Anda di halaman 1dari 2

FIT & PROPER TEST DAN MUTU

Oleh
Drs. Fekrynur M.Ed *)

Fit dan proper test, adakah kaitannya dengan mutu pendidikan?


Jawabnya: ya dan tidak tergantung kepada benar tidaknya peng-administrasian tes itu
dilaksanakan.

Mutu hasil pendidikan kita yang jelek seperti sekarang memang memerlukan usaha
perbaikan yang nyata dari kita semua. Usaha perbaikan itu tentu harus dimulai oleh
kalangan atas, para pejabat di bidang pendidikan. Untuk itu, birokrasi kependidikan kita
harus dibenahi, diperbaharui, terlebih dahulu. Para 'birokrat baru' yang dijaring dengan
seleksi yang benar itu diharapkan akan mampu membenahi jajaran di bawahnya secara
profesional. Untuk itu fit dan proper test memang suatu keharusan.

Arti kata fit and proper.


Sehat adalah suatu keadaan 'orang normal' yang tidak sedang mengidap penyakit.
Sedangkan fit, setingkat di atas itu. Orang yang sehat bisa saja merasa kurang fit karena
terlalu lelah, masuk angin, kurang tidur, tenggen dan sebagainya. Proper artinya cocok,
pas, sesuai. Dalam bahasa Minang, fit dan proper itu barangkali sepadan dengan
ungkapan: "mungkin sarato patuik" Lalu muncul pertanyaan; kita mencari apa?

Tujuan fit and proper test.


Bila kita ingin mendata, menjaring dan merikrut, kata lainnya; mencari orang yang
mungkin serta patut untuk suatu posisi, maka semestinya test itu tidak diadakan untuk
sekedar basa-basi. Sebab, basa-basipun memerlukan biaya dari anggaran publik. Itu akan
mubazir.

Siapa yang di test, atau diuji, akan ditentukan oleh tujuan tadi. Apakah yang ditest itu
mestinya; massa (semua) yang potensial, kalangan pegawai terbatas dalam bidang
departemen teknis saja, pejabat yang menjabat saja, atau golongan pangkat, dengan
kriteria tertentu. Itu ditentukan oleh tujuan dan kebijakan. Orang atau pimpinan yang bijak
'bila mencari ikan', tidak akan menangguk akan yang sudah dalam bubu.

Bila yang dicari adalah orang yang pandai kerja las dan bubut; disamping kita harus
memberikan kesempatan ikut test kepada lulusan STM Mesin Produksi, test-nya harus
menguji kepandaian memotong dan mempertautkan kembali besi dan plat baja. Tamatan
sekolah tata boga pasti tidak akan protes bila tidak diikutkan dalam tes itu. Bila yang dicari
tenaga manajemen usaha bengkel las kecil dengan anak buah empat atau lima orang tentu
diperlukan seorang yang harus mengerti juga cara-cara kerja pengelasan, untuk alasan
efisiensi, dan keberhasilan serta kelangsungan usaha.

Untuk mencari pengelola pendidikan, jaringlah, test-lah, mereka yang mempunyai ijazah
kependidikan, berpengalaman mengajar atau mengelola persekolahan. Ambillah peserta
dari kalangan yang telah berkecimpung dalam usaha pembelajaran siswa. Jangan dicari
dari kalangan sarjana dengan disiplin ilmu yang tidak relefan. Mengapa begitu?
Sebab, dunia pendidikan disamping bisa dianggap sebagai suatu 'kegiatan industri' dalam
bentuk berbagai institusi persekolahan dari berbagai tingkatan SD sampai SLTA, yang
dikelola oleh dinas pendidikan, pengaturan manajemennya tidak persis sama dengan
manajemen sebuah 'mesin ekonomi'. Hasil usaha pendidikan atau sekolah tidak berupa
uang. Akibatnya gurunya tidak dibayar dengan patokan laba hasil usahanya. Ini berbeda
dengan lahan kerja pegawai bank, perusahaan penerbangan, bahkan rumah sakit yang
menjual jasa dengan pemasukan berupa uang. Uang SPP, yang dipungut dari anak
sekolah, bukanlah pemasukan dalam artian sebagai hasil usaha sekolah.

Makanya, pengelola pendidikan tidak bisa disamakan cara perikrutannya dengan yang lain.
Kita harus mencari orang yang lebih berkemampuan menangani pendidikan dalam
kekhususan - tidak sebagai mesin pencari uang-namun harus tetap bersedia untuk
berdedikasi tinggi.

Alat testnya seperti apa?


Alat tes dari fit dan proper test juga tergantung kepada tujuan, dan skala tingkatan
manajemen level apa yang dicari. Mestinya, alat tes untuk para pengelola pendidikan tidak
di bawah standar dari fit dan proper test-nya para pekerja pebankkan seperti dijelaskan
berikut.

Rais Zakaria, seorang bankir senior yang kini bergerak dalam hal pemberian training bagi
staf muda dunia perbankkan, menyatakan kalau; Fit & Proper Test hanyalah sub sistem
dari sistem rekrutmen dan seleksi seseorang calon/kandidat. Jadi kalau kita menginginkan
hasil yang optimal dari sistem rekrutmen dan seleksi tentunya seluruh sub sistem yang ada
dalam suatu proses rekrutment dipenuhi. Tahap awal dari proses seleksi sebagaimana
umumnya tentu pemenuhan persyaratan administratif untuk jabatan tersebut. Misalnya,
berijazah S1 atau S2 sesuai bidang yang akan dijabat. Fit & Proper test biasanya terdiri
dari Paper and Pencil Test yg lebih mengarah kepada aspek psikologi. Kemudian, Depth
Interview dan Group Discussion untuk melihat aspek kepemimpinan.Kalau proses ini sudah
dilewati dengan baik oleh para kandidat, proses selanjutnya masing-masing kandidat
diminta membuat tulisan (paper) tentang bidang yang dikuasai serta program kerjanya.
Program kerja ini harus dipresentasikan di depan para pejabat senior termasuk di depan
Gub/Wagub. Setelah semua proses ini dilewati, barulah sampai pada tahap Fit & Proper
Test, yakni dibuat kesimpulan akhir siapa calon yang tepat dan patut untuk. jabatan
tertentu. Jadi kalau baru satu tahap sub sistem yang dilakukan (hanya paper and pencil
test) sebagaimana layaknya suatu tes psikologi tentunya proses ini belum sempurna. Kalau
proses belum sempurna, mutunya belum seperti yang diharapkan.

Tes psikologi yang bertujuan sekedar mengungkapkan tingkat IQ dan kepribadian untuk
mencari tahu kecendrungan pemakaian otak kiri dan kanan seseorang saja. belum tentu
akan bisa dipakai sebagai indikasi prediksi kemampuan seseorang bila ia diserahi tugas
menangani manajemen kependidikan. Wawasan seseorang terhadap pekerjaan pengajaran
dan kependidikan tentu sangat diperlukan. Komitmen, janji-janji atau slogan untuk
memajukan pendidikan itu perlu, sebagai langkah awal menuju pendidikan yang lebih baik.
Tapi semua itu harus dititi dan dirintis dengan usaha konkrit. Harapan kita; fit dan proper
test itu benar-benar menuju ke sana.

Anda mungkin juga menyukai