Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahaesa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, telah diterbitkannya Panduan Transfer Pasien RS.
Panduan Transfer Pasien RS ini disusun setelah mendapat berbagai asupan melalui
dan kelancaran dalam pelaksanaan standar pelayanan yang diberikan serta dapat
kesehatan pada pasien yang berkaitan dengan pemindahan pasien antar unit kerja
pemberi pelayanan di dalam RS maupun antar RS, serta untuk pencapaian kinerja standar
Akhirnya saya sampaikan terima kasih pada tim penyusunan panduan ini dan
semua pihak yang telah bekerja sama sejak penyusunan materi sampai ditetapkannya
panduan ini. Semoga Tuhan yang Mahaesa senantiasa memberikan petunjuk-Nya serta
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Januari 2017
Direktur RS Bhakti Mulia
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. DEFINISI...................................................................................................................1
A. KATEGORI PASIEN.......................................................................................................4
C. KOMUNIKASI................................................................................................................7
E. TRANSPORTASI RUJUKAN..................................................................................13
A. KRITERIA TRANSFER...........................................................................................15
ii
4. Indikasi Keluar ICU.............................................................................................17
BAB IV DOKUMENTASI...................................................................................................27
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan Pelayanan Berfokus pada pasien (patient centered care), maka
integrasi pelayanan tidak lagi dihambat oleh ketidaktahuan pemberi pelayanan dari
satu unit pemberi layanan dengan pemberi pelayanan unit pemberi layanan lainnya
dalam rumah sakit, maupun antar rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan pasien. Mengingat kompleksitas unit pemberi layanan di dalam suatu rumah
sakit dan kesibukan para pemberi layanan, kerap kali menyebabkan terbentuknya
“dinding pemisah“ antar unit pemberi layanan maupun antar pemberi pelayanan,
berupa minimnya informasi yang tersampaikan kepada pemberi pelayanan pada unit
kurang optimal, bahkan terjadi over treatment (pengobatan ganda) yang tidak
diperlukan.
medis, yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan klinis
pelayanan, dokter, dokter spesialis, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya
1
B. DEFINISI
1. Transfer Pasien
terima kewenangan primer (primary authority) dan tanggung jawab atas pemberian
asuhan klinis pasien dari suatu unit pemberi asuhan pelayanan kepada unit
rumah sakit.
Serah terima (handoff) adalah salah satu kegiatan utama transfer pasien
yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang akurat atas asuhan pasien,
pengobatan pasien, kondisi terkini pasien, dan perubahan kondisi pasien yang
keselamatan pasien.
Handoff asuhan pasien dilaksanakan apabila terjadi perubahan pada lokasi asuhan
1) Pasien MRS dari klinik rawat jalan, IGD, atau unit pemberi asuhan lainnya
1) Transfer dari ruangan rawat inap, klinik rawat jalan, atau IGD ke unit
penunjang diagnostik
2
2) Transfer pasien ke rumah tinggal
penunjang diagnostik
b. Mengetahui narasi riwayat asuhan pasien (keluhan utama dan riwayat kesehatan
kondisi pasien
pasien selanjutnya
3
BAB II RUANG LINGKUP
Transfer yang dilakukan antara dokter operator bedah kepada dokter spesialis
anestesi di ruang pulih sadar; perawat ambulance dengan perawat Instalasi Gawat
Darurat
Transfer yang dilakukan antar Tim IGD dengan Tim ICU/ICCU/NICU atau
dengan Tim Rawat Inap; antara Tim Rawat Inap dengan Tim Penunjang Diagnostik
lain; antara Tim Rawat Inap dengan Tim Kamar Operasi atau Tim Kamar Bersalin;
Transfer yang dilakukan antara Tim yang memberikan asuhan pasien pada
suatu shift ke Tim pada shift berikutnya dalam satu Unit pemberi layanan, misalnya
Tim IGD, Tim Rawat Inap. Kegiatan transfer pada kategori ini lebih menekankan
pada serah terima (hand off) informasi asuhan pasien, tanpa memindahkan posisi
pasien.
4
b. Dokter Umum Jaga
bekerja di ICU.
4) Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis
3) Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis
Petugas
Keterampilan yang Peralatan
Pasien pendamping
dibutuhkan Utama
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
(orang Keamanan
tua/delirium)
Derajat 1 Perawat/Petugas Bantuan hidup dasar Oksigen
5
dengan
baterai
Oksimetri
denyut
Derajat 2 Perawat dan Semua ketrampilan di atas, Semua
monitor) tekanan
darah
Defibrillator
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter Monitor ICU
6
untuk transfer pasien dengan
Perawat:
C. KOMUNIKASI
1. Dalam proses transfer pasien perlu dilakukan komunikasi dalam bentuk tatap muka
a. I-D-E-A-L
lahir
D Diagnosis Diagnosis dan kondisi saat ini
E Events Kejadian/kondisi terakhir dan perubahan kondisi atau
pengobatan
A Anticipate Antisipasi terhadap perubahan kondisi dan pengobatan,
d monitoring
L Leave Luangkan waktu untuk memberi kesempatan
bertanya/klarifikasi
b. I-S-O-B-A-R
7
identitas pasien sesuai dengan pasien yang
PASIEN
KLINIS
History PENYAKIT
8
jawab pasien berupa tanda tangan pada Form
penyakit menular
2. Informasi yang disampaikan dan diterima tercatat dalam Form Serah Terima Pasien
c. Informasi disampaikan tetapi tidak diterima dan dimengerti dengan baik oleh
penerima
read-back
tube
5) Laringoskop Miller
9
8) Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0)
13)Alat krikotiroidotomi
14)Pelumas / gel
b. Lem perekat
c. Nebulizer
d. Kapas alkohol
f. Jarum untuk bone marrow (sum-sum tulang belakang) untuk infus pada anak
h. Winged needle
i. Telepon genggam
m. Elektroda EKG
p. Selang infus
q. Three-way
r. Kateter intravena
10
s. Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)
t. Spuit
u. Klem Kelley
v. Oksimetri denyut
y. Stetoskop
z. Suction
aa. Kassa
bb. Tourniquet
cc. Gunting
dd. Tambahan:
2) Ventilator portable
a. Adenosine, 6mg/2ml
b. Albuterol, 2,5mg/2ml
c. Amiodaron, 150mg/3ml
d. Atropine, 1mg/10ml
e. Kalsium klorida, 1g/10ml
f. Catacaine/hurricaine spray
g. Dekstrosa 25%, 10ml
h. Dekstrosa 50%, 50ml
i. Digoksin, 0,5mg/2ml
j. Diltiazem, 25mg/5ml
k. Difenhidramin, 50mg/1ml
l. Dopamine, 200mg/5ml
m. Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)
11
n. Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000)
o. Fosfenitoin, 750mg/10ml
p. Furosemide, 100mg/10ml
q. Glucagon, 1mg (vial)
r. Heparin, 1.000 U/1ml
s. Isoproterenol, 1mg/5ml
t. Labetalol, 40mg/8ml
u. Lidokain, 100mg/10ml
v. Lidokain, 2g/10ml
w. Manitol, 50g/
x. MgSO4, 1g/2ml
y. Metilprednisolon, 125mg/2ml
z. Metoprolol, 5mg/5ml
aa.Nalokson, 2mg/2ml
bb.Nitrogliserin IV, 50mg/10ml
cc. Nitrogliserin tablet, 0,4mg
dd.Nitroprusid, 50mg/2ml
ee.Normal Saline – NS, 30 ml untuk injeksi
ff. Fenobarbital, 65mg/ml atau 130mg/ml
gg.KCl, 20 mEq/10ml
hh.Prokainamid, 1.000mg/10ml
ii. Natrium bikarbonat, 5mEq/10ml
jj. Natrium bikarbonat, 50mEq/50ml
kk. Akua bidestilata, 30ml untuk injeksi
ll. Terbutalin, 1mg/1ml
mm. Verapamil, 5mg/2ml
Obat-obatan berikut ini ditambahkan ke tas emergency segera sebelum transfer sesuai
12
d. Prostaglandin E1
e. Surfaktan paru
E. TRANSPORTASI RUJUKAN
1. Gunakan mobil ambulan. Mobil dilengkapi soket listrik 12 V, suplai oksigen, monitor,
a. Suplai oksigen
b. Ventilator
c. Jarum suntik
d. Suction
e. Baterai cadangan
f. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien
4. Tim transfer/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan
adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan akselerasi dan
6. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat padat
penduduknya
7. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.
13
8. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
9. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah pakaian
14
BAB III TATA LAKSANA
A. KRITERIA TRANSFER
1. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/
rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau
2. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya menjalani
rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat
didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama transfer).
3. Derajat 2:
kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan pasien yang
4. Derajat 3:
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat
15
B. KRITERIA MASUK DAN KELUAR UNIT KHUSUS
a. Tanda-tanda inpartu
c. Tidak didapatkan faktor risiko tinggi pada ibu bersalin dengan indikasi operasi
c. Pasca persalinan, bayi dan palcenta telah dilahirkan, perawatan perineum dan
a. Pasien Prioritas 1
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan titrasi, seperti
obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu titrasi dan lain-lainnya. Contoh
pasien kelompok ini antara lain: pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat,
b. Pasien Prioritas 2
berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif
menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien kelompok ini antara lain:
penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan mayor.
16
c. Pasien Prioritas 3
Emungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil.
Contoh pasien kelompok ini antara lain: penyakit dengan keganasan metastatic
dengan penyuli infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien
penyakit janting, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit aku berat.
Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya
saja dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
jantung paru.
b. Terapi telah dinyatakan gagal, prognosis jangka pendek jelek dan manfaat
kelanjutan terapi intensif kecil (gagal multi organ tidak berespons terhadap terapi
agresif).
c. Pasien dalam kondisi stabil normal (sesuai parameter base line) dan
d. Manfaat terapi intensif kecil karena penyakit primernya sudah terminal, tidak
berespons terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya, prognosis jangka pendek
Indikasi pasien yang dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh
17
5. Indikasi Masuk Ruang Pemulihan
Semua pasien yang telah menjalani tindakan anestesi harus masuk ruang pulih
a. Jalan nafas, ventilasi, oksigenasi, sirkulasi dan temperatur dalam kondisi baik
dan stabil.
g. Disetujui oleh dokter anestesi dan ditandatangani pada rekam medis anestesi
pasien
1. Sesuai kondisi dan indikasi pasien, DPJP mengambil keputusan untuk melakukan
transfer pasien dan mencatat pada berkas rekam medis pasien, setelah
2. Pada kondisi khusus DPJP meminta persetujuan tertulis pasien dan atau keluarga
3. Instruksi transfer pasien meliputi informasi mengenai unit tujuan transfer, waktu
pelaksanaan transfer, monitoring dan asuhan klinis yang perlu dilaksanakan selama
proses transfer, instruksi khusus yang perlu dilaksanakan oleh unit penerima transfer
18
4. Perawat pelaksana pada unit kerja tersebut terlebih dahulu mengkomunikasikan
kepada perawat unit penerima transfer dan memastikan bahwa unit tersebut dapat
aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis (extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
4. Unit/ rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau
sentral)
19
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus merupakan
teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer
berlangsung.
pelaksanaan transfer
7. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi khusus,
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
1. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hindari penulisan singkatan dan
3. Apabila salah menulis, jangan dihapus. Coretlah tulisan yang salah, tuliskan yang
benar di atas atau di samping tulisan yang salah, kemudian berikan paraf.
4. Form Serah Terima Pasien setelah ditandatangani, dijadikan satu dalam berkas
20
F. TATA LAKSANA MONITORING PASIEN SELAMA PROSES TRANSFER
transfer.
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
b. EKG kontinu
tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup menghabiskan
baterai monitor.
5. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri) disarankan.
6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darah secara
invasif selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera otak akut; pasien dengan
21
tekanan darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada pasien
dengan inotropik).
7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status
(status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral
10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam jarum
suntik)
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
11. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik. 1
13. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
14. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulans. 2
15. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama transfer.
17. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat tidak
22
18. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)
19. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat
20. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan cepat
menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan ekternal /
vibrasi (getaran).
21. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
a. alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya alat dari
tubuh pasien
volume tidal.
airway pressure)
23. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer
yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi / obat-obatan. 1
24. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang
diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus dilengkapi
selama transfer.
25. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di lembar
pemantauan.
23
26. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan
Unit penerima transfer, meliputi identitas pasien, diagnosis kerja, ringkasan riwayat
kesehatan, catatan alergi, kondisi medis pasien (vital sign), hasil pemeriksaan
khusus yang perlu dilakukan terhadap pasien, dan catatan monitoring selama proses
transfer.
2. Kegiatan serah terima pasien dilakukan dengan cara bertatap muka langsung,
seperlunya.
riwayat kesehatan pasien, berupa asuhan pasien dan pengobatan sebelumnya, dan
5. Seyogyanya selama proses serah terima (hand off) tidak dilakukan interupsi untuk
pemeriksaan diagnostik yang telah dilakukan kepada perawat penerima transfer, yang
diterima sesuai dengan kondisi pasien tersebut, namun belum tercantum dalam berkas
24
rekam medis serah terima tersebut, maka wajib dilakukan klarifikasi kepada perawat
pengirim. Misalnya: didapatkan keluhan nyeri pada pasien, namun dalam dokumen
serah terima belum dicantumkan adanya pemberian obat anti nyeri, maka perawat
penerima wajib menanyakan apakah pasien tersebut sudah atau belum mendapatkan
obat anti nyeri tersebut; pasien yang baru selesai dioperasi, pada saat hand off antar
shift didapatkan fakta bahwa pasien belum pernah bangun dari tempat tidur, maka
perlu dilakukan klarifikasi kepada perawat shift selanjutnya bahwa pasien perlu
8. Seluruh serah terima pasien ditulis pada Form Serah Terima Pasien (terlampir) dan
1. Sedikitnya 30 menit sebelum shift kerja berakhir, petugas yang masih mempunyai
tanggung jawab asuhan pasien di Unit kerjanya, wajib melaksanakan handoff kepada
2. Penanggung jawab shift saat itu dengan penanggung jawab shift berikutnya diikuti
oleh petugas lainnya melakukan rekapitulasi dan melaporkan hasil asesmen kondisi
kritis, pengobatan, monitoring, dan rencana pelayanan kesehatan yang sudah, sedang,
penanggung jawab shift saat itu memperkenalkan penanggung jawab shift berikutnya
dan atau anggota tim yang ditunjuk bertanggung jawab khusus atas pasien tersebut,
25
serta memberitahukan bahwa pelayanan asuhan pasien selanjutnya akan
1. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien
2. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung jawab di kedua
3. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat senior).
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
4. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai
26
BAB IV DOKUMENTASI
27