Tanggal Efektif :
46/PKM.TKL/PENY/ Disahkan Oleh 2/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013 Kepala Puskesmas Takalala,
SOP
PELAYANAN 24 Desember 2013
- Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien
KESEHATAN tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke
satu sisi. Pada kelaianan
Maesara vestibuler,
Kadir, SKM pasien akan
mengalami NIP deviasi.
: 19660621 198603 1 007
PENGERTIAN - Tes Fukuda,
Vertigo adalah persepsidianggap
yang salah abnormal jika deviasi
dari gerakan ke satu
seseorang
sisi lebih dari
atau lingkungan sekitarnya. 30 derajat atau maju mundur lebih dari
satu meter.
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
- Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika
Kedokteran
mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah
2. Undang-Undang
lesi. Pada kelainan No. 36 Tahun akan
serebelar 2009 terjadi
tentang Pokok-
hipermetri
Pokok Kesehatan
atau hipometri
3. Peraturan
Penatalaksanaan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17
Pasien dilakukan Juli 2013 tentang
latihan Pedoman
vestibular Penyusunan
(vestibular exercise)
SOP Administrasi
dengan metode brandDaroff. Pemerintah di Lingkungan
Pemerintah Kab. Soppeng
Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan
TUJUAN Mencegah terjadinya gangguan keseimbangan pada pasien
kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup
vertigo. baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,
KEBIJAKAN Ditetapkan sebagai selama
pertahankan tindakan 30 pelayanan
detik. Setelah yang disesuaikan
itu duduk
indikasi kembali.
pasien yang dirawat
Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke
PROSEDUR KERJA Anamnesissisi lain.digali
perlu Pertahankan
penjelasan selama 3o detik, lalu duduk
mengenai:
Deskripsi jelas keluhan pasien. Pusingkali
kembali. Lakukan latihan ini 3 yangpada pagi, siang
dikeluhkan dan
dapat
malam hari masing-masing diulang 5v
berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak kali serta
dilakukan
stabil atau melayang. selama 2 minggu atau 3 minggu dengan
Pemeriksaan latihan pagi dan sore hari.
Fisik
o Karena
Pemeriksaanpenyebab umum vertigo beragam, sementara
penderita seringkali
o Pemeriksaan system merasa sangat terganggu
kardiovaskuler dengan
yang meliputi
keluhan
pemeriksaan vertigotekanan
tersebut, seringkali
darah menggunakan
pada saat baring, duduk
pengobatan
dan berdiri dengan perbedaan lebihpengobatan
simptomatik. Lamanya dari 30 mmHg.
bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat
o dihentikan
Pemeriksaan setelahneurologis
beberapa minggu. Beberapa
o golongan
Keseimbangan (pemeriksaan
yang sering digunakan khusus
: neuro-otologi):
- Tes
nistagmus:
Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin,
Nistagmus disebutkan
meksilin, siklisin)berdasarkan komponen
cepat, sedangkan komponen lambat menunjukkan
Dimenhidrinat
lokasi lesi: unilateral,lama kerja
perifer, obat ini ialah
bidireksional, 4–6
sentral.
jam. Obat dapat diberi per oral atau parenteral
- Tes rhomberg:
Jika pada(suntikan
keadaan intramuskular
mata terbuka danpasien
intravena),
jatuh,dengan
kemungkinan kelainan pada serebelum. Jikasehari.
dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali pada
mata Difhenhidramin HCl. Lama aktivitas obatsisi,
tertutup pasien cenderung jatuh ke satu ini
kemungkinan
ialah 4 –kelainan pada system
6 jam, diberikan dengan vestibuler
dosis 25 atau
mg
proprioseptif.
(1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral.
- Tes rhomberg dipertajam (Sharpen Rhomberg):
Jika pada
Senyawa
keadaan Betahistin (suatu pasien
mata terbuka analog jatuh,
histamin):
Betahistin
kemungkinan Mesylate
kelainan dengan
pada dosis 12
serebelum. mg,
Jika 3 kali
pada
sehari per
mata tertutup oral. cenderung jatuh ke satu sisi,
pasien
kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau
proprioseptif.
PENATALAKSANAAN VERTIGO
46/PKM.TKL/PENY/ 3/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
47/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
47/PKM.TKL/PENY 2/2
PUSKESMAS TAKALALA /XII/2013
Pengobatan Abortif:
1. Analgesik spesifik adalah analgesik yang hanya
bekerja sebagai analgesik nyeri kepala. Lebih
bermanfaat untuk kasus yang berat atau reSOPn buruk
dengan OINS. Contoh: Ergotamin, Dihydroergotamin,
dan golongan Triptan yang merupakan Agonis selektif
reseptor serotonin pada 5-HT1. Ergotamin dan DHE
diberikan pada migren sedang sampai berat apabila
analgesic non spesifik kurang terlihat hasilnya atau
member efek samping. Kombinasi ergoitamin dengan
caffeine bertujuan untuk menambah absorpsi
ergotamine sebagai analgesic. Hindari pada
kehamilan, hipertensi tidak terkendali, penyakit
serebrovaskuler serta gagal ginjal
2. Analgesik non spesifik yaitu analgesic yang dapat
diberikan pada nyeri lain selain nyeri kepala.
Pengobatan preventif dapat doberikan meskipun tanpa
ada serangan migren
UNIT TERKAIT Apotek
PENATALAKSANAAN TETANUS
48/PKM.TKL/PENY/ 1/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
48/PKM.TKL/PENY/ 2/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
Penatalaksanaan
Manajemen luka
Pasien tetanus yang diduga menjadi port de entry
masuknya kuman C.tetani harus mendapatkan
perawatan luka. Luka dapat menjadi luka yang rentan
mengalami tetanus atau luka yang tidak rentan tetanus
Rekomendasi manajemen luka traumatik
1. Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu
dilakukan debridemen.
2. Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.
3. TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih
dari 10 tahun jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT
dapat diberikan.
4. Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun
yang lalu, maka tetanus imunoglobulin (TIg) harus
diberikan. Keparahan luka bukan faktor penentu
pemberian TIg
Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.
Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti
suara, cahaya-ruangan redup dan tindakan terhadap
penderita.
Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori per hari
dengan 100-150 gr protein. Bentuk makanan tergantung
kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada
trismus, makanan dapat diberikan per sonde atau
parenteral.
Oksigen, pernafasan buatan dan trakeostomi bila perlu.
Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan
dan reSOPn klinis. Diazepam atau vankuronium 6-8
mg/hari. Bila penderita datang dalam keadaan kejang
maka diberikan diazepam dosis 0,5mg/kgBB/kali i.v.
perlahan-lahan dengan dosis optimum 10mg/kali
diulang setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian
diazepam per oral (sonde lambung) dengan dosis
0,5/kgBB/kali sehari diberikan 6 kali. Dosis maksimal
diazepam 240mg/hari. Bila masih kejang (tetanus yang
sangat berat), harus dilanjutkan dengan bantuan
ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat ditingkatkan
sampai 480mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik,
dengan atau tanpa kurarisasi. Magnesium sulfat dapat
pula dipertimbangkan digunakan bila ada gangguan
saraf otonom.
Anti Tetanus Serum (ATS) dapat digunakan, tetapi
sebelumnya diperlukan skin tes untuk hipersensitif.
Dosis biasa 50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan
50.000 unit dengan infus IV lambat. Jika pembedahan
eksisi luka memungkinkan, sebagian antitoksin dapat
disuntikkan di sekitar luka.
PENATALAKSANAAN TETANUS
48/PKM.TKL/PENY/ 3/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
49/PKM.TKL/PENY/ 1/2
TAKALALA XII/2013
49/PKM.TKL/PENY/ 2/2
TAKALALA XII/2013
50/PKM.TKL/PENY 1/1
PUSKESMAS TAKALALA /XII/2013
51/PKM.TKL/PENY 1/1
PUSKESMAS TAKALALA /XII/2013
52/PKM.CTA/PENY/ 1/1
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
PUSKESMAS TAKALALA
PENATALAKSANAAN HORDEOLUM
53/PKM.TKL/PENY/ 1/2
XII/2013
53/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
54/PKM.TKL/PENY / 1/1
XII/2013
PUSKESMAS TAKALALA
Tanggal Efektif : Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,
SOP
PELAYANAN 24 Desember 2013
KESEHATAN Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
PENGERTIAN Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat disebabkan
oleh mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi atau reaksi alergi.
Konjungtivitis ditularkan melalui kontak langsung dengan sumber
infeksi. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
TUJUAN Penanganan infeksi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri pada
konjugtiva mata
KEBIJAKAN Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
indikasi pasien yang dirawat
PROSEDUR KERJA o Anamnesa Pasien datang dengan keluhan mata merah,
rasa mengganjal, gatal dan berair, kadang disertai
sekret. Umumnya tanpa disertai penurunan tajam
penglihatan.
o Pemeriksaan oftalmologis : Pemeriksaan oftalmologi:
1. Tajam penglihatan normal
2. Injeksi konjungtiva
3. Dapat disertai edema kelopak, kemosis
4. Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen atau
purulen tergantung penyebab.
5. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel, papil
atau papil raksasa, flikten, membran dan
pseudomembran.
o Penatalaksanaan
o Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat
sesudah menangani mata yang sakit
o Sekret mata dibersihkan.
o Pemberian obat mata topikal
Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol tetes sebanyak 1 tetes
6 kali sehari atau salep mata 3 kali sehari selama 3 hari.
Pada alergi diberikan flumetolon tetes mata dua kali
sehari selama 2 minggu.
Pada konjungtivitis gonore diberikan kloramfenikol tetes
mata 0,5-1%sebanyak 1 tetes tiap jam dan suntikan
pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB tiap hari sampai tidak
ditemukan kuman GO pada sediaan apus selama 3 hari
berturut-turut.
Konjungtivitis viral diberikan salep Acyclovir 3% lima kali
sehari selama 10 hari.
UNIT TERKAIT Apotek
PENATALAKSANAAN BLEFARITIS
55/PKM.TKL/PENY/ 1/1
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
56/PKM.TKL/PENY/ 1/1
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
57/PKM.TKL/PENY/ 1/1
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
58/PKM.TKL/PENY/ 1/1
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
59/PKM.TKL/PENY / 1/1
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
PUSKESMAS TAKALALA
PENATALAKSANAAN MALARIA
60/PKM.TKL/PENY/ 1/2
XII/2013
2. . Milaria rubra
Jenis tersering, vesikel miliar atau papulo vesikal di
atas dasar eritematosa sekitar lubang keringat,
tersebar diskret.
Predileksi pada cukup dengan menghindari panas
yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik,
pakaian tipis dan menyerap keringat.
Gejala subjektif gatal dan pedih pada daerah
predileksi.
PENATALAKSANAAN MALARIA
60/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
3. . Miliaria profunda
Merupakan kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul
putih keras berukuran 1-3 mm, mirip folikulitis, dapat
disertai pustul.
Predileksi pada badan dan ekstremitas.
4. . Miliaria pustulosa
o Berasal dari miliaria rubra, dimana vesikelnya berubah
menjadi pustul..
o Penatalaksanaan : Prinsip: mengurangi pruritus,
menekan inflamasi, dan membuka retensi keringat.
Melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu:
- Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap
keringat.
- Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan
- Menjaga kebersihan kulit
- Mengusahakanventilasi yang baik
Memberikan farmakoterapi, seperti:
a. Topikal
- Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang
mengandung kalamin dan antipruritus lain (mentol
dan kamfora) diberikan 2 kali sehari selama 1
minggu.
- Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol
¼-2 % sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1
minggu. Terapi berfungsi sebagai antipruritus rubra
untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya
miliaria profunda.
b. Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan)
- Antihistamin sedatif: hidroksisin 2 x 25 mg per hari
selama 7 hari, atau
- Antihistamin non sedatif: loratadin 1x 10 mg per hari
selama 7 hari.
61/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
61/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
o Pemeriksaan penunjang:
Tes darah (eosinofil), urin dan feses rutin (memastikan
adanya fokus infeksi tersembunyi).
Uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme.
Tes eliminasi makanan: dengan cara menghentikan
semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu,
lalu mencobanya kembali satu per satu.
Tes fisik: dingin (es batu)-panas (air hangat)
Jika fasilitas tersedia, untuk menegakkan Diagnosis
urtikaria imunologis dapat dilakukan tes RAST (IgE
spesifik), hitung eosinofil, dan komplemen C4.
o Penatalaksanaan :
Urtikaria akut
Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena
dapat terjadi obstruksi saluran napas. Dapat dilakukan
di Unit Gawat Darurat bersama-sama dengan/atau
dikonsultasikan ke Spesialis THT.
Bila disertai obstruksi saluran napas diindikasikan
pemberian epinefrin subkutan. Dilanjutkan dengan
pemberian kortikosteroid Prednison 60-80 mg/hari
selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
Urtikaria kronik
Pasien menghindari penyebab yang dapat
menimbulkan urtikaria, seperti:
- Kondisi yang terlalu panas, stres, alkohol, dan agen
fisik.
- Penggunaan antibiotik penisilin, aspirin, NSAID, dan
ACE inhibitor.
- Agen lain yang diperkirakan dapat menyebabkan
urtikaria.
Pemberian farmakoterapi dengan:
- Antihistamin (AH) oral nonsedatif, misalnya Loratadin
10 mg/hari pemakaian 1 x sehari selama 1 minggu.
- Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksizin 3 x
25 mg atau diphenhydramine 4 x 25-50 mg / hari
selama 1 minggu.
- Apabila urtikaria karena dingin, diberikan Siproheptadin
(3 x 4 mg) lebih efektif selama 1 minggu terus menerus.
- Antipturitus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti
krim menthol 1% atau 2% selama 1 minggu terus
menerus.
- Apabila terjadi angioedema atau urtikaria generalisata,
dapat diberikan Prednison oral 60-80 mg mg per hari
dalam 3 kali pemberian selama 3 hari dan dosis
diturunkan 5-10 mg/hari.
UNIT TERKAIT Apotek
PENATALAKSANAAN EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION
62/PKM.TKL/PENY/ 1/1
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
63/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
63/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
64/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
65/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
PENATALAKSANAAN TONSILITIS
PENATALAKSANAAN LARINGITIS
No. SOP No. Revisi Halaman :
No. SOP No. Revisi Halaman :
65/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS XII/2013
TAKALALA 66/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
o Penatalaksanaan
1. Istirahat cukup
Tanggal Efektif : Disahkan Oleh
2. Makan makananKepala lunak Puskesmas Takalala,
SOP 3. Menghindari makan makanan yang mengiritasi
PELAYANAN 4. Menjaga
24 Desember 2013kebersihan mulut
KESEHATAN 5. Pemberian farmaterapi:
Pengobatan tonsillitis akut: Kadir, SKM
Maesara
a. Topikal NIP : 19660621 198603 1 007
PENGERTIAN Laringitis adalah
Obat peradangan
kumur pada laring yang dapat disebabkan
antiseptik.
oleh virus, bakteri, atau jamur.Laringitis
- Menjaga kebersihan mulut. juga merupakan akibat
dari penggunaan suara yang berlebihan, pajanan terhadap
b. Oral sistemik
polutan eksogen, atau infeksi pada pita suara. Refluks
Pada tonsillitis viral istirahat, minum cukup,
gastroesofageal, bronkitis, dan pneumonia juga dapat
analgetika, antivirus diberikan bila gejala berat.
menyebabkan laryngitis
Antivirus metisoprinol (isoprenosine)diberikan pada
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No. 29
infeksi virus dengan dosisTahun 2004 tentang
60-100mg/kgBB dibagiPraktek
Kedokteran
dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan
2. Undang-Undang
pada anak <5tahunNo. 36diberikan
Tahun 2009 tentangdibagi
50mg/kgBB Pokok-Pokok
dalam
4-6 kali pemberian/hari.
Kesehatan
3. Peraturan
- TonsilitisBupati Soppeng
akibat bakteri No. bila
terutama 20/PER-BUB/VII/2013
diduga
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman
penyebabnya streptococcus group A, diberikan Penyusunan SOP
Administrasi
antibiotik Pemerintah
yaitu Amoksisilindi Lingkungan
50mg/kgBB Pemerintah
dosis dibagi Kab.
3kali/hari
Soppeng selama 10 hari dan pada dewasa
TUJUAN 3x500mgselama
Penanganan gejala yang6-10 hari ataudan
ditimbulkan eritromisin
mencegah komplikasi
4x500mg/hari. Selain
akibat radang dan infeksi pada Laringantibiotik juga diberikan
KEBIJAKAN kortikosteroidkarena
Ditetapkan sebagai tindakan steroid telah menunjukkan
pelayanan yang disesuaikan
perbaikan klinis yang dapat menekan reaksi inflamasi.
indikasi pasien yang dirawat
Steroidyang dapat diberikan berupa deksametason
3x0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-
anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian
selama 3 hari.
Pada tonsilitis difteri, Anti Difteri Serum diberikan
segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis
20.000-100.000 unit tergantung umur dan jenis
kelamin. Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50
mg/kgBB/hari. Antipiretik untuk simptomatis dan pasien
harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di tempat
tidur selama 2-3 minggu.
Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis
ulseromembranosa) diberikan antibiotik spektrum luas
selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C serta
vitamin B kompleks.
o Pengobatan tonsilitis kronik:
Diberikan obat-obatan simptomatik dan obat kumur
yang mengandung desinfektan.
Indikasi tonsilektomi
o Melaksanakan Pendokumentasian
66/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
67/PKM.TKL/PENY/ 1/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
67/PKM.TKL/PENY/ 2/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
67/PKM.TKL/PENY/ 3/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
o Melaksanakan Pendokumentasian
UNIT TERKAIT Apotek, OK
PENATALAKSANAAN INFLUENZA
68/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
69/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
69/PKM.TKL/PENY / 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
70/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
70/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
o Laboratorium
1. Pemeriksaan apus darah tepi, ditemukan
leukosistosis dan limfositosis relatif
2. Kultur
o Penatalaksanaan
a. Pemberian makanan yang mudah ditelan, bila
pemberian muntah sebaiknya berikan cairan elektrolit
secara parenteral.
b. Pemberian jalan nafas.
c. Oksigen
d. Pemberian farmakoterapi:
Eritromisin 30 – 50 mg/kgBB 4 x sehari
Kodein 0,5 mg/tahun/kali dan
Salbutamol dengan dosis 0,3-0,5 mg perkg BB/hari 3x
sehari.
o Melaksanakan Pendokumentasian
UNIT TERKAIT Apotek
PENATALAKSANAAN ASMA BRONKHIAL
71/PKM.TKL/PENY/ 1/1
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
72/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
PENATALAKSANAAN SKISTOSOMIASIS
2/2
PUSKESMAS TAKALALA 73/PKM.TKL/PENY /
XII/2013
o Pada schistosomiasis kronik, pada pemeriksaan fisik
bisa ditemukan:
- Hipertensi portal dengan distensi abdomen,
hepatosplenomegaly
- Gagal ginjal dengan anemia dan hipertensi
- Gagal jantung dengan gagal jantung kanan
- Intestinal polyposis
- ikterus
PENATALAKSANAAN TAENIASIS
1/2
PUSKESMAS TAKALALA 74/PKM.TKL/PENY/
XII/2013
Tanggal Efektif : Disahkan Oleh
Kepala Puskesmas Takalala,
SOP
PELAYANAN 24 Desember 2013
KESEHATAN
Maesara Kadir, SKM
NIP : 19660621 198603 1 007
PENGERTIAN Taeniasis adalah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan
oleh cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia
saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica) pada manusia.
Taenia saginata adalah cacing yang sering ditemukan di negara
yang penduduknya banyak makan daging sapi/kerbau. Taenia
solium adalah cacing pita yang ditemukan di daging babi.
Penyakit ini ditemukan pada orang yang biasa memakan daging
babi.
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Pokok-
Pokok Kesehatan
3. Peraturan Bupati Soppeng No. 20/PER-BUB/VII/2013
tanggal 17 Juli 2013 tentang Pedoman Penyusunan SOP
Administrasi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kab.
Soppeng
TUJUAN 1. Mampu mendiagnosis suatu Taeniasis.
2. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
KEBIJAKAN Ditetapkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan
indikasi pasien yang dirawat
PROSEDUR KERJA I. Anamnesis terhadap tanda dan gejala :
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak khas.
Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala
(asimptomatis). Gejala klinis dapat timbul sebagai
akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan
cacing. Gejala tersebut antara lain :
1. Rasa tidak enak pada lambung
2. Mual
3. Badan lemah
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan menurun
6. Sakit kepala
7. Konstipasi
8. Pusing
9. Pruritus ani
10. Diare
74/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
o Melaksanakan Pendokumentasian
UNIT TERKAIT Apotek
PENATALAKSANAAN HEPATITIS A
75/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
75/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
V. Melakukan pendokumentasian.
76/PKM.TKL/PENY/ 1/2
XII/2013
PUSKESMAS TAKALALA
76/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
V. Melakukan pendokumentasian
77/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
77/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
V. Melakukan pendokumentasian
78/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
78/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
b. Oral sistemik
- Antihistamin hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2
minggu, atau
- Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu.
Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari
bahan-bahan yang bersifat iritan, baik yang bersifat kimia,
mekanis, dan fisis, memakai sabun dengan pH netral dan
mengandung pelembab serta memakai alat pelindung diri
untuk menghindari kontak iritan saat bekerja.
V. Melakukan pendokumentasian
UNIT TERKAIT Dokter, Apotek
PENATALAKSANAAN DERMATITIS ATOPIK
79/PKM.TKL/PENY/ 1/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
79/PKM.TKL/PENY/ 2/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
2. Tipe anak
Lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian
dalam, kelopak mata, leher, kadang-kadang di wajah.
Lesi berupa papul, sedikit eksudatif, sedikit skuama,
likenifikasi, erosi. Kadang-kadang disertai pustul.
79/PKM.TKL/PENY/ 3/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
d. Topikal (2x sehari)
Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal,
seperti: Desonid krim 0.05% (catatan: bila tidak tersedia
dapat digunakan fluosinolon asetonidkrim 0.025%)
selama maksimal 2 minggu.
Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason
valerat krim 0.1% atau mometason furoat krim 0.1%).
Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
e. Oral sistemik
- Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2 x 1 tablet) selama
maksimal 2 minggu, atau
- Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu
.
V. Melakukan pendokumentasian
80/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
80/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
V. Melakukan pendokumentasian
81/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
81/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
82/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
82/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
Dewasa:
a. Pada lesi di kulit kepala, diberikan shampo selenium
sulfida 1.8 (Selsun-R) atau ketokonazol 2% shampo, zink
pirition (shampo anti ketombe), atau pemakaian preparat
ter (liquor carbonis detergent) 2-5 % dalam bentuk salep
dengan frekuensi 2-3 kali seminggu selama 5-15 menit per
hari.
b. Pada lesi di badan diberikan kortikosteroid topikal:
Desonid krim 0.05% (catatan: bila tidak tersedia dapat
digunakan fluosinolon asetonid krim 0.025%) selama
maksimal 2 minggu.
c. Pada kasus dengan manifestasi dengan inflamasi yang
lebih berat diberikan kortikosteroid kuat (betametason
valerat krim 0.1%).
d. Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan
pemberian krim ketokonazol 2% topikal.
- Oral sistemik
a. Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2 x 1 tablet) selama
maksimal 2 minggu, atau
b. Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu.
V. Melakukan pendokumentasian
83/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
83/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
84/PKM.TKL/PENY/ 1/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
84/PKM.TKL/PENY/ 2/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
84/PKM.TKL/PENY/ 3/3
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
85/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
85/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
PUSKESMAS TAKALALA
86/PKM.TKL/PENY/ 1/2
XII/2013
87/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
87/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
88/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
PENATALAKSANAAN LEPTOSPIROSIS
88/PKM.TKL/PENY/ 2/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
89/PKM.TKL/PENY/ 1/1
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013
90/PKM.TKL/PENY/ 1/2
PUSKESMAS TAKALALA XII/2013