Anda di halaman 1dari 15

JUDUL KASUS : GASTROENTRITIS

NAMA MAHASISWA : IRFAN SADILI


NIM : 11.IK.137

Banjarmasin, 11 Juli 2012

Menyetujui,

RS Sari Mulia Banjarmasin Program Studi Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin
Pembimbing (CI) Pembimbing (CT)

Eny Aprianti Angga Irawan S.Kep.,Ns.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin

Husin, S.Kep.,Ns., MPH


NIK. 99.04.09.005
A. PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya, neonates >< kali/ haid, bayi dan anak >1
bulan frekuensinya > 3 x/hari (Ilmu kesehatan anak 1,2000: 283).
Kemudian menurut Rosenstein fosanelli, diare adalah peningkatan frekuensi
dan kandungan air pada feses.
Diare adalah encer >5 x/hari dengan tanpa darah/ lender (pediatric, 2001: 5)
Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak pada anak yang semula sehat
(pediatric, 2001:9)

B. ETIOLOGI
Penyebab dari diare akut antara lain:
a. Faktor infeksi
1. Infeksi virus
 Retavirus
- Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai
dengan muntah
- Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pasa musim dingin
- Dapat ditemukan demam atau muntah
- Didapatkan penurunan HCC
 Enterovirus
- Biasanya timbul pada musim panas
 Adenovirus
- Timbul sepanjang tahun
- Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/ pernafasan
 Norwalk
- Epidemik
- Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam)
2. Bakteri
 Stigella
- Semusim, puncaknya pada bulan juli- September
- Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
- Dapat dihubungkan dengan kejang demam
- Muntah yang tidak menonjol
- Sel polos pada peses
- Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari
- Organism dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan
 Escherichia coli
- Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan
entenoksin
- Pasian (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit
 Campylobacter
- Sifat infasis (feses yang berdarah dan bercampur mucus) pada bayi dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manisfestasi klinik yang lain
- Kram abdomen yang hebat
- Muntah/ dehidrasi jarang terjadi
 Yersinia enterecoltia
- Feses mukosa
- Sering didapatkan sel polos pada feses
- Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
- Diare selama 1-2 minggu
- Sering menyerupai apendicsitis
b. Faktor non infeksiosus
1. Malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactose, maltose, dan,
sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa) pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
 Malabsorbsi lemak: long chain triglyceride
 Malabsorbsi protein: asam amino, B-laktoglobulin
2. Faktor makanan
 Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk, alergy, foof alergy,
dow’n milk protein senditive enteropathy/ (MPSE)

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus,
Enteris, Virus Norwalk), bakteri atau toksin (campylobacter, salmonella,
escherihia coli, yersinia dan lainnya), parasit ( biardia lambia, cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, atau
melekat pada dinding sel-sel. Memproduksi enteroktosin atau cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis akut bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran airdan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare) selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan eklektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (intake kurang, out put berlebih), hipogikemia dan gangguan sirkulasi
darah
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Anak cengeng, gelisah
b. Suhu tubuh meningkat
c. Napsu makan menurun/ tidak ada
d. Timbul diare (tinja cair dengan atau darah/ lender, warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijau karena tercampur empedu)
e. Anus dan sekitarnya lecet, karena seringnya defekasi yang makin lama menjadi
asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dan pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi usus.
f. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
g. Dehidrasi ( banyak keilangan air dan elektrolit) dengan gejala:
BB turun: tonus otot dan tugor kulit berkurang
Pada bayu UUB cekung, selaput lender mulut dan bibir terlihat kering
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang, dan berat. Berikut ini tanda dan gejalanya:

Tingkat dehidrasi parameter Ringan Sedang Berat


Sensori Baik Gelisah Apatis/ Coma
Sirkulasi 120 120-140 >140
Respiratori Biasa Agak cepat Kusmaull
Rasa haus + ++ +
Oligori Biasa Sedikit -
Turgor Agak kurang Kurang Sangat kurang
Tonus Biasa Agak Menurun
Mata Agak cekung Cekung Cekung sekali
UUB Agak cekung Cekung Cekung sekali
Mulut normal Agak kering Kering+sianosis
Keterangan: < 1 detik = Tugor agak kurang
1-2 detik = Tugor kurang
> 2 detik = Tugor sangat kurang

E. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium meliputi:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dengan elektrolit ( Natrium, kalium,
kalsium, dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam
basa.
b. Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Duodenal intubatuon
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian cairan
 Cairan dehidrasi oral (oral rehydration sailt)
 Formula lengkap oral (oralit) mengandung NaCl, NaHCO3, KCL dan Glukosa
 Formula sederhana (tidak lengkap) mengandung NaCl dan Sukrosa atau
Karbohidrat lain
 Cairan parenatal
 Jalan pemberian cairan
 Parental untuk dehidrasi ringan/ sedang/ tanpa dehidrasi bila anak mau minum
dan kesadaran baik.
 Intragastrik untuk dehidrasi ringan/ sedang/ tanpa dehidrasi bila anak tidak
mau minum atau kesadaran menurun.
 Intravena untuk dehidrasi berat.
 Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak dibawah 2
tahun:
Derajat dehidrasi PWL NW CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250

 Jadwal (kecapatan) pemberian cairan


- Belum ada dehidrasi
- Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang
air besar.
- Parental dibagi rata-rata 24 jam.
- Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml/kg BB perhari atau ad bilitum
- Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama : 50-100 ml/kg BB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml/kg BB perhari atau ad bilitum
- Dehidrasi berat, untuk anak 1 bulan- 2 tahun dengan BB 3-10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam atau 10 tetes/kg/menit (dengan
infuse berukuran 1 ml: 15 tetes) atau 13 tetes/kg BB/menit (dengan infuse
berukuran 1 ml: 20 tetes)
- 7 jam kemudian : 12 ml/kg/jam atau 3 tetes/kg BB/menit (dengan infuse
berukuran 1 ml: 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (1ml: 15 tetes) atau 3
tetes/kg BB/menit (1ml:20 tetes)
2. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan BB kurang dari 7
Kg jenis makanan:
- Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tak jenih misalnya LLM, Almiron).
- Makanan setengah padat (Bubur syusu) atau makanan padat (Nasi Tim)
bila anak tidak mau minum susu Karena dirumah sudah biasa diberi
makanan padat.
- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan
asam lemak tak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
- Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila
diberi ASI atau susu formula, diare masih sering, hendaknya diberi
tambahan oralit atau air tawar selang-seling dengan ASI misalnya: 2x
ASI/ susu formula rendah laktosa, 1x oralit/ air tawar atau 1x ASI/ susu
formula rendak laktosa, 1x oralit/ air tawar.
- Hari 2-4 : ASI/ susu formula rendah laktosa penuh.
- Hari 6 : Dipulangkan dengan ASI/ susu formula sesuai dengan
kelainan yang ditemukan dari pemeriksaan laboratorium. Bila tidak ada
kelainan, dapat diberikan susu biasa seperti SGM, Lactogen, Dancaw dsb,
dengan menu makan sesuai dengan umur dan BB bayi.
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
- Asetosal
Dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minum 30 mg.
- Klopiomazin
Dosis : 0,5-1 mg/Kg BB/ Nasi.
b. Obat antispasnolitik
Pada umunya obat anti sparmolik seperti papaverine, ekstrak baladona,
opium, laporamid dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare
akut.
c. Obat pengeras tinja
Obat pengeras tinja seperti kaolin, paiklin, diarcoal, tabonal dan
sebagainya tidak ada manfaat untuk mengatasi diare.
d. Antibiotika
Pada umunya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut,
kecuali jika penyebabnya jelas seperti:
- Koleksi, diberikan tetraksilin 25-50 mg/kg BB/ hari.
- Campy locbacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/ kg BB/ hari.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan
Pengkajian yang sitematis meliputi pengumpulan data, analisa data, dan
penentuan masalah pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, pemeriksaan fisik. Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg,
1992 adalah:
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
- Awalan serangan
- Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan masa lalu
4. Riwayat psikososial keluarga
5. Kebutuhan dasar
- Pola eliminasi
- Pola nutrisi
- Pola istirahat dan tidur
- Pola hygiene
- Aktivitas
6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan psikologis
b. Pemeriksaan sistematik
- Infeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun.
e. Pemeriksaan tinja, darah, lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang
berlebihan.
Diagnosa 1
Defisit volume cairan dan elektrolit dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
 Tujuan:
Devisit cairan dan elektrolit teratasi.
 Kriteria hasil:
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan
seimbang.
 Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Observasi tanda-tanda dehidrasi
3. Ukur input dan output cairan (balan cairan)
4. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minumanyang banyak
kurang lebih 2000-2500cc perhari
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian therapy cairan, pemeriksaan
lab elektrolit
6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
Diagnosa 2
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah.

 Tujuan:
Gagguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi.
 Kriteria hasil:
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual dan
muntah tidak ada.
 Intervensi:
1. Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
2. Timbang berat badan klien
3. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
4. Lakukan pemeriksaan fisik (infeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi)
5. Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering
6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien
Diagnosa 3
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang
berlebihan.
 Tujuan:
Gangguan integritas kulit teratasi
 Kriteria hasil:
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada.
 Intervensi:
1. Ganti popok anak jika basah
2. Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non alcohol
3. Beri zalp seperti zink oxsida bila terjadi iritasi pada kulit
4. Observasi bokong dan perineum dari infeksi
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian therapy antifungsi sesuai
indikasi

EVALUASI
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai dengan kebutuhan
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesui kebutuhan tubuh
3. Integritas kulit kembali normal
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. LJ, (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.


Ed. 2. Jakarta: EGC
Dongoes (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC
Makalah Kuliah Tidak Diterbitkan
Mansjoer, Arif, et all, (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakulitas
Kedokteran UI: Media Aescullapius
Pinoto Soeparto, dkk, (1997). Gastroentestinal Anak. Surabaya:
GRAMIK FK Universitas Airlangga
http://gudangaskep.wordpress.com/2009/01/17/asuhan-keperawatan-
gastroenteritis/
http://zhayhacker.blogspot.com/2012/01/askep-diare-anak-update-
2012.html
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
gastroenteritis/
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/04/asuhan-keperawatan-pada-
klien-anak.html

Anda mungkin juga menyukai