Jurnal Uji Kadar Air
Jurnal Uji Kadar Air
Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian
ABSTRACT
In the feed industry, corn is the main raw material for formulating feedstuff as source of energy. Total
samples of corn tested were 57 samples, derived from farmers, seller, and wholesaler in Garut Regency.
Sampling method applied was purposive sampling. Samples were tested on water content, ash content, water
activity in form of meal and water activity in the form of seed. For correlation and regression anaysis, SPSS
program 13.0 version was applied. Number of correlation among independent variables was more significant
in farmer level compare with those in wholesalers. In wholesaler, only several correlations among water
content and organic mater were significant and the correlation also found in farm and wholesale levels.
Correlation among variable whose significant with 95% confidence level in farmer and seller was water
content with organic matter aw in the form of seed and aw in the form of meal, water content with aw in the
form of seed with organic matter with aw in the form of meal, and organic matter in the form of seed. There
was similar significant correlation among variable in farmer and seller, meanwhile in wholesalers level,
correlation among variables was significant only for organic matter with water content. Correlation among
variables was significant positive correlation except for corelation between water content and organic matter,
organic matter with aw in the meal form and aw organic matter in the form of seed.
Key Words: Corn, Post Harvest, Water Content, Ash Content, Water Activity
ABSTRAK
Dalam industri pakan maupun dalam penyusunan ransum pakan, jagung merupakan bahan pakan utama
dalam penyusunan ransum. Jagung merupakan sumber energi dalam pakan. Total sampel yang diuji sebanyak
57 sampel yang berasal dari petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar di Kabupaten Garut. Metode
pengambilan sampel adalah purposive sampling. Sampel diuji kadar air, kadar abu, aktivitas air dalam bentuk
giling dan aktivitas air dalam bentuk biji. Untuk analisis korelasi dan regresi menggunakan program SPSS
versi 13.0. Jumlah korelasi antar variabel bebas yang signifikan di tingkat petani lebih banyak dibandingkan
di tingkat pedagang besar. Di tingkat pedagang besar hanya terdapat korelasi kadar air dengan bahan organik
yang signifikan dan korelasi tersebut juga ditemukan di tingkat petani dan pedagang besar. Korelasi antar
variabel yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95% di tingkat petani dan pedagang pengumpul adalah:
kadar air dengan bahan organik, aw dalam bentuk biji dengan aw dalam bentuk giling, kadar air dengan nilai
aw dalam bentuk giling, kadar air dengan aw dalam bentuk biji, bahan organik dengan aw dalam bentuk giling,
bahan organik dengan aw dalam bentuk biji. Korelasi antar variabel yang signifikan di tingkat petani dan
pedagang pengumpul adalah sama, sedangkan di tingkat pedagang besar korelasi antar variabel yang
signifikan hanya bahan organik dengan kadar air. Korelasi antar variabel yang signifikan memiliki koefisien
korelasi positip kecuali hubungan kadar air dengan bahan organik, bahan organik dengan nilai aw dalam
bentuk giling dan bahan organik dengan nilai aw.
Kata Kunci: Jagung, Pascapanen, Kadar Air, Kadar Abu, Aktivitas Air
826
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
827
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
serangga dan cuaca. Keamanan selama Tabel 1. Jumlah karung yang diambil sampel
penyimpanan tergantung pada kondisi biji,
jenis, kondisi penyimpanan dan iklim. Biji Jumlah contoh Jumlah contoh yang
(karung) diambil (karung)
jagung dapat disimpan lebih dari satu tahun
jika kadar air 13% (WATSON, 2003). s/d 10 Semua contoh
11 – 25 5
MATERI DAN METODE 26 – 50 7
51 – 100 10
Teknik pengambilan sampel 100 Akar pangkat dua dari
jumlah contoh
Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode pengambilan contoh padatan menurut
SNI 19-0428-1998 yang dibedakan untuk Metode pengujian kadar air
sampel dalam hamparan dan sampel dalam
karung/kemasan. Pengujian kadar air menggunakan metode
oven (SNI 01-2891-1992 butir 5). Vochdoos
Sampel dalam hamparan kosong dimasukkan oven pada suhu 105°C
selama 1 jam kemudian dinginkan dalam
Sampel diambil dengan sekop yang bersih desikator dan ditimbang (W1). Sampel jagung
dari beberapa sudut dan tengah sehingga yang sudah digiling dengan berat 2 gram (W)
diperoleh sampel primer. Sampel-sampel dimasukkan dalam vochdoos, dan dikeringkan
tersebut selanjutnya dikomposit, sehingga dalam oven pada suhu 105°C selama 3 jam.
diperoleh sampel sekunder. Sampel kemudian Sampel dalam vochdoos didinginkan dalam
diratakan pada tempat yang bersih dan dibagi desikator kemudian ditimbang sampai berat
empat dengan kayu pembagi, diambil sampel tetap (W2). Kadar air ditentukan dengan rumus:
yang terletak pada sudut berlawanan. Sampel
% Kadar air = (W1 + W) – W2 X 100%
yang diambil kemudian diratakan dan dibagi
W
lagi menjadi empat bagian dan diambil dari
sudut yang berlawanan, demikian seterusnya
hingga diperoleh bobot sampel laboratorium
Metode pengujian kadar abu
300 gram.
Pengujian kadar abu dengan metode Tanur
Sampel dalam karung/kemasan
(SNI 01-2891-1992 butir 6). Crusibel kosong
dimasukkan dalam tanur pada suhu 550°C
Jumlah karung yang diambil sampelnya
selama 1 jam, kemudian didingikan dalam
dari seluruh karung yang ada, sesuai SNI 19-
desikator dan ditimbang (W1). Sampel
0428-1998 sebagaimana Tabel 1. Sampel
ditimbang dengan bobot 2 gram (W)
diambil dari beberapa titik (sudut kanan dan
dimasukkan dalam crusibel kosong dan dibakar
kiri baik atas dan bawah dan bagian tengah)
selama 45 menit, kemudian dimasukkan dalam
dengan menggunakan probe, sehingga
diperoleh sampel primer. Sampel primer tanur pada suhu 550°C selama 4 jam. Setelah
dikomposit, kemudian sampel diratakan pada waktu dalam tanur tercapai sampel didinginkan
tempat yang bersih dan dibagi empat dengan dalam desikator dan ditimbang (W2). Kadar
kayu pembagi, diambil sampel yang terletak abu ditentukan dengan rumus:
pada sudut berlawanan. Sampel yang diambil % Kadar abu = (W2 – W1) X 100%
kemudian diratakan dan dibagi lagi menjadi W
empat bagian dan diambil dari sudut yang
berlawanan, demikian seterusnya hingga
diperoleh bobot sampel laboratorium 300 gram.
828
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
Metode pengujian bahan organik (Y) dan rata-rata nilai variabel lainnya (Y),
dengan rumus:
Bahan organik diperoleh setelah pengujian
r = ∑ (X – X) (Y – Ŷ) _
kadar air dan kadar abu, dengan menggunakan
√∑ (X – X)2 ∑ (Y – Ŷ)2
perhitungan 100% - (kadar air + kadar abu).
Koefisien korelasi diukur diantara variabel
untuk mengetahui keeratan hubungan antar
Metode pengujian aktivitas air (aw) variabel.
Untuk mengukur tingkat signifikan dari
Pengukuran aktivitas air menggunakan alat koefisien korelasi dapat menggunakan nilai
aw meter. Alat dikalibrasi dengan memasukkan probabilitas (p) atau uji t. Jika nilai probabilitas
cairan BaCl2 2 H2O dan ditutup dibiarkan lebih kecil dari 0,05 (p <0,05) maka koefisien
selama 3 menit sampai angka pada skala korelasi signifikan pada tingkat kepercayaan
pembacaan menjadi 0.9. Aw meter dibuka dan 95%. Jika nilai t hitung lebih besar daripada t
sampel dimasukkan dan alat ditutup ditunggu tabel maka koefisien korelasi signifikan sesuai
hingga 3 menit, dan setelah 3 menit skala aw pada tingkat kepercayaan tabel yang
dibaca dan dicatat, perhatikan skala temperatur digunakan. Rumus t hitung yang digunakan
dan faktor koreksi. Jika skala temperatur di adalah sebagai berikut:
atas 20°C, maka pembacaan skala aw
ditambahkan sebanyak kelebihan temperatur r
t=
dikalikan faktor koreksi sebesar 0.002°, begitu √(1 – r2)/(n – 2)
pula dengan temperatur di bawah 20°C. Dengan menggunakan SPSS 13.0 pada out
put secara otomatis menampilkan nilai
Analisis data probabilitas (Budi 2006).
829
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
oven, kadar abu menggunakan tanur/furnace, baik di tingkat petani, pedagang pengumpul
aktivitas air menggunakan Aw meter. Hasil uji dan pedagang besar tercantum dalam Tabel 2,
kadar air, kadar abu, aktivitas air dalam biji, 3 dan 4.
aktivitas air dalam giling dan bahan organik
Tabel 2. Hasil pengujian kadar air, kadar abu, nilai Aw dalam bijian, nilai Aw dalam giling dan bahan
organik sampel jagung dari petani
830
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
Tabel 3. Hasil pengujian kadar air, kadar abu, , Nilai Aw dalam bijian, Nilai Aw dalam giling dan bahan
organik sampel jagung dari pedagang Pengumpul
831
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
Tabel 4. Hasil pengujian kadar air, kadar abu, Nilai Aw dalam bijian, Nilai Aw dalam giling dan bahan
organik sampel jagung dari pedagang besar
832
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
28,00
Kadar air (%)
14,00
00,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sampel
28,00
Kadar Air (%)
14,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Sampel
833
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
14,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sampel
834
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
Tabel 5. Koefisien korelasi antar variabel di tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar €
Korelasi antar variabel yang signifikan yang dapat digunakan metabolisme jasad renik,
memiliki koefisien korelasi positip kecuali maka kedua variabel tersebut memiliki
hubungan kadar air dengan bahan organik, hubungan korelasi positip. Oleh karena itu,
bahan organik dengan nilai aw dalam bentuk hubungan bahan organik dengan nilai aw baik
giling dan bahan organik dengan nilai aw dalam dalam giling maupun dalam biji berkorelasi
bentuk biji. Koefisien korelasi negatip negatif, karena korelasi kandungan air dengan
memiliki makna jika salah satu variabel bahan organik berkorelasi negatif, sedangkan
meningkat, maka variabel lainnya menurun, kandungan air berkorelasi positip dengan
atau sebaliknya. Bahan organik akan nilai aw.
meningkat jika kadar air turun atau bahan
organik akan meningkat jika nilai aw baik
dalam bentuk giling maupun biji turun, KESIMPULAN
begitupula sebaliknya. Penurunan kadar air
pada batas yang aman, selain melindungi dari 1. Korelasi antar variabel yang signifikan pada
serangan cendawan penghasil aflatoksin juga tingkat kepercayaan 95% di tingkat petani
meningkatkan konsentrasi nutrien dalam dan pedagang pengumpul adalah: kadar air
jagung. dengan bahan organik, aw dalam bentuk biji
Kadar air berkorelasi negatif secara dengan aw dalam bentuk giling, kadar air
signifikan dengan bahan organik karena rumus dengan nilai aw dalam bentuk giling, kadar
untuk mencari bahan organik adalah 100% - air dengan aw dalam bentuk biji, bahan
(kadar air + kadar abu), semakin tinggi kadar organik dengan aw dalam bentuk giling,
air maka kandungan bahan organik semakin bahan organik dengan aw dalam bentuk biji.
rendah karena kadar abu di ketiga tingkat Korelasi antar variabel yang signifikan di
pengelola pascapanen relatif konstan, yakni tingkat petani dan pedagang pengumpul
rata-rata di tingkat petani: 1,01%, pedagang adalah sama, sedangkan di tingkat
pengumpul: 1,07% dan pedagang besar: pedagang besar korelasi antar variabel yang
1,12%. Korelasi yang sangat erat ini signifikan hanya bahan organik dengan
menyebabkan multikolinearitas antara kadar air kadar air.
dan bahan organik, sehingga kedua variabel 2. Korelasi antar variabel yang signifikan
tersebut tidak dapat digunakan secara bersama memiliki koefisien korelasi positip kecuali
dalam persamaan regresi berganda. hubungan kadar air dengan bahan organik,
Kadar air berkorelasi positip dengan aw bahan organik dengan nilai aw dalam bentuk
dalam biji maupun dalam giling di ketiga giling dan bahan organik dengan nilai aw
tingkatan pengelola karena aktivitas air dalam bentuk biji.
merupakan air bebas yang dapat digunakan 3. Jumlah korelasi antar variabel yang
untuk metabolisme jasad renik. Semakin besar signifikan (α: 0,05) di tingkat petani dan
kandungan air dalam material akan memiliki pedagang pengumpul lebih banyak
kecenderungan pula ketersediaan air bebas dibandingkan dengan di tingkat pedagang
besar. Di tingkat pedagang besar hanya
835
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
terdapat korelasi kadar air dengan bahan FARNHAM, D.E. 2003. Corn perspective and culture.
organik yang signifikan dan korelasi In: Corn: Chemistry and Technology. Ed ke-2.
tersebut juga ditemukan di tingkat petani LAWRENCE, A. and J.W. PAMELLA (Eds).
dan pedagang besar. American Association of Cereal Chemists
Inc., Minnesota. pp. 1 – 12.
4. Perlu peningkatan pengelolaan pascapanen
baik di tingkat petani, pedagang pengumpul LILLEHOJ, E.B. 1986. The aflatoxin in maize
dan pedagang besar, karena masih problem: The historical perspective. Proc. The
terdapatnya variasi kualitas jagung yang Workshop; El Batan, 7–11 Apr 1986. Mexico:
tinggi (heterogen), dan penurunan korelasi CIMMYT. pp. 13 – 32.
hasil uji di tingkat pedagang besar. SARONO, S. SAUD and C.L. TSAI. 1999. Corn
5. Perlu pengawasan kualitas jagung di production in Indonesia. In: The 5th JIRCAS
lapangan terutama di tingkat petani dan International Symposium Post Harvest
pedagang pengumpul dengan Tecnology in Asia; A Step Forward to Stable
pemasyarakatan pengujian kadar air Supply of Food Products. Naway, Y., H.
Takagi, Noguchi and K. Tsubata (Eds.).
menggunakan peralatan (instrumen)
Ibaraki, 9 – 10 Sep 1998. Japan International
pengujian kadar air. Research Center for Agricultural Sciences,
6. Perlu disosialisasikan tindakan sortasi pada Japan.. pp. 35 – 53.
kualitas jagung untuk mengurangi
heterogenitas kualitas jagung. [SNI] STANDAR NASIONAL INDONESIA. 1992. Cara
Uji Makanan dan Minuman 01-2891-1992.
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta: BSN.
DAFTAR PUSTAKA
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1998. Metode
Pengambilan Contoh Padatan 19-0428-1998.
[BALITBANGTAN] BADAN PENELITIAN DAN Badan Standarisasi Nasional. BSN, Jakarta.
PENGEMBANGAN PERTANIAN. 2005. Prospek
dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. [SNI] STANDAR NASIONAL INDONESIA. 1998. Jagung
Departemen Pertanian, Jakarta. Sebagai Bahan Baku Pakan 01-4483-1998.
Badan Standarisasi Nasional. BSN, Jakarta.
BUDI, T.P. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik
Parametrik. Ed ke-1. Andi, Yogyakarta. SYARIEF, R., L. EGA dan C.C. NURWITRI. 2003.
Mikotoksin Bahan Pangan. IPB Pr., Bogor.
[DEPTAN] DEPARTEMEN PERTANIAN. 2005. Rencana
Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 – WATSON, A.S. 2003. Discription, development,
2010. Departemen Pertanian, Jakarta. structure, and composition of the corn kernel.
In: Corn: Chemistry and Technology. Ed ke-2.
DHARMAPUTRA, O.S. dan I. RETNOWATI. 1995. Lawrence, A. and J.W. Pamella (Eds.).
Inventarisasi Jamur Pascapanen pada American Association of Cereal Chemists,
Beberapa Komoditas di Tingkat Petani dan Inc., Minnesota. pp. 69 – 79.
Pengecer di Bogor dan Cipanas, Jawa Barat.
Dipresentasikan pada acara: Kongres Nasional
XIII dan Seminar Ilmiah PFI; Mataram, 27 –
29 September 1995.
836