Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN TRANSFER PASIEN

RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA


Jl. Aipda KS Tubunj no. 79, Jakarta
Tlp : 021- 548 1625 Fax : 021-5331544
Email: rs.bhaktimulia@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahaesa

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, telah diterbitkannya Panduan Transfer Pasien RS.

Panduan Transfer Pasien RS ini disusun setelah mendapat berbagai asupan melalui

berbagai kegiatan pertemuan. Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal di RS

dalam memaksimalkan keselamatan pasien, serta pertemuan secara intensif dengan

program terkait yang diikuti oleh seluruh unit kerja di lingkungan RS .

Dengan Panduan Transfer Pasien ini diharapkan dapat memperjelas pemahaman

dan kelancaran dalam pelaksanaan standar pelayanan yang diberikan serta dapat

digunakan sebagai acuan bagi unit kerja di RS dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatan pada pasien yang berkaitan dengan pemindahan pasien antar unit kerja

pemberi pelayanan di dalam RS maupun antar RS, serta untuk pencapaian kinerja standar

pelayanan minimal bidang kesehatan di RS .

Akhirnya saya sampaikan terima kasih pada tim penyusunan panduan ini dan

semua pihak yang telah bekerja sama sejak penyusunan materi sampai ditetapkannya

panduan ini. Semoga Tuhan yang Mahaesa senantiasa memberikan petunjuk-Nya serta

memberikan kekuatan kepada kita semua dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Januari 2017
Direktur RS Bhakti Mulia

Dr. Antonius TS. Prabowo, MARS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1

B. DEFINISI...................................................................................................................1

1. transfer pasien ........................................................................................................2

2. Serah terima (Hand off)...........................................................................................2

BAB II RUANG LINGKUP...................................................................................................4

A. KATEGORI PASIEN.......................................................................................................4

1. Transfer Antar Rumah Sakit (Inter Hospital).........................................................4

2. Transfer Intra Rumah Sakit (Intra Hospital)..........................................................4

B. PETUGAS PELAKSANA TRANSFER PASIEN.......................................................4

C. KOMUNIKASI................................................................................................................7

D. PERALATAN MEDIS DAN OBAT-OBATAN...........................................................10

1. Peralatan Transfer Minimal Untuk Antar Rumah Sakit........................................10

2. Standar Obat-obatan Minimal untuk Transfer Pasien antar Rumah Sakit.........12

E. TRANSPORTASI RUJUKAN..................................................................................13

BAB III TATA LAKSANA....................................................................................................15

A. KRITERIA TRANSFER...........................................................................................15

B. KRITERIA MASUK DAN KELUAR UNIT KHUSUS................................................16

1. Indikasi Masuk Kamar Bersalin...........................................................................16

2. Indikasi Keluar Kamar Bersalin...........................................................................16

3. Indikasi Masuk ICU.............................................................................................16

ii
4. Indikasi Keluar ICU.............................................................................................17

5. Indikasi Masuk Ruang Pemulihan.......................................................................17

6. Indikasi Keluar Ruang Pemulihan.......................................................................17

C. TATA LAKSANA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TRANSFER PASIEN.................18

D. TATA LAKSANA PERSIAPAN PASIEN..................................................................19

E. TATA LAKSANA PENCATATAN REKAM MEDIS PASIEN.....................................20

F. TATA LAKSANA MONITORING PASIEN SELAMA PROSES TRANSFER...........21

G. TATA LAKSANA SERAH TERIMA PASIEN (HAND OFF)......................................24

H. TATA LAKSANA HAND OFF ANTAR SHIFT KERJA.............................................25

I. TATA LAKSANA RUJUKAN KE RS LAIN...............................................................26

BAB IV DOKUMENTASI...................................................................................................27

A. FORM SERAH TERIMA PASIEN – TRANSFER PASIEN INTRA RUMAH SAKIT 27

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan Pelayanan Berfokus pada pasien (patient centered care), maka

integrasi pelayanan tidak lagi dihambat oleh ketidaktahuan pemberi pelayanan dari

satu unit pemberi layanan dengan pemberi pelayanan unit pemberi layanan lainnya

dalam rumah sakit, maupun antar rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan pasien. Mengingat kompleksitas unit pemberi layanan di dalam suatu rumah

sakit dan kesibukan para pemberi layanan, kerap kali menyebabkan terbentuknya

“dinding pemisah“ antar unit pemberi layanan maupun antar pemberi pelayanan,

berupa minimnya informasi yang tersampaikan kepada pemberi pelayanan pada unit

layanan berikutnya, sehingga kesinambungan pelayanan kesehatan pasien menjadi

kurang optimal, bahkan terjadi over treatment (pengobatan ganda) yang tidak

diperlukan.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 20-30% informasi tidak tersampaikan

kepada pemberi pelayanan berikutnya selama proses transfer dan tidak

terdokumentasi pada berkas rekam medis pasien. Akibatnya menimbulkan dampak

ikutan berupa tertundanya bahkan terulangnya penegakan diagnosis dan pengobatan

medis, yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan klinis

pasien, berkurangnya kepuasan pasien, bertambahnya lama perawatan pasien, dan

bertambahnya biaya perawatan kesehatan pasien.

Panduan ini memberikan ketentuan yang perlu diperhatikan oleh pemberi

pelayanan, dokter, dokter spesialis, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya

dalam memberikan pelayanan kepada pasien di unit layanan masing-masing.

1
B. DEFINISI

1. Transfer Pasien

Transfer pasien didefinisikan sebagai suatu proses pemindahan atau serah

terima kewenangan primer (primary authority) dan tanggung jawab atas pemberian

asuhan klinis pasien dari suatu unit pemberi asuhan pelayanan kepada unit

penerima asuhan pelayanan selanjutnya di dalam rumah sakit maupun di luar

rumah sakit.

2. Serah terima/Penyerahan Pasien (Handoff)

Serah terima (handoff) adalah salah satu kegiatan utama transfer pasien

yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang akurat atas asuhan pasien,

pengobatan pasien, kondisi terkini pasien, dan perubahan kondisi pasien yang

mungkin terjadi untuk mencapai kesinambungan asuhan pelayanan pasien dan

keselamatan pasien.

Handoff asuhan pasien dilaksanakan apabila terjadi perubahan pada lokasi asuhan

pasien atau perubahan pemberi asuhan pasien, seperti:

a. Perubahan tingkat asuhan pasien

1) Pasien MRS dari klinik rawat jalan, IGD, atau unit pemberi asuhan lainnya

(Kamar Operasi, Kamar Bersalin, dsb.)

2) Transfer pasien dari IGD ke ICU/ICCU/NICU

3) Transfer pasien dari klinik rawat jalan ke IGD

b. Transfer sementara asuhan pasien

1) Transfer dari ruangan rawat inap, klinik rawat jalan, atau IGD ke unit

penunjang diagnostik

c. Pemulangan/discharge/keluar rumah sakit

1) Transfer alih rawat ke rumah sakit lain

2
2) Transfer pasien ke rumah tinggal

3) Transfer pasien ke sarana pelayanan kesehatan lain untuk pemeriksaan

penunjang diagnostik

d. Pergantian shift pemberi asuhan

1) Pergantian shift kerja

2) Cuti DPJP didelegasikan ke DPJP pengganti

Penerima dan sekaligus Pemberi Asuhan berikutnya bertanggung jawab atas

asuhan pasien berikut:

a. Melaksanakan kegiatan asuhan klinis secara kompeten

b. Mengetahui narasi riwayat asuhan pasien (keluhan utama dan riwayat kesehatan

pasien yang relevan)

c. Menyadari data atau kejadian penting atas kondisi pasien

d. Mengetahui data penting untuk monitoring perubahan dan tingkat ketidakpastian

kondisi pasien

e. Mampu menangani terulangnya kejadian sebelumnya dan mengantisipasi

kemungkinan terjadinya kejadian yang akan datang

f. Merencanakan strategi asuhan pasien selanjutnya

g. Melakukan koordinasi ke atas maupun koordinasi ke bawah kewenangannya dan

melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian asuhan

pasien selanjutnya

h. Melibatkan pasien dan keluarganya dalam pengambilan keputusan

3
BAB II RUANG LINGKUP

A. KATEGORI TRANSFER PASIEN

1. Transfer Antar Rumah Sakit (Inter Hospital)

a. Transfer antar Rumah Sakit

b. Transfer antara Rumah Sakit ke Layanan Lain

2. Transfer Intra Rumah Sakit (Intra Hospital)

a. Transfer antar Profesi

Transfer yang dilakukan antara dokter operator bedah kepada dokter spesialis

anestesi di ruang pulih sadar; perawat ambulance dengan perawat Instalasi Gawat

Darurat

b. Transfer Antar Unit Kerja

Transfer yang dilakukan antar Tim IGD dengan Tim ICU/ICCU/NICU atau

dengan Tim Rawat Inap; antara Tim Rawat Inap dengan Tim Penunjang Diagnostik

lain; antara Tim Rawat Inap dengan Tim Kamar Operasi atau Tim Kamar Bersalin;

transfer antar Klinik Spesialis di Unit Rawat Jalan.

c. Transfer Antar Shift Kerja (Operan pasien)

Transfer yang dilakukan antara Tim yang memberikan asuhan pasien pada

suatu shift ke Tim pada shift berikutnya dalam satu Unit pemberi layanan, misalnya

Tim IGD, Tim Rawat Inap. Kegiatan transfer pada kategori ini lebih menekankan

pada serah terima (hand off) informasi asuhan pasien, tanpa memindahkan posisi

pasien.

B. PETUGAS PELAKSANA TRANSFER PASIEN

1. Tenaga Profesional yang Terlibat

a. DPJP sebagai pengambil keputusan transfer pasien

4
b. Dokter Umum Jaga

1) Minimal 6 bulan pengalaman mengenai perawatan pasien intensif dan

bekerja di ICU.

2) Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut

3) Keterampilan menangani permasalahan jalan napas dan pernapasan,

minimal level ST 3 atau sederajat.

4) Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis

c. Perawat  sertifikat pelatihan transfer

1) Minimal 2 tahun bekerja di ICU

2) Keterampilan bantuan hidup dasar dan lanjut

3) Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis

2. Kriteria dan kualifikasi tenaga pelaksana transfer

Petugas
Keterampilan yang Peralatan
Pasien pendamping
dibutuhkan Utama
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar

Keamanan
Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar

(orang Keamanan

tua/delirium)
Derajat 1 Perawat/Petugas  Bantuan hidup dasar  Oksigen

yang  Pelatihan tabung gas  Suction

berpengalaman  Pemberian obat-obatan  Tiang infus


(sesuai dengan portabel
 Kenal akan tanda deteriorasi
kebutuhan  Pompa
 Keterampilan trakeostomi
pasien) infus
dan suction

5
dengan

baterai

 Oksimetri

denyut
Derajat 2 Perawat dan  Semua ketrampilan di atas,  Semua

Petugas ditambah; peralatan di

keamanan/ TPK  Dua tahun pengalaman atas,

dalam perawatan intensif ditambah;

(oksigenasi, sungkup  Monitor

pernapasan, defibrillator, EKG dan

monitor) tekanan

darah

 Defibrillator
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter  Monitor ICU

dan TPK/ harus di atas standar minimal portabel

Petugas Dokter: yang

keamanan  Minimal 6 bulan pengalaman lengkap

mengenai perawatan pasien  Ventilator

intensif dan bekerja di ICU dan

 Keterampilan bantuan hidup peralatan

dasar dan lanjut transfer

 Keterampilan menangani yang

permasalahan jalan napas memenuhi

dan pernapasan, minimal standar

level ST 3 atau sederajat. minimal.

 Harus mengikuti pelatihan

6
untuk transfer pasien dengan

sakit berat / kritis

Perawat:

Minimal 2 tahun bekerja di ICU

Keterampilan bantuan hidup

dasar dan lanjut

Harus mengikuti pelatihan

untuk transfer pasien dengan

sakit berat / kritis

(lengkapnya lihat Lampiran 1)

C. KOMUNIKASI

1. Dalam proses transfer pasien perlu dilakukan komunikasi dalam bentuk tatap muka

secara langsung, yang terdiri atas elemen informasi sebagai berikut:

a. I-D-E-A-L

I Identity Identitas pasien : nama, nomor Rekam Medis, tanggal

lahir
D Diagnosis Diagnosis dan kondisi saat ini
E Events Kejadian/kondisi terakhir dan perubahan kondisi atau

pengobatan
A Anticipate Antisipasi terhadap perubahan kondisi dan pengobatan,

d monitoring
L Leave Luangkan waktu untuk memberi kesempatan

bertanya/klarifikasi

b. I-S-O-B-A-R

I Identification of PERKENALAN DIRI PETUGAS DAN PASIEN

Patient Melakukan identifikasi untuk memastikan

7
identitas pasien sesuai dengan pasien yang

bersangkutan, terdiri atas Nama Pasien,

Tanggal Lahir dan Nomor Rekam Medis


S Situation and Status PERNYATAAN SINGKAT PERMASALAHAN

PASIEN

Status klinis pasien, misalnya status

kesadaran, tanda vital, instruksi asuhan

selanjutnya, kebutuhan pasien, termasuk

prospek/prognosis pasien saat transfer


O Observation TANDA VITAL TERKAHIR & ASESMEN

KLINIS

Observasi terakhir yang dilakukan terhadap

pasien, termasuk monitoring selama proses

transfer yang barus saja berlangsung


B Background & PERNYATAAN SINGKAT RIWAYAT

History PENYAKIT

Riwayat penyakit dan penyakit penyerta,

temuan alergi, pemeriksaan ifisk, pemeriksaan

penunjang, dan diagnosis kerja


A Assessment & PENYAMPAIAN RENCANA ASUHAN PASIEN

Actions Sharing kondisi pasien yang telah teratasi

selama asuhan sebelumnya, dan temuan

abnormal pemeriksaan penunjang diagnostik

atau hasil yang tertunda, termasuk rencana

asuhan pasien selanjutnya


R Responsibility & KONFIRMASI DAN SERAH TERIMA

Risk Management TANGGUNG JAWAB

Serah terima kewenangan dan tanggung

8
jawab pasien berupa tanda tangan pada Form

Serah Terima Pasien ; termasuk prosedur

read-back atas temuan informasi kritis, dan

penyampaian kewaspadaan terhadap risiko

penyakit menular
2. Informasi yang disampaikan dan diterima tercatat dalam Form Serah Terima Pasien

dan disatukan dengan rekam medis pasien.

3. Komunikasi dilaksanakan sedemikian sehingga penyampaian informasi diterima dan

dimengerti dengan baik oleh penerima informasi, dan tidak terjadi:

a. Informasi tidak disampaikan sebagian atau seluruhnya kepada penerima

b. Informasi yang salah disampaikan kepada penerima

c. Informasi disampaikan tetapi tidak diterima dan dimengerti dengan baik oleh

penerima

4. Penerima informasi perlu melakukan klarifikasi dengan melakukan repeat-back dan

read-back

D. PERALATAN MEDIS DAN OBAT-OBATAN

1. Peralatan Transfer Minimal Untuk Antar Rumah Sakit

a. Manajemen jalan napas / oksigenasi (dewasa dan anak)

1) Sistem bag-valve dewasa dan anak dengan reservoir oksigen

2) Sungkup dewasa dan anak

3) Penghubung sistem bag-valve dengan endotracheal (ETT)/ tracheostomy

tube

4) Monitor end-tidal carbon dioxide (dewasa dan anak)

5) Laringoskop Miller

6) Stilet / mandrin ETT (dewasa dan anak)

7) Forceps Magil (dewasa dan anak)

9
8) Selang ETT (5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8.0)

9) Pegangan laringoskop (dewasa dan anak)

10)Baterai cadangan dan bola lampu laringoskop

11) Nasopharyngeal airways (NPA) / Oropharyngeal airways (OPA)

12)Pisau bedah (scalpel)

13)Alat krikotiroidotomi

14)Pelumas / gel

15)Nasal kanul (dewasa dan anak)

b. Lem perekat

c. Nebulizer

d. Kapas alkohol

e. Brankar (dewasa dan anak)

f. Jarum untuk bone marrow (sum-sum tulang belakang) untuk infus pada anak

g. Pengukur tekanan darah

h. Winged needle

i. Telepon genggam

j. Gel / bantalan elektroda defibrillator

k. Stik gula darah sewaktu (GDS)

l. Monitor EKG / defibrillator

m. Elektroda EKG

n. Senter dengan baterai cadangan

o. Pompa infus (infusion pumps)

p. Selang infus

q. Three-way

r. Kateter intravena

10
s. Cairan infus (normal saline-NS, ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)

t. Spuit

u. Klem Kelley

v. Oksimetri denyut

w. Nasogastric tube (NGT)

x. Tali penahan untuk ekstremitas

y. Stetoskop

z. Suction

aa. Kassa

bb. Tourniquet

cc. Gunting

dd. Tambahan:

1) Alat imobilisasi spinal

2) Ventilator portable

2. Standar Obat-obatan Minimal untuk Transfer Pasien antar Rumah Sakit

a. Adenosine, 6mg/2ml
b. Albuterol, 2,5mg/2ml
c. Amiodaron, 150mg/3ml
d. Atropine, 1mg/10ml
e. Kalsium klorida, 1g/10ml
f. Catacaine/hurricaine spray
g. Dekstrosa 25%, 10ml
h. Dekstrosa 50%, 50ml
i. Digoksin, 0,5mg/2ml
j. Diltiazem, 25mg/5ml
k. Difenhidramin, 50mg/1ml
l. Dopamine, 200mg/5ml
m. Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)

11
n. Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000)
o. Fosfenitoin, 750mg/10ml
p. Furosemide, 100mg/10ml
q. Glucagon, 1mg (vial)
r. Heparin, 1.000 U/1ml
s. Isoproterenol, 1mg/5ml
t. Labetalol, 40mg/8ml
u. Lidokain, 100mg/10ml
v. Lidokain, 2g/10ml
w. Manitol, 50g/
x. MgSO4, 1g/2ml
y. Metilprednisolon, 125mg/2ml
z. Metoprolol, 5mg/5ml
aa.Nalokson, 2mg/2ml
bb.Nitrogliserin IV, 50mg/10ml
cc. Nitrogliserin tablet, 0,4mg
dd.Nitroprusid, 50mg/2ml
ee.Normal Saline – NS, 30 ml untuk injeksi
ff. Fenobarbital, 65mg/ml atau 130mg/ml
gg.KCl, 20 mEq/10ml
hh.Prokainamid, 1.000mg/10ml
ii. Natrium bikarbonat, 5mEq/10ml
jj. Natrium bikarbonat, 50mEq/50ml
kk. Akua bidestilata, 30ml untuk injeksi
ll. Terbutalin, 1mg/1ml
mm. Verapamil, 5mg/2ml

Obat-obatan berikut ini ditambahkan ke tas emergency segera sebelum transfer sesuai

dengan indikasi pasien:

a. Analgesik narkose (morfin, fentanil)

b. Sedasi / hypnosis (lorazepam, midazolam, propofol, etomidat, ketamin)

c. Agen neuromuscular blocker (suksinilkolin, pankuronium, atrakurium, rokuronium)

12
d. Prostaglandin E1

e. Surfaktan paru

E. TRANSPORTASI RUJUKAN

1. Gunakan mobil ambulan. Mobil dilengkapi soket listrik 12 V, suplai oksigen, monitor,

dan peralatan lainnya

2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk mentransfer

pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).

3. Standar Peralatan di Ambulan

a. Suplai oksigen

b. Ventilator

c. Jarum suntik

d. Suction

e. Baterai cadangan

f. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien

g. Alat penghangat ruangan portabel (untuk mempertahankan temperatur pasien)

h. Alat kejut jantung (defibrillator)

4. Tim transfer/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan

yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.

5. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans. Tujuannya

adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan akselerasi dan

deselerasi yang minimal.

6. Pendampingan oleh polisi dapat dipertimbangkan pada area yang sangat padat

penduduknya

7. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.

13
8. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,

berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.

9. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah pakaian

yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.

14
BAB III TATA LAKSANA

A. KRITERIA TRANSFER

1. Derajat 0:

Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/

rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau

paramedis (selama transfer).

2. Derajat 1:

Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya menjalani

perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan perawatan di ruang

rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat

didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama transfer).

3. Derajat 2:

Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk penanganan

kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan pasien yang

sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas yang kompeten,

terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis lainnya).

4. Derajat 3:

Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory

support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan

dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang

membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh petugas

yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat

ruang intensif / IGD atau paramedis lainnya).

15
B. KRITERIA MASUK DAN KELUAR UNIT KHUSUS

1. Indikasi Masuk Kamar Bersalin

a. Tanda-tanda inpartu

b. Usia kehamilan cukup

c. Tidak didapatkan faktor risiko tinggi pada ibu bersalin dengan indikasi operasi

2. Indikasi Keluar Kamar Bersalin

a. Partograf tidak menunjukkan kemajuan persalinan

b. Terjadi kegawatdaruratan obstetric yang memerlukan tindakan operasi

c. Pasca persalinan, bayi dan palcenta telah dilahirkan, perawatan perineum dan

vulva hygiene, dan ibu dalam keadaan stabil

3. Indikasi Masuk ICU

a. Pasien Prioritas 1

Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan titrasi, seperti

dukungan/bantuan centilasi dan alat bantu suportif kontinyu; pengobatan kontinyu,

obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu titrasi dan lain-lainnya. Contoh

pasien kelompok ini antara lain: pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat,

gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.

b. Pasien Prioritas 2

Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, yang sangat

berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif

menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien kelompok ini antara lain:

penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami

pembedahan mayor.

16
c. Pasien Prioritas 3

Pasien yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang

mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi.

Emungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil.

Contoh pasien kelompok ini antara lain: penyakit dengan keganasan metastatic

dengan penyuli infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien

penyakit janting, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit aku berat.

Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya

saja dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi

jantung paru.

4. Indikasi Keluar ICU

a. Pasien tidak lagi memerlukan alat atau obat untuk life-support

b. Terapi telah dinyatakan gagal, prognosis jangka pendek jelek dan manfaat

kelanjutan terapi intensif kecil (gagal multi organ tidak berespons terhadap terapi

agresif).

c. Pasien dalam kondisi stabil normal (sesuai parameter base line) dan

kemungkinan kebutuhan terapi intensif secara mendadak kecil/ kurang

d. Manfaat terapi intensif kecil karena penyakit primernya sudah terminal, tidak

berespons terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya, prognosis jangka pendek

kecil dan tidak ada terapi potensial untuk memperbaiki prognosisnya

e. Pengaturan untuk perawatan non ICU yang sesuai hendaknya dipertimbangkan

sehingga kelanjutan perawatan yang memadai tetap terjamin

Indikasi pasien yang dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh

kepala ICU dan tim yang merawat pasien.

17
5. Indikasi Masuk Ruang Pemulihan

Semua pasien yang telah menjalani tindakan anestesi harus masuk ruang pulih

sadar kecuali yang membutuhkan penanganan intensif di ICU

6. Indikasi Keluar Ruang Pemulihan

a. Jalan nafas, ventilasi, oksigenasi, sirkulasi dan temperatur dalam kondisi baik

dan stabil.

b. Tidak membutuhkan penatalaksanaan dan pemantauan intensif pasca bedah.

c. Skor Aldrette > 8. ( terlampir )

d. Skor Bromage 0. ( terlampir )

e. Skala nyeri < 4 . ( terlampir )

f. Tidak mual / muntah

g. Disetujui oleh dokter anestesi dan ditandatangani pada rekam medis anestesi

pasien

C. TATA LAKSANA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TRANSFER PASIEN

1. Sesuai kondisi dan indikasi pasien, DPJP mengambil keputusan untuk melakukan

transfer pasien dan mencatat pada berkas rekam medis pasien, setelah

menginformasikan dan melibatkan pasien dan keluarga atas keputusan tersebut.

2. Pada kondisi khusus DPJP meminta persetujuan tertulis pasien dan atau keluarga

atas keputusan transfer pasien tersebut.

3. Instruksi transfer pasien meliputi informasi mengenai unit tujuan transfer, waktu

pelaksanaan transfer, monitoring dan asuhan klinis yang perlu dilaksanakan selama

proses transfer, instruksi khusus yang perlu dilaksanakan oleh unit penerima transfer

18
4. Perawat pelaksana pada unit kerja tersebut terlebih dahulu mengkomunikasikan

kepada perawat unit penerima transfer dan memastikan bahwa unit tersebut dapat

menerima dan melanjutkan asuhan pasien.

D. TATA LAKSANA PERSIAPAN PASIEN

1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer yang

aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis (extremely ill).

2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau

kondisi sudah stabil)

3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya

akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus

sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.

4. Unit/ rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada

prosedur / pengaturan transfer pasien yang memadai.

5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat

hingga pasien ditransfer ke unit/ rumah sakit lain.

6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:

a. Amankan patensi jalan napas

Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan

pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.

b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan

ventilator portabel selama minimal 15 menit.

c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau

sentral)

19
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus merupakan

teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer

berlangsung.

e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-

WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.

f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan

g. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu

pelaksanaan transfer

7. Unit/ rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan

segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi khusus,

namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.

8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen

menilai kondisi pasien.

9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.

E. TATA LAKSANA PENCATATAN REKAM MEDIS PASIEN

1. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hindari penulisan singkatan dan

istilah yang tidak baku yang dapat menyebabkan salah interpretasi.

2. Isilah Form Serah Terima Pasien dengan tinta hitam

3. Apabila salah menulis, jangan dihapus. Coretlah tulisan yang salah, tuliskan yang

benar di atas atau di samping tulisan yang salah, kemudian berikan paraf.

4. Form Serah Terima Pasien setelah ditandatangani, dijadikan satu dalam berkas

Rekam Medis pasien

20
F. TATA LAKSANA MONITORING PASIEN SELAMA PROSES TRANSFER

1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama proses

transfer.

2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus

sebaik pelayanan di RS/RS tujuan.

3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer

dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:

a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer

b. EKG kontinu

c. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)

d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)

e. Terpasangnya jalur intravena

f. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral

g. Peralatan untuk memantau cardiac output

h. Pemantauan end-tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator

i. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas

j. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah

terjadinya hipotermia atau hipertermia)1

4. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan dan

tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup menghabiskan

baterai monitor.

5. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri) disarankan.

6. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darah secara

invasif selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera otak akut; pasien dengan

21
tekanan darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada pasien

dengan inotropik).

7. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status

(status volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral

diperlukan dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor.

8. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien tertentu.

9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator, lakukan pemantauan suplai oksigen,

tekanan pernapasan (airway pressure), dan pengaturan ventilator.2

10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang

diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam jarum

suntik)

a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia 3

b. Obat sedasi

c. Analgesik

d. Relaksans otot

e. Obat inotropik

11. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses

terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik. 1

12. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.

13. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.

14. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulans. 2

15. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama transfer.

16. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.

17. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat tidak

disambungkan dengan stop kontak/listrik).

22
18. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)

19. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat

memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri, pengukuran tekanan

darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.

20. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan cepat

menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan ekternal /

vibrasi (getaran).

21. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.

22. Ventilator mekanik yang portabel harus mempunyai (minimal):

a. alarm yang berbunyi jika terjadi tekanan tinggi atau terlepasnya alat dari

tubuh pasien

b. mampu menyediakan tekanan akhir ekspirasi positif (positive end expiratory

pressure) dan berbagai macam konsentrasi oksigen inspirasi

c. pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernapasan per-menit, dan

volume tidal.

d. Mampu menyediakan ventilasi tekanan terkendali (pressure-controlled

ventilation) dan pemberian tekanan positif berkelanjutan (continuous positive

airway pressure)

23. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer

yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi / obat-obatan. 1

24. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang

diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus dilengkapi

selama transfer.

25. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di lembar

pemantauan.

23
26. Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan

harus dalam posisi aman di bawah level pasien.

G. TATA LAKSANA SERAH TERIMA PASIEN (HAND OFF)

1. Setibanya di Unit penerima transfer, perawat pelaksana transfer segera melakukan

serah terima informasi mengenai asuhan pasien, sebelum memindahkan pasien ke

Unit penerima transfer, meliputi identitas pasien, diagnosis kerja, ringkasan riwayat

kesehatan, catatan alergi, kondisi medis pasien (vital sign), hasil pemeriksaan

diagnostik penting, pengobatan sebelumnya, saat ini, dan selanjutnya, kewaspadaan

khusus yang perlu dilakukan terhadap pasien, dan catatan monitoring selama proses

transfer.

2. Kegiatan serah terima pasien dilakukan dengan cara bertatap muka langsung,

dimana kedua belah pihak tidak sedang melakukan kegiatan lain.

3. Perawat penerima transfer melakukan verifikasi atas informasi yang diterima,

termasuk proses pengulangan (repeat-back) dan pembacaan kembali (read-back)

seperlunya.

4. Apabila diperlukan, perawat penerima/petugas transfer melakukan review atas data

riwayat kesehatan pasien, berupa asuhan pasien dan pengobatan sebelumnya, dan

segera melakukan pemeriksaan vital sign atas pasien tersebut.

5. Seyogyanya selama proses serah terima (hand off) tidak dilakukan interupsi untuk

meminimalkan informasi yang tertinggal atau terlupakan.

6. Perawat pelaksana transfer menyerahkan obat-obatan yang diperlukan, hasil

pemeriksaan diagnostik yang telah dilakukan kepada perawat penerima transfer, yang

selanjutnya memeriksa dan melakukan verifikasi atas penyerahan tersebut.

7. Apabila perawat penerima transfer mendapati bahwa asuhan yang seharusnya

diterima sesuai dengan kondisi pasien tersebut, namun belum tercantum dalam berkas

24
rekam medis serah terima tersebut, maka wajib dilakukan klarifikasi kepada perawat

pengirim. Misalnya: didapatkan keluhan nyeri pada pasien, namun dalam dokumen

serah terima belum dicantumkan adanya pemberian obat anti nyeri, maka perawat

penerima wajib menanyakan apakah pasien tersebut sudah atau belum mendapatkan

obat anti nyeri tersebut; pasien yang baru selesai dioperasi, pada saat hand off antar

shift didapatkan fakta bahwa pasien belum pernah bangun dari tempat tidur, maka

perlu dilakukan klarifikasi kepada perawat shift selanjutnya bahwa pasien perlu

mendapatkan pengawasan atas risiko jatuh.

8. Seluruh serah terima pasien ditulis pada Form Serah Terima Pasien (terlampir) dan

ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan mencantumkan nama terang.

9. Tanggung jawab asuhan pasien dipindahkan kepada Unit penerima setelah

dilakukan tanda tangan.

H. TATA LAKSANA HAND OFF ANTAR SHIFT KERJA

1. Sedikitnya 30 menit sebelum shift kerja berakhir, petugas yang masih mempunyai

tanggung jawab asuhan pasien di Unit kerjanya, wajib melaksanakan handoff kepada

petugas shift berikutnya.

2. Penanggung jawab shift saat itu dengan penanggung jawab shift berikutnya diikuti

oleh petugas lainnya melakukan rekapitulasi dan melaporkan hasil asesmen kondisi

terakhir pasien di ruangan perawat.

3. Laporan berupa identitas pasien, diagnosis kerja, hasil pemeriksaan diagnostic

kritis, pengobatan, monitoring, dan rencana pelayanan kesehatan yang sudah, sedang,

dan akan dilaksanakan terhadap pasien.

4. Setelah laporan selesai dilaksanakan, tim menuju ke masing-masing pasien;

penanggung jawab shift saat itu memperkenalkan penanggung jawab shift berikutnya

dan atau anggota tim yang ditunjuk bertanggung jawab khusus atas pasien tersebut,

25
serta memberitahukan bahwa pelayanan asuhan pasien selanjutnya akan

dilaksanakan oleh tim tersebut.

I. TATA LAKSANA RUJUKAN KE RS LAIN

1. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien

sebelum dilakukan transfer.

2. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung jawab di kedua

rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.

3. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat senior).

Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan.

a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan

penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan

tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.

b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin

menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi

selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.

c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien

kepada rumah sakit tujuan.

4. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai

penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya.

26
BAB IV DOKUMENTASI

FORM SERAH TERIMA PASIEN – TRANSFER PASIEN INTRA RUMAH SAKIT

27

Anda mungkin juga menyukai