Anda di halaman 1dari 4

Peringatan ke-68 Hari Guru kali ini (25/11)

ditekankan pada mewujudkan guru yang kreatif


dan inspiratif dengan menegakkan kode etik untuk
penguatan kurikulum 2013. Harapan pemerintah
pada Hari Guru adalah guru-guru menyiapkan
generasi yang kuat dan tangguh. Hari ini juga
dimulai lelang kepala sekolah di provinsi DKI
Jakarta.
Sejarah perjuangan para guru bisa ditarik sejak
zaman kolonial Belanda. Dimulai dengan
keputusan para guru pada 1932 yang mengubah
nama Persatuan Guru Hindia Belanda menjadi
Persatuan Guru Indonesia .
Dan, seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia, guru-guru Indonesia—dalam
Kongres Guru Indonesia—sepakat mendirikan
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Melalui kongres ini, semua organisasi dan
kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan
tamatan, lingkungan pekerjaan, daerah, politik,
agama, dan suku, sepakat dihapus. Mereka adalah
guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang
aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik
Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu
untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada 1994, peristiwa 25 November 1945 ini
dikukuhkan dengan menetapkan berdirinya PGRI
sebagai Hari Guru Nasional. Sejak itu, tiap tahun
sekolah-sekolah diharapkan memperingatinya
dengan berbagai kegiatan.
Cuplikan sambutan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI
Sengaja tema yang diambil dalam peringatan HGN
tahun 2013 dan HUT ke-68 PGRI ini adalah
“Mewujudkan Guru yang Kreatif dan Inspiratif
dengan Menegakkan Kode Etik untuk Penguatan
Kurikulum 2013.”
Sekarang ini, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sedang melakukan penataan sistem
pendidikan guru, pelatihan berkelanjutan,
perlindungan, dan peningkatan kesejahteraan
guru. Saya juga memberikan dukungan penuh agar
PGRI bisa menjadi organisasi profesi guru yang
kuat sehingga menghasilkan guru yang mampu
mengembangkan kemampuannya secara mandiri,
mampu sebagai sumber inspirasi dan keteladanan,
kreatif, inovatif, dan menegakkan kode etik guru
sebagai profesi. Kita semua berharap para guru
dan tenaga kependidikan kita menjadi pembelajar
dan pendidik sejati.
Dengan demikian, kurikulum 2013 yang digagas
untuk mempersiapkan generasi 2045, generasi
yang mampu berpikir orde tinggi, kreatif, inovatif,
berkepribadian mulia, dan cinta pada tanah air,
serta bangga menjadi orang Indonesia, dapat
diwujudkan. Kami mengajak semua pemangku
kepentingan untuk bekerja keras, bersungguh-
sungguh, dan bekerja sama. Insya Allah, cita-cita
mulia tersebut dapat segera kita wujudkan.
Guru kreatif bisa jadi teladan bagi muridnya
Guru sebagai tenaga pendidik profesional tidak
cukup hanya menguasai ilmu yang diajarkannya,
melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta
didik yang dihadapinya. Karena itulah diperlukan
guru yang inspiratif dan kreatif, yang mampu
mendidik, memberi teladan yang baik, dan bisa
memahami kondisi kejiwaan peserta didik. Guru
yang kreatif dan inspiratif harus mampu
memberikan layanan pendidikan kepada peserta
didik dengan berbagai latar belakang yang berbeda
(fisik, intelektual, sosial-emosional).
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan, dan
Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Syawal Gultom mengatakan, guru
inspiratif dan kreatif makin dibutuhkan dalam
implementasi Kurikulum 2013.
“Guru yang kreatif dan inspiratif harus mampu
memberikan layanan pendidikan kepada peserta
didik dengan berbagai latar belakang yang
berbeda, seperti fisik, intelektual, sosial-emosional.
Ketika kita memperhatikan peserta didik di kelas
dengan latar belakang usia hampir sama, akan
memperlihatkan penampilan, kemampuan,
temperamen, minat yang beragam terhadap suatu
pelajaran,” ujarnya dalam konferensi pers
Peringatan Hari Guru Nasional 2013, di Hotel
Mega Anggrek, Jakarta, Jumat (22/11), seperti
dilansir satuharapan.com.
Guru kreatif dan inspiratif juga dinilai sebagai guru
yang profesional, di mana selalu menegakkan kode
etik di dalam melaksanakan tugasnya sebagai
seorang guru yang profesional.
“Guru senantiasa memiliki kejujuran profesional
dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing dan guru
mengadakan komunikasi terutama dalam
memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi
menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan, serta guru menciptakan suasana
kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orangtua murid sebaik-baiknya bagi
kepentingan anak didik,” ucapnya.

Anda mungkin juga menyukai