Anda di halaman 1dari 8

Tren dan Isu Keperawatan

Komunitas
Senin, 07 November 2011

Tren dan Isu Keperawatan Komunitas

Diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
dosen mata kuliah KDK

Disusun OLEH :

KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATA


UNIVERSITAS BONDOWOSO
TAHUN AJARAN 2011/2012

Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis kami yang berjudul Trend
dan Isu Keperawatan Komunitas
Terselesaikannya karya tulis ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terimah kasih kepada
1. Ibu Rani Agustin Wulandari, S.Kep. Ns, selaku dosen pengajar mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan Program Study D III Keperawatan Universitas Bondowoso
2. Orang tua kami, yang mendukung kami, baik dalam hal materi maupun hal-hal lainnya.
3. Teman-teman seperjuangan Progam Studi D III Keperawatan Universitas Bondowoso yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Dalam menyelesaikan makalh ini kami telah berusaha untuk mensapai hasil yang
maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi pernaikan dan sempurnanya makalah ini
sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca
Bondowoso, Oktober 2011
Penyusun

(i)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yaitu saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah
kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi
segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut. Tujuan
utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang dilakukan secara
berkelanjutan.
Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin
dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2025. Gambaran masyarakat Indonesia di masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa. Negara
yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam longkungan dan dengan prilaku hidup sehat,

memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan
bantuan yang diberikan tersebut diperoleh kemampuan m elaksanakan kegiatan hidup seharihari secara mandiri.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan
preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya setiap saat
Keperawatan komunitas sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas
dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis
penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya ber bagai perubahan yang terjadi akan
menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan
keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu
Keperawatan Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui Trend dan Isu Keperawatan Komunitas.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini, yaitu
diantaranya :
1. Trend Keperawatan Komunitas
2. .Isu Keperawatan Komunitas

1
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan timbul dari penelitian ini, yaitu diantaranya :
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat mengaktualisasikannya
pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan media
pembanding serta referensi dalam penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trend Keperawatan Komunitas
2.1.1 Pengertian
Konsep dasar tentang tren (trend) adalah hal yang sangat mendasar
dalamberbagai pendekatan analisa berbasis teknikal. Semua aspek yang ada bertujuan
sama
yaitu untuk membantu mengukur tren suatu hal atau topik, dalam rangka
berpartisipasi
dalam tren tersebut. Anda mungkin sering mendengar istilah populer
seperti always
trade in the direction of the trend, never buck the trend, atau the
trend is your friend.
Tulisan singkat ini mencoba mengupas dan mendefinisikan apa
yang dimaksud dengan
tren dan mengklasifikasikannya dalam beberapa kategori.
Secara umum, tren adalah ke arah mana sesuatu bergerak. Tapi kita
membutuhkan definisi yang lebih akurat untuk dapat memanfaatkannya dalam analisa
teknikal. Pertama
yang harus diingat adalah bahwa gerakan kepopuleran atau sesuatu
yang aktual tidak berbentuk garis lurus ke satu arah. Melainkan bergerak dalam bentuk
serangkaian zigzag. Gerakan Zigzag ini membentuk rangkaian gelombang yang berurutan,
dengan puncak
(peak/top) dan tembusan (through) yang cukup jelas. Arah peak dan
through ini yang menentukan tren. Peak dan through ini bergerak naik, turun, atau
menyamping
(sideways). Arah gerakan inilah yang memberitahukan kita tentang
sebuah tren. Sebuah tren menaik (uptrend) didefinisikan sebagai serangkaian urutan peak
dan through yang
menaik. Tren menurun (downtrend) adalah kebalikannya, yaitu
serangkaian peak dan
through yang semakin menurun. Adapun serangkaian peak dan
through yang cenderung menyamping disebut sebagai sideways/ranging. Namun tren yang
dimaksud disini adalah
tren yang bergerak naik yang ditandai dengan peak dan trough.
Jadi, Tren keperawatan komunitas adalah sesuatu yang sedang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
2.1.2 Kasus
Dalam rangka memantapkan sistem Siaga, Dinas Kesehatan Kota Cimahi
menyelenggarakan Pelatihan Pengorganisasian Desa Siaga pada tanggal 23 25 April 2008
di Aula Puskesmas Cimahi Tengah.
Hadir membuka acara dr. Hj. Endang Kesuma Wardani, Kepala Dinas Kesehatan Kota
Cimahi. Dalam sambutannya dr. Endang mengatakan bahwa sistem Siaga merupakan
pengembangan dari Gerakan Sayang Ibu (GSI). Dengan mengedepankan partisipasi
masyarakat, bukan hanya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) saja
yang terus ditekan dalam sistem Siaga, tetapi bagaimana Usia Harapan Hidup (UHH)
masyarakat pun dapat meningkat. Melalui pelatihan yang difasilitasi oleh Health Services
Program (SHP) ini, diharapkan Kota Cimahi dapat memenuhi target pembentukan sistem
Siaga di seluruh tingkatan Rukun Warga.

3
Pada tahun 2006 dan 2007, terdapat masing-masing 10 kasus kematian ibu bersalin di
Kota Cimahi. Sejak awal tahun 2008 hingga hari pelaksanaan pelatihan ini, tercatat 1 kasus
kematian ibu bersalin di Kecamatan Cimahi Selatan. Hal ini terungkap
saat paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat oleh drg. Pratiwi, M.Kes., Kepala
Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Cimahi.
Diundang sebagai peserta pelatihan adalah perwakilan PKK Kota Cimahi, BPMKB
Kota Cimahi, Kesra Kota Cimahi, 3 Kecamatan di Kota Cimahi, 15 Ketua LPM tingkat
kelurahan di Kota Cimahi, tenaga kesehatan Puskesmas di Kota Cimahi, dan Ketua Yayasan
Eureka Indonesia (YEI) sebagai LSM kesehatan yang berkedudukan di Kota Cimahi.
Setelah paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat, Materi pelatihan Desa
Siaga disampaikan secara lengkap meliputi: Konsep, Komponen, dan Pesan Desa Siaga;
Pemberdayaan Masyarakat dalam Sistem Desa Siaga; Pengorganisasian Masyarakat; Survey
Mawas Diri (SMD); Musyawarah Masyarakat Desa (MMD); Format Alat Bantu dan
Mekanisme Desa Siaga; Peran dan Fungsi Fasilitator Desa Siaga; Pendampingan dan
Pelaporan Desa Siaga.
Di akhir pelatihan, disepakati pula Rencana Tindak Lanjut pengorganisasian RW
Siaga. Peserta pelatihan berbagi tugas sebagai fasilitator untuk menggarap pengorganisasian 1
(satu) RW menjadi RW Siaga di masing-masing kelurahan tempat domisili atau wilayah
kerjanya.
Selain mendapatkan tugas bersama-sama dengan fasilitator LPM Kelurahan
Leuwigajah untuk menggarap RW 17, rencananya YEI pun akan turut membantu HSP dalam
pendampingan perorganisasian RW Siaga di 14 kelurahan lainnya. Dengan pendampingan,
diharapkan 15 RW yang dimaksud akan sukses digarap untuk kemudian direplikasi di semua
RW lainnya yang belum mengorganisasikan sistem Siaga.
2.1.3 Deskripsi Kasus
Sebuah program desa siaga yang dikhususkan bagi para ibu melahirkan ini merupakan
sebuah hasil dari sebuah pemikiran yang sangat kontributif dalam menangani masalah
masalah yang terjadi pada ibu melahirkan. Desa siaga ini sangat fungsional dalam
mengadakan sedikit pemulihan terhadap kondisi fisik para ibu melahirkan dimana yang pada
usianya sekarang, ibu melahirkan sudah mengalami beberapa penurunan kualitas terhadap
fungsi dari beberapa bagian anggota tubuhnya. Pemulihan anggota gerak dan peningkatan
kebugaran adalah tonggak yang mendasari adanya desa siaga ini.
4
2.1.4 Teori
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi
desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007).
Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok
Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007).
Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes
memiliki kegiatan:
1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular yang
berpotensi menimbulkan

2. Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu
hamil yang beresiko.
3. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk kurang gizi.
4. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan.
5. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.
6. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.
Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi
berbagai UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut,
Poskesdes harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang
bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang kader. Selain itu juga harus
disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana
komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.
Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu
mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang
sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta membangun baru yaitu
dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya
masyarakat.

1.
2.
3.
4.

Kriteria Desa Siaga


Kriteria desa siaga meliputi :
1. Adanya forum masyarakat desa
2. Adanya pelayanan kesehatan dasar
3. Adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat desa setempat
4. Dibina Puskesmas Poned
5. Memiliki system surveilans (faktor resiko dan penyakit) berbasis masyarakat.
6. Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana berbasis masyarakat.
7. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
8. Memiliki lingkungan yang sehat.
9. Masyarakatnya ber perilaku hidup bersih dan sehat.
Tahapan desa siaga :
Bina yaitu desa yang baru memiliki forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan dasar, serta
ada UKBM Mandiri.
Tumbuh yaitu desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria pada tahapan bina ditambah
dengan dibina oeh puskesmas Poned, serta telah memiliki system surveilans yang berbasis
masyarakat.
Kembang yaitu desa dengan criteria tumbuh dan memiliki system kewaspadaan dan
kegawatdaruratan bencana serta system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat yang
telah berjalan.
Paripurna yaitu desa yang telah memiliki seluruh criteria desa siaga.
2.1.5 Opini
Ditinjau dari kondisi fisik pada ibu melahirkan yang mengalami banyak sekali
penurunan kualitas, program semacam desa siaga yang kini tengah menjadi tren dalam ruang
lingkup kesehatan, merupakan sebuah hal inovatif dan mampu bersifat progresif terhadap
kondisi fisik para ibu melahirkan untuk menuju titik dimana keadaan kesehatan akan

membaik dan dapat sedikit dikendalikan. Setidaknya banyak sekali hal yang bisa
dikembangkan dari program ini seperti kolaborasi antara kegiatan fisik dan pemenuhan
nutrisi yang diaplikasikan dalam pengaturan pola dan porsi makan.
2.2 Isu Keperawatan Komunitas
2.2.1 Pengertian
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Secara sederhana isu dapat diartikan sebagai sebuah persoalan, atau isu dapat
juga dikatakan sebagai sebuah masalah, sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang
terlintas khabar, desas desus atau banyak lagi peristilahan lain. Isu berarti sebuah pokok
persoalan.
6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1997, isu adalah masalah
yang dikedepankan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1993, isu adalah :
1. Masalah yang dikedepankan untuk ditangani;
2. Kabar angin yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya;
3. Kabar, desas-desus.
Dalam praktiknya, aktual memiliki beberapa makna antara lain: benar terjadi
atau akan terjadi, sedang menjadi perhatian orang banyak dan merupakan berita hangat.
Jadi,
isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan untuk
ditangani
atau desas - desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
2.1.2 Kasus
Senin, 15 Desember 2008 | 22:45 WIB
ENDE, SENIN - Sekitar 220 warga Desa Wolotopo, di Kecamatan Ndona, Kabupaten
Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur ditemukan menderita penyakit kulit scabies atau kudis.
Banyaknya kasus scabies itu ditemukan setelah digelar pengobatan
gratis kerja sama antara Puskesmas Rukun Lima, Ende dengan Bank Rakyat
Indonesia (BRI) Cabang Ende, Sabtu (13/12), pekan lalu, di aula Gereja Katolik St
Fransiskus Xaverius, Desa Wolotopo.
Dalam pengobatan gratis itu tercatat warga yang memeriksakan kesehatannya
sebanyak 333 orang. Umumnya wilayah Ende banyak ditemukan kasus malaria, diare, atau
demam berdarah.
"Tapi di Desa Wolotopo ternyata banyak warga yang menderita scabies," kata Kepala
Puskesmas Rukun Lima, Ende Heny Ratnawati, Senin (15/12), di Ende.
Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kabupaten
Ende Ellya Dewi ketika dikonfirmasi menjelaskan, kawasan Wolotopo memang banyak
ditemukan kasus scabies. Relevansi munculnya kasus penyakit kulit dan diare biasanya
terkait dengan ketersediaan air. Wilayah Wolotopo merupakan daerah yang sulit bagi warga
setempat untuk mengakses air bersih, kata Dewi.
2.1.3 Deskripsi Kasus
Banyaknya kasus scabies itu ditemukan setelah digelar pengobatan gratis kerja
sama antara Puskesmas Rukun Lima, Ende dengan
7
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Ende, Sabtu (13/12), pekan lalu, di aula Gereja
Katolik St Fransiskus Xaverius, Desa Wolotopo.

Dalam pengobatan gratis itu tercatat warga yang memeriksakan kesehatannya


sebanyak 333 orang. Umumnya wilayah Ende banyak ditemukan kasus malaria, diare, atau
demam berdarah.
2.1.4 Teori
Kudis atau Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)Sarcoptes scabiei yang dicirikan
dengan adanya keropeng, kebotakan, dan kegatalan padakulit

Sarcoptes scabiei adalah tungau dengan ciri-ciri berbentuk hampir bulatdengan


8 kaki pendek, pipih, berukuran (300600 ) x (250-400 ) pada betina, dan (200- 240 ) x
(150-200 ) pada jantan, biasanya hidup di lapisan epidermis. Permukaan dorsal dari tungau
ini ditutupi oleh lipatan dan lekukan terutama bentuk garis melintang sehingga menghasilkan
sejumlah skala segitiga kecil. Selain itu, pada betina terdapat bulu cambuk pada pasangan
kaki ke-3 dan ke-4 sedangkan pada jantan, bulu cambuk hanya terdapat pada pasangan kaki
ke-3
2.1.5 Opini
Sabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau. Tungau tersebut akan
bereaksi pada mala hari, sehingga yang terkena penyakit scabies mengalami susah tidur dan
akan selalu terasa gatal. Di siang hari tungau akan istirahat. Penularan tungau biasanya
melalui baju, handuk, dll.

Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis kami yang berjudul Trend
dan Isu Keperawatan Komunitas
Terselesaikannya karya tulis ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terimah kasih kepada
4. Ibu Rani Agustin Wulandari, S.Kep. Ns, selaku dosen pengajar mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan Program Study D III Keperawatan Universitas Bondowoso
5. Orang tua kami, yang mendukung kami, baik dalam hal materi maupun hal-hal lainnya.
6. Teman-teman seperjuangan Progam Studi D III Keperawatan Universitas Bondowoso yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Dalam menyelesaikan makalh ini kami telah berusaha untuk mensapai hasil yang
maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi pernaikan dan sempurnanya makalah ini
sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca
Bondowoso, Oktober 2011
Penyusun

Anda mungkin juga menyukai