Anda di halaman 1dari 11

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

UJI KORELASI KADAR AIR KADAR ABU


WATER ACTIVITY DAN BAHAN ORGANIK
PADA JAGUNG DI TINGKAT PETANI,
PEDAGANG PENGUMPUL DAN PEDAGANG BESAR
(Correlation Among Water, Ash, Water Activity and Organic Matter of
Corn in Farmer, Seller and Wholesalers Level)
AGUS SUSANTO

Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian

ABSTRACT

In the feed industry, corn is the main raw material for formulating feedstuff as source of energy. Total
samples of corn tested were 57 samples, derived from farmers, seller, and wholesaler in Garut Regency.
Sampling method applied was purposive sampling. Samples were tested on water content, ash content, water
activity in form of meal and water activity in the form of seed. For correlation and regression anaysis, SPSS
program 13.0 version was applied. Number of correlation among independent variables was more significant
in farmer level compare with those in wholesalers. In wholesaler, only several correlations among water
content and organic mater were significant and the correlation also found in farm and wholesale levels.
Correlation among variable whose significant with 95% confidence level in farmer and seller was water
content with organic matter aw in the form of seed and aw in the form of meal, water content with aw in the
form of seed with organic matter with aw in the form of meal, and organic matter in the form of seed. There
was similar significant correlation among variable in farmer and seller, meanwhile in wholesalers level,
correlation among variables was significant only for organic matter with water content. Correlation among
variables was significant positive correlation except for corelation between water content and organic matter,
organic matter with aw in the meal form and aw organic matter in the form of seed.
Key Words: Corn, Post Harvest, Water Content, Ash Content, Water Activity

ABSTRAK

Dalam industri pakan maupun dalam penyusunan ransum pakan, jagung merupakan bahan pakan utama
dalam penyusunan ransum. Jagung merupakan sumber energi dalam pakan. Total sampel yang diuji sebanyak
57 sampel yang berasal dari petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar di Kabupaten Garut. Metode
pengambilan sampel adalah purposive sampling. Sampel diuji kadar air, kadar abu, aktivitas air dalam bentuk
giling dan aktivitas air dalam bentuk biji. Untuk analisis korelasi dan regresi menggunakan program SPSS
versi 13.0. Jumlah korelasi antar variabel bebas yang signifikan di tingkat petani lebih banyak dibandingkan
di tingkat pedagang besar. Di tingkat pedagang besar hanya terdapat korelasi kadar air dengan bahan organik
yang signifikan dan korelasi tersebut juga ditemukan di tingkat petani dan pedagang besar. Korelasi antar
variabel yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95% di tingkat petani dan pedagang pengumpul adalah:
kadar air dengan bahan organik, aw dalam bentuk biji dengan aw dalam bentuk giling, kadar air dengan nilai
aw dalam bentuk giling, kadar air dengan aw dalam bentuk biji, bahan organik dengan aw dalam bentuk giling,
bahan organik dengan aw dalam bentuk biji. Korelasi antar variabel yang signifikan di tingkat petani dan
pedagang pengumpul adalah sama, sedangkan di tingkat pedagang besar korelasi antar variabel yang
signifikan hanya bahan organik dengan kadar air. Korelasi antar variabel yang signifikan memiliki koefisien
korelasi positip kecuali hubungan kadar air dengan bahan organik, bahan organik dengan nilai aw dalam
bentuk giling dan bahan organik dengan nilai aw.
Kata Kunci: Jagung, Pascapanen, Kadar Air, Kadar Abu, Aktivitas Air

826
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

PENDAHULUAN ditentukan oleh beberapa faktor antara lain


keutuhan biji, kadar air, temperatur, aerasi dan
Latar belakang substrat alamiahnya. Diantara faktor-faktor
tersebut, kadar air secara jelas merupakan
Pakan merupakan salah satu faktor dalam faktor dominan (LILLEHOJ, 1986).
budidaya ternak menyerap biaya paling tinggi,
yakni mencapai 70% dari total biaya. Salah
Tujuan
satu bahan baku pakan dalam penyusunan
ransum terutama ransum unggas adalah jagung.
1. Mendapatkan pengetahuan tentang tingkat
Jagung merupakan sumber energi, dengan
keeratan hubungan antar variabel (kadar
kandungan karbohidrat/pati sebesar 64%.
air, kadar abu, bahan organik, persentase
Sampai saat ini industri-industri pakan ternak
biji rusak aktivitas air dalam bentuk giling
unggas masih berbasis corn-soya. Produksi
dan aktivitas air dalam bentuk biji) di
jagung dalam negeri belum bisa mencukupi
tingkat petani, pedagang pengumpul dan
kebutuhan dalam negeri, sehingga harus
pedagang besar.
mengimpor. Pada awal 1990, penggunaaan
2. Mendapatkan persamaan regresi dari
jagung impor sebagai bahan baku industri
variabel yang diukur yang memiliki
pakan meningkat tajam dengan laju sekitar
hubungan keeratan yang signifikan.
11.81% per tahun. Mulai tahun 1994
ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung
impor sangat tinggi, sekitar 40,29% dan pada TINJAUAN PUSTAKA
tahun 2000 mencapai 47,04%, sementara
52,96% sisanya berasal dari jagung produksi Jagung
dalam negeri (DEPTAN, 2005).
Tahapan dalam proses pengelolaan jagung Dalam sejarah, jagung dibawa ke
sebagai hasil pertanian mulai dari pemanenan, Indonesia oleh bangsa Portugis dan Spanyol
pemetikan hingga ke pedagang besar. Adapun pada awal abad 16, yang sedang menjelajah
tahapan-tahapan tersebut adalah (1) pemetikan, dari Amerika melewati Eropa, India, dan China
(2) pengeringan di tingkat petani, (3) (SARONO et al., 1999). Jagung berasal dari
pengangkutan ke pedagang pengumpul, (4) Meksiko dan menyebar ke utara ke Kanada dan
penyimpanan dan (5) pengangkutan di ke selatan ke Argentina. Nenek moyang jagung
pedagang besar. Dalam proses pengelolaan adalah Teusinte /Zea mexicana. Dengan adanya
hasil pertanian jagung akan berpengaruh penjelajahan orang Eropa ke benua Amerika
terhadap kandungan air, kandungan abu, jagung menyebar ke Eropa, Afrika dan Asia
aktivitas air dan bahan organiknya. Untuk (FARNHAM, 2003).
mengetahui kandungan zat tersebut dan Tanaman jagung termasuk anggota famili
mempelajari hubungan dari faktor-faktor Gramineae. Jumlah buah jagung antara 1 – 2
tersebut maka dilakukan uji korelasi dan buah per batang dan dalam setiap buah jagung
regresi. dapat ditemukan 300 sampai 1.000 biji jagung.
Pertumbuhan dan aktivitas metabolisme Jagung adalah tanaman musim panas. Paling
jasad renik membutuhkan air untuk banyak di lapangan ditemukan bahwa umur
mengangkut zat-zat gizi atau bahan-bahan jagung adalah 130 – 140 hari. Tumbuhan
limbah ke dalam dan ke luar sel. Seluruh jagung membutuhkan sinar matahari langsung
aktivitas ini memerlukan air dalam bentuk cair. dan tidak tumbuh dengan baik jika di bawah
Pengurangan aktivitas air atau kelembaban naungan (FARNHAM, 2003).
relatif keseimbangan (HRs) akan Jagung dipanen dalam keadaan matang,
memperlambat aktivitas metabolisme dan mengandung kadar air 22 – 25% dan
membatasi jasad renik. Pengeringan bahan dikeringkan secara buatan mencapai 15 – 16%
pangan (hasil pertanian) sampai suatu tingkat untuk disimpan dan dijual (STANLEY, 2003).
kadar air atau aw yang aman untuk disimpan Jagung dalam matang fisiologis masih dalam
sangat diperlukan (SYARIEF et al., 2003). kadar air tinggi (di atas 35%), dan terjadi
Pertumbuhan cendawan pada komoditas hasil pengeringan jika dibiarkan tetap tinggal di
pertanian selama pengelolaan pascapanen batang, hanya saja mudah diserang oleh

827
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

serangga dan cuaca. Keamanan selama Tabel 1. Jumlah karung yang diambil sampel
penyimpanan tergantung pada kondisi biji,
jenis, kondisi penyimpanan dan iklim. Biji Jumlah contoh Jumlah contoh yang
(karung) diambil (karung)
jagung dapat disimpan lebih dari satu tahun
jika kadar air 13% (WATSON, 2003). s/d 10 Semua contoh
11 – 25 5
MATERI DAN METODE 26 – 50 7
51 – 100 10
Teknik pengambilan sampel 100 Akar pangkat dua dari
jumlah contoh
Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode pengambilan contoh padatan menurut
SNI 19-0428-1998 yang dibedakan untuk Metode pengujian kadar air
sampel dalam hamparan dan sampel dalam
karung/kemasan. Pengujian kadar air menggunakan metode
oven (SNI 01-2891-1992 butir 5). Vochdoos
Sampel dalam hamparan kosong dimasukkan oven pada suhu 105°C
selama 1 jam kemudian dinginkan dalam
Sampel diambil dengan sekop yang bersih desikator dan ditimbang (W1). Sampel jagung
dari beberapa sudut dan tengah sehingga yang sudah digiling dengan berat 2 gram (W)
diperoleh sampel primer. Sampel-sampel dimasukkan dalam vochdoos, dan dikeringkan
tersebut selanjutnya dikomposit, sehingga dalam oven pada suhu 105°C selama 3 jam.
diperoleh sampel sekunder. Sampel kemudian Sampel dalam vochdoos didinginkan dalam
diratakan pada tempat yang bersih dan dibagi desikator kemudian ditimbang sampai berat
empat dengan kayu pembagi, diambil sampel tetap (W2). Kadar air ditentukan dengan rumus:
yang terletak pada sudut berlawanan. Sampel
% Kadar air = (W1 + W) – W2 X 100%
yang diambil kemudian diratakan dan dibagi
W
lagi menjadi empat bagian dan diambil dari
sudut yang berlawanan, demikian seterusnya
hingga diperoleh bobot sampel laboratorium
Metode pengujian kadar abu
300 gram.
Pengujian kadar abu dengan metode Tanur
Sampel dalam karung/kemasan
(SNI 01-2891-1992 butir 6). Crusibel kosong
dimasukkan dalam tanur pada suhu 550°C
Jumlah karung yang diambil sampelnya
selama 1 jam, kemudian didingikan dalam
dari seluruh karung yang ada, sesuai SNI 19-
desikator dan ditimbang (W1). Sampel
0428-1998 sebagaimana Tabel 1. Sampel
ditimbang dengan bobot 2 gram (W)
diambil dari beberapa titik (sudut kanan dan
dimasukkan dalam crusibel kosong dan dibakar
kiri baik atas dan bawah dan bagian tengah)
selama 45 menit, kemudian dimasukkan dalam
dengan menggunakan probe, sehingga
diperoleh sampel primer. Sampel primer tanur pada suhu 550°C selama 4 jam. Setelah
dikomposit, kemudian sampel diratakan pada waktu dalam tanur tercapai sampel didinginkan
tempat yang bersih dan dibagi empat dengan dalam desikator dan ditimbang (W2). Kadar
kayu pembagi, diambil sampel yang terletak abu ditentukan dengan rumus:
pada sudut berlawanan. Sampel yang diambil % Kadar abu = (W2 – W1) X 100%
kemudian diratakan dan dibagi lagi menjadi W
empat bagian dan diambil dari sudut yang
berlawanan, demikian seterusnya hingga
diperoleh bobot sampel laboratorium 300 gram.

828
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Gambar 1. Pengabuan dalam tanur

Metode pengujian bahan organik (Y) dan rata-rata nilai variabel lainnya (Y),
dengan rumus:
Bahan organik diperoleh setelah pengujian
r = ∑ (X – X) (Y – Ŷ) _
kadar air dan kadar abu, dengan menggunakan
√∑ (X – X)2 ∑ (Y – Ŷ)2
perhitungan 100% - (kadar air + kadar abu).
Koefisien korelasi diukur diantara variabel
untuk mengetahui keeratan hubungan antar
Metode pengujian aktivitas air (aw) variabel.
Untuk mengukur tingkat signifikan dari
Pengukuran aktivitas air menggunakan alat koefisien korelasi dapat menggunakan nilai
aw meter. Alat dikalibrasi dengan memasukkan probabilitas (p) atau uji t. Jika nilai probabilitas
cairan BaCl2 2 H2O dan ditutup dibiarkan lebih kecil dari 0,05 (p <0,05) maka koefisien
selama 3 menit sampai angka pada skala korelasi signifikan pada tingkat kepercayaan
pembacaan menjadi 0.9. Aw meter dibuka dan 95%. Jika nilai t hitung lebih besar daripada t
sampel dimasukkan dan alat ditutup ditunggu tabel maka koefisien korelasi signifikan sesuai
hingga 3 menit, dan setelah 3 menit skala aw pada tingkat kepercayaan tabel yang
dibaca dan dicatat, perhatikan skala temperatur digunakan. Rumus t hitung yang digunakan
dan faktor koreksi. Jika skala temperatur di adalah sebagai berikut:
atas 20°C, maka pembacaan skala aw
ditambahkan sebanyak kelebihan temperatur r
t=
dikalikan faktor koreksi sebesar 0.002°, begitu √(1 – r2)/(n – 2)
pula dengan temperatur di bawah 20°C. Dengan menggunakan SPSS 13.0 pada out
put secara otomatis menampilkan nilai
Analisis data probabilitas (Budi 2006).

Untuk mengukur keeratan korelasi antar HASIL DAN PEMBAHASAN


variabel kadar air, kadar abu, bahan organik,
pengujian organoleptik/persentase biji rusak, Hasil pengujian
nilai aktivitas air dalam giling dan nilai
aktivitas air dalam biji dihitung koefisien Jagung hasil sampling di tiga tingkatan
korelasi (r). Penghitungan koefisien korelasi pengelola pascapanen jagung, yakni petani,
ditentukan oleh nilai variabel satu (X), rata-rata pedagang pengumpul dan pedagang besar diuji
nilai variabel satu (X), nilai variabel lainnya di laboratorium. Pengujian yang dilakukan
meluputi, pengujian kadar air menggunakan

829
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

oven, kadar abu menggunakan tanur/furnace, baik di tingkat petani, pedagang pengumpul
aktivitas air menggunakan Aw meter. Hasil uji dan pedagang besar tercantum dalam Tabel 2,
kadar air, kadar abu, aktivitas air dalam biji, 3 dan 4.
aktivitas air dalam giling dan bahan organik

Tabel 2. Hasil pengujian kadar air, kadar abu, nilai Aw dalam bijian, nilai Aw dalam giling dan bahan
organik sampel jagung dari petani

Kadar air Kadar abu Nilai Aw Nilai Aw Bahan


Sampel
(%) (%) dalam bijian dalam giling organik (%)
A1 14.8308 0.9589 0,968 0,858 84.2103

A2 23.1847 0.9137 0,888 0,888 75.9016

A4 15.8697 1.2773 0,980 0,990 82.8530

A5 10.9583 1.1051 0,868 0,818 87.9366

A6 19.0257 1.1151 0,952 0,962 79.8592

A10 12.2092 0.9510 0,846 0,846 86.8398

A11 11.5041 1.1138 0,834 0,876 87.3821

A12 18.8898 1.2177 0,896 0,914 79.8925

A13 20.0082 1.0685 0,926 0,944 78.9233

A14 20.4856 0.9400 0,996 0,956 78.5744

A16 17.9253 1.1184 0,954 0,944 80.9563

A17 14.5958 0.9722 0,914 0,934 84.4320

A18 16.1042 0.8124 0,880 0,892 83.0834

A19 17.4450 0.9004 0,892 0,942 81.6546

A20 14.5578 0.9622 0,892 0,962 84.48

A21 16.7959 0.9554 0,962 0,932 82.2487

A22 13.7806 1.0005 0,898 0,908 85.2189

A23 18.1697 0.8171 0,898 0,938 81.0132

A24 13.8266 1.0652 0,878 0,928 85.1082

830
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Tabel 3. Hasil pengujian kadar air, kadar abu, , Nilai Aw dalam bijian, Nilai Aw dalam giling dan bahan
organik sampel jagung dari pedagang Pengumpul

Kadar air Kadar abu Nilai Aw Nilai Aw Bahan


Sampel (%) (%) dalam bijian dalam giling organik
(%)
B1 10.7419 1.0362 0,798 0,828 88.2219

B2 12.9451 1.0188 0,906 0,814 86.0361

B4 12.7518 1.2450 0,89 0,890 86.0032

B5 15.5819 0.9888 0,90 0,930 83.4293

B7 15.7263 1.0076 0,91 0,960 83.2661

B8 17.2326 0.9931 0,948 0,918 81.7743

B9 14.6979 1.0076 0,818 0,868 84.2945

B10 12.5201 1.2459 0,830 0,800 86.234

B11 13.1067 0.9250 0,930 0,910 85.9683

B13 13.7186 1.2616 0,830 0,800 85.0198

B14 14.2450 0.9185 0,810 0,850 84.8365

B15 14.2921 1.1057 0,958 0,968 84.6022

B16 14.2721 1.0999 0,820 0,850 84.628

B17 17.8117 0.8234 0,888 0,928 81.7489

B18 13.9427 1.1869 0,820 0,850 84.8704

B19 13.0556 1.2692 0,816 0,868 85.6752

B20 12.5090 0.9326 0,796 0,818 86.5584

B21 14.3393 1.1550 0,826 0,896 84.5057

831
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Tabel 4. Hasil pengujian kadar air, kadar abu, Nilai Aw dalam bijian, Nilai Aw dalam giling dan bahan
organik sampel jagung dari pedagang besar

Kadar air Kadar abu Nilai Aw Nilai Aw Bahan


Sampel
(%) (%) dalam bijian dalam giling organik (%)
C1 12.1841 0.9207 0,798 0,878 86.8952

C2 11.0570 1.0762 0,862 0,872 87.8668

C3 15.1217 1.2665 0,848 0,948 83.6118

C4 14.2294 1.2286 0,954 0,874 84.542

C5 14.1060 1.0704 0,904 0,884 84.8236

C6 14.7098 1.1854 0,956 1,006 84.1048

C7 14.3800 1.1476 0,866 0,966 84.4724

C8 14.6379 1.0481 0,866 0,966 84.3140

C9 14.6718 1.0703 0,936 0,906 84.2579

C11 14.5942 0.9960 0,906 0,896 84.4098

C12 14.7713 1.2795 0,836 0,966 83.9492

C14 13.7824 1.0392 0,884 0,836 85.1784

C15 14.7817 1.1721 0,908 0,838 84.0462

C16 15.8491 1.2124 0,858 0,948 82.9385

C17 12.4354 1.0596 0,836 0,916 86.505

C18 15.8874 1.2654 0,856 0,936 82.8472

C19 12.9464 1.1593 0,796 0,856 85.8943

C20 14.9799 1.2921 0,838 0,908 83.7280

C21 14.0697 1.0618 0,826 0,898 84.8685

C22 15.5811 0.8658 0,888 0,898 83.5531

Kadar air besar 20%. Kadar air dalam rantai pengelolaan


pascapanen jagung dari petani menuju
Mengacu kepada persyaratan kadar air pedagang besar semakin berkurang, dan
maksimum dalam jagung 14%, terlihat bahwa penurunan yang paling besar antara petani
kadar air di atas 14% ada di tingkat petani dengan pedagang pengumpul, seperti
58%, pedagang pengumpul 22% dan pedagang ditunjukkan pada Gambar 2, 3 dan 4.

832
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

28,00
Kadar air (%)

14,00

00,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Sampel

Gambar 2. Kadar etani

28,00
Kadar Air (%)

14,00

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Sampel

Gambar 3. Kadar air pada jagung di tingkat pedagang pengumpul

833
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Kadar air (%) 28,00

14,00

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sampel

Gambar 4. Kadar air pada jagung di tingkat pedagang besar

Penelitian yang dilakukan DHARMAPUTRA diandalkan dimusim hujan karena


dan RETNOWATI (1995) menunjukkan pula membutuhkan waktu lama dan kehilangan
bahwa kadar air beberapa komoditas pertanian hasil cukup tinggi.
yang diperoleh dari pengecer di Bogor dan
Cipanas lebih rendah daripada yang diperoleh
dari petani. Analisis korelasi dan regresi
Berdasarkan hasil kuesioner, pengeringan
jagung oleh petani semuanya dengan Korelasi antar variabel yang signifikan
menggunakan sinar matahari selama 1 – 3 hari pada tingkat kepercayaan 95% di tingkat petani
(75% dari responden) dan 4 – 7 hari (25% dari dan pedagang pengumpul adalah: kadar air
responden) menghasilkan kadar air di atas 14% dengan bahan organik, aw dalam bentuk biji
sebesar 58%. Di tingkat pedagang pengumpul dengan aw dalam bentuk giling, kadar air
pengeringan jagung menggunakan sumber dengan nilai aw dalam bentuk giling, kadar air
panas sinar matahari (100% dari responden), dengan aw dalam bentuk biji, bahan organik
dengan lama pengeringan 1 – 3 hari (94% dari dengan aw dalam bentuk giling, bahan organik
responden) dan 4 – 7 hari (6% dari responden) dengan aw dalam bentuk biji. Korelasi antar
menghasilkan kadar air jagung yang di atas variabel yang signifikan di tingkat petani dan
14% sebesar 22%. Di tingkat pedagang besar pedagang pengumpul adalah sama, sedangkan
proses pengeringan menggunakan dua macam di tingkat pedagang besar korelasi antar
sumber panas yaitu dryer dan sinar matahari variabel yang signifikan hanya bahan organik
menghasilkan kadar air jagung yang di atas dengan kadar air, seperti ditunjukkan di
14% sebesar 20%. Tabel 5. Kadar abu tidak memiliki korelasi
Sumber pengeringan jagung dengan yang signifikan baik di tingkat petani,
menggunakan panas matahari, sangat rentan pedagang pengumpul dan pedagang besar
terhadap perubahan cuaca. BALITBANGTAN karena kadar abu relatif konstan jika
(2005) menyatakan bahwa pengeringan dengan dibandingkan dengan variabel lainnya.
bersumberkan sinar matahari tidak dapat

834
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Tabel 5. Koefisien korelasi antar variabel di tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar €

Variabel bebas Petani Pedagang Pengumpul Pedagang besar


Kadar air – B. organik -0,999** -0,995** -0,996**
Kadar air – Aw dalam giling 0,486* 0,632** 0,426
Kadar air – Aw dalam biji 0,478* 0,469* 0,321
B.organik – Aw dlm giling -0,494* -0,630* -0,442
B. organik – Aw dalam biji -0,487* -0,470* -0,309
Aw dalam biji – Aw dalam giling 0,572* 0,715* 0,360
€ **:
Signifikan pada tingkat kepercayaan 99%
* : Signifikan pada tingkat kepercayaan 95%

Korelasi antar variabel yang signifikan yang dapat digunakan metabolisme jasad renik,
memiliki koefisien korelasi positip kecuali maka kedua variabel tersebut memiliki
hubungan kadar air dengan bahan organik, hubungan korelasi positip. Oleh karena itu,
bahan organik dengan nilai aw dalam bentuk hubungan bahan organik dengan nilai aw baik
giling dan bahan organik dengan nilai aw dalam dalam giling maupun dalam biji berkorelasi
bentuk biji. Koefisien korelasi negatip negatif, karena korelasi kandungan air dengan
memiliki makna jika salah satu variabel bahan organik berkorelasi negatif, sedangkan
meningkat, maka variabel lainnya menurun, kandungan air berkorelasi positip dengan
atau sebaliknya. Bahan organik akan nilai aw.
meningkat jika kadar air turun atau bahan
organik akan meningkat jika nilai aw baik
dalam bentuk giling maupun biji turun, KESIMPULAN
begitupula sebaliknya. Penurunan kadar air
pada batas yang aman, selain melindungi dari 1. Korelasi antar variabel yang signifikan pada
serangan cendawan penghasil aflatoksin juga tingkat kepercayaan 95% di tingkat petani
meningkatkan konsentrasi nutrien dalam dan pedagang pengumpul adalah: kadar air
jagung. dengan bahan organik, aw dalam bentuk biji
Kadar air berkorelasi negatif secara dengan aw dalam bentuk giling, kadar air
signifikan dengan bahan organik karena rumus dengan nilai aw dalam bentuk giling, kadar
untuk mencari bahan organik adalah 100% - air dengan aw dalam bentuk biji, bahan
(kadar air + kadar abu), semakin tinggi kadar organik dengan aw dalam bentuk giling,
air maka kandungan bahan organik semakin bahan organik dengan aw dalam bentuk biji.
rendah karena kadar abu di ketiga tingkat Korelasi antar variabel yang signifikan di
pengelola pascapanen relatif konstan, yakni tingkat petani dan pedagang pengumpul
rata-rata di tingkat petani: 1,01%, pedagang adalah sama, sedangkan di tingkat
pengumpul: 1,07% dan pedagang besar: pedagang besar korelasi antar variabel yang
1,12%. Korelasi yang sangat erat ini signifikan hanya bahan organik dengan
menyebabkan multikolinearitas antara kadar air kadar air.
dan bahan organik, sehingga kedua variabel 2. Korelasi antar variabel yang signifikan
tersebut tidak dapat digunakan secara bersama memiliki koefisien korelasi positip kecuali
dalam persamaan regresi berganda. hubungan kadar air dengan bahan organik,
Kadar air berkorelasi positip dengan aw bahan organik dengan nilai aw dalam bentuk
dalam biji maupun dalam giling di ketiga giling dan bahan organik dengan nilai aw
tingkatan pengelola karena aktivitas air dalam bentuk biji.
merupakan air bebas yang dapat digunakan 3. Jumlah korelasi antar variabel yang
untuk metabolisme jasad renik. Semakin besar signifikan (α: 0,05) di tingkat petani dan
kandungan air dalam material akan memiliki pedagang pengumpul lebih banyak
kecenderungan pula ketersediaan air bebas dibandingkan dengan di tingkat pedagang
besar. Di tingkat pedagang besar hanya

835
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

terdapat korelasi kadar air dengan bahan FARNHAM, D.E. 2003. Corn perspective and culture.
organik yang signifikan dan korelasi In: Corn: Chemistry and Technology. Ed ke-2.
tersebut juga ditemukan di tingkat petani LAWRENCE, A. and J.W. PAMELLA (Eds).
dan pedagang besar. American Association of Cereal Chemists
Inc., Minnesota. pp. 1 – 12.
4. Perlu peningkatan pengelolaan pascapanen
baik di tingkat petani, pedagang pengumpul LILLEHOJ, E.B. 1986. The aflatoxin in maize
dan pedagang besar, karena masih problem: The historical perspective. Proc. The
terdapatnya variasi kualitas jagung yang Workshop; El Batan, 7–11 Apr 1986. Mexico:
tinggi (heterogen), dan penurunan korelasi CIMMYT. pp. 13 – 32.
hasil uji di tingkat pedagang besar. SARONO, S. SAUD and C.L. TSAI. 1999. Corn
5. Perlu pengawasan kualitas jagung di production in Indonesia. In: The 5th JIRCAS
lapangan terutama di tingkat petani dan International Symposium Post Harvest
pedagang pengumpul dengan Tecnology in Asia; A Step Forward to Stable
pemasyarakatan pengujian kadar air Supply of Food Products. Naway, Y., H.
Takagi, Noguchi and K. Tsubata (Eds.).
menggunakan peralatan (instrumen)
Ibaraki, 9 – 10 Sep 1998. Japan International
pengujian kadar air. Research Center for Agricultural Sciences,
6. Perlu disosialisasikan tindakan sortasi pada Japan.. pp. 35 – 53.
kualitas jagung untuk mengurangi
heterogenitas kualitas jagung. [SNI] STANDAR NASIONAL INDONESIA. 1992. Cara
Uji Makanan dan Minuman 01-2891-1992.
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta: BSN.
DAFTAR PUSTAKA
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1998. Metode
Pengambilan Contoh Padatan 19-0428-1998.
[BALITBANGTAN] BADAN PENELITIAN DAN Badan Standarisasi Nasional. BSN, Jakarta.
PENGEMBANGAN PERTANIAN. 2005. Prospek
dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. [SNI] STANDAR NASIONAL INDONESIA. 1998. Jagung
Departemen Pertanian, Jakarta. Sebagai Bahan Baku Pakan 01-4483-1998.
Badan Standarisasi Nasional. BSN, Jakarta.
BUDI, T.P. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik
Parametrik. Ed ke-1. Andi, Yogyakarta. SYARIEF, R., L. EGA dan C.C. NURWITRI. 2003.
Mikotoksin Bahan Pangan. IPB Pr., Bogor.
[DEPTAN] DEPARTEMEN PERTANIAN. 2005. Rencana
Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 – WATSON, A.S. 2003. Discription, development,
2010. Departemen Pertanian, Jakarta. structure, and composition of the corn kernel.
In: Corn: Chemistry and Technology. Ed ke-2.
DHARMAPUTRA, O.S. dan I. RETNOWATI. 1995. Lawrence, A. and J.W. Pamella (Eds.).
Inventarisasi Jamur Pascapanen pada American Association of Cereal Chemists,
Beberapa Komoditas di Tingkat Petani dan Inc., Minnesota. pp. 69 – 79.
Pengecer di Bogor dan Cipanas, Jawa Barat.
Dipresentasikan pada acara: Kongres Nasional
XIII dan Seminar Ilmiah PFI; Mataram, 27 –
29 September 1995.

836

Anda mungkin juga menyukai