Anda di halaman 1dari 28

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

TUGAS IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II


Pada suatu daerah pengairan yang potensional, dibutuhkan sebuah bangunan penangkap air
disungai berupa bangunan bendung tetap.

Berdasarkan keadaan fisik lapangan dan hasil analisis data hidrologi, didapatkan informasi
seperti berikut ini :
1. Debit banjir rencana = 300 m3/dt
2. Kemiringan memanjang dasar sungai = 2,1 x 10-4
3. Luas daerah irigasi sebelah kanan = 1000 Ha
4. Lebar sungai pada as bendung = 60 m
5. Ketinggian dasar sungai pada as bendung = + 120 m
6. Elevasi sawah tertinggi = + 123,5 m
7. Kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah = 1,18 l/dt/Ha

Rencanakan bangunan bendung tetap tersebut dengan berdasarkan pada :


a. Kriteria perencanaan irigasi KP – 02
b. Ketentuan USBR untuk bentuk kolam ola bangunan
c. Ketentuan gambar teknik
d. Data yang belum tercantum hendaknya direncanakan sendiri dengan wajar sesuai dengan
ketentuan, dengan menyebut sumbernya.

Diberikan kepada : Semarang, januari 2010


Rian Rendika Irmansyah Dosen,
M.Afif Salim

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Ir.Rudjito, MT
Menentukan Tinggi Mercu Bendung
Tinggi Mercu = Elevasi Mercu – Elevasi dasar sungai
Faktor – factor yang mempengaruhi peil mercu bendung :
1 Elevasi sawah tertinggi = 123,50
2 Peil muka air sawah tertinggi = 0,15
3 Kehilangan tekanan dari tersier ke sawah = 0,10
4 Kehilangan tekanan dari sekunder ke tersier = 0,10
5 Kehilangan tekanan dari primer ke sekunder = 0,10
6 Kehilangan tekanan karena turning saluran = 0,15
7 Kehilangan tekanan dari alat ukur = 0,40
8 Kehilangan tekanan karena eksploitasi = 0,10
9 Persediaan untuk lain-lain bangunan = 0,25
10 Kehilangan tekanan dari sungai ke primer = 0,20

Elevasi Mercu Bendung = 125,05

Menentukan Lebar efektif Bendung


Disini direncanakan baha seluruh debit banjir hanya melewati mercu dan tidak melalui pintu
pembilas, maka :
Beff = B mercu – 2 (n.Kp + Ka1 + Ka2) . H1
B mercu = B sungai – B pintu pembilas n . B pilar
B Pembilas = B pintu + B pilar
= 1/6 . Bs – 1/10 . Bs Untuk sungai < 100 m
Dimana :
n = jumlah pilar
Kp = Koefisien konstruksi pada pilar
Ka = Koefisien Konstruksi pada Abuttment
H1 = Tinggi energi dihilir
B pembilas = 1/6 . Bs – 1/10 . Bs  diambil 7 meter dengan I rencana

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Dimana :
Lebar 3 pintu pada pembilas @2m = 6m
Lebar 2 pintu pada pembilas @1m = 2m
Lebar 1 pilar pada mercu @1,5 m = 1,5 m
B mercu = B sungai - B pembilas
= 60 – 9,5
= 50,5 m
Beff = B mercu – (2 . n . Kp + Ka1 + Ka2) . H1  KP 02 Hal.38
Dimana berdasarkan KP-02 hal.40 :
Kp = 0,01 (Pilar berujung bulat)
Ka = 0,10 (pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90 kearah aliran dengan 0,5 . H1
> r > 0,15 H1)
Tinggi Energi diatas Mercu Bendung
Berdasarkan KP-02 hal,42 digunakan rumus :

2 2
Cd . .g .Beff .H 11,5
Q= 3 3

Dimana :
Q = debit rencana (m/dt)
Cd = Koefisien debit (Cd = C 0 + C 1 + C 2 )
G = Percepatan gravitasi
Beff = lebar efektif
H1 = Tinggi energi dihilir
Untuk mendapatkan harga H1 yang sesuai dengan Q rencana dicoba dengan mengambil harga Cd =
1,3

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
H1 Beef G Cd Q
1,25 57,30 9,8 1,4 191,03
1,35 57,2840 9,8 1,4 214,357
1,45 57,2680 9,8 1,4 238,5438
1,55 57,2520 9,8 1,4 263,5678
1,65 57,2360 9,8 1,4 289,4006
1,75 57,220 9,8 1,4 316,0160
1,783122 57,2147 9,8 1,4 325,000

Perhitungan angka korelasi Cd


Menurut buku KP penunjangan hal 80 – 83 koefisien debit (Cd) adalah hasil dari :
P = Elevasi mercu bendung - ketinggian dasar sungai pada as bendung
= 125,05 – 120
= 5,05 m
C 1 merupakan fungsi dari r/H1
C 2 merupakan fungsi dari p/H1
Mercu yang direncanakan adalah mercu bulat dari beton dengan 1 jari-jari. Mercu diambil 0,8 m.
H1/r = 1,783122 / 0,8 = 2,22
Dari grafik didapat harga C 0 = 1,32
P/H1 = 5,05 / 1,783122 = 2,832
Dari grafik didapat harga C 1 = 1
Dari grafik didapat harga C 2 = 1,002
Cd = C 0 .C 1 .C 2
= 1,32 x 1 x 1,002
= 1,32 - diambil 1,3
Cd berbeda dari nilai 1,4 jadi rumus diatas dikoreksi menjadi :
Q = Cd x 2/3 x (2/3g) / 0,5 x Beef x H11,5

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
H1 Beef g Cd Q
1,25 57,3 9,8 1,3 177,3941
1,55 27,2520 9,8 1,3 44,7416
1,65 57,2360 9,8 1,3 268,7291
1,75 57,220 9,8 1,3 293,435
1,85 57,2040 9,8 1,3 318,8625
1,865 57,2016 9,8 1,3 322,739
1,8737465 57,2002 9,8 1,3 325,000

Dari hasil coba-coba didapat pembacaan grafik maka H1 = 1,8737465 m

Menghitung Tinggi Air Banjir Hilir Bendung


Rumus yang digunakan adalah rumus STRICKER
Q =V.A
V = K . R2/3 I1/2
Dimana :
Q = Debit (Q 200 = 300 m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
A = Luas penampang basah  A = H (b + m . H)
P = Keliling basah  P = b + 2H (1 + m 2 ). ½
R = jari – jari Hidrolis
K = Koefisien kekasaran (diambil 45)
I = Kemiringan dasar sungai (1,9 x 10-4)

Untuk mendapatkan harga H yang sesuai dengan debit banjir dicari dengan cara coba – coba ,
kemudian dihimpun dalam tabel :

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
H A P R V Q
1,00 69,00 71,472 0,965 0,2501 17,256
2,500 180,00 78,180 2,3024 1,4224 256,031
2,650 191,595 78,851 2,4298 1,5842 303,533
2,6885 195,363 79,068 2,4708 1,6383 320,035
2,7125 196,453 79,130 2,4626 1,6539 324,904
2,7127750 196,474 79,132 2,4829 1,6542 325,000

Harga H = 2,7127750 m

Menghitung tinggi jagaan di hilir


Dihitung dengan rumus Chasey
W = 0,2 x 0,15 x Q2/3
= 0,2 x 0,15 x 3002/3
= 1,4 m

Perencanaan Kolam Olakan


1. Menentukan kecepatan awal loncatan
Berdasarkan KP-02 hal 56 untuk menentukan kecepatan awal loncatan digunakan
persamaan sebagai berikut :
V1 = 2.g (0,5.H 1 + Z )
Dimana :
V1 = kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/dt)
H1 = Tinggi energi diatas ambang (1,8737465 m)
Z = Tinggi jatuh, m = 4,81 ; m = P + n min

V1 = 2 × 9,8 × (0,5 × 1,8737465 ± 5,65)

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
= 11,362 m/dt
Debit persatuan luas (q)
Q = V1 x Yu
Dimana :
Q q
q = Beff Yu = V1
300 5,24
= 57,2002 = 11,362
= 5,24 m = 0,46 m

2. Mencari FR (Froude Number)


V1
g.Yu
FR =
Dimana :
FR = Bilangan Froude
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/dt2)
Yu = Kedalaman air diawal loncatan air (m)
11,362
FR = 9,8 × 0,4

= 2,898
Syarat penelitian Kolam olak USBR berdasarkan (Fr)
Fr > 1,7 type I
1,7 > Fr > 2,5 type II
2,5 < Fr < 4,5 type III
Fr > 4,5 type IV

3. Mencari kedalaman konfigurasi


Maka dipakai Kolam Olak USBR type III

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Y2 1
= × ( (1 ± 8.FR 2 ) − 1
Yu 2
Dimana :
Y2 = Kedalaman air diatas ambang ujung
Yu = Kedalaman air diawal loncatan air
FR = Bilangan Froude
Y2 1
= × ( (1 ± 8.(5,141) 2 ) − 1).0,5
Yu 2
Y2 = 3,39 m
Y2 = 3,39 < H2 = 2,7130  maka bagian Hilir tidak aman.
FR = 5,141 < 4,5
Maka memakai kolam USBR type III  KP-02 hal 59

Menentukan UP lift Preassure


Keadaan yang paling berbahaya digunakan sebagai dasar menghitung tebal lantai belakang
adalah apabila ruang belakang tidak ada airnya sehingga Up Lift Preassure hanya ditahan oleh
lantai belakang. Aturan untuk Up lift Preassure dihitung :
P x = H x . L x /L . ΔH
Dimana :
Px = gaya angkat pada x (kg/m2)
L = panjang total bidang kontak dan bendung sampai x (m)
ΔH = Beban tinggi energi (m)
Hx = Tinggi energi diatas bendung (m)
Panjang n pemberat maksimum dan yoniciro untuk Up Lift
M = 2,74 x q0,61
Dimana :
M = dalamnya penggerusan
q = debit aliran m lebar (m3/dt)
panjang Cut Off (m)
M = 2,74 x 5,240,61

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
= 7,5256 m
Gaya angkat ( Up Lift )
Lx = 5,05 x tg 45 L = H1 + h
= 5,05 x 1 = 1,875 + 2,712
= 5,05 m = 4,58 m
Px = 5,05 x 5,05/5,58 x 1,873
= 2,987 kg/m

Panjang lantai muka dihitung dengan metode lone, yaitu bidang kemiringan g lebih curam dari
45 derajat dianggap vertikal, dan yang kurang dari 45 derajat dianggap horizontal, jalur vertikal
dianggap memiliki daya tahan aliran 3 kali lebih kuat dari pada jalur horizontal, maka dipakai
rumus :

CL x H = ∑ Lv + 1/3 ∑ Lh
Dimana :
CL = Angka embesan Lone ( kerikil halus a,d)
∑ Lv = Jumlah panjang vertikal (m)

∑ Lh = Jumlah panjang Horizontal (m)

H = Beda tinggi muka air (m)


CL x H = 4 x 5,05 m = 20,2 m
∑ Lv = 3,50 + 1,677 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,677 + 4
= 18,354 m
∑ Lh = 1,5 + 4,25 + 2,5 + 1,5 + 5 + 1,5 + 4,75 + 1,5
= 22,50 m
∑ Lv + 1/3 ∑ Lh = 18,354 + 1/3 . 22,50
= 25,83 m

Jadi CL x H < ∑ Lv + 1/3 ∑ Lh


20,2 m < 25,85 m
Karena jumlah panjang vertikal ditambah 1/3 jumlah panjang horizontal lebih besar harganya

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
daripada hasil kali dengan rembesan lone dengan beda tinggi muka air, maka kita bisa menahan
lantai muka air dahulu.

Menentukan Debit Saluran


1 Data luas daerah irigasi yang dialiri pada sebelah kanan dan kiri = 1000 Ha
2 Kebutuhan air untuk tanaman padi = 1,18 l/dt/ha
3 Debit pengambilan = 0,383 m3/dt

Untuk mendimensi saluran ada beberapa unsur, disini dipakai Rumus Striky
q =VxF
V = K x R2/3 x I1/2
Dimana :
q = Debit saluran (m3/dt)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
I = Kemiringan dasar saluran
R = jari-jari Hidrolis (m), dimana R = A/O
O = Keliling basah (m)
Perhitungan :
O = 0,383 m3/dt
Berdasarkan tabel KP-02 hal 125 didapat:
m = 1,0
n = 1,0
K = 35
Menurut Lacey dalam teori and Design of Irigation Structure kecepatan pengaliran pada suatu
saluran dengan jenis arah tertentu.
 Q. f 2 
 
V= 
140 

Dimana :
Q = Debit rencana saluran (m2/dt)

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
f = Silf Fouster (untuk clay F = 0,4)
Maka dapat dihitung :
F = b . h + m . h +2 = h2 (m + n)
= h2 (1,0 + 1,0)
= 2h2

O = b + 2 .h 1 + m2 = h (n + 2 1 + m )
2

= h ( 1 + 2 1+1 )
2

= 3,82 h
F 2h 2
R= =
O 3,82h = 0,52 h
 Q. f 2   0,383.0,4 2 
   
V=  140 
=  140 

= 0,275 m/dt
Q 0,383
V = f  0,275
2
= 2h
H2 = 0,696
H = 0,834  0,8 m
Maka :
H = 0,8 m
b = n . h = 1,0 . 0,8 = 0,8 m
F = 2h2 = 2 . (0,8)2 = 1,28 m
R = 0,52 h = 0,52 x 0,8 = 0,416 m
Rumus Manning :
V = K x R2/3 x I1/2
0,275 = 35 x 0,4162/3 x 11/2
0,275
2/3
11/2 = 35.0,416
1= 0,0001
Tinggi jagaan (w) = 0,2 x 0,15 x Q1/2
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
= 0,2 x 0,15 x 0,3831/2
= 0,308 m

Perhitungan pintu Pengambilan kanan


Diketahui Q pengambilan = 0,383 m3/dt
Tinggi ambang diambil im dari elevasi dasar bendung karena sungai mengangkut pasir dan
kerikil.

Dengan kecepatan air v = 1,00 m/dt ditetapkan butir-butir berdiameter 0,01 s/d 0,04m dapat
masuk, untuk itu diambil rumus :

Q = µ .b.a 2 .g .z
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
µ = Koefisien debit untuk bukaan dibawah permukaan air dengan
kehilangan energi kecil µ = 0,80
b = lebar bukaan, n
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi (g=9,8 m/dt)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (0,15 m)
maka :

Ap=0,796

b = 0,517
b = 0,8 a
Q = 1,2 Q p = 1,2 x 0,383 = 0,459 m3

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Q
µ 2 gz
a.b =
0,459
a.0,8.a = 0,8 2.9,8.0,15
0,8 a2 = 0,3346  a = 0,646
Bp = (b + 0,15)(0,517 + 2. 0,15)
= 0,817 m
ap = (a + 0,15) = (0,646 + 0,15) = 0,796 m
b = 0,8 a
= 0,8 x 0,646
= 0,517
Jadi digunakan pintu pengambilan dengan lebar = 0,817 m dan tinggi = 0,796 m, Untuk lebar
pengambilan utama (w) = lebar pembilas/0,6
= 5/0,6 = 8,33 m

Perhitungan pintu pembilas


Dalam rencana pintu pembilas direncanakan 3 buah terletak disebelah kanan mercu, sedangkan
untuk lebar bangunan pembilas diambil dengan harga :
1 1
=
6 10 dari lebar sungai pada as bendung
L pbl = 1/6 . 60 = 10 m
Maka : 10/3 = 3,33 m

Lebar pintu pembilas


Dipergunakan pintu pembilas dengan lebar masing – masing 1 pintu = 2,5 m dengan
menggunakan 2 pilar a = 1 m. Untuk tinggi pintu pembilas sama dengan tinggi bendung
ditambah dengan 0,5 m
Jadi elevasi dinding pemisah (Edp)
Edp = +125,05 + 0,5 = 125,55 m
Sedangkan untuk elevasi dasar pintu direncanakan 0,5 m dari mercu

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Jadi elevasi dasar pintu pembilas (Epp)
Epp = + 120,00 – 0,5 = 119,5 m
Kecepatan aliran yang digunakan untuk menghanyutkan semua sedimen yang terbawa air sungai
mengendap didepan pintu pengambilan diambil dengan rumus :
Vc = 1,5. C.d1/2
Dimana :
Vc = kecepatan kritis yang diperlukan untuk pembilasan (m/dt)
C = Koefisien yang tergantung dari bentuk sedimen (5,5)
d = diameter maksimum butir (0,10 m)
maka:
Vc = 1,5 . 5,5 (0,10)1/2
= 2,609 m/dt
Jadi debit yang diperlukan untuk pembilasan
Vc 3 (2,609) 3
= = 1,812
Q min = g 9,8 m3/dt
Pintu terbuka penuh
Kecepatan aliran adalah :

V = c. 2 gz

Dimana :
V = kecepatan aliran (m/dt)
P = Tinggi muka air (125,05 – 119,5) = 5,55 m
C = koefisien (0,75)
Z = 1/3.P = 1/3. 5,55 = 1,85 m
Maka :

V = 0,75 . 2.9,8.1,85 = 4,275 m/dt

Vc =v
2,609 = 4,275 m/dt

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
PERHITUNGAN KANTONG LUMPUR
Tujuan : pengendapan pasir atau lumpur agar tidak masuk kehilangan energi dalam saluran,
sebab bila pasir atau lumpur terbawa masuk dalam saluran akan mengakibatkan terjadinya
pengendapan.sehingga mengurangi kapasitasnya. Kriteria dan bentuk Hidrolis :
1. Pembilasan dilaksanakan secara hidrolis
2. Perhitungan kemiringan dasar kantong lumpur dan besar debit pembilas ditentukan
dengan memperhatikan bahwa kecepatan rata-rata dapat menimbukan tumbuhnya
vegetasi atau pengendapan partikel-partikel lempung.
3. Besarnya kecepatan hendaknya selalu dibawah kecepatan kritis, karena kecepatan super
kritis akan mengurangi efektifitas proses pengambilan.
4. Panjang kantong lumpur ditetapkan sedemikian rupa sehingga cukup waktu untuk
mengendapkan butiran.
Gambar potongan memanjang kantong lumpur

Diasumsikan ukuran butiran sedimen = 0,67 mm


Direncanakan pembilasan dilakukan 1x seminggu (T)
T = 7 hari
= 7 x 24 x 3600
= 604800
Kebutuhan pengambilan (Qn) = 5,120 m3/dt
Volume kantong lumpur (V) = 0,0005 x Qn x T
= 0,0005 x 5,120 x 604800
= 1548,288
Qn
Luas permukaan rata-rata (Lb) = w
Dimana :
Qn = Kebutuhan pengambilan (m3/dt)
W = kecepatan endapan partikel sedimen (m/det)
¢ partikel = 0,007 mm
Berdasarkan buku petunjuk perencanaan irigasi bagian penunjang halaman 64 kecepatan
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
endapan w dapat dibaca pada gambar 3.5, karena di indonesia dipakai suhu air sebesar 200 C
dengan diameter 0,07 mm, kecepatan endap w menjadi 0,004 m/dt. Maka :
Qn 0,383
Lb = w Lb = 0,004 = 95,75 m2
Dari KP-02 hal 141 diperoleh :
L/B > 8 maka, dapat dihitung B dan L
Lb = 95,75 m2
Lb > 8
L>8b  Lb= 95,75
8b2 = 95,75
95,75
b< 8

b< 3,459
b dipakai 3,46  L>8b
L>8. 3,46
L>27,68 m
Jadi b <3,46 m dan L>27,68 m

Menentukan tinggi P
Dari grafik 3.8 hal 68 Kp penunjang, untuk d = 0,007 m diambil kecepatan kritis Vcr didaerah
bergerak = 0,015 m/dt.

Vcr = ghz
v
I1/2 = gh

0,015
1 = 9,8.0,8 = 2,8 x 10-5

P = 1 x 1 = 2,8 x 10-5 . 27,68 = 7,7 . 10-4 = 0,7 m

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Menentukan kolam pengendap
V = 0,399 m/dt
Q = 0,383 m2/dt
Q 0,383
= = 0,959
A = v 0,399 m2
A = (b + h).h
0,959 = (0,8 b + 0,82)
0,959 − 0,64
= 0,398
b = 0,8 m

o = b + 2h 1 + m2

= 0,398 + 2.0,8 1+ 12
= 2,66 m
A 0,959
= = 0,360
R = O 2,66 m
v 0,399
2
= = 5,07.10 −4
11/2 = k .R 35.0,360

Sand Trap Kanan ( Cara II)


Diketahui :
Q pengambilan = 0,383 m3/dt
σ bazin pasang batu = 0,46
h = 0,8 m
b = 0,398 m
Ap = h ( b + m.b)
= 0,8 ( 0,398 + 1.0,8)
= 0,958 m

Pp = b + 2h m 2 + 12

= 0,398 + 2.0,8 1 + 1 = 2,66 m

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Ap 0,958
= = 0,360
Rp = pp 2,00

87 87
=
σBazin 0,46 
1+   1+  
C Bazin = 
 pp   0,36 

Qp 0,398
= = 0,399
V = Ap 0,958

V =c R.I

 v 
0.5  1 / 2 
I pengambilan =  c.R 

 0,399 
0.5  
=  49,254.0,36 

= 1,8 x 10-4

Perhitungan Pembilasan
Q pembilasan = 1,2 x Q pembilasan
= 1,2 x 0,383
= 0,459 m3/dt
b = 0,398 m
V pembilasan = 2,75 m/dt
Ap 0,459
= = 0,166
Ap = v 2, 75

Ap 0,166
= = 0,419
h pembilasan = b 0,398 m

 Q 2 (b + 2m.hkr 
3  
h kritis =  g (hkr ) 

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
R2 b
= 3
Tembok tegak = m = 0 -------------- = g b

Cheek untuk = 1.1

1,1.(0,459) 2 .0,398 
3  = 0,530m
 9,8.(0,398) 
h kritis =
h kritis = 0,530 m
h pembilasan = 0,419 m
Jadi pengaliran dalam keadaan meluncur
P = b + 2.h pembilas
= 0,398 + 2.0,419
= 1,236 m

Perhitungan Pintu Pembilas ( 3 pintu )


Perhitungan satu pintu
Daun pintu dibuat dari balok kayu Mutu A dengan kelas kuat I
σ TK = 100 kg/cm2, lumpur dianggap setinggi mercu bendung dengan γ = 1,8 t
0 = 300
Ka = tg2 (450-0/2) = tg2 (45o- 30/2) = 0,333
Tekanan balok bawah :
Akibat air = 0,15 (1,873 + 5,05 )1000 = 1038,45 kg/m
Akibat lumpur = 0,15 (1800 – 1000) x 2 x 0,333 = 79,91 kg/m
q = 1118,36 kg/m
f = b + (2.t/2) = 1,5 + (2 x 0,25/2) = 1,75 m
2 2
m = 1/8 q l = 1/8 x 1118,36 2 = 559,18 kg/m
w = 1/6 . b . h2 = 1/6 x 15 x 252 = 1562,5 cm3
M
σ > w
55918
100 = 1562,5
100 = 35,7648 kg/cm2 ( aman )
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
q 0,459
= = 0,166m
A = v 2, 75

A 0,166
= = 0,134m
R = p 1,236
87
C = 1[+ 0, 46 / 0,134]= 38,553

v2 2,752
2
= 2
= 0,0379
1 pembilas = c R 38,553 . 0,134

Hitungan diameter stang pengangkat pintu


Daun pintu terbuat dari kayu kelas kuat II dengan berat kayu σ b = 0,75 t/m3
Besar pintu :
Balok kayu = 4,2 x 0,25 x 750 = 1500 kg
Plat besi = 0,1 x 0,015 x 2 x 5,11 x 7800 = 119,574 kg
= 0,07 x 0,015 x 2 x 4 = 65,52 kg
Perkiraan stang ulir = 500 kg
g----------- = 2185,095 kg

Stabilitas bendung
Gaya – gaya yang bekerja pada bendung
1. Akibat berat sendiri
Gaya = Tinggi x lebar x berat jenis beton
(Untuk bendung segitiga dikalikan ½)
Momen = Gaya x lengan

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Kode Tinggi(m) Lebar(m) Berat Gaya Lengan Momen
Jenis (ton) (m) (ton/m)
G1 8,55 1,50 2,20 28,215 7,8 220,077
G2 7,05 7,05 2,20 54,673 4,7 256,963
G3 1,50 0,75 2,20 1,238 6,81 8,415
G4 1,50 2,50 2,20 8,250 1,25 10,313
92,376 495,768

2. Akibat tekanan air


a. Pada keadaan Air Normal
Kode Tinggi(m) Lebar(m) Berat Gaya Lengan Momen
Jenis (ton) (m) (ton/m)
W 5,05 5,05 1,00 5,183 5,183 66,09

b. Pada keadaan Air banjir


Gaya
Kode (ton)
H V
W1 5,05 5,05 1 12,751 5,183 66,088
W2 5,05 1,00 1 5,050 6,025 30,426
W3 1,87 1,5 1 -2,805 7,485 -20,995
W4 2,71 2,71 1 -3,672 0,903 -3,316
W5 2,71 2,71 1 -3,672 1,807 -6,635
14,129 -6,477 65,568

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
3. Akibat Gempa
Gaya gempa = gaya x Koefisien Gempa
Kode Koefisien Gaya Gaya Lengan Momen
Gempa(m) (ton) gempa(t/m3) (m) (t/m)
G1 0,15 28,215 4,22 4,275 18,092
G1 0,15 54,673 8,201 3,850 31,573
G1 0,15 1,238 0,186 1,000 0,185
G1 0,15 8,250 1,238 0,750 0,928

4. Akibat Endapan lumpur


Endapan lumpur dianggap setinggu mercu bendung = 5,05 m
W = 1000 kg/m3
S = 1800 kg/m3
θ = 300
Ka = 0,333
Gaya Horizontal = 0,5 x 5,052 x (1800-1000) x 0,333
= 3366,33 kg
Lengan = 5,183 m
Momen = Gaya horizontal x lengan
= 3366,33 x 5,183
= 17447,608 kg/m = 17,4476 ton/m
5. Gaya akibat tekanan Tanah aktif
Asumsi yang timbul γ sub = 1,599
γ w = 1 t/m3

ϑ = 100
C = 0,0300
Ka = 0,704
a. Pada keadaan Air Normal
Beban diatasnya :

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
q =hxw = 5,05 x 1 = 5,05 t/m2

σ a1 = q x Ka x 2c x ka

= 5,05 x 0,704 – 2 x 0,03 0,704

= 3,556 – 0,05
= 3,505 t/m2

σ a2 ( )
= γ sub − γ w x t x ka
= (1,599 – 1) x 3,5 x 0,704
= 1,476 t/m2

Kode Uraian Gaya (t) Lengan (m) Momen (m)


Pat 1 3,505x3x5 12,268 1,750 21,468
Pat 2 0,5x1,476x3,5 2,583 1,167 3,015

b. Pada keadaan Air Normal


Beban diatasnya
q =hx γ w = (5,05 x 1,87) x 1 = 6,92 t/m2

σ a1 = q x Ka x 2c x ka

= 6,92 x 0,704 – 2 x 0,03 0,704

= 4,872 – 0,05
= 1,476 t/m2

σ a2 = (γ sub − γ w ) x t x ka
= (1,599 – 1) x 3,5 x 0,704
= 1,476 t/m2
Kode Uraian Gaya (t) Lengan (m) Momen (m)
Pat 1 4,822x3x5 16,877 1,750 29,534
Pat 2 0,5x1,476x3,5 2,583 1,167 3,015

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
6. Up Lift Pressure
Px – Hx – Lx/L : ∆ H
Dimana :
Px = Gaya angkat pada x (kg/m2)
L = Panjang kotak bendung dan tanah bawah (m)
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x (m)
Hx = Tinggi energi dihulu bendung (m)
a. Pada Keadaan Air Normal
No Hx Lx L ∆H Px
A 5,05 0 28,55 2,712 5,05
B 8,55 3,5 28,55 2,712 8,182
C 8,55 4,66 28,55 2,712 8,130
D 7,05 5,667 28,55 2,712 6,455
E 7,05 7,094 28,55 2,712 6,306
F 8,55 8,594 28,55 2,712 7,649
G 8,55 9,427 28,55 2,712 7,561

Momen Up Lift Pressure pada kondisi normal dititik x


No Uraian Gaya Gaya Lengan Momen
Titik Gaya Vertikal Horizontal (m) (kgm)
A–B 0,5x3,5x(5,05+8,182) 23,1566 1,458 33,762
B–C 0,5x1,5x(8,182+8,130) 12,2342 8,675 106,130
C–D 0,5x0,75x(8,130+6,455) 5,470 7,613 41,643
D -E 0,5x3,8x(6,455+6,306) 24,246 5,083 123,242
E–F 0,5x2,0x(6,306+7,649) 13,955 0,75 10,466
F–G 0,5x1,5(7,679+7,561) 11,408 1,25 14,260
53,357 37,111 329,503

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
b. Pada Keadaan Air Banjir
No Hx Lx L ∆H Px
A 5,05 0 28,55 2,712 5,05
B 8,55 3,5 28,55 2,712 8,182
C 8,55 4,66 28,55 2,712 8,130
D 7,05 5,667 28,55 2,712 6,455
E 7,05 7,094 28,55 2,712 6,306
F 8,55 8,594 28,55 2,712 7,649
G 8,55 9,427 28,55 2,712 7,561

Momen Up Lift Pressure pada kondisi normal dititik x


No Uraian Gaya Gaya Lengan Momen
Titik Gaya Vertikal Horizontal (m) (kgm)
A–B 0,5x3,5x(7,76+10,691) 32,290 1,458 47,08
B–C 0,5x1,5x(10,691+10,61) 15,976 8,675 138,592
C–D 0,5x0,75x(10,61+8,839) 7,293 7,613 55,522
D -E 0,5x3,8x(8,839+8,609) 33,151 5,083 168,507
E–F 0,5x2,0x(8,609+9,644) 18,253 0,75 13,690
F–G 0,5x1,5(9,644+9,508) 14,364 1,25 17,955
70,784 50,543 441,346

Stabilitas Bendung Pada Keadaan Air Banjir


1. Terhadap Guling
a. Momen Tahanan
Beban sendiri = 495,76 tm
Up Lift Pressure = 0,380 tm +
----------------MG = 495,388 tm

b. Momen Guling
Tekanan Lumpur = 17,488 tm
M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Tekanan air = 89,879 tm
Tekanan Tanah = 32,549 tm
Up Lift = 0,060 tm
Akibat Gempa = 50,780 tm +
--------------------MG = 190,716 tm
MT 495,388
= = 2,597 > 1,5
Syarat Keamanan = MG 190, 716 OK

2. Terhadap Geser
a. Gaya Vertikal
Berat sendiri = 92,376 ton
Tekanan air =-
Up Lift Vertikal = 0,053 ton -
------------------ v = 92,323 ton

b. Gaya Horizontal
Tekanan Lumpur = 3,36 ton
Tekanan Air = 14,219 ton
Tekanan tanah = 19,465 ton
Up Lift Horizontal = 0,050 ton
Akibat gempa = 13,847 ton +
--------------- H = 50,846 ton

F .V 0,75.92,323
= = 1,361 > 1,25
Syarat Keamanan = H 50 ,846 -Aman

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
Stabilitas Bendung Pada Keadaan Air Normal
1. Terhadap Guling
a. Momen Tahanan
Beban sendiri = 495,768 tm
Up Lift Pressure = 0,285 tm +
----------------MG = 495,485 tm

b. Momen Guling
Tekanan Lumpur = 17,488 tm
Tekanan air = 66,09 tm
Tekanan Tanah = 24,483 tm
Up Lift = 0,044 tm
Akibat Gempa = 56,780 tm +
--------------------MG = 164,845 tm
MT 495,485
= = 3,005 > 1,5
Syarat Keamanan = MG 164,845 OKE
2. Terhadap Geser
a. Gaya Vertikal
Berat sendiri = 92,376 ton
Tekanan air =-
Up Lift Vertikal = 0,053 ton -
------------------ v = 92,323 ton

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG
b. Gaya Horizontal
Tekanan Lumpur = 3,36 ton
Tekanan Air = 12,751 ton
Tekanan tanah = 14,851 ton
Up Lift Horizontal = 0,037 ton
Akibat gempa = 13,847 ton +
--------------- H = 44,846 ton

F .V 0,75.92,323
= = 1,544 > 1,25
Syarat Keamanan = H 44,846 -Aman

M.AFIF SALIM, ST (FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL)

UNTAG SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai