Makalah Sistem Informasi Kesehatan
Makalah Sistem Informasi Kesehatan
OLEH:
I MADE WIADNYANA PUTRA (13.1.089)
Ruang Kenanga
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a) Mahasiswa mampu mengetahui pengertian manajemen SIK
b) Mahasiswa mampu mengetahui peranan manajemen SIK
5
c) Mahasiswa mampu mengetahui konsep-konsep pengembangan SIK
d) Mahasiswa mampu mengetahui aplikasi manajemen SIK di rumah sakit
e) Mahasiswa mampu mengetahui aplikasi manajemen SIK di puskesmas
f) Mahasiswa mampu mengetahui system pelayanan kesehatan untuk indidu dan
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Manajemen Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah
integrasi antara perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus
informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam
literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi
kesehatan di semua tingkt pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung
manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari
6
analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program,
pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan program-program
kesehatan. Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh
seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan
kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi
kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya
memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak
memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem
informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu.
7
2.2 Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building
block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen
(building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan).
2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi
kesehatan).
3. Health worksforce (tenaga medis).
4. Health system financing (system pembiayaan kesehatan).
5. Health information system (sistem informasi kesehatan).
6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah) Informasi kesehatan selalu
diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan
prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan
pemantauan hingga proses evaluasi.
Subsistem dalam system informasi kesehatan secara umum meliputi :
a. Survailans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi
lingkungan dan factor resiko)
b. Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah, gudang
farmasi, praktek swasta.
c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi, HIV/AIDS, yang
biasanya bersifat vertical
d. System administrative, meliputi system pembiayaan, keuangan, system kepegawaian,
obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain-lain
e. Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun imigrasi Jika dicermati, komponen
tersebut tidak hanya tanggung jawab sector kesehatan semata, tetapi juga lintas sector
lainnya seperti statistic vital kependudukan, data kelahiran, data kematian. System
pelaporan informasi kesehatan rutin dari fasilitas kesehatan pun tidak berjalan dengan
baik. Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses manajemen di
segala bidang. Dengan teknologi Informasi, data dan informasi dapat diolah dan
didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel. Hal ini mendorong
semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam berbagai kegiatan.
8
World Health Organization menilai bahwa investasi system informasi menuai
beberapa keuntungan, antara lain :
a. Membantu pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah
kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
b. Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif, evaluasi, dan
inovasi melalui penelitian.
c. Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas, cara yang
digunakan Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan yang
komprehensif berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis dan
lokasi tenaga kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang diberikan di
tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator penduduk, seperti
sebaai demografi dan status social ekonomi.
Sebagaimana gambar diatas, informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain
yang berbeda, yaitu :
1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan, lingkungan,
social ekonomi dan demografi.
2. Input system kesehatan, yang meliputi kebijakan, pembiayaan, sumber daya, dan
organisasi.
3. Output system kesehatan meliputi, informasi kemampuan pelayanan dan kualitas.
4. Hasil system kesehatan meliputi, pemanfaatan pelayanan.
5. Status kesehatan meliputi, angka kematian, kesakitan atau ketidakmampuan, dan
kesejahteraasn. Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional, SIK
merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen,
informasi dan regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen dan informasi
kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungsi kebijakan
kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hokum kesehatan
yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan
nasional agar berhasil guna, berdaya guna, dan mendukung penyelenggaraan ke-
6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu kesatuan yang terpadu. Adapun sub
sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:
1. Upaya kesehatan
9
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat.
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen setiap
unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem Informasi kesehatan berjalan
dengan baik dan yang lebih terpenting menggunakan teknologi komputer dalam
mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information
System). Melalui hasil pengembangan sistem informasi ini maka diharapkan dapa
menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat
interoperable dengan jaringan lain.
3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong
pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan
kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.
4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam
teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area
Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem informasi
pemerintah daerah.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan
memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi
teknologi informasi yang komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menganalisis,
memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi
seluruh stakeholders.
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access point
lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung
10
jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna
dapat dicapai sebaik-baiknya.
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan
manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan
pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi
pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk
mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif. 11. Mengarah pada
peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.
c. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem
yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya
umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:
1) Perkembangan organisasi tersebut
2) Perkembangan teknologi informasi
d. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu
sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika
dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan
integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan
usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara
berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu,
merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu.
Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara
selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan
sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek
tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada
pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di
akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek
komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan sistem
informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana
12
para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek
manualnya.
e. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih
untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung
kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut.
Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi
diperlukan tahapan pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan,
Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan
Operasionalisasi.
14
g. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan, karena
keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan
sistem yang baru.
h. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap
pengembangan SIRS.
Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek
Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
1) Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan atau pengawasan
(auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh
unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
2) Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup
lengkap dan terpadu.
3) Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
4) Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan
pemborosan.
5) Terjaminnya konsistensi data.
6) Orientasi ke masa depan.
7) Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada
maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan
integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS. SIRS merupakan suatu sistem informasi yang,
cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas
yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan dengan
memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria
dan prioritas yang ditentukan. Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan
berikutnya harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah
sebagai berikut: a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS, b. Penyusunan
Rancangan Global SIRS, c. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS, d. Pembuatan
Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik, e. Implementasi, dalam arti
15
pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat keras maupun perangkat lunak
pendukung. f. Operasionalisasi dan Pemantapan.
16
c. Farmasi Farmasi merupakan subsistem yang menangani data yang terkait dengan obat.
Fungsionalitasnya meliputi :
1) Pengolahan data master obat
2) Pengolahan data stok obat baru
3) Pengolahan data persediaan obat
4) Pengolahan data pelayanan/pemberian resep pasien
d. Pemantaun Data Register Pemantauan data register merupakan pemantauan data yang terjadi
di puskesmas secara harian/bulanan maupun periode tertentu. Kegiatannya meliputi :
1) Register pemeriksaan umum
2) Register pemeriksaan gigi
3) Register pemeriksaan gizi
4) Register pemeriksaan imunisasi
5) Register pemeriksaan KIA
6) Register pemeriksaan KB
e. Laporan Laporan merupakan subsistem untuk membuat laporan/ rekapitulasi. Laporan
manajemen ini meliputi:
1) Laporan kunjungan pasien
2) Laporan 10 penyakit terbanyak
3) Laporan pengguanaan obat
4) Laporan tindakan medis terbanyak
5) Laporan metode pembayaran oleh pasien
6) Laporan billing
f. Pemetaan Pemetaan wilayah meliputi kunjungan pasien, penyakit terbanyak, penggunaan
obat, riwayat KLB, dan lain sebagainya. Akan tetapi mapping data kesehatan sangat jarang
dilakukan.
2.6 Sistem Kesehatan dan Sistem pelayanan Kesehatan pada Individu dan Masyarakat
Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan tercapainya derajat
kesehatan yang bermutu tinggi dan merata, melalui upaya-upaya dalam tatanan tersebut yang
dilaksanakan secara efisien dan berkualitas serta terjangakau.
17
Sistem pelayanan kesehatan terdiri atas dua bagian yang merupakan subsistemnya, yaitu
system pelayanan kesehatan (Healht Service Delivery System) dan system pendanaan kesehatan
(Health Financing System). System pendanaan mendanai system pelayanan.
System pelayanan kesehatan terdiri atas dua bagian yang merupakan Subsystemnya, yaitu
system pelayanan kesehatan perorangan (medical service atau pelayanaan medis) dan system
pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).
Dalam system pelayanan kesehatan perorangan terdapat berbagai upaya untuk
peningkatan kesehatan perorangan (selanjutnya disebut upaya kesehatan perorangan /UKP),
yaitu mulai dari promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan kecacatan deteksi dini
penyakit/kecacatan dan penanganannya yang lebih tepat agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
atau kecacatan.
Dalam upaya pelayanan kesehatan masayarakat juga dikenal upaya health promotion dan
specific protection yang dilaksanakan pada masyarakt secara keseluruhan.
Dari gambaran diatas terlihat bahwa upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perorangan UKP) menjadi satu kesatuan upaya passa health promotion dan specific
protection. Dilihat dari sudut pathogenesis penyakit, maka upaya-upaya health promotion dan
specific protection ini adalah upaya pada masa “prepathogenesis”. Sedangkan upaya-upaya early
detection ang prompt treatment, disability limitation, rehabilitation adalah upaya-upaya pada
masa “pathogenesis”.
Dalam system pendanaanya, produk pelayanan kesehatan masyarakt umumnya
merupakan public goods sehingga didanai oleh pemerintah. Produk pelayanan kesehatan
perorangan bisa didanai oleh pemerintah (kalau dianggap public goods misalnya, pengobatan
penderita ppenyakit TBC sebagai bagian dari upaya pemberantasan penyakit TBC), bisa didanai
oleh perorangan sendiri (murni merupakan privat goods yang bisa langsung out of pocket
ataupun melalui asuransi pribadi/privat insurance). Pembiayaan pelayanan juga bisa campur
antara pemerintah dan masyarakat (public-privat mix).
18
SISTEM KESEHATAN DAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN (UKP)
19
Bagan 1.1. Letak hubungan “ Tampak Tindih” bidang kajian, serta pertimbangannya dari
berbagai subsistem dalam system kesehatan.
20
hidup sehat pada pasien dan keluarga pasien stroke/pasien penyakit jantung. Upaya kesehatan ini
banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), oleh keluarga (family care)
atau kelompok anggota masyarakat (misalnya, perkumpulan jantung sehat).
UKP kedua lebih menekankan pada pelayanan periode “pathogenesis” (disability limitation,
rehabilitation). Upaya ini dilaksanakan di institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit.
21
Pelayanan medic dasar ini dilaksanakan di puskesmas pemerintah, balkesmas swasta serta
dokter praktek perorangan swasta.
c. Pelayanan medic skunder/rujukan awal
Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit dengan kemampuan nonspesialistik/spesialiatik
dasar (dulu dikenal dengan sebutan rumah sakit tipe D), sampai kerumah sakit dengan
kemampuan pelayanan spesialistik empat dasar( dikenal dengan nama rumah sakit tipe C)
ataupun dirumah sakit dengan kemampuan pelayanan lebih dari empat spesialisme plus
beberapa spesialisme dasar (dikenal dengan nama rumah sakit tipe B-awal). Rumah sakit
rujukan awal ini biasanya ada di ibu kota kabupaten dan kota madya.
d. Pelayanan medic tersier/rujukan lanjut
Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit dengan kemampuan pelayanan semua spesialisme
plus beberapa subspesialisme(dikenal dengan nama rumah sakit tipe-B lanjut atau dirumah
sakit dengan kemampuan semua spesialisme dengan seluruh subspesialismenya(rumah sakit
tipe A). diindonesia rumah sakit rujukan lanjut ini semuanya berfungsi sebagai rumah sakit
pendidikan.
Upaya keseluruhan pada butir-butir diatas yang saling berhubungan (saling berkaitan,
saling berpengaruh, saling bergantung) satu sama lain, diselengarakan dalam satu daerah/
kabupaten/kota dalam satu system kesehatan daerah.
Keseluruhan stakeholders dalam system kesehatan tersebut dapat dilihat pada bagan.
22
Bagan 1.2. Upaya kesehatan perorangan/Rumah sakit dan Berbagai Stakeholder dan
lingkungan-Strateginya.
23
Kewenangan birokrasi yang dimiliki pemilik dilaksanakan secara operasional oleh satu
intitas birokrasi yang dibentuk oleh pemilik melalui satu surat keoutusan (SK). Kewenangan
yang dimiliki profesi didapat melalui pendidikan yang terstruktur, berjenjang (sarjana kedokteran,
dokter umum, dokter spesialis, dokter subspesialis, dan seterusnya) dan kewenangan tersebut
ditandai dengan sertifikasi kopetensi oleh asosiasi profesi/kolegium kedokteran bidang ilmu
terkait.
Secara operasional komite medic (Depkes,1999) melaksanakan tugas professional
governance dalam masalah yang berkaitan dengan profesi dan profesionalisme, misalnya :
a. Pengelolaan tumpang tindih kewenangan profesi yang bekerja dirumah sakit.
b. Pengelolaan penggunaan antibiotic oleh semua spesialisasi.
c. Melakukan seleksi para professional yang akan bekerja dirumah sakit, untuk menilai
kemampuan profesionalnya (credentialing).
d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi mengenai kinerja profesi para professional yang
bekerja diumah sakit.
e. Dan lain-lainnya baik yang murni berkaitan hanya dengan keprofesian, maupun yang
berkaitan dengan hal-hal diluar profesi.
Sebagai contoh, dalam pengelolaan profesi dirumah sakit, maka sebagai satu system,
ketergantungan dan saling berpengaruh antara satu subsistem dengan subsistem lain dalam
system rumah sakit pasti terjadi.
Contoh lain, diluar negeri yang gencar tuntunan hukum terdapat profesi dokter, maka tindakan
profesi yang tidak benar akan berdampak pada keuangan ruumah sakit. Itulah sebabnya resiko
kesakitan ataupun resiko kematian perlu dikaitkan juga dengan resiko keuangan rumah sakit.
Keseluruhan tata cara pengelolaan yang berlaku dirumah sakit ini ditetapkan bersama-sama oleh
unsure profesi dengan unsure birokrasi, yang dibanyak rumah sakit ketentuan dinamakan
hospital by law.
24
Manajemen rumah sakit berkembang dai waktu ke waktu. Pada sesudah perang dunia ke-
2, manajemen rumah sakit dilaksanakan dengan sangat murni sebagai lembaga social
(philanthrop). Pengambilan keputusan manajerial tidak pernah dilaksanakan dengan memakai
asas ekonomi, seperti membandingkan produksi dan biaya(efisiensi). Sitem informasi yang
berkembang dirumah sakit hanyalah berorientasi pada pelayanan mediknya saja.
Perkembangan IPTEK kedokteran dan kesehatan berkembang pesat, biaya pelayanan
kesehatan yang dibiayai pemerintah naik dengan tajam. Ini menyebabkan pemerintah tidak
berkemampuan untuk mendanai pelayanan kesehatan secara penuh, sehingga diharapka
masyarakat ikut mendanai pelayanan kesehatan. Hal ini dimungkinkan karena pada pelayanan
medic khususnya dirumah sakit, komponen privat goods cukup besar sehingga bila dikelola
menurut asas ekonomi (yang tetap bersifat social) akan mengakibatkan masyarakat dapat ikut
mendanai pelayanan rumah sakit. Manajemen rumah sakit kemudian berkembang menjadi sifat
sosio-ekonomis. Muncullah sistilah “rumah sakit swadana” yang system informasinya mulai
membandingkan produksi dengan biaya produkasi. System informasi rumah sakit juga
berkembang, tidak saja bertujuan “membelanjakan uang untuk pelayanan”’ tetapi dihitung biaya
satuan dari tiap-tiap produkasi pelayanan.
Dalam pengelolaan perusahaan, maka sisa hasil usaha atau yang dalam usaha nonsosial
disebut sebagai “profit”, menjadi salah satu tujuan dan ini juga berkaitan dengan tujuan efisiensi
rumah sakit.
Secara keseluruhan, system informasi pelayanan profesi dirumah sakit dengan system
informasi administrasi pelayanan profesi harus dikuasai secara terpadu oleh profesi yang bekerja
dibidang manajemen informasi kesehatan (di indonesia bernaung dibawah organisasi
PORMIKI).
25
Dengan berlakunya UU otonomi daerah, keter paduan system informasi kesehatan
didaerah otonom dengan system informasi dipusat merupakan syarat mutlak bagi keterpaduan
Visi, Misi, strategi dibidang kesehatan didaerah dengan visi, misi dan strategi tingkat nasional
(Sudarmono, 2000).
Dengan berlakunya UU praktek kedokteran 2004, maka tindakan para dokter harus bias
dipertanggung jawabkan secara hukum disamping dipertanggung jawabkan secara profesi (hal
terakhir ini sudah dilaksanakan para dokter sebelum UU tersebut). Pertanggungjawaban
penyelengaraan profesi secara hukummemeerlukan bukti-buki hukum tertulis, dan bagian yang
sangat inti dari penyelenggaraan profesi ini ada dalam Remkam Medik.
Menghadapi tiga hal tersebut (globalisasi, otonomi daerah dan perkembangan teknologi
informasi), disamping diperlukan kesatuan Visi dan Misi (Sudarmono,2000).
BAB III
PENUTUP
26
3.1 KESIMPULAN
a. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan
kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk
mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
b. Enam komponen (building block) sistem kesehatan yaitu : Service delivery (pelaksanaan
pelayanan kesehatan) Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin,
dan teknologi kesehatan) Health worksforce (tenaga medis) Health system financing
(system pembiayaan kesehatan)m Health information system (sistem informasi
kesehatan) Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
c. Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan antara lain:
1) Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
2) Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
3) Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
4) Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi
itu sendiri.
5) Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang
dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
6) Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi
dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
7) Informasi telah menjadi aset organisasi. h. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi
menggunakan struktur hirarkis yang mudah dipahami.
3.2 SARAN
a. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
SIK
b. Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya SIK yang
dikembangkan disesuaikan denga kebutuhan dan karakteristik
27
DAFTAR PUSTAKA
Kapita, selekta. 2006. Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Unioversitas Gadja
Mada Wulandari, R. 2009. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Berbasis
Komputer. Semarang: Universitas
28