KATAK DARWIN
Oleh :
KELOMPOK 9
2016
I. PENDAHULUAN
B. Pembahasan
Peninjauan literatur dan catatan museum yang dilakukan mendapatkan hasil
bahwa sebanyak 2244 Rhinoderma spesimen dari 50 lembaga diperiksa. Berdasarkan
ciri anatomi; 789 dari spesimen yang telah katalog sebagai R. darwinii
diklasifikasikan ulang sebagai R. rufum. Sebagai konsekuensi, total 1.226 R. darwinii
dan 1.018 R. rufum teridentifikasi. Menurut hasil ini (yang tertera dalam foto pada
hasil), distribusi R. rufum jauh lebih besar dari yang sebelumnya diakui, seperti yang
telah direkam dari kaki bukit Andes di VI Region serta dari hutan pesisir V Daerah
Chile (C. Moreno, pers. comm.). Sebaliknya, menurut data ini, kisaran historis R.
darwinii telah berlebihan, karena tidak dapat menemukan catatan apapun dari spesies
yang telah ditemukan selatan dari kota Coyhaique atau di Chonos Nusantara.
Survei mengenai distribusi saat ini yang dilakukan mendapatkan hasil pada
223 situs yang disurvei untuk katak Darwin: 46 dalam rentang sejarah hanya R.
rufum, 157 dalam rentang sejarah hanya R. darwinii, dan 20 situs dalam bidang
sympatry. Meskipun upaya pencarian yang luas dan survei dari setiap lokasi yang
direkam dari spesies, tidak ada individu dari R. rufum entah diamati atau mendengar.
Untuk R. Darwinii, namun ditemukan 26 daerah dengan masih ada katak di mana
spesies yang hadir dalam total 36 situs. Menggunakan model OLE dikembangkan
oleh Solow catatan penampakan menunjukkan bahwa spesies ini kemungkinan besar
menjadi punah di awal 1980-an. Metode OLE tidak memperhitungkan beberapa
penampakan di lokasi tertentu, meskipun mengasumsikan bahwa upaya penampakan
tidak pernah jatuh ke nol dalam intervensi tahun. Data yang diperoleh ditambah data
penelitian-penelitian sebelumnya dari Crump dan Veloso, menunjukkan bahwa
spesies ini telah menghilang dari, atau menurun pada beberapa lokasi. Misalnya, di
daerah terpencil Melimoyu, Crump 146 individu pada tahun 1998 dan 120 pada
tahun 1999 selama sesi lapangan dari 10 dan 16 hari masing-masing. Ini merupakan
penurunan populasi drastis selama 12 tahun terakhir di daerah selatan Chili.
Kelimpahan (abundansi) suatu jenis satwa menunjukan pada kualitas atau
juga persentase suatu jenis satwa dalam suatu lokasi tertentu dan pada waktu tertentu.
Metode yang digunakan dalam pendugaan abundansi adalah metode penandaan dan
penagkapan ulang (mark recapture). Metode CMR ini mendapatkan hasil sebanyak
648 R. darwinii berbeda (120 merenung laki-laki, 111 non-merenung laki-laki, 218
perempuan dan 199 remaja). Jumlah relatif lokal ditunjukkan pada tabel. Nilai pada
RAI untuk setiap populasi R. darwinii memberikan rata-rata 7,0 katak/populasi (95%
CI, 5,0-9,0). Perbedaan dalam kelimpahan antara empat wilayah geografis yang
ditemukan (satu arah ANOVA; F 3.32 = 8.32, P <0,001). Post-hoc perbandingan
mengungkapkan kelimpahan yang lebih tinggi dari katak di Chiloé jika dibandingkan
dengan Pantai, Andes dan populasi Selatan (Tukey HSD : P = 0,001, P = 0,008, P =
0,002 masing-masing). Perbedaan dalam kelimpahan sesuai dengan tingkat dampak
manusia ditemukan. Situs dengan tidak ada gangguan menunjukkan kelimpahan
tinggi katak bila dibandingkan dengan situs dengan gangguan antropogenik (Mann-
Whitney U-test; U = 57,0, P = 0,005). analisis capture-mark-recapture menunjukkan
variabilitas yang cukup besar dalam probabilitas deteksi antara situs (0,04-0,64 per
kunjungan), menunjukkan bahwa tingkat hati-hati diperlukan dalam menafsirkan
nilai-nilai RAI. Meskipun demikian, besarnya perbedaan RAI antara situs cukup
besar untuk memberikan keyakinan bahwa pola luas kelimpahan tinggi pada Chiloé
Pulau daripada di tempat lain adalah nyata, terutama untuk delapan lokasi di ketiga
selatan pulau. Analisis data ini menunjukkan bahwa semua situs yang dikunjungi
memiliki ukuran populasi di bawah 100, hal ini menunjukkan gambaran tentang
populasi yang terfragmentasi, kecil dan rentan.
IV. KESIMPULAN