Anda di halaman 1dari 28

TUGAS SGD

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK KHUSUS
PASANGAN USIA SUBUR

KELOMPOK I
Magdha Betrissianisa Khoir (131711123001)
Julinda Malehere (131711123003)
Rambu Mema (131711123006)
Laily Bestari P. (131711123008)
Riza Mustika W. (131711123021)
Fiqih Ardi Pradana (131711123025)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
PRODI PENDIDIKAN NERS
ALIH JENIS
2017

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT serta junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah keperawatan komunitas 2 tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KELOMPOK KHUSUS PASANGAN USIA
SUBUR (PUS). Dalam menyelesaikan makalah ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka Mishbahatul M.Has, S.Kep.Ns.,
M.Kep.(NIP: 198509112012122001) selaku dosen mata kuliah keperawatan
komunitas 2 yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat penulis harapkan. Mudah – mudahan makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Surabaya, 29
September 2017

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................
1
Kata Pengantar...........................................................................................................
2
Daftar Isi.....................................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
3
BAB 1 .......................................................................................................................
3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
6
1.3 Tujuan...................................................................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
8
2.1 Pengertian.............................................................................................................
8
2.2 Cakupan PUS .....................................................................................................
8
2.3 Masalah dan Kebutuhan Yang Dialami Pasangan Usia Subur ............................
9
2.4 Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Komunitas ....................................
16
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................
16
3.1 Data Demogrfi .....................................................................................................
16

3|Page
3.2 Pengkajian ..........................................................................................................
18
3.3 Analisa Data .......................................................................................................
19
3.4 Skoring Masalah .................................................................................................
21
3.5 Diagnosa .............................................................................................................
21
3.6 Perencanaan dan Intervensi .................................................................................
22
3.7 POA ....................................................................................................................
26
BAB III PENUTUP .................................................................................................
27
Kesimpulan................................................................................................................
27
Saran...........................................................................................................................
27
Daftar Pustaka............................................................................................................
28

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau pasangan suami istri yang
istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih
dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan) (Kurniawati, 2014). Pasangan
usia subur adalah pasangan yang sudah cukup matang disegala hal, termasuk
organ reproduksi. Di Indonesia pasangan usia subur (PUS) masih sangat

4|Page
tinggi, mereka riskan dan dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan
penduduk di Indonesia.
Profil kesehatan Indonesia 2012 mencatat estimasi jumlah Wanita usia
subur tahun 2012 seumlah 67.133.347 orang, atau sekitar 27,4% total estimasi
jumlah penduduk di Indonesia tahun 2012. Pada tahun 2013, cakupan KB
aktif secara nasional sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi di Indonesia, ada 15
provinsi yang cakupanya masih dibawa cakupan nasional. Data Riskesdas
2010 menyebutkan perkawinan pertama terbesar terjadi pada wanita berusia
15-19 tahun, yaitu 41,9%. Besarnya jumlah wanita usia subur dan usia muda
yang telah melakukan perkawinan pertama di Indonesia membutukan
perhatian khusus untuk dapat menjaga kesehatan reproduksi sehigga
mendukung peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu.
(Kemenkes RI, 2013)
International Conference on Population and Development (ICPD)
pada tahun 1994 di Kairo telah merubah paradigm dalam pengelolaan
masalah kependudukan, yang semula berorientasi kepada penurunan fertilitas
(manusia sebagai obyek) menjadi pengutamaan kesehatan reproduksi
perorangan dengan menghormati hak reproduksi setiap individu (manusia
sebagai subyek). Program keluarga berencana memiliki makna yang sangat
strategis, komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan manusia
Indonesia yang sehat dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan
bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak,
jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas.
Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh
semua negara baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk dunia yang semakin
pesat dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Untuk
menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah melakukan Program
Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007).

5|Page
Terdapat tiga indikator tambahan yang berkaitan dengan KB dalam
Millenium Development Goals (MDGs) 2015 target 5b (Akses Universal
terhadap Kesehatan Reproduksi) yang diharapkan akan memberikan
kontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan ibu. Indikator tersebut adalah
Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Age Specific Fertility Rate (ASFR),
dan unmet need. Target nasional indikator tersebut pada tahun 2015 adalah
CPR sebesar 65%, ASFR usia 15-19 tahun sebesar 30/1000 perempuan usia
15-19 tahun dan unmet need 5%. Dalam upaya akselerasi pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB), dengan memperhatikan
RPJMN dan Renstra BKKBN tahun 2010-2014, maka telah direvisi sasaran
yang hendak dicapai pada tahun 2014. Sasaran yang hendak dicapai pada
tahun 2014 adalah TFR sebesar 2,36, CPR sebesar 60,1% dan unmet need
sebesar 6,5%.
Hal ini tentunya masih belum sesuai dengan capaian pada tahun
sebelumnya yang ingin dicapai oleh pemerintah, sehingga pemerintah sendiri
membuat strategi baru dengan capaian program yang berlangsung sampai
2019 agar pencapaian Program KB dapat meningkat dari tahun sebelumnya.
Melalui upaya pencapaian target/sasaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 untuk menurunkan laju
pertumbuhan penduduk (LPP), angka kelahiran total (TFR), meningkatkan
pemakian kontrasepsi (CPR), menurunkan kebutuhan ber-KB yang tidak
terpenuhi (unmet need), menurunya angka kelahiran remaja 15-19 tahun
(ASFR 15-19 tahun), serta menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari
WUS (15-49 tahun).
Peran keperawatan komunitas menurut Mubarak tahun 2006
Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang
optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.3) Memberikan
asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi
yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.4) Agar

6|Page
masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan
atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang
cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Pasangan Usia Subur (PUS)
2. Apa cakupan Pasangan Usia Subur ?
3. Apa masalah yang dihadapi Pasangan Usia Subur ?
4. Apa program pemerintah dalam mengatasi permasalahan terkait Pasangan
Usia Subur ?
5. Apa peran perawat dalam asuhan keperawatan komunitas ?
6. Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
khusus Pasangan Usia Subur ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Sebagai proses pembelajaran mahasiswa dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Komunitas pada kelompok khusus Pasangan Usia Subur
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Pasangan Usia Subur (PUS)

7|Page
b. Mengetahui cakupan Pasangan Usia Subur (PUS)
c. Mengetahui masalah yang di hadapi Pasangan Usia Subur (PUS)
d. Mengetahui program pemerintah dalam mengatasi permasalahan terkait
Pasangan Usia Subur (PUS)
e. Mampu mengetahui peran perawat dalam asuhan keperawatan
komunitas
f. Mampu menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
khusus Pasangan usia subur

8|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang usia istrinya
antara 15 – 49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya
berusia kurang dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih
dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2011).
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang terikat
dalam perkawinan yang sah yang umur istrinya antara 15-49 tahun (Pinem,
2009).
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 15-49 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal
terlebih organ reproduksinya.
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan
memanfaatkan kesehatan reproduksi yaitu menekan angka kelahiran dengan
metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat
diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi
yang akan datang.
2.2 Cakupan Pasangan Usia Subur
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang usia istrinya
antara 15 – 45 tahun yang kemudian dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yakni :
 Dibawah usia 20 tahun
 Antara 20 – 35 tahun
 Usia diatas 35 tahun
Berdasarkan pertimbangan fisik dan mental usia terbaik melahirkan
adalah antara 20 – 35 tahun, sehingga sangat dianjurkan bagi setiap wanita
dapat menikah diatas 20 tahun.
Upaya peningkatan cakupan dilakukan melalui :
 Peningkatan akses informasi
 Peningkatan akses pelayanan Remaja

9|Page
 Peningkatan kualitas dan pengelolaan, jaringan serta keterpaduan program
Remaja, sehingga remaja dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-
hak reproduksi bagi remaja secara terpadu dengan memperhatikan
keadilan dan kesetaraan gender.

2.3 Masalah dan Kebutuhan Yang Dialami Pasangan Usia Subur


1. Masalah kesehatan yang sering dialami pada pasangan usia subur
a. Personal hygiene
1) Mandi 2x sehari
2) Ganti pakaian dalam setiap hari
3) Hindari keadaan lembab di vagina
4) Mamakai pembalut yang tidak mengandung zat berbahaya
(berbahaya ditandai dengan mudah rusaknya pembalut jika terkena
air)
5) Ganti pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah penuh oleh
darah haid
6) Cebok dari arah depan ke belakang
7) Hindari penggunaan sabun/cairan pembersih vagina.

b. Siklus haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur.
Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari
sebelum haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28-30
hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk
menandai seorang wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi
dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan
progesteron.
Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh
perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti,
perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim
(serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi
(metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut
dan perubahan payudara
c. Pemilihan dan penggunaan kontrasepsi yang tidak sesuai
Pada pasangan usia subur dalam memilih alat kontrasepsi keluarga
berencana sering membuat pasangan menjadi bingung dikarenakan

10 | P a g e
kurang pengetahuan tentang alat kontrasepsi yang sesuai. Berbagai
macam alat kontrasepsi yang sudah ada di pelayanan kesehatan sering
tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pasangan usia subur karena
efek samping, kesesuaian selera dan keinginan yang didapat dari
penggunaan alat kontresepsi.
d. Penyakit reproduksi
Pada Wanita
1) Keputihan
Adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah.
keadaan ini biasa dialami wanita pada saat tertentu menjelang
menstruasi dan waktu hamil, dimana vagina akan mengeluaran
cairan atau lendir yang encer bening, tidak gatal dan berbau.
2) Kista vagina
adalah suatu kantong tertutup pada dinding atau bagian bawah
dinding vagina yang berisi cairan atau bahan semi
padat. Kista terjadi akibat tersumbatnya kelenjar atau salurannya
sehingga cairan terkumpul di dalamnya.
3) Kista ovarium
Kista ovarium adalah suatu jenis tumor yang berupa kantong
abnormal berisi cairan yang tumbuh dalam indung telur (ovarium).
Berdasarkan keganasannya kista terbagi menjadi dua, yaitu
nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik bersifat jinak
dan biasanya akan mengempis sendiri setalah 2 sampai 3 bulan.
4) Kanker pada alat reproduksi
Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang
menyerang bagian liang senggama yang dikenal dengan nama
leher/mulut rahim. Kanker ini adalah kanker yang paling banyak
membunuh wanita terutama di negara berkembang. Gejalanya
sebagai berikut, keputihan dan pada stadium lanjut berwarna
kuning dengann bau menyengat, timbul rasa gatal di bagian dalam
vagina, nyeri dibagian bawah perut dan mengeluarkan darah pada
waktu berhubungan seksual, susah buang air kecil, mengalami
pendarahan.
Kanker vagina adalah keganasan berupa kanker yang timbul di
vagina, tidak meliputi serviks dan vulva. Vagina terletak antara
vulva sampai awal serviks uteri. Kasus harus diklasifikasikan

11 | P a g e
sebagai karsinoma vagina bila lokasi primer pertumbuhannya
adalah vagina (Manuaba,1998).
Pada pria :
1) Hipogonadisme, merupakan penurunan fungsi testis yang
disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon
androgen dan estrogen. Gangguan ini menyebabkan infertilitas,
impotensi, dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganannya
dapat dilakukan dengan terapi hormon.
2) Kriptorkidisme, merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis
untuk turun dari rongga abdomen ke dalam scrotum pada waktu
bayi. Penangannya dapat dilakukan dengan pemberian hormon
human chorionic gonadotropin untuk merangsang testoteron.
3) Uretritis, peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan
sering buang air kecil. Penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis,
Ureplasma urealyticum, atau virus herpes.
4) Prostatitis, merupakan peradangan prostat. Penyebabnya adalah
bakteri Escherichia coliataupun bukan bakteri.
5) Epididimitis, merupakan infeksi yang sering terjadi pada saluran
reproduksi pria. Penyebabnya adalah E.coli dan Chlamydia.
6) Orkitis, merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh
virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan
infertilitas.
7) Impotensi, kelainan ini dialami oleh laki-laki, yaitu suatu keadaan
penis yang tidak dapat melakukan ereksi (tegang), sehingga sulit
untuk melakukan kopulasi (fertilisasi). Biasanya impotensi
disebabkan oleh faktor hormonal, yaitu terhambatnya fungsi
hormon reproduksi, bisa juga disebabkan oleh faktor psikologis
atau emosional seseorang.
8) Sifilis, disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, penyakit ini
dapat ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah, atau
luka mikroskopis.
9) Gonorhoe (kencing nanah), penyakit gonorhoe adalah penyakit
kelamin yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Penyakit kelamin ini bisa menular melalui seks bebas. Gejalanya
adalah keluar cairan berwarna putih, rasa nyeri pada saat buang air
kecil, pada pria mulut uretra bengkak dan agak merah.

12 | P a g e
10) Sifilis (Raja singa), penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Penyakit ini menular melalui hubungan
seksual. Gejala yang timbul adalah luka pada kemaluan, bintik atau
bercak merah di tubuh, kelainan saraf, jantung, pembuluh saraf,
dan kulit.

e. Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung.
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak
(Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum
berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk
mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan
hubungan seksual tanpa perlindungan (Bobak, 2006).

Klasifikasi Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu


1) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil
walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2) Infertilitas sekunder yaitu jika perempuan pernah hamil, akan tetapi
kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
berturut-turut.

2. Program pemerintah dalam mengontrol jumlah kelahiran anak pada


pasangan usia subur
Dewasa ini, pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan
angka kelahiran karena kebanyakan penduduk Indonesia melakukan

13 | P a g e
pernikahan dalam usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa
dimana keduanya memiliki keturunan yang banyak. Oleh karena itu,
perlunya penyuluhan dalam mengatasi masalah tersebut dengan
memperkenalkan alat kontrasepsi pada pasangan tersebut.
Program keluarga berencana ini memiliki makna yang strategis,
komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan manusia Indonesia
yang sehat dan sejahtera. UU no. 52 tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga
berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
berkualitas.
Sesuai dengan UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 78
disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan
keluarga berencana yang aman bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
(depkes.go.id, 2013).
Pasangan Usia Subur (PUS) dalam menjalani kehidupan berkeluarga
sangat mudah dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua
pasangan tersebut normal. Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS
yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan
persalinan aman. Penyelesaian masalah tersebut diperlukan tindakan dari
tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional
untuk menekan angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan
tersebut. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus memberikan
penyuluhan yang benar dan dimengerti oleh masyarakat luas.
(Kompas.com, 2009).
Pemerintah telah menyiapkan program untuk mengatur jumlah
penduduk tersebut salah satunya dengan keluarga berencana yang
mengunakan metode kontrasepsi. Kontrasepsi berawal dari kata kontrol
berarti mencegah, mengatur sedangkan sepsi adalah pertemuan anatara sel
telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi
kontrasepsi adalah menghindar atau mencerah terjadi kehamilan sebagai
akibat pertemuan antar sel yang matang dengan sel sperma. (Fitria, 2008)

14 | P a g e
a. Syarat-syarat kontrasepsi
1) Aman pemakaianya dan dapat dipercaya
2) Lama kerja dapat diatur menurut keingian
3) Efek samping yang merugikan tidak ada atau minimal
4) Harganya dapat dijangkau masyarakat
5) Cara penggunaan sederhana
6) Tidak mengganggu hubungan suami istri
7) Tidak memerlukan kontrol yang ketat selama pemakaian (hatanto,
2007)
b. Macam metode atau cara kontrasepsi
1) Metode kontrasepsi sederhana
a) Tanpa alat atau obat, antara lain :
(1) Metode kalender
Metode KB yang dilakukan suami istri dengan tidak
bersenggama pada masa subur.
(2) Coitus interuptus
Metode KB dengan cara senggama terputus.
(3) Simpto-therm
(4) Metode KB dengan cara mengidntifikasi masa subur dari
siklus menstruasi.
b) Metode kontrasepsi efektif (MKE)
(1) KB pil
KB pil merupakan gabungan dua macam hormon sintesis,
estrogen dan progresteron yang mencegah kehamilan
dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel
telur oleh indung telur) melalui penekana hormon LH dan
FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim) dan
menghalangi pertumbuhan lapisan endo metrium.
(2) KB suntik
KB suntik diberikan secara intramuskular setiap bulan, efek
samping, kriteria dan keamanan sama dengan KB oral.
(3) Implant /AKBK
Kapsul plastik, tipis, fleksibel yang dimasukkan kedalam
kulit lengan wanita, kaspsul ini melepaskan progrestin ke
dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang
selama 5 tahun. Mencegah kehamilan dengan cara
menghambat terjadinya ovulasi, memepertebal lendir
mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan saluran tuba,
dan menghalangi pertumbuhan lapidan endometrium.
(4) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

15 | P a g e
(5) Metode KB yang menggunakan alat yang terbuat dari
plastik yang dimasukan kedalam rahim dan mencegah
kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang
menghalangi terjadinya pembuahan maupun implatansi.
c) Metode Kontrasepsi Mantap
(1) Vasektomi
Metode KB dengan cara memotong vas defference (saluran
yang membawa sperma dari testis). Tingkat keberhasilan
KB ini cenderung tinggi kerana tidak ada sperma yang
dapat keluar.
(2) Tubektomi
Metode KB dengan cara mengikat atau memotong saluran
tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim).

Tujuan penggunaan alat kontrasepsi adalah :


a. Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi
dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan
kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
b. Menuda kehamilan
Di tunjukan untuk pus yang berusia <20 tahun
c. Menjarangkan kehamilan/mengatur kehamilan
Masa saat istri berusia antara 20-30 tahun adalah yang paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara
kelahiran adalah 2-4 tahun mengakhiri kehamilan. Saat istri berusia >
30 tahun, terutama >35 tahun, sebagai mengakhiri kesuburan setelah
mempunyai 2 orang anak (Hartanto, 2007)
2.4 Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Komunitas
Menurut Retno Indarwati (2012), peran perawat dalam asuhan keperawatan
komunitas antara lain sebagai berikut :
1. Peran sebagai pemberi konseling
Perawat berperan focus dalam memberikan pengarahan dalam ber KB.
Memeberikan berbagai saran dalam meningkatkan pengetahuan
pasangan usia subur (PUS) agar tidak ada salah dalam ber KB.
2. Peran sebagai pemeberi pelayanan keperawatan
Perawat berperan memberikan asuhan keperewatan mulai dari
pengkajian hingga pemberian intervensi dan evaluasi.
3. Peran pelaksana

16 | P a g e
Memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok/masyarakat berupa askep yang komprehensif meliputi
pemberian asuhan pencegahan pada tingkat 1, ke 2 maupun yang
ketiga, baik direct/indirect.
4. Peran Educator
Pembelajaran merupakan dasar dari health education yang
berhubungan dengan semua tahap kesehatan & tingkat pencegahan
termasuk seputar reproduksi dan KB.
Perawat harus mampu mengajarkan tindakan penkes, pencegahan
penyakit, pemulihan dari penyakit menyusun program health
education, memberikan info yg tepat tentang kesehatan reproduksi
pasangan usia subur dan KB.
5. Pengamat Kesehatan
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok & masyarakat yang menyangkut
masalah kesehatan dari pasangan usia subur, melalui kunjungan
rumah, pertemuan, observasi & pengumpulan data.
6. Peran sebagai penemu kasus dan peneliti
Meningkatkan riset dan pendalaman dalam aspek prverensi, promosi
dan deteksi dini.
7. Peran coordinator
Perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan
yang diterima oleh keluarga & bekerja sama dengan keluarga dalam
perencanaan pelayanan keparawat serta sebagai penghubung dengan
institusi pelayanan kesehatan lain,supervisi terhadap askep yg
dilaksanakan anggota tim.
8. Peran pembaharu
Perawat dapat berperan sebagai inovator terhadap individu, keluarga
& masyarakat dalam merubah perilaku & pola hidup yang berkaitan
dengan pendidikan & pemeliharaan kesehatan.
9. Peran pengorganisir pelayanan kesehatan
Perawat memberikan motivasi untuk keikutsertaan individu, keluarga
& kelompok dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang
dilaksnakan di masyarakat : posyandu balita, posyandu lansia dan
dana sehat.
10. Peran fasilitator

17 | P a g e
Perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan, diharapkan perawat dapat
memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

18 | P a g e
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Data Demografi


RT 1 RW 6 Kel Dukuh Setro Kec Tambak Sari terdapat 50 KK dengan jumlah
warga 221 warga. Terdapat 20 KK dengan pasangan usia subur, 15 KK dengan
balita, 8 KK dengan anak sekolah dan 5 KK dengan Lansia dan usia diatas 60
tahun adalah 1 orang, usia 45 – <60 tahun adalah 8 orang, usia 18 – <45 tahun
adalah 8 orang, usia 13 -<18 tahun adalah 5 anak, usia 5 – <13 tahun adalah 3
orang, usia 0 – <5 tahun adalah 25 orang. Masyarakat mayoritas bekerja sebagai
wiraswasta, PNS dan pegawai swasta dengan rata-rata penghasilan setiap bulan
sekitar 3 juta rupiah. Komunikasi antar warga berjalan dengan baik karena jarak
antar rumah sangat dekat. RT 1 RW 6 mayoritas beragama islam, pendidikan
pasangan usia subur mayoritas SMP.
Fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah itu adalah 1 Puskesmas, 1 Klinik
Swasta. Penyakit yang paling banyak di derita warga adalah ISPA dan kebiasaan
warga bila sakit adalah mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas ditoko
selain itu masih banyak warga yang minum jamu buatan sendiri karena mereka
beranggapan ini terbebas dari bahan kimia dan lebih aman dan bila mereka sudah
merasa sakitnya parah mereka baru pergi ke puskesmas dan klinik terdekat.
Dari 20 KK usia subur terdapat 15 KK yang menggunakan KB. Pengguna KB
suntik 15 orang (83%), pil 3 orang (17%). Sedangkan 5 KK tidak menggunakan
alat kontrasepsi, dengan alasan karena takut dengan efek samping alat kontrasepsi
sebanyak 2 KK, sebanyak 1 KK beranggapan bahwa banyak anak banyak rejeki,
1 KK tidak mengetahui tentang KB, dan 1 KK beranggapan bahwa KB dilarang
agama.
Dari 15 KK yang memiliki balita, sebanyak 15 KK yang memiliki balita
dengan status gizi baik, diberikan ASI Ekslusif dan sudah mendapatkan Imunisasi
dasar lengkap. 8 KK yang memiliki anak sekolah mempunyai status gizi yang
baik, sudah mendapatkan imunisasi lengkap namun sebanyak 3 KK mempunyai
kebiasaan tidak menggosok gigi dengan rutin. 1 KK yang memiliki lansia yang
menderita penyakit DM namun rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
Lingkungan rumah warga RT 1 RW 6 rata-rata memiliki rumah milik sendiri
yang permanen dengan lantai yang tidak kedap air namun 7 KK memiliki rumah

19 | P a g e
dengan ventilasi <10% dan 2 KK dengan luas rumah < 8m 2/orang. 10 KK
memiliki jamban leher angsa dan kebiasaan BAB menggunakan jamban. 2 KK
tidak memiliki saluran pembuangan limbah, 2 KK yang memiliki penampungan
air yang ada jentik nyamuk yang beresiko menjadi tempat perkembang biakan
nyamuk anopheles atau aides aegepti, 3 KK membuang sampah dengan cara di
bakar yang beresiko menyebabkan polusi udara. 1 KK mempunyai binatang
peliharaan namun memiliki kandang yang kotor.

3.2 Pengkajian
1. Fasilitas pendidikan : fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah RT 1
adalah TK 1 buah, SD 1 buah,
2. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada yaitu PKM 1 buah, Klinik Swasta
1 buah
3. Sarana kegiatan kelompok : kegiatan kelompok karang taruna 1 kelompok,
PKK 2 kelompok, kegiatan keagamaan 1 kelompok
4. Sarana ibadah : sarana ibadah yang dapat dimanfaatkan oleh warga RT 1
berupa Mushola 1 buah
5. Sarana olah raga warga terdapat 1 buah lapangan sepak bola
6. Tempat pertemuan warga dapat menggunakan Balai RW 1 buah
7. Pusat kegiatan ekonomi warga terdapat 1 buah pasar tradisional 2 toko
kelontong
8. Keamanan dan transportasi : terdapat 1 Poskamling sedangkan untuk
sarana transportasi rata-rata warga menggunakan kendaraan pribadi
(sepeda motor)
9. Sistem komunikasi : sarana komunikasi yang dapat dimanfaatkan di RT 1
RW 6 untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan
reproduksi seperti alat kontrasepsi, masalah kesehatan lainnya warga dapat
memperolehnya melalui TV, radio, Koran/majalah dan internet.
10. Ekonomi : tingkat ekonomi sosial masyarakat secara keseluruhan sesuai
dengan UMR sehingga upaya pelayana kesehatan dapat terjangkau,
misalnya anjuran untuk mengkonsumsi makanan sesuai status ekonomi
tersebut.

3.3 Analisa Data

Data Subjektif Data Objektif Masalah

20 | P a g e
Warga mengatakan bahwa: - 5 KK dengan PUS di Defisiensi pengetahuan
- kata orang KB banyak negatifnya
RT 1 tidak tentang Keluarga
- Warga mengatakan kurang
menggunakan Berencana (00126)
mengetahui jenis-jenis KB
- Masyarakat mengatakan masih kontrasepsi
- 2 KK takut dengan efek
sedikit yang melakukan konseling
samping alat
pada bidan atau dokter
kontrasepsi
- 1 KK tidak mengetahui
tentang KB
- 1 KK beranggapan
bahwa banyak anak
banyak rejeki
- 1 KK beranggapan
bahwa KB dilarang
agama

Warga mengatakan bahwa: DO Perilaku kesehatan


- Bahwa anak-anak hanya
- 3 KK yang memiliki cenderung beresiko
menggosok gigi 1x sehari saat
anak sekolah tidak (00188)
akan berangkat kesekolah
mengosok gigi secara
- Anak-anak walaupun tidak
rutin
menggosok gigi dengan rutin
- sebanyak 2 KK
namun tidak pernah mengalami
mempunyai tempat
sakit gigi
- Mereka memiliki tempat penampungan air
penampungan air namun ada namun ada jentik
jentik nyamuk nyamuk
- Tidak memiliki saluran
- 2 KK tidak
pembuangan limbah
mempunyai saluran
- Mereka memiliki hewan
pembuangan limbah
peliharaan yang di pelihara dalam
- 1 KK memiliki
kandang
- Kandang hewan peliharaan jarang kandang binatang
dibersihkan yang kotor
- Sampah dimusnakan dengan cara - 3 KK membuang
di bakar sampah dengan cara
di bakar

21 | P a g e
- Kebiasaan warga
bila sakit adalah
mengkonsumsi obat-
obatan yang dijual
bebas ditoko

3.4 Skoring masalah


Hasil analisa data, dilaporkan data yang kemudian dilakukan
skoring masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Diagnosa keperawatan Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total
komunitas penyelesaian positif untuk untuk score
masalah penyelesaian Peningkatan
1 : rendah
di komunitas kualitas
2 : sedang
0 : tidak ada
hidup
3 : tinggi 1 : rendah
0 : tidak ada
2 : sedang
1 : rendah
3 : tinggi 2 : sedang
3 : tinggi
Defisiensi pengetahuan 2 3 3 8
tentang Keluarga Berencana
(00126)
Perilaku kesehatan 3 1 2 6
cenderung beresiko (00188)

3.5 Diagnosa Keperawatan


1. Defisiensi pengetahuan tentang Keluarga Berencana (00126)
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko (00188)

22 | P a g e
3.6 Perencanaan dan Intervensi
Hasil analisa data yang telah dilakukan, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas.

Diagnosa Rencana kegiatan Tujuan Sasaran Intervensi

Defisiensi 1. Penyuluhan NOC pengetahuan Pasangan usia NIC


(5510) Pendidikan Kesehatan
pengetetahuan (pendidikan perilaku kesehatan (1805) subur
1. Identifikasi faktor internal dan faktor
Kriteria outcome:
tentang kesehatan)
1. Metode keluarga eksternal yang berpengaruh terhadap
Keluarga terkait dengan
berencana (180505) perilaku kesehatan
Berencana kesehatan 2. Menggunakan instruksi dibantu komputer,
(00126) pasangan usia televisi, vidio interktif dan teknologi lainnya
subur, jenis KB, untuk menyampaikan informasi
3. Berikan ceramah untuk menyampikan
manfaat KB,
informasi dan jumlah besar, pada saat yang
kekurangan dan
tepat
kelebihan KB.
4. Libatkan individu, keluarga, kelompok
dalam perencanaan dan rencana
implementasi, gaya hidup atau modifikasi
perilaku kesehatan
(5250) Dukungan pengambilan keputusan
5. Bantu PUS mengidentifikasi keuntungan dan

23 | P a g e
kerugian penggunaan KB
Perilaku 2. Penyuluhan NOC Perilaku promosi Warga RT 1 RW 6 NIC (5510) Pendidikan kesehatan
1. Identifiasi faktor internal atau eksternal yang
kesehatan (pendidikan kesehatan (1602),
dapat meningkatkan atau mengurangi
cenderung kesehatan) terkait pengetahuan perilaku
motivasi untuk berperilaku sehat
beresiko dengan perilaku kesehatan (1805)
2. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya
Kriteria outcome:
(00188) hidup sehat yang
1. menggunakan perilaku hidup periaku saat ini pada kelompok
baik dan benar
yang menghindari resiko sasaran
3. Bantu masyarakat untuk memperjelas
(160201)
2. Memonitor lingkungan keyakinan dan nilai-nilai kesehatan
4. Berikan ceramah untuk menyampikan
terkait dengan beresiko
informasi dan jumlah besar, pada saat yang
(160202)
3. Melakukan perilaku tepat
(6610) Identifikasi Resiko
kesehatan secara rutin
5. Identifikasi adanya sumber-sumber
(160207)
pendukung untuk membantu menurunkan
4. Pemakaian yang aman
faktor resiko
dari obat-obatan yang tidak
6. Diskusikan dan rencanakan aktivitas-
diresepkan (180510)
aktivitas pengurangan resiko bersama
masyarakat
(2380) Manajemen Obat
7. Identifikasi jenis dan jumlah obat bebas yang
digunakan
8. Berikan informasi mengenai obat bebas dan

24 | P a g e
bagaimana obat-obatan tersebut dapat
mempengaruhi kondisi saat ini

3.7 POA
No Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Target Waktu Tempat Alat Bahan PJ
1 Penyuluhan Meningkatnya Masyarakat 20 KK Aula LCD , laptop Kelompok 1
(pendidikan kesehatan) pengetahuan terkait (WUS/PUS) Puskesmas , alat tulis ,
tentang Kontrasepsi dengan kesehatan Tambaksari kamera ,
pasangan usia sound system
subur, jenis KB,
manfaat KB,

25 | P a g e
kekurangan dan
kelebihan KB.
2 Penyuluhan Meningkatnya Kader 50 KK Aula Soundsystem Kelompok 1
(pendidikan kesehatan) pengetahuan dan Kesehatan Puskesmas ,Poster , meja
terkait dengan perilaku pemahaman tentang dan Tambaksari kursi , labtop
hidup sehat yang baik PHBS yang baik masyarakat , kamera,
dan benar dan benar. leaflet

26 | P a g e
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang usia istrinya antara 15 –
49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami-istri yang istrinya berusia kurang
dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50 tahun tetapi
masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2011)
Dari seluruh PUS terdapat beberapa masalah yang dapat ditemukan antara lain
kurangnya minat terhadap kontrasepsi, kurangnya pengetahuan tentang kontraspsi,
dan resiko terjadinya kista. Masalah-maslaah ini dapat diselesaikan dengan
intervensi keperawatan yang sesuai dengan masalah yang terjadi pada PUS
tersebut. Dengan adanya intervensi yang tepat maka masalah pada PUS tersebut
dapat teratasi dengan baik.

4.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan, kita sebaiknya melakukan penyuluhan tentang
kontrasepsi dan macam-macam gangguan saat menstruasi pada PUS agar minat
dan pengetahuan mereka terhadap penggunaan kontrasepsi bertambah dan
masalah-masalah saat menstruasi dapat dicegah sejak dini.

27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Kebutuhan Data Ketenagakerjaan untuk Pembangunan


Berlanjut. Jakarta: BPS.

Buluchek, Gloria dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore:


MocoMedia.

Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore:


MocoMedia.

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan 2015-2017. Jakarta: EGC.

Indarwati, Retno. 2012. Peran Dan Fungsi Perawat. Surabaya : Salemba Medika.

28 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai