Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah
sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai
dengan standar yang sudah ditentukan.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan
dan pengunjung di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dihadapkan
pada risiko terjadinya infeksi baik perawatan atau datang berkunjung ke
rumah sakit. Angka infeksi noskomial terus meningkat (Al Varado, 2000)
mencapai sekitar 9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat
inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil survey point prevalensi dari 11
Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah
Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003
didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi)
18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1‰, IADP (Infeksi Aliran Darah
Primer) 26,4‰, Pneumonia 24,5‰ dan Infeksi Saluran Napas lain 15,1‰
serta infeksi lain 32,1‰
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) sangat penting karena
menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini muncul
berbagai penyakit infekis baru (new emerging, emerging diseases dan re-
emerging diseases).
Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit
diperkirakan datangnya, sehingga kewaspadaan melalui surevilans dan

1
tindakan pencegahan dan pengendaliannya perlu terus ditingkatkan. Selain itu
infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi juga
dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
Walaupun belum ada angka yang pasti secara nasional ternyata
beberapa rumah sakit telah melaksanakan pengendalian infeksi nosokomial
beberapa tahun yang lalu. Sehubungan dengan hal itu maka perlunya adanya
pedoman manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
yang merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting untuk
mendapat dukungan dan komitmen dari pimpinan rumah sakit dan seluruh
petugas yang ada di rumah sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Panti
Yarsi Sumbar melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit, yang dilaksanakan oleh semua unit di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Panti Yarsi Sumbar yang meliputi kualitas pelayanan, manajemen risiko,
clinical govermance, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Menggerakkan semua sumber daya yang ada di pelayanan Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar secara efektif dan efisien
dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi.
b. Menurunkan angka kejadian infeksi di Rumah Sakit Islam Ibnu Panti
Yarsi Sumbar
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program pencegahan dan
pengendalian infeksi.

C. RUANG LINGKUP
1. Tanggung jawab dan tugas pokok
2. Struktur organisasi RS dan Komite/tim PPI

2
3. Uraian jabatan
4. Tata hubungan kerja
5. Pola ketenagaan dan kualifikasi personel
6. Kegiatan orientasi
7. Pertemuan atau rapat
8. Pelaporan

3
BAB II
GAMBARAN UMUM
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PANTI YARSI SUMBAR

A. Data Umum RS Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar


Nama : RS Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar
Direktur : dr. Dikho Atmanagara
Alamat : Jl. Medan-bukittinggi no. 86 Kampung Cengkeh
kec. Panti Kab. Pasaman, Sumatera Barat.
Kode POS :
Tlp./Fax : (0753) 335066
Jumlah Tempat Tidur : 17 TT
Luas Lahan : 11.340 meter²
Tanah Bagian Depan (Poliklinik) : 800 m2
Tanah Bagian Belakang : 1568 m2
Luas Lahan Terbangun : 1053 m2
Pemilik : YARSI Sumbar
Akte Pendirian : Notaris H. Hendri Final, SH No. 181-2010
NPWP : 01.520.385.4-201.001
Mobil Dinas :1
Mobil Ambulance :1
Sumber Air Bersih : PDAM
Alat Penerangan : PLN & Genset
Pengolahan Limbah : Ada

B. SEJARAH BERDIRI
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yasri Panti berada dibawah naungan
yayasan rumah sakit islam sumatera barat. Yayasan Rumah Sakit Islam
(YARSI) Sumatera Barat didirikan atas prakarsa Bapak Mohammad Natsir,
tertuang pada Akta Notaris Hasan Qalbi No. 20 tanggal 31 Januari 1969.
Yayasan ini mempunyai tujuan tercapainya derajat kesehatan yang optimal

4
bagi masyarakat seluruhnya melalui pelayanan kesehatan tanpa memandang
perbedaan agama, kedudukan, warna kulit dan asal usul, bertitik tolak dari
niat yang diikrarkan, yaitu “Sesungguhnya shalatku, hidupku dan matiku
adalah untuk Allah, tuhan semesta alam”.
Untuk mencapai tujuannya, maka yayasan menyelenggarakan upaya
kesehatan serta upaya – upaya lain yang berkaitan dengan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan menyelenggarakan usaha – usaha lain yang
dapat menunjang tercapainya tujuan yayasan, dan mengelola harta kekayaan
yayasan. Guna merealisasikan tujuan tersebut terutama untuk
menyelenggarakan upaya–upaya pelayanan kesehatan, yayasan mendirikan
Rumah Sakit yang diberi nama Rumah Sakit Islam ( RSI ) Ibnu Sina
diberbagai daerah di Sumatera Barat, yaitu: RSI Ibnu Sina Bukittinggi, RSI
Ibnu Sina Padang Panjang, RSI Ibnu Sina Padang, RSI Ibnu Sina Panti Yarsi
Sumbar, RSI Ibnu Sina Simpang Empat, Balai Kesehatan Ibnu Sina Panti,
didirikan, Balai Kesehatan Yarsi Mentawai. Kemudian selain berupa rumah
sakit ada diselenggarakan unit usaha berupa Sekolah Pendidikan
Keperawatan di Bukittinggi, Swalayan Masyithah di Bukittinggi, PT. Radio
Yarsi Citra Mandiri di Simpang Ampek serta Universitas Muhammad Natsir
di Bukittinggi.
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar adalah rumah sakit yang
dikembangkan dari Balai Kesehatan Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar,
yang telah berdiri sejak 10 Oktober 1978. Kemudian mendapatkan
persetujuan menjadi Rumah Sakit sesuai dengan SK Bupati Pasaman Tanggal
30 Maret 2016 Nomor 447/886/PSDK/DINKES/2016 tentang Izin
Mendirikan Rumah Sakit tipe D. Tanggal 27 desember 2017 Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar secara resmi diakui menjadi Rumah Sakit
tipe D.
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Sumbar Panti didirikan dengan tujuan
untuk menghambat laju kristenisasi dimana pada saat itu agama Kristen
sudah tersebar luas di Panti dan daerah sekitarnya.Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Yarsi Sumbar Panti diresmikan oleh Buya Dt. Panglimo Kayo dengan

5
dokter yang memimpin pertama kali yaitu Dr. Usman Aliun, hingga saat ini
telah banyak mengalami penggantian pimpinan antara lain : dr. Aminul
Azwar, dr. Mardiah Gafar, dr. Akmal, dr. Armen Ahmad, dr. Abdul Aziz, dr.
Elfizon Amir, dr. Rina Hudzaifah, dr. Rahmawati, dr. Muslim
Bachtiar,dr.Ahmad Ikhsan,Nst,dr. Budiawati,dr. Jeki Samuel , dr.Isphandra
Bakma, dr. Hasnul Ramadhani dan mulai bulan Juni 2015 dipimpin oleh dr.
Dikho Atmanagara.

C. KONDISI SAAT INI


Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar dipimpin oleh seorang
Dokter umum sebagai pemimpin dan pelaksana kegiatan fungsional,
mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan. Dalam
melaksanakan tugasnya pimpinan dibantu oleh 3 orang penanggung jawab
bagian/bidang yaitu bidang pelayanan medis dan keperawatan, dan bagian
keuangan, administrasi, personalia dan umum serta bagian penunjang medis.

DATA KETENAGAAN
Status Karyawan
No Jenis Ketenagaan
Tetap Tdk Tetap
1 Dokter
Dokter Umum 2 3
Dokter Gigi 1
Sub Total 3 3
2 Keperawatan
Perawat S1 3
Perawat D3 2
Perawat Gigi 1
Bidan D1
Bidan D3
Sub Total
3 Penunjang Medis
Apoteker 1
Asisten Apoteker 3 1
Laboratorium 1 1
Gizi D3 1
D3 Rekam Medis 1

6
Status Karyawan
No Jenis Ketenagaan
Tetap Tdk Tetap
Fisioterapi 1
Sanitasi 1
Radiologi 1
Sub Total 4 6
4 Non Medis
D3 Akuntansi 1
Adm Keuangan 1 1
Adm Rekam Medis 1 1
SDM 1
Ruhis 1
IT 1
IPRS 1
Sopir 1
Juru Masak 1 1
Sub Total
5 Tenaga Outsourcing
Cleaning Service 2
Security 1
Sub Total
Jumlah
TOTAL KESELURUHAN

JENIS KEGIATAN PELAYANAN


A. Fasilitas pelayanan Rawat Inap
 Ruangan VIP
 Klass II
 Zaal laki – laki
 Zaal Perempuan
 Zaal Anak
 Isolasi
B. Fasilitas Pelayanan Rawat Jalan terdiri dari poliklinik antara lain :
1. Poliklinik Umum
2. Poliklinik Akut ( UGD ) 24 Jam terdiri dari Bedah, Non Bedah dan
Kebidanan
3. Poliklinik Gigi

7
4. Poliklinik Spesialis
a) Poliklinik Spesialis Anak
b) Poliklinik Spesialis Bedah
c) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
d) Poliklinik Spesialis Mata
e) Poliklinik Kebidanan
f) Poliklinik Syaraf
g) Poliklinik THT
h) Poliklinik Paru
5. Pelayanan Jasa Ambulans
C. Fasilitas Pelayanan Penunjang Medis terdiri dari :
1. Apotik Farmasi
2. Laboratorium
3. Radiologi
4. Elektrokardiografi
5. Dopler
6. Fisioterapi
7. USG
D. Pelayanan Khusus
Pelayanan Khusus terdiri dari pelayanan intensif (Perinatologi, kamar
bedah, kamar bersalin)
Selain pelayanan inti, RSI Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar juga
melakukan pelayanan Berbasis islami yaitu Ruhis (Ruhul Islam) dengan
kegiatan sebagai berikut :
1. Visite kunjungan ruhis keruangan dan poli klinik
2. Setoran ayat oleh karyawan baru
3. Setoran ayat wajib setiap bulannya oleh seluruh karyawan
4. Wirid/ pengajian 2 kali sebulan.
Untuk memenuhi kompetensi pegawai, RS Islam Ibnu Sina Panti
Yarsi Sumbar juga menyelenggarakan merencanakan diklat eksternal dan

8
Internal bagi rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lain berupa pelatihan,
sosialisasi, work shop.

JUMLAH DAN DISTRIBUSI TEMPAT TIDUR


Fasilitas pelayanan Rawat Inap dengan kapasitas 17 tempat tidur dan
pembagian ruang rawatan sbb :
* Ruangan VIP  1
* Ruang VIP II  1
* Ruang Klass II  4
* Isolasi  1
* Zaal laki – laki  5
* Zaal Perempuan  5

BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, TUJUAN

A. VISI
Terwujudnya Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar
sebagai rumah sakit yang islami bedasarkan dakwah bil hal dan menjadi RS
terbaik di Kabupaten Pasaman tahun 2019 yang mampu bersaing menghadapi
era globalisasi
B. MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan secara berkualitas sesuai dengan
standar kelas RS
2. Menerapkan nilai-nilai Islami dalam seluruh aspek pelayanan dan
pengelolaan RS sesuai dengan prinsip dakwah bilhal
3. Melakukan peningkatan mutu yang berkesinambungan baik di bidang
pelayanan maupun sarana-prasarana
C. FALSAFAH

9
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar merupakan sarana
dakwah Bilhal dalam bidang pelayanan kesehatan sebagai perwujudan
kemanusiaan dan ketakwaan kepada Allah SWT
D. MOTTO
“Ikhlas dalam berniat, Amanah dalam bekerja, Ihsan dalam
bertindak“.
E. NILAI-NILAI DAN KULTUR YANG
DIKEMBANGKAN
1. Ikhlas
Dalam bekerja dengan mengharap ridha Allah
2. Berbudi
Dengan Menjunjung tinggi moral dan etika islami
3. Nuansa Islami
Lingkungan dan tindakan sesuai dengan tuntunan islam
4. Uswah
Menjadi contoh teladan dalam pekerjaan maupun ibadah.
5. Santun
Saling menghargai dan menyayangi antar sesama.
6. Inovatif
Menciptakan ide-ide baru untuk melakukan perubahan kearah yang
lebih baik.
7. Normatif
Berpedoman kepada ketentuan tertulis yang ditetapkan RS sesuai
dengan norma agama dan UU yang berlaku
8. Amanah
Menjaga kepercayaan yang diberikan
F. TUJUAN
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan
sesuai dengan ajaran islam serta menurunkan ketentuan perundang undangan
tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.
G. LOGO

10
Penjelasan makna logo :
(1) Lingkaran menyerupai bulan sabit adalah Lembaga yang mampu
memberikan pencerahan, penerangan kesejahteraan bagi umat dan
langgeng serta berkembang sepanjang masa.
(2) Tulisan arab Ibnu Sina adalah nama filosofi/ilmuwan besar dan
terkemuka di bidang kesehatan serta bidang ilmu pengetahuan
kemasyarakatan
(3) Warna Hijau adalah melambangkan tingkat ketauhidan/keimanan serta
ketaqwaan yang tinggi pada Allah SWT.

11
Struktur Organisasi
Komite Medis DIREKTUR Komite PPI

SPI Ruhul Islam

Kabid. Pelayanan Medis Kabid. Penunjang Medis Bid. Keperawatan Bag. ADM & Keuangan

Kasie. Mutu & Pelayanan Medis Kasie. Askep Kasie. Profesi dan Logistik Kasie. Keuangan Kasie. ADM & Umum

UPSRS
Rawat Inap Farmasi Akuntansi
Rawat Inap
Sanitasi

Rawat Jalan Laboratorium Keuangan


Transportasi
Rawat Jalan

OK GIZI Pemasaran Satpam


OK
Loundry
IGD Radiologi
IGD
Kebersihan
Rekam Medis
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE PPI

KETUA KOMITE PPI-RS

SEKRETARIS

KOMITE PPI

ANGGOTA KOMITE PPI

MEDIS
IPCD
KEPERAWATAN

PENUNJANG
MEDIS
UMUM
IPCN

IPC/IPCLN

Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) disusun agar dapat


mencapai visi, misi dan tujuan dari penyelenggaraan PPI. PPI dibentuk berdasarkan
kaidah organisasi yang miskin struktur dan kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan
tugas, wewenang dan tanggung jawab secara efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar
sumber daya yang ada di rumah sakit dapat dimanfaatkan secara optimal.
Pimpinan dan petugas kesehatan dalam Komite dan Tim PPI diberi
kewenangan dalam menjalankan program dan menentukan sikap pencegahan dan
pengendalian infeksi.

10
1. Komite PPI disusun minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
a. Ketua sebaiknya dokter (IPCD/Infection Prevention and Control Doctor),
mempunyai minat, kepedulian dan pengetahuan, pengalaman, mendalami
masalah mikrobiologi klinik, atau epidemiologi klinik.
b. Sekretaris sebaiknya perawat senior (IPCN/ Infection Prevention and Control
Nurse), yang disegani, berminat, mampu memimpin, dan aktif.
c. Anggota terdiri dari :
1) Komite medis
2) Petugas Laboratorium.
3) Petugas Farmasi.
4) Perawat PPI / IPCN (Infection Prevention and Control Nurse)..
5) Petugas Laundry.
6) Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS-RS).
7) Petugas Sanitasi.
8) Petugas House Keeping.
9) Petugas Gizi.
10) Petugas K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
11) Petugas
12) Diklat
13) Logistik RS
14) Radiologi
15) Perinatologi
16) OK
17) IGD
18) Rawat iap
19) Rawat jalan
20) Bagian Rumah tangga
2. Tim PPI terdiri dari 1 (satu) dokter PPI tiap 1 (SATU) Perawat PPI / IPCN
3. IPCN
Rumah sakit harus memiliki IPCN yang bekerja purna waktu, dengan ratio 1 (satu)
IPCN untuk tiap 100 – 150 tempat tidur di rumah sakit.
4. IPCLN
Dalam bekerja IPCN dapat dibantu beberapa IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse) dari tiap unit perawatan.

BAB VI
URAIAN JABATAN

A. URAIAN TUGAS
1. Direktur Utama.

11
Tugas Direktur Utama :
a. Membentuk Komite dan Tim PPIRS dengan Surat Keputusan.
b. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi.
c. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk
anggaran yang dibutuhkan.
d. Menentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi.
e. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
berdasarkan saran Komite PPIRS.
f. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan
disenfektan di rumah sakit berdasarkan saran dari Komite PPIRS.
g. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai kebutuhan berdasarkan saran
dari Komite PPIRS.
h. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk PPIRS.
2. Komite PPI :
Tugas dan Tanggung Jawab Komite PPI :
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS, agar kebijakan dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
c. Membuat SPO PPI.
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.
e. Bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau KLB
Healthcare Associated Infections (HAIs).
f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan dan
pengendalian infeksi.
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dalam PPI.
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan.
i. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya menusia (SDM) rumah sakit dalam PPI.
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan yang ada di PPI
k. Menerima laporan dari Tim PPI dan membuat laporan kepada Direktur.
l. Berkoordinasi dengan unit terkait lain.
m. Memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotika yang rasional
di rumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan resistensi terhadap
antibiotika dan menyebar-luaskan data resistensi antibiotika.
n. Turut menyusun kebijakan clinical governance dan patient safety.
o. Mengembangkan, mengimplementasi dan secara periodik mengkaji kembali
rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan manajemen rumah sakit.

12
p. Memberikan masukan yang menyangkut kontruksi bangunan dan pengadaan alat
dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat
dan linen sesuai dengan prinsip PPI.
q. Membuat rekomendasi untuk penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena
potensial menyebarkan infeksi.
r. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari
standar prosedur / monitoring surveilans proses.
s. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan infeksi
bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
3. IPCO (Infection Prevention and Control Officer)
Tugas IPCO :
a. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.
b. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
c. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman pathogen dan pola resistensi
antibiotika.
d. Bekerjasama dengan Perawat PPI memonitor kegiatan surveilans infeksi dan
memdeteksi serta menyelidiki KLB.
e. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan
dengan terapi.
f. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
g. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami pencegahan dan
pengendalian infeksi.
4. IPCN (Infection Prevention and Control Nurse)
Tugas dan Tanggung Jawab IPCN :
a. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi
di rumah sakit.
b. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO, kepatuhan petugas dalam
menjalankan kewaspadaan isolasi.
c. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada Komite PPI.
d. Bersama Komite PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI di
rumah sakit.
e. Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama Komite PPI
memperbaiki kesalahan yang terjadi.
f. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi dari
petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya (berkoordinasi dengan K3).
g. Bersama Komite menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus yang terjadi di
rumah sakit.
h. Audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi termasuk terhadap penatalaksanaan
limbah, laundry, gizi dan lain-lain dengan menggunakan daftar tilik.

13
i. Memonitor kesehatan lingkungan
j. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
k. Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi yang
terjadi di rumah sakit.
l. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke Komite PPI.
m. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
n. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip PPI.
o. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPIRS.
p. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga
tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat, infeksi dengan
insiden tinggi.
q. Sebagai koordinator antara bagian / unit dalam mendetekasi, mencegah dan
infeksi di rumah sakit.

5. IPCLN (Infection Prvention and Control Link Nurse)


IPCLN sebagai perawat pelaksana harian / penghubung bertugas :
a. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat inap
masing-masing, kemudian menyerahkan-nya kepada IPCN .
b. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan
dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unit rawatnya masing-
masing.
c. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya HAIs pd pasien.
d. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi
pengunjung di ruang rawat masing-masing, konsultasi prosedur yang harus
dijalankan bila belum paham.
e. Memonitor kepatuhan bagi petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan
Standar Isolasi.
6. Anggota laboratorium :
1. Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang
berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial kepada petugas laborat.
2. Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
3. Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
4. Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi nosokomial.
7. Anggota linen:
1. Memisahkan linen infeksius dan non infeksius
2. Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
3. Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
4. Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.
8. Anggota gizi :

14
1. Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.
2. Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab petugas gizi.
3. Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.
9. Anggota IPSRS :
1. Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.
2. Memantau penggunaan bahan desinfektan.
3. Membantu mempersiapkan uji air bersih, limbah dan kuman diruang tertentu.
4. Memantau proses pembakaran incenerator.
5. Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium
10. Logistik
1. Memantau pelaksanaan hand higiene diruangan ligistik
2. Memantau penggunaan bahan desinfektan logistik
3. Pengadaan dan prasarana Komite PPI

B. SARANA DAN FASILITAS


1. Sarana Komite PPI dan tim PPI
 Ruangan Komite PPI dan Tim PPI dan tenaga IPCN yang purna waktu
 Komputer dan internet.
 Airphone.
 Alat tulis kantor
2. Dukungan manajemen
Dukungan manajemen yang diberikan berupa:
1. Penerbitan Surat Keputusan Untuk Panitia dan Tim PPIRS.
2. Anggaran atau dana untuk kegiatan :
 Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).
 Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang.
 Untuk pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, laporan dan rapat rutin.
3. Kebijakan dan Standar prosedur Operasional (SPO)
a) Kebijakan manajemen.
 Ada kebijakan kewaspadaan isolasi.
 Penggunaan alat Pelindung diri (APD).
 Peralatan perawatan pasien.
 Pengendalian lingkungan.
 Pemrosesan Peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.
 Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan.
 Penempatan pasien.
 Hygiene respiratie/etika batuk.
 Praktek penyuntikan yang aman.
 Praktek untuk lumbal punksi.
 Ada kebijakan tentang Pengembangan SDM dalam PPI.

15
 Ada kebijakan tentang pengadaan bahan dan alat yang melibatkan
PPI.
 Ada kebijakan penggunaan antibiotika yang rasional.
 Ada kebijakan tentang pelaksanaan surveilans
 Ada kebijakan tentang pemerikasaan fisik dan sarana yang melibatkan
PPI.
 Ada kebijakan tentang Kesehatan karyawan.
 Ada Kebijakan penangan KLB.
 Ada kebijakan penempatan pasien
 Ada kebijakan upaya pencegahan infeksi IDO, Plebitis, ISK, HAP
Decubitus.
b) Kebijakan tekknis
 Ada SPO Tentang Kewaspadaan isolasi (isolation precaution)
 Ada SPO kebersihan tangan
 Ada SPO Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
 Ada SPO penggunaan peralatan perawatan pasien
 Ada SPO Pengendalian lingkungan
 Ada SPO Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
 Ada SPO kesehatan karyawan /Perlindungan petugas
 Ada SPO Penempatan pasien.
 Ada SPO Hygiene respirasi /etika batuk
 Ada SPO Praktek menyuntik yang aman
 Ada SPO Praktek lumbal punksi
 Upaya-upaya pencegahan infeksi dan rekomendasinya.
C. PENGEMBANGAN DAN PENDIDIKAN
1. Tim PPI
 Wajib menngikuti pendidikan dan pelatihan dasar dan lanjut PPI.
 Memiliki sertifikat PPI.
 Mengembangkan diri mengikuti seminar, lokakarya dan sejenisnya.
 Bimbingaan teknis secara berkesinambungan
2. Staf Rumah Sakit.
 Semua staf harus mengetahui prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian
infeksi

16
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

Tata hubungan kerja di Komite PPI meliputi hubungan kerja intern unit kerja dan
ekstern unit kerja.

A. TATA HUBUNGAN KERJA INTERN UNIT KERJA

Ketua
Komite PPI

Anggota Tim PPI:


IPCD
Komite PPI
IPCN

IPCLN

B. TATA HUBUNGAN KERJA EKSTERN UNIT KERJA


Hubungan kerja Komite PPI dengan seluruh bagian/unit di Rumah Sakit Islam
Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar, adalah sebagai berikut :

17
DIAGRAM TAHUBJA

Komite SDM Komite Komite Ruang


mutu medis keperawatan jenazah
Rajal Diklat

IGD, ICU MR

Ranap
PKMRS

KOMITE
Farmasi
PPI Ruhul
Islam

Sterilisasi
Gizi

OK/Anastesi
Logistik

Bag.umum
Labor Radiologi Kesling / Loundry

Semua bagian/unit yang ada di RSI Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar harus memahami
dan melaksanakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi diantaranya mampu
memahami dan melaksanakan tentang kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.

BAGIAN/UNIT TATA HUBUNGAN KERJA

Komite Medis Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Komite Medis
(SMF) dalam hal ini para Dokter, terkait dengan
rekomendasi hasil pemetaan kuman dan penggunaan
antimikroba yang rasional dan berkoordinasi dalam
menetapkan adanya infeksi berdasarkan data klinis pasien
dan melaksanakan prosedur tindakan berdasarkan standar

18
BAGIAN/UNIT TATA HUBUNGAN KERJA

prosedur operasional dalam rangka mencegah dan


mengendalikan infeksi rumah sakit.
MR Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan MR dalam hal
ini terkait rekomendasi hasil resiko onfeksi yang ada di
rumah sakit dan berkoordinasi dalam meningkatkan mutu
pelayanan RS.

Rawat Inap Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian rawat
inap terkait dengan surveilans pasien rawat inap,
kewaspadaan isolasi dan penerapan Universal Precaution.
Rawat Jalan Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan penerapan
Universal Precaution dan koordinasi dengan PKRS terkait
PPI ke pasien, petugas dan pengunjung RS.
Tim Promosi Kesehatan PPI memiliki hubungan kerja dengan Komite Promosi
Rumah Sakit Kesehatan Rumah Sakit terkait program pencegahan dan
pengendalian infeksi untuk mengurangi risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan dan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien.

Komite Mutu Kerja sama dalam hal menganalisa dan membuat tindak
lanjut terhadap hasil surveilans dan kegiatan
Unit imergensi (UGD, Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan ICU terkait
HCU, PERINA) dengan surveilans pasien di ruang intensif, Kewaspadaan
Isolasi dan penerapan Universal Precaution.
Kamar Bedah / OK dan Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan OK terkait
Anestesi dengan pemeriksaan berkala untuk sterilisasi dan desinfeksi
kamar bedah, Kewaspadaan Isolasi dan penerapan
Universal Precaution.
Farmasi Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Farmasi,
dalam pemantauan penggunaan antimikroba yang benar,
tepat, dan rasional dan berkoordinasi dalam hal pemantauan
penggunaan antiseptik, disinfektan dan pemusnahan obat
kadaluarsa atau rusak di RSI Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar
Diklat Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Bagian Diklat

19
BAGIAN/UNIT TATA HUBUNGAN KERJA

terkait program pelatihan dan sosialisasi bagi petugas


kesehatan dan karyawan.
Laboratorium Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Laboratorium
terkait dengan pembuatan pola kuman dan resistensi yang
akan membantu pemantauan penggunaan antimikroba di
RSI ibnu sina Panti Yarsi Sumbar
Radiologi dan Diagnostik Komite PPI memilki hubungan kerja dengan Radiologi dan
Diagnostik terkait dengan penerapan Universal Precaution.
Sterilisasi Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Sterilisasi
terkait dengan penerapan Universal Precaution, metode
sterilisasi dan desinfeksi.
Kesling Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian
kesehatan lingkungan terkait dengan manajemen limbah dan
penerapan Universal Precaution.
Laundry Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian
Laundry terkait dengan manajemen linen dan penerapan
Universal Precaution.

Gizi Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian Gizi


terkait pemantauan persiapan, pengadaan, pengolahan
makanan dan penyajian yang sesuai dengan HACCP.
UPS Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian Sarana
Fisik terkait pembongkaran, pembangunan, dan renovasi
menggunakan kriteria risiko yang membahas dampaknya
pada mutu udara, pencegahan dan pengendalian infeksi serta
kebisingan dan getaran.
Logistik Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian
Logistik terkait pengadaan dan prasarana Komite PPI.
Pemasaran Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian
Pemasaran terkait dengan pembuatan media edukasi dan
promosi kesehatan tentang PPI.
SDM Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan Bagian SDM
terkait program orientasi, pelatihan dan pengembangan
terkait PPI bagi pegawai dan komite PPI.
Ruhul Islam Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian Binroh

20
BAGIAN/UNIT TATA HUBUNGAN KERJA

terkait dengan pelayanan jenazah dan penerapan Universal


Precaution.

21
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

A. STANDARISASI KETENAGAAN

N Nama Kualifikasi
Formal Sertifikat Kriteria Pendukung
o Jabatan
1. Ketua Dokter gigi  Pelatihan  Pengalaman kerja 1,5
Komite PPI tahun,
PPI/ IPCD  Mempunyai minat dalam
dasar
PPI,
Pelatihan
 Memiliki kemampuan
IPCD
leadership,
2. IPCN Profesi Ners /  Pelatihan  Memiliki komitmen
DIII dengan PPI dibidang PPI.
pengalaman kerja  Memilki kemampuan
dasar
lebih dari 10 leadership, inovatif dan
 Pelatihan
tahun confident.
IPCN
 Bekerja purna waktu.
3. IPCLN Perawat dengan Pelatihan  Memiliki komitmen
pendidikan PPI dasar dibidang PPI.
minimal D3  Memiliki pengalaman
sebagai Kepala Ruangan
atau setara.
 Memilki kemampuan
leadership.

B. KONDISI KETENAGAAN
1. Ketenagaan Tim PPI
No Jenis tenaga Jabatan Pendidikan Sertifikat Jumlah
Formal
1 Dokter IPCD Dokter Gigi PPI dasar 1
IPCD
2 Perawat IPCN D-3 keperawatan PPI dasar 1
IPCN
3 Perawat IPCLN D-3 keperawatan PPI dasar 5
4 Farmasi IPC Apoteker PPI dasar 1
5 Kesling IPC D-3 kesling PPI dasar 1

22
6 Gizi IPC D-3 Gizi PPI dasar 1
7 Laboratorium IPC D-3 Labor PPI dasar 1
8 Londri IPC D-3 Fisioterapi PPI dasar 1

2. Tenaga TIM PPI di RSI Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar


No Nama Jabatan Jenis pelatihan Tempat
PPI Dasar
1 Drg. Linir Agustin IPCD
IPCD
PPI Dasar
2 Rozi Elfita, AMK IPCN
IPCN
3 Rita Winarti, AMK IPCLN UGD PPI Dasar
4 Lusi Aprianti, AMK IPCLN Rawat Inap PPI Dasar
5 Dearisa, AMKG IPCLN Rawat Jalan PPI Dasar
6 Darajat. Amd. kep IPCLN OK PPI Dasar Padang
7 Bid. Rini Wiyanti IPCLN KB PPI Dasar
8 Wahyuni Sari, Amd IPC Laboratorium PPI Dasar
9 Risa Gusmira, S FARM.Apt IPC Farmasi PPI Dasar
10 Amelia Malik, Amd.KL IPC Sanitasi PPI Dasar
11 Suci Nurharisah, AMG IPC Gizi PPI Dasar
12 Hayatul khaira, Amd. Fis IPC londri PPI Dasar

B. DASAR PERHITUNGAN KETENAGAAN


Berdasarkan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, yang diterbitkan oleh
KEMENKES RI Bekerjasama dengan PERDALIN Tahun 2011, ratio setiap 100 – 150
tempat tidur di rumah sakit memerlukan 1 (satu) IPCN. Pada saat ini Rumah Sakit Islam
Ibnu sina Panti Yarsi Sumbar memiliki 17 Tempat Tidur, sehingga IPCN yang diperlukan
sebanyak 1 orang.

C. REKRUTMEN DAN SELEKSI


Berdasarkan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, yang diterbitkan oleh
KEMENKES RI Bekerjasama dengan PERDALIN Tahun 2011, struktur PPI terdiri dari
perwakilan tiap-tiap unit kerja (Dokter wakil dari tiap SMF (Staf Medis Fungsional),
Dokter ahli epidemiologi, Dokter Mikrobiologi / Patologi Klinik, Petugas Laboratorium,
Petugas Farmasi, Perawat PPI / IPCN (Infection Prevention and Control Nurse), Petugas
Sterilisasi, Petugas Laundry, Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS-
RS), Petugas Sanitasi, Petugas House Keeping, Petugas Gizi, Petugas K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja), dan Petugas Kamar Jenazah)

23
D. PENGEMBANGAN SDM
Setiap anggota harus mengikuti perkembangan IPTEK terkini yang terkait dengan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, seperti:
1. Pelatihan Dasar PPI
2. Pelatihan IPCD
3. Pelatihan IPCN
4. Pelatihan ICRA

24
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

A. ORIENTASI RUMAH SAKIT


Mutu pelayanan rumah sakit ditentukan oleh ketersediaan dan kualitas sumber
daya yang dimiliki oleh rumah sakit. Salah satu sumber daya yang sangat menentukan
terletak pada kualitas sumber daya insani yang melaksanakan pelayanan tersebut. Untuk
mendapatkan pegawai yang berkualitas maka system recruitment dan seleksi penerimaan
pegawai baru (tenaga magang) menjadi penting untuk disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat yang berkualitas.
Pelaksanaan recruitment dan seleksi di RSI Ibnu sina Panti Yarsi Sumbar
merupakan suatu rangkaian kegiatan melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu,
perencanaan, pelaksanaan seleksi dan tahap orientasi pegawai baru/tenaga magang.
Tahap orientasi bertujuan agar pegawai baru/tenaga magang mengenal secara baik
keberadaan organisasi RSI Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar dan dapat menyesuaikan dengan
tuntutan pekerjaan/keahlian serta sikap mengenal secara baik keberadaan organisasi RSI
Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar dan dapat menyesuaikan dengan tuntutan
pekerjaan/keahlian serta sikap kerja dalam unit kerja tertentu sesuai dengan standar
kompetensi pegawai dan kebutuhan RSI Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar
Orientasi PPI merupakan kegiatan pengenalan mengenai pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit yang meliputi tentang kebijakan PPI, susunan
organisasi, tata kerja serta prosedur tetap di Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(KPPI). Kegiatan orientasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi :
1. Tujuan
a. Agar calon pegawai di rumah sakit mengetahui / memahami falsafah dan tujuan
serta kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
b. Mengetahui Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Komite PPI.
c. Mengetahui dan memahami Prosedur Kerja di Komite PPI.
2. Metode
a. Ceramah, Tanya jawab.
b. Melihat langsung pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial.
3. Waktu
Waktu kegiatan orientasi disesuaikan dengan jadwal orientasi bagi pegawai
baru rumah sakit dan jadwal tenaga praktik/magang di rumah sakit.
4. Alokasi Biaya

25
Biaya disesuaikan dan dibebankan pada anggaran Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Panti Yarsi Sumbar dan direncanakan dalam RAPB RSI Ibnu Sina Panti Yarsi
Sumbar.

B. ORIENTASI DI UNIT KERJA


Setiap unit kerja harus memahami pentingnya pencegahan dan pengendalian
infeksi Rumah Sakit.

26
BAB X
KEGIATAN/RAPAT
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu masalah
tertentu.

Tujuan Umum :
Membantu terselenggaranya program kerja Komite PPI yang ada di Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar.

Tujuan Khusus :
1. Dapat menggali segala permasalahan yang terkait dengan program kerja Komite PPI di
unit pelayanan.
2. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan program
kerja Komite PPI guna peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

Sedangkan pertemuan rapat di keanggotaan Komite PPI dan Tim PPI dilakukan :
1. Rapat Terjadwal
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Komite PPI/Tim PPI setiap bulan
sekali dengan perencanaan yang telah dibuat selama 1 tahun serta agenda rapat yang
telah ditentukan oleh Komite PPI/Tim PPI.
2. Rapat Tidak Terjadwal
Rapat tidak terjadwal merupakan raapat yang sifatnya insidentil dan diadakan oleh
Komite PPI/Tim PPI untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan di pelayanan
dikarenakan adanya permasalahan yang bersifat insidentil yang membutuhkan
penanganan cepat.

27
JADWAL KEGIATAN MONITORING RSI IBNU SINA PANTI YARSI S

TANGGAL

Ruangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1 MR

2 Apotik

3 Poliklinik

4 Labor dan Ronsent

5 Perinatologi

6 Kamar Operasi

7 UGD

8 Rawat Inap

9 ADM Keuangan

13 Kafetaria

14 Gizi

14 Loundry

16 UPS

10
17 Ruang jenazah

18 Keuangan

19 Personalia

20 Ambulan

21 Surveilans

22 Monev CS

JADWAL KEGIATAN KOMITE PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI


RSI IBNU SINA PANTI YARSI SUMBAR

BULAN
RAPAT
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Rapat dengan komite medik dan komite keperawatan

2 Rapat dengan tim K3 RS

3 Rapat dengan tim mutu

4 Rapat dengan manajemen

5 Rapat dengan IPCLN/PIC

11
6 Rapat dengan Cleaning Service

7 Rapat Insidentil Bila dibutuhkan


8 AUDIT PPI

9 Membuat laporan triwulan

12
BAB XI
PELAPORAN

Pelaporan merupakan sistem atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala
bentuk kegiatan yang ada terkait dengan program kerja Komite PPI di Rumah sakit Islam
Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar. Pelaporan data dimasukkan untuk memberi informasi serta
menunjukkan kepada personil yang bergerak di bidang pelayanan medik dan administrasi
rumah sakit akan adanya masalah infeksi nosokomial yang memerlukan tindakan intervensi.
Informasi yang diperoleh disebarkan secara teratur kepada pihak yang berwenang
dalam rangka menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit.
Laporan dibuat oleh Komite atau Tim PPI yang terdiri dari laporan :
A. Laporan Bulanan
Laporan yang dibuat dalam bentuk tertulis setiap bulannya dan diserahkan kepada
Direktur rumah sakit, dilanjutkan bidag terkait dan ke Dinkes oleh Medical Record.
B. Laporan Triwulan
Laporan yang dibuat dalam bentuk tertulis setiap tiga bula dan diserahkan kepada
Direktur rumah sakit.
C. Laporan Tahunan
Laporan yang dibuat dalam bentuk tertulis setiap tahun diserahkan kepada Direktur
rumah sakit.

v
BAB XII
PENUTUP

Demikian Pedoman Pengorganisasian Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rumah


Sakit Islam Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar ini dibuat sebagai acuan pengorganisasian bagi
karyawan di RSI Ibnu Sina Panti Yarsi Sumbar umumnya. Semoga dengan adanya Pedoman
Pengorganisasian ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal bagian. Semoga Allah
senantiasa memberikan kita semua limpahan Taufik dan Hidayah-Nya kepada hamba-hamba
yang selalu berlomba dalam kebaikan dan berusaha secara terus menerus memperbaiki
amaliahnya, Aamiiin.

Ditetapkan di: Panti Yarsi Sumbar


pada tanggal : 2018

Komite Tim PPI

vi
DAFTAR PUSTAKA
Ayliffe, G. A. J, et al, 1999, Hospital Acquired Infection Principles and Prevention, 3rd
Edition. London, Butterworth-Helnemann.
Ayliffe, G. A. J, et al, 2000, Control of Hospital Infection A : Practical Hand Book,
4th Edition. London, Arnold.
Barbara M. S, 1993, APIC Curiculum for Infection Control Practice, Volume 1, lowa,
Kendall/Hunt Pub Co.
Departemen Kesehatan RI, 1999, Standar Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta, Depkes
RI.
Departemen Kesehatan RI – JHPIEGO, 2004, Panduan Pencegahan Infeksi untuk
Fasilitas Pelayanan dengan Sumber Daya Terbatas, Jakarta, Depkes RI.
Handbook of Infection Control for Health Care Worker, 2004.
Horan-Murphy E, et al, 1999, APIC/CHICA – CANADA Infection control and
epidemiologi ; Profesional and Practise standards, AJIC am J Infect Control, 27 ; 47-51.
Kementerian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Jakarta,
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Jakarta, Kementerian Kesehatan
RI.
Pottinger J, M, et al, 1997, Basic of surveillance-An Overview, Infection Control and
Hospital Epidemiology; 18 : 513-27.
Turner JG, et al, 1999, Analysis 1996 : Infection control professional, Certication
Board In Infection Control and Epidemiology, Inc, 1996 Job Analysis Committee, Am J Infect
Control; 27 (2) : 14557.
World Health Organization, 2007, Interim guideline : Infection Prevention and
Control of Epidemic and Pandemic Prone Acute Respiratory Disease In Health Care,
WHO/CDS/EPR/2007.6. Available online at URL : http : //www.
Who.int/csr/recources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_6c.pdf.

vii

Anda mungkin juga menyukai