Anda di halaman 1dari 7

COACHING DAN MENTORING DALAM PENDIDIKAN

David Clutterbuck

I. Pendahuluan
Belakangan ini, hubungan antara pembelajaran guru dan meningkatnya standar
keberhasilan siswa sudah sangat dipahami. Akibatnya, pengembangan profesionalisme
dipandang sebagai aspek yang penting bagi silus karir guru.
Di banyak negara, ada semacam trend terhadap perkembangan siklus karis belajar
berdasarkan kebutuhan individu, yang didapat dengan berbagai cara mulai dari kursus
tradisional sampai dengan coaching dan mentoring individual.
Coaching dan mentoring saling melengkapi dan merupakan pendekatan yang diragukan
dalam belajar. Evolusi atau perubahan coaching dan mentoring ini dalam dunia pendidikan
telah sejajar dengan area lainnya dalam masyarakat – seperti dalam area olah raga,
ketenagakerjaan, rehabilitasi pelanggar dan bahkan dalam mengatur transisi yang sulit sampai
pada masa pensiun. Denga kata lain seorang guru tidak hanya berperan untuk mengajar (to
teach), tapi juga dituntut untuk menjalankan peran lain sebagai tutor, coach, mentor dan role
model (panutan).
Dalam bab ini, penulis akan memilah beberapa keraguan dalam terminologi,
memamparkan beberapa penerapan mentoring dalam pendidikan (khususnya dalam
perkembangan kepribadian baik staf pengajar junior ataupun senior) dan melihat beberapa
keterampilan yang diperlukan oleh coach / mentor dan pelajar.

Mengajar, coaching, dan mentoring: Perbedaan dan persamaan mendasar

Perilaku-perilaku yang diperlukan dalam mengajar, coaching dan mentoring memang


agak berbeda, tapi tidak selalu diakui demikian. Tidak perlu waktu lama bagi seseorang untuk
menentukan guru yang telah berpengalaman. Guru yang efektif membangun dan memelihara
sebuah hubungan yang penting bagi orang dewasa sampai dengan anak-anak.

Guru yang baik melampaui cara yang biasa dan menemukan kesempatan lain untuk
melakukan mode atau peranan lain, seperti tutor, coach dan mentor. Mereka mengakui
bahwa mengajar tidak sama dengan belajar. Mengajar adalah sesuatu yang seseorang lakukan
untuk orang lain; belajar adalah sesuatu yang dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri.
Ada beberapa peranan atau mode yang bisa dilakukan guru untuk membantu pelajar belajar.
Berikut ini perbedaan antara jenis peranan tersebut:

1. Tutor
Tutoring berarti memberikan bantuan pada pelajar untuk memperoleh pengetahuan
dalam bentuk informasi yang sesuai dengan konteks dan relevan dengan individu. Dalam
tutoring ini terjadilah awal pertukaran pembelajaran yang sejati. Artinya, tutor yang baik
mendapatkan keuntungan dari beban mengajarnya sebagai kesempatan untuk menambahkan
gudang pengetahuan mereka sendiri. Tutoring dilaksanakan dalam satu kelompok kecil. Tutor
tidak terlalu menekankan pada aturan dan disiplin. Tutoring dilakukan antara orang dewasa
dengan dewasa. Pembelajarannya bersifat satu arah dan eksplisit. Tutor mendorong pelajar
untuk melakukan atau mengalami sesuatu sendiri.
2. Panutan (Role Model)
Panutan merupakan salah satu pendekatan untuk membantu pembelajaran. Pentingnya
panutan ini dalam perkembangan generasi muda sudah diakui belakangan ini, khususnya
untuk perkembangan sikap positif antara pembelajaran dangan kewarganegaraan. Menjadi
panutan yang aktif merupakan keterampilan yang agak kurang diperhitungkan orang, tapi
merupakan komponen kritis kepemimpinan. Panutan bisa terjadi dalam hubungan dekat atau
jauh. Panutan meberikan contoh disiplin diri. Panuta dilakukan melalui observasi.
Pembelajaran bersifat satu arah, implisit dan eksplisit. Panutan dapat dilakukan dalam
suasaan dewasa dengan dewasa.
3. Mentoring
Mentoring adalah menolong orang lain untuk mengembangkan modal kebijakan mereka
sendiri. Kebijaksanaan merupakan level tertinggi dalam suatu yang dimulai dengan informasi
(apa yang dbutuhkan untuk luls ujian tertlis) dan lanjut pada pengetahuan (informasi yang
sudah disusun untuk membuat lingkungan seseorang lebih baik) dan keterampilan
(pengetahuan yang diaplikasikan pada tuga tertentu). Kebijaksanaan meliputi ketiga-tiganya
dimana pelajar mewujudkan informasi dan pengetahuan yang mereka peroleh dan
menerapkan dengan cara mereka sendiri dan dari pengalaman orang lain. Mentoring dapat
dilakukan antara orang dewasa dengan orang dewasa. Hubungannnya bersifat profesional;
dilakukan oleh orang perorang. Mentoring kurang menekankan pada struktur dan disiplin.
Pembelajarannnya menekankan pada kebijakan dan tingkat pembelajaran mutual yang tinggi.
Mentoring terjadi anatara dewasa dengan dewasa.
Model atau peran menolong orang untuk belajar tergantung pada hubungan kedekatan
(kenalan atau sahabat), hakikat atau jenis pembelajaran yang terjadi, sifat orang yang
melaksanakannya, dan apakah pengetahuannya bersifat implisit atau eksplisit.
Secara umum gaya-gaya atau pendekatan tersebut tergantung pada 3 faktor:
 Konteks: misalnya tidak mungkin melakukan tutor untuk 30 orang dalam waktu yang
sama.
 Kapasitas penolong untuk masing-masing peran: dapatkah penolong menyesuaikan
antara umur dengan gaya? (seorang mentor yang sukses tidak memiliki kapabilitas untuk
mengatur kelas yang terdiri dari anak-anak yang berusia 14 tahun).
 Kebutuhan pelajar: secara umum, semakin kurag percaya diri dan kurang kompeten
mereka dalam pembelajaran, semakin terstruktur dan eksplisit pertolongan yang
dibutuhkannya. Tapi dapat juga diamati bahwa orang-orang yang merasa terasing dengan
masyarakat sering kebal dengan pendekatan yang terstruktur dan disiplin. Coaching dan
mentoring (khususnya mentoring) terbukti menolong orang untuk membangun harga diri
dan disiplin diri.

Masalah kompetensi

Kebanyaka orang memiliki atau mengembangkan instink untuk melatih dalam kehidupan
mereka. Akan tetapi, mereka belum bisa dibilang hebat atau bisa untuk hal itu. Kebanyakan
coach dan mentor memiliki serangkaian keterampilan yang mencukupi untuk banyak situasi.
Akan tetapi kader coach atau mentor yang sedang berkembang membutuhkan tingkat
kompetensi yang berbeda, yang didapat dari kajian, praktek dan observasi.

Berikut ini stabdar kualifikasi coaching dan mentoring yang formal:

 Diakui dan direkomendasikan oleh badan profesional indipendent., misalnya


European Mentoring Centre.
 Diakui (tergantung pada level kualifikasi) oleh institusi akademi yang sesuai.
 Sesuai dengan konten dan definisi dari jenis coaching dan mentoring yang ingin
diambil (ini sudah jelas, tetapi istilah “mentoring” telah diterapkan untuk berbagai
kualifikasi, tidak semuanya terkait dengan masalah yang jelas)
 Berdasarkan pada berbagai teori, praktek dan reflesi pribadsai yang sesuai – kursus
tingkat lanjutan hendaknya melibatkan elemen dari superfisi dari praktisi atau
fasilitator yang berpengalaman.

Ada hal menarik yang ditemukan pada mereka yang sedang mengembangkan
keterampilan coaching dan mentoring mereka. Ditemukan bahwa mereka lebih menghargai
proses pembelajaran (pelatihan coaching dan mentoring) dan apa yang mereka temukan
tentang diri mereka sendiri dari pada ijazah yang mereka terima di akhir.
Peranan yang sudah dibahas diatas (mentor, coach, tutor dan panutan) memiliki
kompetensinya masing-masing, namun ada juga yang hampir sama. Coach, pada level
terendah, membutuhkan tiga keterampilan inti – pengalaman, observasi dan feedback.
Pengalaman adalah apa yang membolehkan coach untuk menilai tingkat kepecayaan diri dan
kompetensi pelajar saat ini, dan memilih:
 Memiliih tugas yang tepat bagi pelajar pada tahap ini
 Memilih yang tepat untuk diterapkan pada pelajar tersebut

Keterapilan observasi memungkinkan coach untuk menilai apa yang sedang dikerjakan oleh
peserta ajar. Sub keterampilan observasi ini meliputi analisis visual dan data (yang kedua ini
merupakan yang paling penting di bidang olahraga) dan mendengar aktif.

Keterampilan umpan balik meliputi kegiatan berbagi observasi coach dengan peserta ajar
dengan cara:

 Memotivasi mereka untuk melanjutkan


 Memungkinkan atau mengizinkan mereka untuk merencanakan bagaimana untuk
meningkatkan
 Biarkan mereka fokus pada hal kecil pada suatu waktu

Semakin cakap coach, semakin maju dia. Coach menyeimbangkan observasi dan umpan balik
ekstrinsik (apa yang mereka lihat dan pertimbangkan penting) berlawanan dengan observasi
dan umpan balik intrinsik (membantu peserta ajar untuk mengembangkan keterampilan untuk
mengobservasi, menganalisa, dan mengkoreksi dengan cara mereka sendiri). Ketika diskusi
antara coach dengan peserta ajar memeriksa level tinggi data instrinsik, kecepatan belajar
semakin cepat dan keterampilan dapat dipertahankan dengan lebih baik.
Mentor, secara umum, memiliki sedikit atau tidak memiliki kesempatan untuk
observasi dan umpan balik ekstrinsik. Umumnya, para mentor bahkan tidak memiliki umpan
balik pihak ketiga peserta mentoring, karena kerahasiaan akan dikompromikan dengan
mendiskusikan peserta mentoring dengan guru yang dipandang oleh peserta mentoring
sebagai figur otoritas. Para mentor harus bekerja secara besar-besaran dengan persepsi dan
observasi peserta mentoring sendiri.

Oleh karena itu kompetensi para mentor cenderung lebih kompleks. Ada dua pasang
kompetensi, yaitu keterampilan praktis dan sifat pesonal, walaupun kedua-duanya tidak
teralalu berbeda. Yang termasuk pada keterampilan praktis adalah:

 Membangun hubungan: kemampuan untuk memecahkan masalah perbedaan


dalam kepribadian dan latar belakang, untuk membangun rasa saling
menghormati dan persahabatan.
 Mendengarkan aktif dan empatik: mencari makna dari apa yng didengarkan.
 Analisis: membantu peserta mentoring mengembangkan logika situasi yang
mereka gambarkan, menunjukkan bagaimana jalur perilaku dan pilihan hidup
tertentu membawa pada pilihan karer yang lebih sedikit atau lebih banyak;
mengindetifikasikan pola tingkah laku yang inginkan diatur oleh anggota
mentoring.
 Menantang: memberikan tantangan yang konstruktif dengan cara yang bisa
diterima oleh peserta mentoring; mungkin ini adalah keterampilan yang
paling sulit untuk dikuasai, tapi yang paling berharga bagi anggota mentoring.
 Jaringan: membantu peserta mentoring mengembangkan dukugan dan
jaringan belajar yang lebih luas; ini sulit dilakukan jika mentor bukanlah
seorang networker yang ahli.
 Membimbing: bila perlu memberikan nasehat yang praktis. Akan tetapi
mentor harus mengmengontrol dalam menggunakan instik mereka untuk
memecahkan masalah peserta mentor akan tetapi mentor mengggunakan
pengalaman mereka untuk membantu peserta memecahkan masalah mereka
sendiri.

Ada banyak kompetensi sifat pribadi, tetapi secara garis besar dapat dibagi dalam
lima paang berikut ini:
 Kesadaran diri dan kesadaran tingkah laku: memahami kelebihan dan
kelemahan diri sendiri, dan terbuka dengan peserta akan membantu
menciptakan hubungan dan sikap menghargai. Memperhatikan waktu
yang tepat untuk melakukan pendekatan tertentu: tahu kapan mendengar
dan menantang.
 Pengalaman yang relevan dan merasakan: peserta mentoring perlu merasa
bahwa mentornya telah berbagi dan dapat memahami beberapa masalah
yang mereka hadapi. Semakin ramah seorang mentor maka semakin mau
dia belajar dari pengalaman dan semakin mampu mereka untuk
meletakkan masalah peserta dalam konteks yang lebih luas, semakin
berharga hubungan antara mentor dengan pesertanya.
 Keterbukaan dan imajinasi: seorang mentor harus cukup percaya diri
untuk menceritakan kegagalan, kekecewaannya dan juga kesuksesannya.
Seorang mentor juga membutuhkan konsep imajinasi yang baik untuk
membatu peserta memahami dinamika situasi yang mereka diskusikan
dan mengembangkan altertif lain untuk melihat situasi tersebut.
 Komitmen terhadap pembelajaran dan minat mereka sendiri untuk
membantu orang lain atau peserta: mentor yang altruistis ( mentor yang
melihat perannya hanya semata-mata untuk menolong orang peserta)
cenderung kurang efektif dibanding dengan mereka yang melihat
hubungan ini sebagai kesempatan belajar pula bagi mereka.
 Kejelasan tujuan dan sosialisasi: memiliki ide yang jelas tentang apa yang
ingin dicapai dari hubungan tersebut. Pada saat yang bersamaan, mentor
yang efektif menghargai hubungan tersebut untuk dirinya sendiri – sebuah
pengembangan persahabatan secara bertahap yang memberikan metor
tersebut sesuatu yang baru, terkadang dari pesrspektif yang berbeda.

Secara umum, hubungan mentoring dan coaching memberikan manfaat lebih ketika peserta
proaktif dan mentonya reaktif. Peserta juga perlu memahami bahwa mereka akan
mendapatkan hubungan mentoring yang hebat jika mereka:

 Berperan aktif dalam memutuskan apa yang ingin mereka diskusikan dan mengapa
 Mempersiapkan diri untuk masing-masing sesi, memikirkan terlebih dahulu apa ayng
ingin mereka katakan dan memberikan contoh.
 harus jelas dalam memilih bantuan yang diinginkan (misalnya memerlukan nasehat
atau pemikiran tentang sebuah masalah).
 Bersiap-siap jika ingin menantang mentor secara konstruktif dari pada hanya
menerima apa yang dikatakan mentor (tidak hanya diam jika ada yang tidak disetujui)
 Buat mentor sadar apa ang mereka keluarkan dari secara bersama.

Para peserta mendapatkan lebih dari sekedar huubungan coaching jika mereka:
 Menunjukkan antusias yang tinggi
 Bekerja sama dengan coach untuk memahami mengapa sesuatu tidak terjadi
sesuai rencana;

Menghabiskan waktu untuk berlatih dan melakukan refleksi terhadap pengalaman mereka.

Anda mungkin juga menyukai