Eny Aprianti Angga Irawan S.Kep.,Ns
Eny Aprianti Angga Irawan S.Kep.,Ns
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin
B. ETIOLOGI
Penyebab dari diare akut antara lain:
a. Faktor infeksi
1. Infeksi virus
Retavirus
- Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai
dengan muntah
- Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pasa musim dingin
- Dapat ditemukan demam atau muntah
- Didapatkan penurunan HCC
Enterovirus
- Biasanya timbul pada musim panas
Adenovirus
- Timbul sepanjang tahun
- Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/ pernafasan
Norwalk
- Epidemik
- Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam)
2. Bakteri
Stigella
- Semusim, puncaknya pada bulan juli- September
- Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
- Dapat dihubungkan dengan kejang demam
- Muntah yang tidak menonjol
- Sel polos pada peses
- Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari
- Organism dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan
Escherichia coli
- Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan
entenoksin
- Pasian (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit
Campylobacter
- Sifat infasis (feses yang berdarah dan bercampur mucus) pada bayi dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manisfestasi klinik yang lain
- Kram abdomen yang hebat
- Muntah/ dehidrasi jarang terjadi
Yersinia enterecoltia
- Feses mukosa
- Sering didapatkan sel polos pada feses
- Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
- Diare selama 1-2 minggu
- Sering menyerupai apendicsitis
b. Faktor non infeksiosus
1. Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactose, maltose, dan,
sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa) pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak: long chain triglyceride
Malabsorbsi protein: asam amino, B-laktoglobulin
2. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk, alergy, foof alergy,
dow’n milk protein senditive enteropathy/ (MPSE)
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus,
Enteris, Virus Norwalk), bakteri atau toksin (campylobacter, salmonella,
escherihia coli, yersinia dan lainnya), parasit ( biardia lambia, cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, atau
melekat pada dinding sel-sel. Memproduksi enteroktosin atau cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis akut bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran airdan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare) selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan eklektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (intake kurang, out put berlebih), hipogikemia dan gangguan sirkulasi
darah
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Anak cengeng, gelisah
b. Suhu tubuh meningkat
c. Napsu makan menurun/ tidak ada
d. Timbul diare (tinja cair dengan atau darah/ lender, warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijau karena tercampur empedu)
e. Anus dan sekitarnya lecet, karena seringnya defekasi yang makin lama menjadi
asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dan pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi usus.
f. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
g. Dehidrasi ( banyak keilangan air dan elektrolit) dengan gejala:
BB turun: tonus otot dan tugor kulit berkurang
Pada bayu UUB cekung, selaput lender mulut dan bibir terlihat kering
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang, dan berat. Berikut ini tanda dan gejalanya:
E. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium meliputi:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dengan elektrolit ( Natrium, kalium,
kalsium, dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam
basa.
b. Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Duodenal intubatuon
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian cairan
Cairan dehidrasi oral (oral rehydration sailt)
Formula lengkap oral (oralit) mengandung NaCl, NaHCO3, KCL dan Glukosa
Formula sederhana (tidak lengkap) mengandung NaCl dan Sukrosa atau
Karbohidrat lain
Cairan parenatal
Jalan pemberian cairan
Parental untuk dehidrasi ringan/ sedang/ tanpa dehidrasi bila anak mau minum
dan kesadaran baik.
Intragastrik untuk dehidrasi ringan/ sedang/ tanpa dehidrasi bila anak tidak
mau minum atau kesadaran menurun.
Intravena untuk dehidrasi berat.
Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak dibawah 2
tahun:
Derajat dehidrasi PWL NW CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang
berlebihan.
Diagnosa 1
Defisit volume cairan dan elektrolit dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
Tujuan:
Devisit cairan dan elektrolit teratasi.
Kriteria hasil:
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan
seimbang.
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Observasi tanda-tanda dehidrasi
3. Ukur input dan output cairan (balan cairan)
4. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minumanyang banyak
kurang lebih 2000-2500cc perhari
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian therapy cairan, pemeriksaan
lab elektrolit
6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
Diagnosa 2
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah.
Tujuan:
Gagguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil:
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual dan
muntah tidak ada.
Intervensi:
1. Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
2. Timbang berat badan klien
3. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
4. Lakukan pemeriksaan fisik (infeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi)
5. Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering
6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien
Diagnosa 3
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang
berlebihan.
Tujuan:
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil:
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada.
Intervensi:
1. Ganti popok anak jika basah
2. Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non alcohol
3. Beri zalp seperti zink oxsida bila terjadi iritasi pada kulit
4. Observasi bokong dan perineum dari infeksi
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian therapy antifungsi sesuai
indikasi
EVALUASI
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai dengan kebutuhan
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesui kebutuhan tubuh
3. Integritas kulit kembali normal
DAFTAR PUSTAKA