Dosen Pengampu
DR Wida Kuswida Bhakti
Linda Andreyani
S22041006
Definisi
Preceptor adalah seseorang yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat memberikan inspirasi,
menjadi panutan (role model) serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee)
untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan traineer pada peran barunya.
Tujuan Utama
Tujuan Preceptorship dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu :
a. Secara Mikro : membantu proses transisi dari pembelajaran ke praktisioner
b. Secara Makro : Preceptorship secara mikro bertujuan untuk melibatkan pengembangan perawat di
dalam berorganisasi
Manfaat Perseptorships
Program preceptorships dapat memberikan manfaat baik
kepada preceptor / guru, preceptee atau murid, para lulusan
yang baru, yaitu :
Peningkatan pengalaman preceptee dalam perawatan pasien
Peningkatan diri preceptor dalam memecahkan sebuah
kasus.
Peningkatan rasa kepercayaan diri pereptee.
Peningkatan wawasan preceptor dalam memberikan
bimbingan
Kriteria Preceptor
Preceptor adalah individu yang mempunyai pengalaman bekerja minimal 12 tahun di bidang yang
sama atau bidang yang masih berhubungan.
Secara garis besar kriteria Preceptor yang berkualitas adalah :
a. Berpengalaman dan ahli di lingkungan kerjanya.
b. Berjiwa kepemimpinan
c. Mempunyai keterampilan komunikasi yang baik
d. Mempunyai kemampuan membuat keputusan
e. Mendukung perkembangan profesional.
f. Mempunyai kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam penerapan model
Preceptorship.
g. Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif.
h. Fleksibilitas untuk berubah.
i. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu
Komponen Perseptorships
Program preceptorship terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
a. Orientasi ke tatanan klinis,
b. Dukungan dan supervisi di bidang klinis,
c. Pengembangan lebih lanjut dari keterampilan yang berkaitan dengan tatanan klinis
Tahap- Tahap Perseptorships
a. Awal wawancara :
1. Menjelaskan hasil yang ingin dicapai dalam bimbingan,
2. Menjelaskan dukungan dan mekanisme bimbingan,
3. Mengidentifikasi aktivitas dan cara belajar yang akan proses bimbingan .
b. Wawancara Intermediate Dengan preceptee dan Perseptor menentukan :
4. Tinjauan bimbingan dan bukti terdokumentasi ,
5. Topik diskusi yang intensif,
6. Dokumen bukti belajar yang sesuai
c. Akhir wawancara :
7. Mengevaluasi hasil bimbingan,
8. Rencana tahap selanjutnya dari pengembangan professional,
9. Perseptor memberi feet back atau masukan serta evaluasi selama interaksi,
10. Mengkaji respons perseptee selama proses bimbingan,
11. Gunakan siklus reflektif untuk belajar dari pengalaman perseptee
Langkah - Langkah Perseptorships
Persiapan Pertemuan Wawancara Awal :
Hal Yang Perlu dilakukan oleh Perseptor adalah :
1. Mencari tahu tentang kebutuhan perseptee dalam bimbingan,
2. Membantu Perseptee menentukan tujuan bimbingan yang ingin dicapai,
3. Menanyakan kepada perseptee tentang tugas yang dibebankan,
4. Memperkenalkan tentang sikap perseptor dan kesempatan bimbingan.
5. Menjajaki psikologis perseptee tentang kesiapan bimbingan, Memberi dukungan perseptee untuk self - assesment
setiap tahap bimbingan
Tahap Pelaksanaan Wawancara Lanjutan : Hal yang perlu dilakukan oleh Perseptor adalah :
1. Mendukung perseptee untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri,
2. Mengklarifikasi setiap ide yang di tentukan oleh perseptee,
3. Memberikan saran perseptee untuk perbaikan,
4. Mencatat point - point penting yang sampaikan oleh perseptee,
5. Melihat kembali perkembangan perseptee setelah wawancara,
6. Mendorong perseptee untuk menjawab pertanyaan perseptor .
Tahap Evaluasi Wawancara Akhir : Hal yang perlu dilakukan Perseptor adalah :
7. Menanyakan kepada perseptee kesiapan dalam menerapkan hasil wawancara,
8. Mendiskusikan dengan perseptee hal- hal yang dianggap penting,
9. Menilai kemajuan dan kemampuan perseptee dalam proses wawancara tentang topik yang sudah disepakati.
Defenisi
Mentoring adalah pasangan intens dari orang yang lebih terampil atau berpengalaman dengan orang
ketrampilan atau pengalaman sedikit, dengan tujuan yang disepakati oleh orang yang mempunyai pengalaman
lebih sedikit untuk menambah dan mengembangkan kompetensi yang spesifik. (M Murray and M Owen,
1991).
proses pembelajaran dimana mentor mampu membuat menti (peserta mentorship) yang tadinya tergantung
menjadi mandiri melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang diharapkan terjadi yaitu mengalami sendiri
dan menemukan sendiri fenomena praktek keperawatan dimana hal ini diharapkan dapat membangun
kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri yang merupakan fundamental dalam penyelesaian masalah
(Nurachmach, 2007).
Tipe Mentoring
Dua tipe kegiatan mentoring, yaitu :
a. Mentoring yang bersifat alami, contohnya seperti persahabatan, pengajaran, pelatihan dan konseling.
b. Mentoring yang direncanakan, yaitu melalui program-program terstruktur dimana mentor dan mentee
memilah dan memadukan kegiatan mentoring melalui proses-proses yang bersifat formal.
Tahap-tahap Mentoring
Empat tahapan mentoring yang harus diketahui dan diterapkan :
a. I do you watch.
b. I do you help
c. You yo I help
d. You do I watch
Menurut Dalton / Thompson Career Development model, terdapat empat tahapan dalam pendekatan mentoring
yaitu :
a. Tahap 1 : dependence / ketergantungan Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil peran
subordinat dimana memerlukan supervisi yang dekat.
b. Tahap 2 : independence / mandiri Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih seimbang.
Profesional mengubah dari “apprentice” ke “kolega” dan membutuhkan sedikit supervisi. Kebanyakan
profesional akan sampai tahap ini untuk sebagian besar dalam kehidupan profesional mereka
c. Tahap 3 : supervising others / supervisi orang lain Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan
kualitas profesional sebagai mentor.
d. Tahap 4 : managing and supervising others / memenej dan mensupervisi orang lain. Menjadi responsibel untuk
penampilan yang lain dikarakteristikan dengan merubah peran dari manajer atau supervisor menjadi responsibel
terhadap klien peserta didik dan personel.
Implementasi Mentoring
Pimpinan Senior disini adalah yang harus menjadi mentor sedangkan staf dibawahnya yang menjadi mentee dan
hal ini merupakan salah satu bentuk intervensi yang sengaja dirancang untuk mendukung perubahan pola perilaku.
Syarat Seorang Mentor
Bisa dipercaya
Memiliki ” respect ”
Memiliki ” knowledge ” yang lebih baik
Memiliki ” skill ” yang lebih baik
Memiliki semangat tinggi (selfmotivated)
Memiliki sikap mental positif
Memiliki sikap empati
Peduli (caring)
Decision maker
Hal – hal yang dapat ditawarkan oleh mentor bagi mentee
Belajar menghargai sang mentor sebagai orang yang memang sudah ahli di bidangnya
Membuka diri dan memiliki keinginan untuk belajar
Memiliki keinginan atau kerelaan untuk mengadopsi semua nilai hidup, konsep pikir, gaya hidup, bahkan filosofi
sang mentor, dan menerapkannya dalam hidup
Penelitian terkait
Steven Jacobs (2018)
mendokumentasikan ada tiga
analisis Tujuan.
model bimbingan
dalam
an dan profesi keperawatan
seterusnya. Dari dari tahun
analisis 1940-
dapat
mengkategorikan
dalam keperawatan. evolusi model mentorship
mengidentifikasi empat tantangan
kontemporer
yang spesifik dalam keperawatan
berhubungan langsung dengan
bimbingan.
menempatkan model bimbingan teman sebaya
mahasiswa
memahami keperawatan
bagaimana dalam
hal itu konteks
dapat untuk
bermanfaat
membantu bagi profesi
mengatasi empat keperawatan
tantangan dan
kontemporer
keperawatan.yang diidentifikasi dalam
Desain / metodologi / pendekatan Akar
teoritis,
telah filosofis,
membentuk dan dan penelitian
menginformasikan yang
model mentorship
diperiksa dalam keperawatan
Dari Analisis menunjukkan bahwa bimbingan
teman
paling sebaya mungkin
efektif untuk merupakan
mengatasi model
empat yang
tantangan
sebagai dalam keperawatan:
tanggung jawab pendampingan
profesional,
proyeksi
komunikasikekurangan
dalam keperawatan,
keperawatan, dan
pengembangan
kritis. keterampilan berpikir
The impact of mentorship, preceptors, and debriefing on the quality of
Rosemarie R. Et.al 2019
program experiences
masalah umum tentang retensi perawat dan kurangnya kepercayaan
pengalaman perawat baru, sehingga program residensi perawat sangat
penting untuk mendukung peningkatkan pengalaman residensi. Yaitu
Dengan memasukkan komponen bimbingan, pembimbing, dan pembekalan ke
dalam program, keterampilan dalam komunikasi, organisasi, penalaran
klinis, manajemen stres, dan kepercayaan diri akan meningkat.
Menggunakan Penelitian kuantitatif dengan analisis deskriptif terhadap
data sekunder dengan menggunakan desain cross-sectional. Dua instrumen
digunakan untuk mengumpulkan data, Survei Informasi Demografi dan
Evaluasi Survei Tempat Tinggal RN. Sampel terdiri dari 1078 perawat
pascasarjana yang menyelesaikan program residensi perawat di seluruh
Amerika Serikat. Hasil juga menunjukkan tidak ada efek interaksi yang
signifikan dari penurunan stres karena pendampingan pada hubungan
antara pengalaman pra-bimbingan atau pengalaman pembekalan dan
peringkat tempat tinggal perawat. Oleh karena itu, penting bagi
perawat baru untuk diberikan kesempatan untuk mengambil bagian dalam
program bimbingan, pembimbing, dan pembekalan, karena residen
keperawatan menganggap program tersebut sangat bermanfaat.
The competence of nurse mentors in mentoring students in clinical practice – A cross-sectional study 2018
Author links open overlay panel Tuomikoski.et.al
Program
peran bimbingan
penting dalamdianggap memainkan
meningkatkan kualitas
perawatan
bukti di panti
penelitian jompo.
yang Namun,
didapat di sedikit
seluruh
dunia tentang
pelaksanaan pengalaman
program. staf
Metode: dalam
Pencarian
studi
April yang
2019 .diterbitkan
Dua peninjauawal muncul
melakukan hingga
ekstraksi data
menggunakan dan
alat penilaian
dari Joanna delapan
Briggs studi
Institute.
pendekatan Agregatif
diterapkan meta
untukpragmatis
mensintesis
temuan. Penelitian
dianalisis untuk kualitatif kemudian
mengidentifikasi 63
temuan
dan yang diatur
digabungkan ke dalam
menjadi tiga12 kategori
sintesis,
Hasil:
yang Pelaksanaan
efektif program
dipengaruhi mentorship
oleh tiga faktor:
kapabilitas
mentorship, mentor,
dan peluang
motivasi dalam
dalam program
program
bimbingan.
The mentorship experience of students and nurses in pre ‐registration nursing
Natalie P, et.al 2020
Yu-ping Zhang et.al 2019 Can a one-on-one mentorship program reduce the turnover rate of new graduate nurses in China? A longitudinal study
MENTORING KEPALA RUANGAN MENINGKATKAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM
Muhammad Andika Sasmita Saputra 2019
Abstract
Latar belakang: Kepatuhan perawat yang kurang dalam melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan masih menjadi fenomena diberbagai rumah
sakit di Indonesia. Fenomena ini tentu memiliki dampak yang negatif baik bagi mutu
pelayanan rumah sakit maupun bagi pasien. Sebagai seorang manajer, kepala ruangan
tentu tidak hanya perlu melakukan supervisi namun perlu juga
melakukan mentoring. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
peran mentoring kepala ruangan terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Islam
Palembang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode
korelasi melalui pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 63 orang perawat
pelaksana dan 63 buah dokumen asuhan keperawatan. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan peran mentoring kepala ruangan dengan
kepatuhan perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan
(p=0,413). Saran: Kepala ruangan diharapkan mengoptimalkan peran mentoring agar
dapat membantu peningkatan kinerja pelaksanaan pendokumentasian yang dilakukan
perawat.
Pengembangan Kompetensi Preseptor Klinis Keperawatan
AN Erawan, YF Rejeki (2020
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan kompetensi preceptor klinis
keperawatan di RSUD Cibabat Cimahi. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat gap kompetensi berupa 3 tema besar dalam
pengembangan kompetensi preceptor klinis serta yaitu: a) tanggung jawab pembimbing klinis dalam
membimbing mahasiswa, b) pengalaman yang tidak menyenangkan selama membimbing mahasiswa, c)
harapan pembimbing klinis terhadap perbaikan proses bimbingan mahasiswa. Adapun model penguatan yang
paling relevan adalah pelatihan preceptorship. Simpulan, gap kompetensi yang ada pada pembimbing klinis
keperawatan di RSUD Cibabat Cimahi adalah tanggung jawab pembimbing klinis, pengalaman yang tidak
menyenangkan selama membimbing mahasiswa dan harapan pembimbing klinis terhadap perbaikan proses
bimbingan mahasiswa. Model penguatan yang relevan dengan esensi gap kompetensi pada ke empat
kompenen kompetensi preceptor klinis yaitu pelatihan preceptorship yang bekerja sama dengan pihak Rumah
Sakit.
Daftar pustaka