secara berlebihan, Memproduksi barang-
barang yang baik dan memiliki harta adalah hak sah menurut Islam.
BAB 8
MARIA ULFA
A. Pendahuluan
Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kebuktian iman kita
kepada Allah dan sesama muslim yang membutuhkannya. Kalau kita
melihat dari penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an istilah shadaqah, zakat,
dan infaq sebetulnya menunjuk kepada satu pengertian yaitu sesuatu
yang dikeluarkan. Zakat, infaq dan shadaqah memiliki persamaan
dalam peranannya memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pengentasan kemiskinan.
Adapun perbedaannya yaitu zakat hukumnya wajib sedangkan
infaq dan shadaqah hukumnya sunnah. Atau zakat yang dimaksudkan
adalah sesuatu yang wajib dikeluarkan, sementara infaq dan shadaqah
adalah istilah yang digunakan untuk sesuatu yang tidak wajib
dikeluarkan. Jadi pengeluaran yang sifatnya sukarela itu yang disebut
infaq dan shadaqah. Zakat ditentukan nisabnya sedangkan infaq dan
sedekah tidak memiliki batas, zakat ditentukan siapa saja yang berhak
menerimanya, sedangkan infaq boleh diberikan kepada siapa saja.
B. Zakat
1. Pengertian Zakat
Menurut Bahasa (lughat), zakat berarti tumbuh atau suci,
sedangkan menurut syara‟ ialah kegiatan mengeluarkan sebagian
harta tertentu diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat.
2. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ke 3, sebab
itu hukum zakat adalah wajib (fardhu a‟in) atas setiap muslim
yang telah memenuhi syarat-syaratnya. Dalil yang menunjukkan
BAB 8
90 Pengantar Ekonomi Islam
bahwa zakat hukumnya wajib antara lain firman Allah dalam
surat an-Nisa‟:77
`¸l¦ ¸. _|¸| _¸¸.]¦ _,¸· ¯¡> ¦¡±´ ¯¡>,¸.,¦ ¦¡.,¸·¦´¸ :¡l¯.l¦ ¦¡.¦´,´ ¸ :¡´¯¸l¦ !
´.¹·
¸¸.´ `¡¸¸¯,ls `_!.¸1l¦ ¦:¸| _,¸¸· ¯¡·¸.¸. ¿¯¡:>´ ´_!.l¦ ¸«´,:>´ ¸<¦ ¸¦ ´.:¦ «´,:>
¦¡l!·´¸ !.`,´¸ ´¸¸l ¸¯,.´ !´.,ls _!.¸1l¦ ¸¯¡l !..¯¸>¦ ´_|¸| ¸_>¦ ¸¸,¸¸· ¯_· _...
!´,.´.l¦ _,¸l· :¸¸>¸¦´¸ ¸¯,> ¸_.¸l _..¦ ¸´¸ ¿¡.lL. ¸,¸.· .
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan
kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang),
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat!" setelah
diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian
dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia
(musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih
sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan kami,
mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?
mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang)
kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?"
katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan
akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa,
dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.
C. Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan
sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi
syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan Islam. Jika zakat ada nisabnya, infaq tidak mengenal
nisab.
Infaq adalah pengeluaran sukarela yang di lakukan seseorang,
setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya.
Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan
jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan.
Terkait dengan infak ini Rasulullah. bersabda dalam hadits
yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada malaikat yang senantiasa
berdo'a setiap pagi dan sore: "Ya Allah berilah orang yang berinfak,
gantinya. Dan berkata yang lain: "Ya Allah jadikanlah orang yang
menahan infak, kehancuran". (HR. Bukhori).
97 Pengantar Ekonomi Islam
Landasan berinfaq seperti Firman Allah dalam surah al-
Baqoroh ayat 195.
¦¡1¸±.¦´ ¸ _¸· ¸_,¸,. ¸<¦ ¸´¸ ¦¡1l. ¯_>,¸.,!¸, _|¸| ¸«>l¯¸`.l¦ ¦¡`.¸.>¦´¸ ¿¸| ´<¦
´¸¸>´
_,¸.¸.`>.l¦ .
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.
D. Shadaqah
1. Pengertian
Shadaqah ialah pemberian sesuatu kepada seseorang yang
membutuhkan, dengan mengharap ridha Allah semata. Dalam
kehidupan sehari- hari biasa disebut sedekah. Hukum shadaqah
ialah sunnat, hal ini sesuai dengan perintah Allah, sebagai berikut:
.!·´¸ _.¡`. !´.`,´¸ ..¸| ¸,.¦´, _¯¡s¯¸¸· .:¸.´¸ «.,¸¸ ¸´¡.¦´¸ _¸· ¸:¡´,>l¦ !´,.´.l¦
!´.`,´¸ ¦¡l¸.`,¸l _s ,¸l,¸,. !´.`,´¸ `_¸.L¦ ´_ls `¸¸¸¸l´¡.¦ :.:¦´¸ _ls `¸¸¸¸,¡l·
¸·
¦¡`.¸.¡`, _.> ¦`¸¸, ´,¦.-l¦ ,¸¸l¸¦ .
Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau
telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka
kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan
dunia, Ya Tuhan kami- akibatnya mereka menyesatkan
(manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami,
binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati
mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka
melihat siksaan yang pedih."
QS. Yusuf: 88.
98 Pengantar Ekonomi Islam
2. Macam- macam shadaqah
a. Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar.
b. Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya.
c. Membantu urusan orang lain.
d. Berlomba- lomba dalam amalan sehari-hari.
e. Berwajah manis atau memberikan senyuman.
f. Menjenguk orang sakit.
3. Rukun shadaqah dan syaratnya masing- masing adalah sebagai
berikut:
a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda
itu dan berhak untuk mentasharrufkan (memperedarkannya).
b. Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan
demikian tidak syah member kepada anak yang masih dalam
kandungan ibunya atau memberi kepada binatang, karena
keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.
c. Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang
yang memberi sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan
dari orang yang menerima pemberian barang yang diberikan,
syaratnya barang yang dapat dijual.
99 Pengantar Ekonomi Islam
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat.
http://www.eramuslim.com/konsultasi/zakat/infaq-dan- zakat.htm.
100 Pengantar Ekonomi Islam
BAB 9
MAULANA SAIKHUDIN
A. Pendahuluan
Ketetapan “boleh” dan “tidak” dalam kehidupan manusia
telah dikenal sejak manusia pertama, Adam dan Hawa diciptakan.
Seperti dikisahkan dalam kitab suci al-Qur‟an, kedua sejoli ini
diperkenankan oleh Allah memakan apa saja yang mereka inginkan
di surga, namun jangan sekali-kali mendekati pohon yang apabila
dilakukan mereka akan tergolong orang-orang yang dzalim (al-
Baqarah: 35)
!´.l·´¸ `¸:!:., _>`.¦ ¸.¦ ,`>¸¸´¸ «.>'¦ ¸´´¸ !¸.¸. ¦.s´¸ ¸,> !..:¸: ¸´¸ !,¸1.
¸:¸..> :¸>:l¦ !.¡>.· ´_¸. _,¸.¸¹.Ll¦ .
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan
isterimu surga ini, dan makanlah makanan- makanannya yang
banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah
kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk
orang-orang yang zalim. (QS: Al-Baqoroh: 35)
Tata nilai itu diletakkan sebagai regulator kehidupan guna
mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh tingkah laku manusia
yang cenderung egoistis dan liar. Tata nilai itulah yang disebut
dengan etika. Seruan untuk menentukan nilai-nilai etika, sebagaimana
diungkap di atas terjadi disetiap sudut kehidupan duniawi dan pada
setiap zaman. Karena kalau tidak, niscaya tidak ada kaidah yang
dapat menjadi tolak ukur nilai kebajikan dan kejahatan, kebenaran
dan kebatilan, kesempurnaan dan kekurangan, dan lain sebagainya.
Islam sebagai agama dengan sistem komprehensif juga
mengatur aspek-aspek di atas dengan basis moralitas. Islam
mengombinasi nilai-nilai spiritual dan material dalam kesatuan yang
BAB 9
101 Pengantar Ekonomi Islam
seimbang dengan tujuan menjadikan manusia hidup bahagia di dunia
dan di akhirat.
B. Definisi Etika
Menelusuri asal- usul etika tak lepas dari asli kata ethos dalam
bahasa Yunani yang berarti kebiasaan (custom) atau karakter
(character). Dalam kata lain seperti dalam pemaknaan dan kamus
Webster berarti “the distinguishing character, sentiment, moral
nature, or guiding beliefs of a person, group, or institution” (karakter
istimewa, sentimen, tabiat moral, atau keyakinan yang membimbing
seseorang, kelompok atau institusi). Sementara ethics yang menjadi
padanan dan etika, secara etimologis berarti “the discipline dealing
with what is good and bad and with moral duty and obligation‟, „a
set of moral principles or values‟, „a theoru or system of moral
values.‟
Definisi lain yang tentang etika mengatakan sebagai
philosophical inquiry into the nature and grounds of morality‟.
Dalam makna yang lebih tegas, yaitu kutipan dari buku kuliah etika
mendefinisikan etika secara terminologis sebagai berikut: „The
systematic study of the nature or value concepts, good, bad, ought,
right, wrong, etc. and of the general principles which justify us in
applying them to anything; also called moral philosopy. Ini artinya,
bahwa etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai,
baik, buruk, harus, benar, salah dan lain sebagainya dan prinsip-
prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikannya
atas apa saja. Di sini etika dapat dimaknai sebagai dasar moralitas
seseorang dan di saat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam
berperilaku.
Secara terminologis arti kata etika sangat dekat pengertiannya
dengan istilah al-Qur‟an al-Khuluq. Untuk mendeskripsikan konsep
102 Pengantar Ekonomi Islam
kebijakan, al-Qur‟an menggunakan sejumlah terminologi sebagai
berikut: khair, bir, qist, „adl, haqq, ma‟ruf, dan taqwa. Dari uraian
tersebut ada persinggungan makna antara etika, moral, dan norma
yang terkandung yang digunakan secara tumpang-tindih. Untuk itu
perlu adanya pendefinisian moral dan norma sehingga jelas
perbedaan antara ketiga hal tersebut.
C. Definisi Moral
Moral berasal dari kata Latin „mos‟ (bentuk jamaknya yait u
„mores‟) yang berarti adat dan cara hidup. „Mores‟ dalam bahasa
inggris adalah morality yang berarti „general name for moral
judgment, standards, and rules of conduct.‟ Dalam makna lain
morality berarti „a doctrine or system of moral conduct/particular
moral principles or rules of conduct.‟
Ini artinya, bahwa moralitas merupakan sebutan umum bagi
keputusan moral, standar moral, dan aturan-aturan berperilaku yang
berangkat dari nilai- nilai etika. Hal itu tidak saja dalam format
keputusan, standar, dan aturan-aturan aktual yang ada dalam
masyarakat, tetapi juga meliputi keputusan-keputusan ideal yang
dibenarkan dengan alasan yang rasional.
D. Definisi Norma
Norma secara etimologis bermakna „an authoritative
standard‟ atau principle of right action bidding upon the members of
a group and serving to guide, control or regulate proper and
acceptable behavior. Artinya, bahwa norma merupakan alat ukur dan
standar yang punya kekuatan yang dapat mengarahkan anggota
kelompok, mengontrol, dan mengatur perilaku baiknya. Ia menjadi
kaidah dan aturan bagi sebuah pertimbangan dan penilaian.
103 Pengantar Ekonomi Islam
Jadi, ringkasannya menurut Drs. Achmad Charris Zubaik
bahwa norma adalah „nilai yang menjadi milik bersama, tertanam,
dan disepakati semua pihak dalam masyarakat‟ yang berangkat dar i
nilai baik, cantik atau berguna yang diwujudkan dalam bentuk
perbuatan kemudian menghadirkan ukuran atau norma. Artinya,
norma bermula dari penilaian, nilai, dan norma.
Macam- macam norma:
1. Norma teknis dan permainan: hanya berlaku untuk mencapai
tujuan tertentu, seperti aturan main bulu tangkis dan lain- lain.
2. Norma yang berlaku umum.
3. Peraturan sopan santun.
4. Norma hukum, yaitu norma yang pelaksanaannya dapat dituntut
dan dipaksakan serta pelanggarannya ditindak (mencuri dan lain-
lain).
5. Norma moral, yaitu pelanggaran yang belum tentu
pelanggarannya ditindak seperti hubungan di luar nikah yang
secara moral dilarang oleh agama, tetapi tidak mendapat
hukuman positif yang berlaku.
- Norma moral
- Norma hukum
- Norma sopan santun
http://astro.temple.edu/~dialogue/Codes/cmj codes.htm.
http://Prinsip-PrinsipDasardalamEtikaBisnisIslam- zonaekis.com.htm.
http://ETIKABISNISNABIMUHAMMADSAW_BISNISISLAMI.htm.
http://danang/e-riandyfikar.blogspot.com.
120 Pengantar Ekonomi Islam
BAB 10
MUHAMAD ARIS