Diktat Proteksi Sistem Tenaga PDF
Diktat Proteksi Sistem Tenaga PDF
Disusun oleh:
Ir. Zulkarnaen Pane, MT
Daftar Isi i
Bab 1 Pendahuluan 1
i
I. PENDAHULUAN
3. Mempersempit daerah yang terganggu sehinggga gangguan tidak melebar pada sistem
yang lebih luas
4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi kepada
konsumen
1
b. Faktor Internal
Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu sendiri.
Misalnya usia pakai (ketuaan), keausan dan sebagainya. Hal ini bisa mengurangi
sensitivitas rele proteksi, juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya.
c. Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi gangguan-gangguan yang berasal dari lingkungan sekitar
sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir.
2
Dua jenis gangguan yang pertama menimbulkan arus gangguan hubung singkat
simetris sedangkan empat jenis gangguan terakhir menimbulkan arus gangguan tidak
simetris.
3
2) Membuat koordinasi isolasi yang baik antara kekuatan isolasi peralatan dan
penangkal petir;
3) Menggunakan kawat tanah dan membuat tahanan pentanahan pada kaki menara
sekecil mungkin, serta selalu mengadakan pengecekan;
4) Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan
mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan karena binatang, polusi,
kontaminasi, dan lainnya;
5) Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan-
peraturan yangberlaku;
6) Menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur tata
cara operasional dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin;
7) Memasang lightning arrester untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat
sambaran petir.
CB F
800/5 A
20 kV
OCR
Gambar 1.1.
4
Pemutus Tenaga berfungsi untuk mengisolasi bagian yang terganggu dari
sistem yang sehat.
5
Gambar 1.3. Air Circuit Breaker
6
Gambar 1.5. Rele proteksi berbasis mikroprosessor
7
Gambar 1.7. Diagram skematik dari rele pada Gambar 1.5.
8
9
10
II. RELE PROTEKSI
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, misalnya adanya arus lebih,
tegangan lebih, dan sebagainya, maka perlu diambil suatu tindakan untuk mengatasi
kondisi gangguan tersebut. Jika dibiarkan, gangguan itu akan meluas ke seluruh sistem
sehingga bisa merusak semua peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi
hal tersebut, mutlak diperlukan suatu sistem pengaman yang andal. Salah satu komponen
yang penting untuk pengaman tenaga listrik adalah rele proteksi.
Rele proteksi adalah susunan piranti, baik elektronik maupun magnetik yang
direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan pada peralatan listrik yang
bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu muncul maka rele proteksi akan
segera otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit
breaker) agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal. Rele
proteksi dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan yang perlu diamankan dengan
mengukur atau membandingkan besaran-besaran yang diterimanya, misalnya arus
tegangan, daya, sudut fase frekuensi impedansi dan sebagainya sesuai dengan besaran
yang telah ditentukan. Alat tersebut kemudian akan mengambil keputusan seketika atau
dengan perlambatan waktu untuk membuka pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda
tanpa membuka pemutus tenaga. Pemutus tenaga dalam hal ini harus mempunyai
kemampuan untuk memutus arus hubung singkat maksimum yang melewatinya dan harus
mampu menutup rangkaian dalam keadaan hubungan singkat yang kemudian membuka
kembali. Disamping itu rele juga berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan macam
gangguannya. Berdasarkan data dari rele maka akan memudahkan kita dalam menganalisis
gangguannya.
11
3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain yang tidak
terganggu didalam sistem tersebut serta dapat beroperasi normal
Rele proteksi tidak mengantisipasi atau mencegah terjadinya gangguan yang pertama,
tetapi untuk gangguan berikutnya. Sebab rele proteksi bekerja hanya setelah terjadi
gangguan. Suatu pengecualian untuk rele Bucholf yang digunakan untuk proteksi trafo
daya. Rele ini bekerja karena terjadinya akumulasi gas yang terjadi di dalam minyak
transformator akibat panas yaang dibangkitkan dan dekomposisi isolasi minyak trafo atau
isolasi padat lainnya.
1. Kepekaan (Sensitivity)
Rele harus mempunyai mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap besaran minimal
(kritis) sebagaimana direncanakan. Rele harus dapat bekerja pada awal terjadinya
gangguan. Oleh karena itu, gangguan lebih mudah diatasi pada awal kejadian. Hal ini
memberi keuntungan dimana kerusakan peralatan yang harus diamankan menjadi kecil.
Namun demikian, rele juga harus stabil, artinya
a. Rele harus dapat membedakan antara arus gangguan atau arus beban maksimum
b. Pada saat transformator daya dihubungkan ke sistem, rele tidak boleh bekerja
karena adanya arus inrush, yang besarnya seperti arus gangguan, yaitu 3-5 kali arus
beban maksimum;
c. Rele harus dapat membedakan adanya gangguan atau ayunan beban.
2. Keandalan (Reliability)
Pada kondisi normal atau tidak ada gangguan, mungkin selama berbulan-bulan atau
lebih rele tidak bekerja. Seandainya suatu saat terjadi gangguan maka rele tidak boleh
gagal bekerja dalam mengatasi gangguan tersebut. Kegagalan kerja rele dapat
mengakibatkan alat yang diamankan rusak berat atau gangguannya meluas sehingga
daerah yang mengalami pemadaman semakin luas.
Rele tidak boleh salah kerja, artinya rele yang seharusnya tidak bekerja, tetapi
bekerja. Hal ini menimbulkan pemadaman yang tidak seharusnya dan menyulitkan analisa
12
gangguan yang terjadi. Keandalan rele proteksi ditentukan dari rancangan, pengerjaaan,
beban yang digunakan dan perawatannya.
3. Selektivitas (Selectivity)
Selektivitas berarti rele harus mempunyai daya beda terhadap bagian yang
terganggu, sehingga mampu dengan tepat memilih bagian dari sistem tenaga listrik yang
terkena gangguan. Kemudian rele bertugas mengamankan peralatan atau bagian sistem
dalam jangkauan pengamanannya. Tugas rele untuk mendeteksi adanya gangguan yang
terjadi pada daerah pengamanannya dan memberikan perintah untuk membuka pemutus
tenaga dan memisahkan bagian yang terganggu. Letak pemutus tenaga sedemikian rupa
sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisahkan. Dengan demikian bagian dari sistem
lainnya yang tidak terganggu jangan sampai dilepas dan masih beroperasi secara normal,
sehingga tidak terjadi pemutusan pelayanan. Jika terjadi pemutusan atau pemadaman
hanya terbatas pada daerah yang terganggu. Contoh zona proteksi rele ditunjukkan pada
Gambar 2.2.
13
Gbr. 2.2 Diagram satu garis suatu sistem yang menunjukkan zona proteksi
4. Kecepatan Kerja
Rele proteksi harus dapat bekerja dengan cepat. Namun demikian, rele tidak boleh
bekerja terlalu cepat (kurang dari 10 ms). Disamping itu, waktu kerja rele tidak boleh
melampaui waktu penyelesaian kritis (critical clearing time). Pada sistem yang besar atau
luas, kecepatan kerja rele proteksi mutlak diperlukan karena untuk menjaga kestabilan
sistem agar tidak terganggu.
5. Ekonomis
Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan rele proteksi adalah
masalah harga atau biaya. Rele tidak akan diaplikasikan didalam sistem tenaga listrik, jika
harganya sangat mahal. Persyaratan reliabilitas, sensitivitas, selektivitas, dan kecepatan
kerja rele tidak menyebabkan harga rele tersebut menjadi mahal.
2.4. Terminologi
Ada beberapa istilah (terminologi) yang perlu diketahui diantaranya adalah:
a. Rele adalah sebuah alat yang bekerja membuka dan menutup secara automatis
karena beroperasinya peralatan lain dibawah pengaruh besaran listrik,
14
b. Rele proteksi adalah sebuah alat listrik yang bekerja secara automatis mendeteksi
keadaan abnormal dalam rangkaian listrik dan memberikan sinyal ke PMT untuk
mengisolasi bagian yang terganggu. Dalam beberapa hal rele proteksi hanya cukup
memberikan alarm atau nyala lampu,
c. Waktu kerja rele (operating time) adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah rele
proteksi sesaat setelah terjadi gangguan sampai output rele menutup kontaknya,
d. Setting adalah suatu nilai besaran yang ditetapkan sebelumnya agar rele bekerja
pada nilai tersebut,
e. Pick-up, suatu rele dikatakan pick-up apabila kontak output rele bergerak dari
posisi off ke posisi on. Nilai dari besaran perubahan minimum pada karakteristik
ini disebut nilai pick-up,
f. Dropout atau reset, sebuah rele dikatakan dropout apabila kontak outputnya
bergerak dari posisi on ke posisi off,
g. Proteksi utama (main protection) adalah suatu proteksi yang pertama kali
mengamankan begitu ada gangguan di daerah proteksinya,
h. Rele cadangan (Backup relay) adalah sebuah rele yang bekerja setelah beberapa
saat rele utama gagal bekerja,
i. Burden adalah daya yang diperlukan untuk mengoperasikan rele, dinyatakan dalam
volt amper (VA)
15
III. RELE ARUS LEBIH
Rele arus lebih merupakan suatu rele yang bekerjanya berdasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu. Rele arus lebih dikategorikan menjadi 3, yaitu
1) Rele arus lebih seketika (instantaneous over-current relay),
2) Rele arus lebih dengan karakteristik tundaan waktu yang tidak tergantung
pada besarnya arus gangguan (definite time over current relay), dan
3) Rele arus lebih dengan karakteristik tundaan waktu terbalik (inverse time
over current relay).
Th
R1 T2
C1 to control circuit CB
Input from CT T1
D
AR
Pe
C2 R2
Aux transformer
Or transactor
16
pada resistor R2 diratakan oleh kapasitor C2. Transistor T1 (npn) dan transistor T2 (pnp)
dalam keadaan off. Apabila tegangan basis T1 melebihi nilai pickup yang telah diset
melalui potensiometer Pe, maka T1 akan bekerja sehingga menyebabkan T2 dan rele output
AR akan bekerja pula. Thermistor Th pada kolektor T1 dimaksudkan sebagai kompensasi
suhu, sedangkan diode D sebagai pengaman rele output Tr. Besarnya arus pickup dapat
diatur melalui tap-tap transformator bantu dan potensiometer Pe.
Pada rele diatas ada kemungkinan terjadi sensitivitas yang berlebihan
(oversensitivity) pada saat terjadi arus gangguan transient dengan komponen-komponen
arus searah. Hal ini dapat dicegah dengan membuat transformator bantu (auxiliary
transformer) menjadi jenuh diatas nilai pick-up. Juga filter transient R1C1 diatas akan
mengurangi terjadinya oversensitivity.
50
10
Waktu kerja dalam
3
a. waktu tertentu
detik
b. waktu terbalik
0.1
1 10 20 100
Multiples of Plug Setting
Gambar 3.2. Karakteristik Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu
17
Perbedaan mendasar antara rele arus lebih dengan tundaan waktu tertentu terhadap
rele arus lebih jenis inverse adalah pada pengisian kapasitor yang digunakan. Waktu
operasi dari rele arus lebih jenis definite time adalah tetap dan tidak tergantung pada
besanya arus gangguan. Fungsi dari arus input hanya untuk mengisi muatan kapasitor,
sesudah itu rangkaian akan bekerja untuk membuka pemutus tenaga. Dengan kata lain arus
masukan pada rele jenis definite time hanya mengontrol atau membandingkan dengan
besarnya arus pickup-nya, sedangkan pada rele jenis inverse arus masukan mengendalikan
tidak hanya arus pickup, tetapi juga tingkat tegangan pengisian kapasitor sehingga waktu
kerjanya tergantung pada besarnya arus masukan.
Aux CT
Gambar 3.3. Blok Diagram Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Tertentu
R2 R4
+ Vc
R5
R3
P1 T2
Arus T3
to control circuit CB
masukan R1 R6
T1 C AR
D
P2
Gambar 3.4. Rangkaian Lengkap Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Tertentu
Arus masukan bolak-balik diubah menjadi tegangan searah melalui suatu CT bantu
(auxiliary CT) atau transactor dan penyearah jembatan. Tegangan ini kemudian
diumpankan ke transistor T1 melalui resistor R2. Pada kondisi normal, transistor T1 (npn)
18
dalam keadaan konduksi (konduksi) karena adanya bias dari catu tegangan melalui resistor
R4 – ini akan menghubungsingkatkan kapasitor C. Pada saat arus masukan melebihi nilai
setelan yang telah ditentukan oleh potensiometer P1 maka sambungan base- emitter T1
reverse biased sehingga T1 menjadi OFF. Pada kondisi ini kapasitor C mulai mengisi
muatan dari tegangan suplai melalui resistor R3. Pada saat tegangan kapasitor melebihi
tegangan emitter T2, sebagaimana telah ditentukan atau diatur oleh potensiometer P2, maka
transistor T2 konduksi dan akan menggerakkan T3 untuk konduksi pula dan selanjutnya
akan membuat rele output AR akan bekerja.
Pada saat arus masukan menurun maka dengan segera T1 konduksi dan melepaskan
muatan kapasitor C sehingga rangkaian direset dengan cepat. Dioda reverse-biased D
berfungsi untuk mengamankan transistor dari tegangan induksi yang cukup tinggi akibat
induktansi kumparan rele output. Disini potensiometer P1 berperan sebagai Plug setting
multipier (PMS) dan potensiometer P2 berperan sebagai Time multiplier setting (TMS).
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa pengisian kapasitor dilakukan oleh tegangan
suplai bantu, sedangkan arus masukan hanya menentukan/mengendalikan kondisi pickup
dari rele.
R1 P1 R4 R6 R7
T3
R2 C T1
R5
Arus
masukan P3 AR D
R3
Pada saat besar arus masukan bolak-balik rendah, transistor T1 dalam keadaan
konduksi sehingga menghubungsingkatkan kapasitor C. Apabila arus masukan melebihi
nilai settingnya yang diatur melalui potensiometer P2 dan taping pada sekunder
transformator, maka transistor T1 terbuka (off) sehingga kapasitor C terisi muatannya dari
19
arus masukan (melalui tegangan yang dibangkitkan pada resistor R2 ) melalui resistor R1
dan potensiometer P1. Pada saat tegangan kapasitor tersebut melebihi besarnya tegangan
yang disetting melalui potensiometer P3, maka transistor T2 konduksi sehingga transistor
T3 juga konduksi, yang selanjutnya menyebabkan rele output AR bekerja.
Pada rele ini Plug setting multiplier dilakukan melalui taping pada sekunder
transformator dan potensiometer P2. Time multiplier setting (TMS) ditentukan oleh
potensiometer P1 dan P3.
Rele diatas merupakan rangkaian dasar untuk rele arus lebih dengan tundaan waktu
terbalik. Untuk rele arus lebih jenis very inverse dan extremely inverse bisa diperoleh
dengan memodifikasi rangkaian pengisian kapasitor, yakni dengan menghubungkan suatu
dioda zener atau resistor peka tegangan (voltage sensitive resistor) pada R1 yang akan
memodifikasi karakteristik penundaan waktu.
Meskipun teknologi dibidang rele static telah mengalami kemajuan yang begitu
pesat, namun pemakaian rele arus lebih jenis magnetic atau mekanik masih banyak
digunakan, terutama di Indonesia.
20
t10
Normal Inverse (N) 0,02 0,14 3,0 s
Very Inverse (V) 1,0 13,5 1,5 s
Extremely Inverse (E) 2,0 80,0 0,8 s
Dimana t10 menyatakan tundaan waktu kerja rele untuk besarnya arus masukan
sama dengan 10 kali nilai setelan arus rele (I>) dan dengan setelan skala pengali waktu
k = 1.
Gambar 3.6.a Karakteristik Normal Inverse. Apabila arus masukan (energizing current) melebihi
22…23 kali setelan I>, maka rele akan mengikuti karakteristik tundaan waktu independent.
21
Gambar 3.6.b Karakteristik Very Inverse. Apabila arus masukan (energizing current) melebihi
22…23 kali setelan I>, maka rele akan mengikuti karakteristik tundaan waktu independent.
22
Gambar 3.6.c Karakteristik Extremely Inverse. Apabila arus masukan (energizing current)
melebihi 22…23 kali setelan I>, maka rele akan mengikuti karakteristik tundaan waktu
independent.
23
3.4. Pemasangan Rele Arus Lebih
Rele arus lebih merupakan rele yang banyak digunakan pada komponen-komponen
sistem tenaga listrik, yaitu mulai dari generator, transformator tenaga pada transmisi, bus
bar, saluran transmisi sampai pada saluran distribusi. Untuk pengamanan terhadap hubung
singkat pada generator, transformator, atau jaringan dengan pentanahan melalui
impedansi, rele dipasang pada dua fasa. Sedangkan untuk pentanahan langsung diperlukan
rele arus lebih untuk ketiga fase.
Rele arus lebih berfungsi untuk merasakan adanya arus lebih karena gangguan
hubung singkat dan kemudian memberi perintah kepada PMT untuk membuka. Rele arus
lebih ini pada umumnya digunakan pada sistem tegangan rendah sampai tegangan tinggi.
24
IV. RELE TEGANGAN
4.1. Pendahuluan
Salah satu hal yang harus dihindari pada pengoperasian peralatan listrik ialah
kelebihan tegangan (overvoltage) ataupun kekurangan tegangan (undervoltage).
Kelebihan tegangan hampir dapat dipastikan akan merusak setiap peralatan listrik. Hal ini
umumnya akan menyebabkan timbulnya panas yang belebihan sehingga dapat
menyebabkan terbakarnya peralatan listrik tersebut. Sebaliknya, kekurangan tegangan
belum tentu merusak peralatan listrik. Pada beberapa peralatan listrik seperti lampu pijar
ataupun peralatan lain yang bersifat resistip, kekurangan tegangan tidak akan
membahayakan peralatan tersebut. Tetapi bagi beberapa peralatan lain seperti motor
induksi, kekurangan tegangan dapat menyebabkan faktor daya (cos-) yang terlalu rendah.
Hal ini akan menyebabkan arus peralatan tersebut terlalu besar, sehingga menimbulkan
panas yang berlebihan dan pada akhirnya akan merusak peralatan tersebut. Untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ini maka suatu panel distribusi tegangan rendah
umumnya dilengkapi dengan rele tegangan yang berfungsi untuk memantau tegangan
busbar. Jika nilai tegangan ini keluar dari batas-batas aman maka rele ini akan membuka
CB utama sehingga catuan daya ke panel tersebut akan diputus.
25
D7
T2
C1 R2 D4 R5 C2
VB
D2 VR2 +
+12V
A2
- N3 D6 RL2
R4
R8
Q2
R9
INPUT
C1 R2
220V
D2
26
Selanjutnya tegangan ini ditapis oleh kapasitor C1 untuk menghilangkan kerut (ripple).
Besarnya tegangan jepit dari C1 adalah :
I DC
VC1 Vm – (4.1)
4fC
dimana
VSEK : tegangan sekunder trafo
IDC : arus beban
f : frekuensi jala-jala
C : kapasitansi C1
Sebelum diteruskan ke rangkaian pembanding, tegangan ini disesuaikan oleh tahanan R1
dan R2 yang membentuk rangkaian pembagi tegangan resisitip. Besarnya tegangan yang
diterima pembanding adalah :
R2
VS = . VC1 (4.3)
R1 R2
R3
+
A1
VA
VR1 -
VS KE
RANGKAIAN
TUNDA
27
Penguat A1 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan tak
membaliknya (non-inverting input) dengan tegangan acuan VA yang dihubungkan ke
masukan membaliknya (inverting input). Tegangan acuan VA adalah ambang tegangan
maksimum yang diperkenankan. Tegangan ini diperoleh dari kontak geser (wiper)
potensiometer VR1. Jika VS > VA maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga
tegangan keluaran A1 akan mendekati tegangan catu, yaitu 12VDC. Sebaliknya jika VS <
VA maka keluaran A1 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati
nol.
Penguat A2 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan
membaliknya dengan tegangan acuan VB yang dihubungkan ke masukan tak membaliknya.
Tegangan acuan VB adalah ambang tegangan minimum yang diperkenankan. Tegangan
ini diperoleh dari kontak geser potensiometer VR2. Jika VS < VB maka keluaran A1 akan
jenuh positip sehingga tegangan keluaran A2 akan mendekati tegangan catu. Sebaliknya
jika VS > VB maka keluaran A2 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan
mendekati nol. Oleh karena itu agar tegangan keluaran dari penguat A1 dan A2 mendekati
nol maka besarnya tegangan VS haruslah :
Nilai tahanan R3, R4, VR1 dan VR2 ditentukan sedemikian rupa agar kisar
pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan dari 220V hingga 240V dan kisar
pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan dari 200V hingga 220V.
D4 R5 C2
DARI
KELUARAN
A2 N3
KE
PENGGERAK
RELE RL2
28
Rangkaian tunda ini terdiri dari VR3, C2 dan N1. Jika bernilai tinggi, keluaran penguat
A1 dan A2 masing-masing akan meng-enable gerbang N2 dan N3. Selain itu, kedua
keluaran ini juga akan mengisi kapasitor C2 melalui dioda D3 dan D4 dan VR3.
Kapasitor C2 ini berfungsi untuk menunda pengaktipan (enable) gerbang-gerbang
N2 dan N3 melalui gerbang N1. Ketiga gerbang ini adalah gerbang AND dari keluarga
CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor). Tujuan penggunaan CMOS adalah
untuk mendapatkan nilai hambatan masukan yang mendekati tak terhingga agar tidak
membebani kapasitor C2. Lamanya tundaan waktu adalah sama dengan waktu yang
dibutuhkan untuk mengisi kapasitor C2 agar tegangan jepitnya mencapai tegangan ambang
(treshold) logika tinggi dari gerbang N1. Lamanya tundaan waktu dapat dinyatakan
sebagai :
Dengan mengatur nilai VR3 maka tundaan waktu ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
DARI D5 RL1
KELUARAN
N2
R6
Q1
R7
+12V
DARI D6 RL2
KELUARAN
N3
R8
Q2
R9
29
Jika keluaran A1 bernilai tinggi pada akhir tundaan waktu ini maka keluaran gerbang N2
akan tinggi sehingga memberikan arus basis pada transistor Q1. Besarnya arus basis ini
adalah :
dimana
VOH : Tegangan keluaran logika tinggi N2
VBE : Tegangan basis-emiter Q1
Hal ini akan menyebabkan Q1 menghantar sehingga pada kolektornya akan mengalir arus
sebesar :
IC = hFE.IB (4.7)
dimana hFE adalah faktor penguatan arus searah dari transistor yang digunakan. Arus
kolektor ini akan menyebabkan rele RL1 bekerja.
Sebaliknya jika keluaran A2 yang bernilai tinggi pada akhir tundaan waktu ini
maka keluaran gerbang N3 yang akan tinggi sehingga memberikan arus basis pada
transistor Q2. Hal ini akan menyebabkan Q2 menghantar sehingga rele RL2 yang akan
bekerja.
Dengan demikian maka akan tersedia satu kontak untuk tegangan lebih dan satu
kontak untuk tegangan kurang. Untuk mendapatkan sinyal yang menyatakan keduanya
maka untuk rele-rele RL1 dan RL2 dapat digunakan rele dengan dua kontak, dimana kedua
kontak tersebut dihubungkan paralel atau seri, tergantung pada kebutuhan.
30
pasangan dioda D7 dan D8 yang membentuk penyearah gelombang penuh, untuk
selanjutnya ditapis oleh kapasitor C3 untuk menghilangkan kerut. Tegangan yang
dihasilkan masih dipengaruhi oleh pembebanan. Oleh karena itu untuk menstabilkan
tegangan ini digunakan regulator seri berupa suatu rangkaian terpadu atau IC (integrated
circuit) tipe LM7812.
D7
T2
+12V
IC1
D8
7812
C3 C4 C5 C6
dimana
PD : disipasi daya
VIN : tegangan masukan regulator
IL : arus beban
Disipasi daya ini akan diubah menjadi panas. Agar regulator tidak menjadi terlalu panas
maka panas ini harus dibuang dengan menggunakan pendingin atau heatsink. Agar daya
yang hilang tidak terlalu banyak maka VIN harus dibuat serendah mungkin, namun dapat
mengantisipasi turun naiknya VIN disebabkan oleh perubahan arus beban dan turun
naiknya tegangan jala-jala.
Keluaran dari regulator ini ditapis lebih lanjut oleh kapasitor C6 untuk
menghiangkan kerut sehingga pada keluaran regulator akan diperoleh tegangan searah
sebesar +12VDC yang benar-benar stabil dan bebas kerut.
Kapasitor C4 dan C5 berfungsi untuk menjamin agar IC regulator tidak berosilasi,
sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
31
V. RELE DIFERENSIAL
5.1. Pendahuluan
2 Prinsip Kerja
Rele differensial bekerja berdasarkan perbedaan arus pada kedua sisi peralatan
yang dilindungi. Dalam kondisi kerja normal atau terjadi gangguan di luar daerah
perlindungan, arus sekunder trafo arus di kedua sisi generator adalah :
I1 - I 2 = 0 (5.1)
Sedangkan untuk gangguan di dalam daerah yang dilindunginya, arus yang
mengalir adalah :
I1 - I 2 = I f (5.2)
dimana If adalah arus gangguan yang terlihat dari sisi sekunder trafo arus tersebut.
Perlu disadari bahwa karena kesalahan pada trafo arus, persamaan di atas tidak akan
sepenuhnya benar dalam praktek. Untuk memperhitungkan ketidak telitian ini, dapat
dipilih nilai arus I p yang rendah, sehingga untuk keadaan sistem yang normal dan untuk
32
GENERATOR
P1 P2 P2 P1
I1 I2
S1 S2 S2 S1
I1 I2
B1 B2
I 1 – I2 O
O = Operating Coil
B = Bias Coil
Oleh karena itu, prinsip kerja rele tersebut dapat didefinisikan dengan :
Dari Gambar 5.1 dapat kita lihat bahwa arus yang melalui operating coil adalah I1 – I2, dan
rele itu akan melindungi gulungan generator dengan mengoperasikan circuit breaker.
Seringkali kesalahan trafo arus akan bertambah dengan meningkatnya nilai I1 dan I2.
Untuk hal semacam ini, masih mungkin untuk membuat nilai I p tergantung pada harga
rata-rata dari I1 dan I2. Suatu rele dapat dirancang menurut model ini sehingga prinsip kerja
untuk rele ini menjadi :
k I1 I 2
I1 I 2 ....................... bekerja (5.7)
2
k I1 I 2
I1 I 2 ....................... bertahan (5.8)
2
33
Rele semacam ini dikenal sebagai rele differensial persentase. Arus (I1 + I2)/2 = Iv
dinamakan arus penahan (restraining current), dan arus (I1 – I2) = ID adalah arus kerja
(tripping current) dari rele tersebut.
34
Disamping untuk proteksi generator, rele diferensial juga digunakan untuk proteksi
transformator daya. Transformator daya biasanya dilengkapi dengan setelan cabang
(tap) yang dapat diubah, yang memungkinkan tegangan sekundernya dapat diatur dalan
daerah tertentu. Pengaturan ini biasanya dapat diubah dalam beberapa langkah kecil dalam
daerah 10 persen dari perbandingan lilitan nimonal N1/N2. Jika setelan cabang
menghasilkan perbandingan gulungan yang tidak normal, relenya akan melihat arus
diferensial pada saat keadaan beban normal. Untuk mencegah kerja yang tidak semestinya,
dalam hal ini harus digunakan rele diferensial persentase.
35
sedemikian rupa sehingga arus saluran sekunder CT seperti yang terlihat oleh rele adalah
sama dalam keadaan normal (tanpa gangguan). Hubungan sudut fasa yang benar dperoleh
dengan menyambungkan CT pada sisi wye dari transformator dalam delta, dan yang pada
sisi delta dari transformator daya dalam wye. Dengan cara ini, sambungan CT meniadakan
pergeseran fasa yang ditimbulkan oleh transformator daya yang dihubungkan Y/ .
5.3. Karakteristik
Karakteristik bias yang ideal dari rele ditunjukkan pada Gambar 5.4. Terdapat tiga
daerah operasi pada karakteristik tersebut :
a. Rentangan bagian pertama meliputi Iv = 0 sampai dengan Iv = 0,5.IN. Besarnya arus
differensial yang diperlukan untuk mengoperasikan rele adalah konstan, yaitu sama
dengan setelan dasar ‘p’ pada rele.
b. Rentangan bagian kedua meliputi Iv = 0,5.IN sampai dengan Iv = 2,5.IN, derajat
stabilisasi dapat diatur melalui pengaturan setelan bias ‘s’ pada rele. Jadi dengan
adanya setelan s, besarnya arus diferensial yang dapat mengoperasikan rele ditentukan
oleh berbagai harga arus bias Iv.
c. Rentangan bagian ketiga meliputi Iv > 2,5.IN, derajat stabilisasi adalah konstan dan
100%, maksudnya kenaikan tertentu dari arus bias Iv menyebabkan arus kerja rele pun
naik dengan kenaikan yang sama dengan arus bias Iv.
I
D
I
N ID = DIFFERENCE CURRENT
IV = BIAS CURRENT I'
3
IN = RELAY RATED CURRENT
I’D
D
.100% 100 %
I'
N
I’V
IV
I
ID 2 S
D
. 100%
1
I I
P D
100% N
I
N
1
2
3
36
5.4. Setelan Rele
setelan ini menyatakan operating level dari rele dalam rentangan bagian pertama dari
karakteristik ideal rele. Harga p dapat diatur dari 10 sampai 25 persen dari arus rating
rele (IN).
37
VI. RELE URUTAN FASA NEGATIF
6.1. Pendahuluan
Rele ini digunakan untuk proteksi generator dan motor-motor besar terhadap kerusakan
dan tekanan thermis yang diakibatkan oleh keadaan sistem yang tidak seimbang.
Kemampuan suatu generator untuk dialiri oleh arus urutan negatif secara kontinu
berbeda satu sama lain tergantung kepada konstruksi rotor, ukuran mesin dan sistem
pendinginannya.
38
Gbr. 6.1. Block Dan Connection Diagram Rele Urutan Fasa Negatif
Apabila komponen urutan fasa negatif ini melebihi nilai setelan k2 maka rele akan
diaktifkan dan starting output relay, terminal 11-15-19, akan bekerja (picks-up). Pada saat
yang sama rele mulai mengisi suatu digital accumulator, dimana kecepatan pengisiannya
berbanding langsung dengan harga kwadrat besar arus urutan negatif yang sebenarnya.
Apabila isi dari accumulator ini sama atau melebihi suatu harga tertentu, sesuai dengan
setelan k1, maka rele akan bekerja, yaitu output relay, terminal 4-8-12 dan 10-14-18 akan
bekerja dan indikator T akan menyala. Kemudian apabila besarnya arus urutan fasa negatif
menurun di bawah nilai setelan k2, starting output relay, terminal 11-15-19, dan delayed
output relay, terminal 4-8-12 dan 10-14-18 akan drops off. Jika rele sudah dalam kondisi
reset, accumulator yang menentukan waktu kerja rele akan mulai dikosongkan dengan
kecepatan pengosongan yang linier. Waktu pengosongan ini ditentukan oleh setelan tp. jadi
accumulator tidak langsung dikosongkan apabila rele telah reset.
39
6.3. Karakteristik
Waktu kerja (Operating Time) dari rele dinyatakan oleh persamaan berikut ini :
k1
t = 2 2
I 2 k2
I 100
N
Seperti dapat dilihat dari persamaan di atas, waktu kerja dari rele adalah fungsi
kuadrat I2, kuadrat k2 dan konstanta k1, sehingga dengan demikian rele ini mempunyai
karakteristik waktu terbalik (Inverse Time Characteristic) seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6.2. Tetapi karakteristik arus-waktu terbalik itu hanya berlaku untuk tingkat arus
urutan negatif I2/IN 0,7 saja. Untuk arus I2 yang lebih besar lagi, waktu kerja rele tidak
lagi ditentukan oleh persamaan di atas, tetapi oleh tundaan waktu yang tertentu yang
nilainya tergantung kepada setelan k1.
40
Gbr. 6.2. Karakteristik Rele Arus Urutan Fasa Negatif
Apabila arus urutan negatif hanya sedikit melebihi setelan k2, waktu kerja rele
akan sangat lama. Untuk membatasi waktu kerja rele tersebut, rele dilengkapi dengan
suatu rangkaian pembatas waktu, yang akan mengoperasikan rele setelah 1200 detik atau
20 menit terhitung rele mulai diaktifkan.
41
Gbr. 6.3. Setelan Rele Arus Urutan Fasa Negatif
c. Setelan k1 : konstanta mesin, adalah kemampuan I22t dari mesin (Tabel 6.1) yaitu
menyatakan kemampuan rotor untuk menerima tambahan panas yang ditimbulkan
oleh arus urutan negatif. Setelan k1 ini menentukan waktu kerja rele pada kondisi arus
gangguan berbahaya yaitu pada keadaan :
I2
0,7
IN
Tabel 6.1
Kondenser Sinkron 30
42
VII. RELE DAYA BALIK
7.1. Pendahuluan
Rele Daya Balik digunakan untuk perlindungan generator dan penggerak mulanya
terhadap aliran daya balik jika penggerak mulanya mengalami gangguan sehingga dapat
dicegah generator berfungsi sebagai motor.
Rele daya balik mengukur tegangan fasa ke netral dan arus pada fasa yang sama.
Pengukuran daya dan penentuan arah aliran daya didasarkan pada perkalian arus fasa dan
factor daya yaitu I x cos . Rele menganggap tegangan sebagai suatu konstanta dan
perubahan pada level tegangan hanya akan mempengaruhi keakuratan dari pengukuran
I x cos .
Setelan daya rele di set sebagai suatu nilai perbandingan terhadap rating daya rele
yaitu P/PN yang dinyatakan dalam persen. Setelan rele akan akurat sepanjang tegangan
masukan ke rele sama dengan rating tegangan rele. Jika tegangan masukan rele berbeda
dengan rating tegangannya setelan rele harus dikoreksi dengan suatu faktor k.
Rele akan mulai start apabila daya melebihi nilai setelannya dan daya mengalir
pada arah yang diukur oleh rele, atau
I . cos . U N .100%
P
% (6.1)
IN . U N PN
UN = tegangan nominal
IN = arus nominal
43
U sebagai generator
I cos P
% (setting)
P
N
7.3. Pemasangan
Rele Daya Balik dilengkapi dengan dua masukan, satu untuk arusa fasa yaitu masukan 2-6,
satu lagi untuk tegangan fasa ke netral yaitu masukan 1-5 seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 7.2. Rating tegangan masukan adalah 100/ 3 Volt dan rating arusnya adalah 1A
untuk rele PBSP 1G1 J3 dan 5A untuk rele PBSP 1G5 J3. Tegangan suplai bantu diberikan
ke rele melalui terminal 16 dan 20.
Rele akan beroperasi (picks up) setelah tundaan waktu yang telah ditentukan
dicapai. Sinyal pemutusan dari rele diperoleh dari dua tahap keluaran. Keluaran tahap
pertama (terminal 11-15 dan 10-14-18) dipergunakan untuk sinyal pemutusan Circuit
Breaker generator dan shut down valve dari penggerak mula, sedangkan tahap kedua
(terminal 8-12 dan 9-13) digunakan sebagai cadangan.
44
Gbr. 7.2. Block Dan Connection Diagram Rele Daya Balik
7.4. Karakteristik
Karakteristik kerja dari rele daya balik diperlihatkan pada Gambar 7.1. Apabila penggerak
mula dari generator mengalami gangguan, aliran daya generator berbalik arah, jadi
generator mulai bekerja sebagai motor. Kalau daya yang diterima atau diserap oleh
generator dalam situasi ini melebihi setelan rele, maka rele daya balik akan bekerja.
45
7.5. Setelan Rele
Batasan operasi P dalam persen terhadap rating daya PN dapat disamakan dengan
“rating daya rele” yang ditetapkan oleh rating tegangan rele UN dan rating arus rele IN. Jadi
tegangan masukan dan arus masukan sebenarnya harus dipertimbangkan apabila rele akan
disetel.
CONTOH PENYETELAN :
Suatu generator dengan rating PN = 40 MW dan UN = 10 kV dilengkapi dengan sebuah
rele daya balik yang akan bekerja pada daya balik sebesar 3%. Perbandingan transformasi
dari trafo instrumen adalah 3000/5 A dan 10000 : 3 / 100 : 3 . Tentukan setelan batas
daya rele.
Penyelesaian
46
P PN 40 . 106
. 3% . 3% = 2,3 %
% PN IN . UN . 3 3 .103 .104 . 3
Catatan :
Jika rele diberi masukan dari trafo tegangan dengan rating sekunder 110/ 3 V atau
lainnya, perhitungan untuk penyelesaian diatas harus dikoreksi dengan suatu faktor k yang
dinyakan sebagai :
U
k =
UN
dimana :
P 110 : 3
k = . 2,3 % 2,5 %
PN 100 : 3
47
VIII. TEORI UMUM RELE JARAK
8.1 UMUM
Pada umumnya, fungsi daripada rele adalah untuk membedakan antara kondisi normal dan
kondisi gangguan sehingga dapat mengirimkan sinyal ketika gangguan tersebut terjadi. Rele
bekerja dengan mengukur perbedaan fungsi – fungsi yang ada (contoh : arus dan tegangan) dan
membandingkan di antara keduanya atau dari beberapa input yang berbeda, atau juga
membandingkan secara sederhana satu fungsi quantitas dengan nilai harga standarnya. Ada
beberapa pembanding (komparator) yang berbeda. Dua komparator yang umum digunakan adalah
komparator amplitudo dan phasa. Hubungan antara amplitudo dan phasa tergantung pada kondisi
sistem dan nilai sebelum gangguan dari hubungan ini, indikasi dari tipe tersebut dan lokasi
gangguan.
Untuk memperoleh persamaan umum dari komparator, dimisalkan konfigusai logika dari
rele diperoleh dari dua besaran dan sebuah komparator seperti pada Gambar 8.1(a), dengan
memisalkan S1 dan S2 sebagai sinyal input sehingga diperoleh :
S1 k1A k 2 B (8.1)
S1 k 2 A k 3 B (8.2)
dimana k1, k2, k3, dan k4 didisain konstan, dalam bentuk bilangan komplek dapat ditulis sebagai
berikut :
pada Gambar 2.1(b) terlihat diagram phasor. S1 dan S2 adalah input dari komparator yang
menghasilkan sinyal pengetripan (operasi) ketika S2 S1 pada modus perbandingan amplitudo.
A
+
S1
B
+
Trip
Komparator
+ Signal
+ S2
(a)
48
k4B
S2
S1
k2B
k1A
Reference axis
k3A
(b)
Gambar 8.1. Penggambaran umum komparator: (a) Blok Diagram; (b) Diagram Phasor
karena itu, modul – modul rele akan mengalami kesetimbangan pada threshold operation,
sehingga S1 S2 atau perbedaan sudut phasa antara kedua besaran tersebut, sehingga threshold
k 2
1 k 32 A 2 k1k 2 k 3 k 4 A B cos k 22 k 24 B 0
2 2
(8.6)
jika dibagi dengan k 22 k 24 A , 2
2
B B k k k 3k 4 k12 k 32
2 1 22 cos 2 2 0
(8.7)
A A k 2 k 24 k2 k4
2 0 cos 02 r 2
2
(8.8)
dimana :
49
B j
e (8.9)
A
k k k 3k 4
0 1 22 0 e j (8.10)
k2 k42
k 1k 4 k 2 k 3
r (8.11)
k12 k 32
Persamaan (8.8) memperlihatkan persamaan dari sebuah lingkaran dengan jari – jari r dan titik
tengah berlokasi pada 0 pada kurva , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.1, berkoordinat
pada 0 cos dan j 0 sin atau dapat ditulis sebagai p dan jq, sehingga persamaan (8.6) jika
2 0 cos 02 r 2
2
(8.12)
dimana :
B j
e (8.13)
A
k k k 3k 4
0 1 22 (8.14)
k 2 k 24
k 1k 4 k 2 k 3
r (8.15)
k12 k 32
q
plane
0
0 p
Gambar 8.2. Karakteristik Threshold dari komparator yang diplot pada kurva-
50
q
plane
0
0 p
Gambar 8.3. Karakteristik Threshold dari komparator yang diplot pada kurva-
Persamaan (8.12) menunjukkan persamaan dari lingkaran dengan jari – jari r dan titik tengah pada
0 pada kurva-, seperti pada Gambar 8.3, memiliki koordinat di 0 cos dan j 0 sin
S1 S1 e j1 (8.16)
S2 S2 e j2 (8.17)
S1 dan S2 bernilai maksimum ketika kedua phasor sefasa, sehingga pada threshold operation
berlaku :
1 2 90 (8.18)
tan 1 2 (8.19)
tan 1 tan 2
(8.20)
1 tan 1 tan 2
51
atau
1
tan 1 (8.22)
tan 2
nilai tan 1 dan tan 2 dapat dihitung dari Persamaan (8.3) dan (8.4) sehingga diperoleh :
k1 A sin k 2 B sin
tan 1 (8.23)
k1 A cos k 2 B cos
k 3 A sin k 4 B sin
tan 2 (8.24)
k 3 A cos k 4 B cos
jika disubsitusikan Persamaan (8.23) dan (8.24) ke dalam Persamaan (8.22), diperoleh :
atau
2
jika dibagi dengan k 2 k 4 A
2
B B k 1k 4 k 2 k 3 k1k 3
cos 0 (8.27)
A A k 2k 4 k 2k 4
2 0 cos 02 r 2
2
(8.28)
dimana :
k1k 4 k 2 k 3
0 (8.29)
2k 2 k 4
k 1k 4 k 2 k 3
r (8.30)
2k 2 k 4
Persamaan (8.28) menunjukkan persamaan sebuah lingkaran dengan jari – jari r dan titik tengah
berlokasi di 0 pada kurva- dan berkoordinat di 0 cos dan j 0 sin atau dapat ditulis
52
2 0 cos 02 r 2
2
(8.31)
dimana :
k1k 4 k 2 k 3
0 (8.32)
2k1k 3
k 1k 4 k 2 k 3
r (8.33)
2k1k 3
Persamaan (2.31) menunjukkan persamaan dari lingkaran dengan jari – jari r dan titik tengah pada
jq. Tabel 2.1 menunjukkan nilai dari r dan 0 untuk komparator amplitudo dan phasa untuk kurva-
, sama halnya dengan Tabel 2.2 yang menunjukkan nilai dari r dan 0 untuk komparator
amplitudo dan phasa untuk kurva-.
Tabel 8.1. Nilai R dan 0 dari komparator Amplitudo dan Phasa dari kurva-
k1k 4 k 2 k 3 k1k 4 k 2 k 3
r
k 22 k 24 2k 2 k 4
k1k 2 k 3 k 4 k 1k 4 k 2 k 3
0
k 22 k 24 2k 2 k 4
Tabel 8.2. Nilai R dan 0 dari komparator Amplitudo dan Phasa dari kurva-
k1k 4 k 2 k 3 k1k 4 k 2 k 3
r
k12 k 32 2k1k 3
k1k 2 k 3 k 4 k 1k 4 k 2 k 3
0
k12 k 32 2k1k 3
53
8.4 Persamaan Umum Rele
Rele pada umumnya, sedikitnya satu dari konstanta k1, k2, k3, dan k4 adalah bernilai nol
dan dua daripadanya bernilai sama, sehingga menjadi lebih sederhana. Jika tidak lebih dari dua
jumlah konstanta yang dilibatkan, maka dapat dituliskan persamaan torsi umum dari rele :
T k a A k b B k c A B cos k s
2 2
(8.33)
dimana : ka, kb , kc = konstanta skalar
sehingga pada keadaan threshold operation, di bawah kondisi stabil (steady state) :
k a A k b B k c A B cos k s 0
2 2
(8.34)
persamaan di atas menunjukkan semua karakteristik lingkaran dan garis lurus yang diperoleh dari
dua input rele. Jika kedua konstanta yaitu arus I dan tegangan V sehingga diperoleh :
k a I k b V k c V I cos k s 0
2 2
(8.35)
2
sehingga arus pada belitan menghasilkan torsi sebesar k a I dan belitan tegangan menghasilkan
2
torsi sebesar k b V , dimana torsi yang dihasilkan dari interaksi arus dan belitan potensial akan
sebesar VI cos . Pada rele dengan masukan tunggal, ks adalah konstan dan digunakan
sebagai tingkat indikasi, sedangkan rele dengan dua masukan memiliki ks = 0 dan jika persamaan
2
(2.35) dibagi dengan k b I maka,
V k c cos
2
ka V
0 (8.36)
kb I I kb
jika kc = 1,
V cos k a
2 2
V
(8.37)
I I kb kb
2
dengan menambahkan 1/ 2k b dari kedua sisi dari persamaan (8.37),
54
V cos
2 2 2 2
V 1 k 1
a (8.38)
I I kb 2k b kb 2k b
Persamaan (8.38) di atas menunjukkan persamaan sebuah lingkaran pada koordinat polar (R-X
compleks) yang berkoordinat di V / I cos dan j V / I sin , seperti yang ditunjukkan pada
1 4k a k b
r (8.39)
2k b
dan titik tengahnya berlokasi di1/2kb dari titik nol dengan sudut θ dari sumbu referensi.
1 4k a k b
r
2k b
1
c
2k b
0 R
55
Rele jarak diklasifikasikan berdasarkan karakteristik polarnya, jumlah dari masukan yang
diperlukan, dan metode perbandingan yang digunakan. Untuk tipe umumnya hanya
mempergunakan dua jenis masukan yaitu besar atau fasa untuk memperoleh karakteristik baik
untuk saluran lurus (straight line) maupun saluran dengan siklis (circles line) sehingga nantinya
dapat digambarkan menggunakan diagram R-X seperti pada Gambar 8.2. Pada dasarnya rele jarak
dibedakan atas (1) Rele Impedansi, (2) Rele Reaktansi, (3) Rele Admitansi (Mho), (4) Rele
pergeseran Admitansi (Offset Mho / Modified Impedance), dan (5) Rele Ohm.
1. Rele Impedansi
Berdasarkan komparator Amplitudo, dan permisalan bahwa hal ini berada pada kondisi
Threshold sehingga persamaan (8.6) dapat digunakan, sehingga,
k 2
1 k 32 A 2 k1k 2 k 3 k 4 A B cos k 22 k 42 B 0
2 2
56
(a)
(b)
2. Rele Reaktansi
Berdasarkan komparator phasa, dan dimisalkan bahwa rele tersebut berada dalam kondisi
threshold sehingga Persamaan (8.26) dipergunakan,
k 2b I k a k b V I cos 0
2
(8.46)
atau
kb
Z cos (8.47)
ka
57
1
jika , maka
2
kb
Zsin (8.48)
ka
atau
kb
X kons tan (k) (8.49)
ka
sehingga,
X kons tan (k)
dari Persamaan (8.49) di atas nampak jelas bahwa karakteristik rele pada diagram R-X
digambarkan sebagai garis lurus yang paralel dengan sumbu-R, seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 2.6(a). Perlu diingat bahwa komponen resistansi dari impedansi tidak berpengaruh pada
kerja rele dan rele reaktansi hanya berpengaruh pada komponen reaktansi saja, sehingga bekerja
pada semua titik di bawah garis karakteristik kerja rele.
Jika Φ ≠ ½ π dalam Persamaan (8.47), kemudian karakteristik garis lurus tidak akan
paralel dengan sumbu-R, untuk rele seperti ini sering disebut rele impedansi-sudut.
Reactance
X characteristic X Protected
line
Mho starter
characteristic
kb X
X
ka
0 R 0 R
(a) (b)
X
Protected line
C
Zone 3
X3
Zone 2
X2 B
Zone 1
X1 A
0 R
(c)
Gambar 8.6. Karakteristik rele reaktansi (a) pada Diagram R-X; (b) Karakteristik kombinasi rele mho dan
reaktansi; (c) aplikasi dari zona proteksi
58
Rele reaktansi tidak akan terpengaruh dengan kehadiran tahanan busur gangguan karena
rele tersebut hanya merespon komponen reaktansi dari sistem impedansi. Walaupun begitu pada
saat tahanan busur gangguan mencapai nilai yang besar, hal itu juga terjadi pada besarnya beban
dan arus gangguan, jangkauan dari rele akan berubah dikarenakan besar beban dan faktor dayanya
dan juga pada karakteristik di luar jangkauan atau di dalam jangkauan.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan tanggapan berarah dan untuk mencegah rele bekerja
dalam kondisi beban normal, sebuah unit pengendali tegangan (contoh : pada rele mho)
dipergunakan pada rele tersebut. Seperti halnya rele modifikasi reaktansi (Modified Reactance
Rele) yang dikenal dengan rele starting. Gambar 8.6(b) nampak seperti kombinasi antara
karakteristik rele mho dan reaktansi. Gambar 8.6(c) menampakkan aplikasi zone proteksi dari rele
reaktansi.
Pada Gambar 8.6(c), 0 adalah lokasi rele, 0A adalah bagian dari garis awal, AB adalah
bagian dari garis kedua, BC adalah bagian dari garis ketiga, dan θ adalah sudut impedansi saluran.
S1 k a V k b I (8.50)
S2 k a V (8.51)
sehingga diperoleh, k1 = -ka, k2 = kb , k3 = ka, k4 = 0, A = V, dan B = I, lalu subtitusikan
Persamaan (P.50) dan (P.51) ke Persamaan (8.26),
k a2 V k a k b V I cos 0
2
(8.52)
atau
I k
cos a (8.53)
V kb
atau
ka
Y cos (8.54)
kb
Persamaan – persamaan di atas menunjukkan karakteristik rele mho, jika digambarkan pada
diagram R-X, lingkarannya akan memotong titik awal, seperti yang ditujukkan pada Gambar
8.7(a). Jika digambarkan pada diagram admitansi (contoh : diagram G-B), karakteristiknya berupa
garis lurus, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.7(b)
59
Karakteristik lingkaran tersebut memotong titik awal yang membuat rele tidak berubah
arahnya, sehingga rele ini mirip dengan karakteristik rele jarak dengan satu arah. Jika terdapat
kondisi busur gangguan, maka nilai dari R akan meningkat dengan meningkatnya tahanan
daribusur Rarc yang menyebabkan sudut gangguan akan berubah seperti pada Gambar 8.7(c). Nilai
pendekatan dari tahanan busur dapat dihitung dari rumus empiris dari Warrington yaitu,
8750l
Rarc (8.55)
I 1.4
dimana l = panjang dari busur (ft) pada aliran udara yang konstan
I = arus busur dalam Ampere
X B
0 G
ka
kb
kb
ka
0 R
(a) (b)
X
B’ D
Rarc
ZL
A R
(c)
Gambar 8.7. Karakteristik rele Mho: (a) Pada Diagram R-X; (b) Pada Diagram G-B;
(c) Perubahan dari jangkauan rele akibat tahanan busur
60
jika dibagi dengan I2,
k a2 Z2 k 2 k 4 k a Z k 2 k 4 cos 0 (8.59)
k 2k 4 k 2 k 4
R 2 X2 R cos X sin 0 (8.60)
k a2 ka
atau
k 2 k 4 cos X k 2 k 4 sin k 2 k 4
2 2 2
R (8.61)
2k a 2k a 2k a
Line impedance
locus
X X
k 2
ka
0 R R
Bus
zone
k 4 (a) (b)
ka
Gambar 8.8. Karakteristik rele mho: (a) Karakteristik umum; (b) Aplikasi back-up zona proteksi
Karakteristik rele ini pada diagram R-X diwujudkan dengan sebuah lingkaran yang
berpusat di k 2 k 4 / 2k a dan berjari – jari k 2 k 4 / 2k a , seperti yang terlihat pada
Gambar 2.8(a). Rele Offset Mho digunakan bersama dengan unit pengukur Mho yang berfungsi
sebagai pendeteksi gangguan dan unit pengukur pada zona 3, dan dengan jangkauan balik yang
menjangkau sampai zona bus, rele offset mho menyediakan cadangan (back-up) untuk proteksi
gangguan pada bus, seperti yang nampak pada Gambar 8.8(b).
5. Rele Ohm
Karakteristik rele ohm ditunjukkan pada persamaan (8.47), yaitu berupa garis lurus ketika
digambarkan pada diagram R-X, oleh karena itu, rele reaktansi merupakan bentuk khusus dari rele
ohm. Rele ini juga dikenal sebagai rele impedansi sudut dan rele ini digunakan sebagai “blinder”
yang digunakan untuk mencegah rele jarak dari perngetripan akibat ayunan daya “power swings”
pada saluran panjang dan untuk menghindari pengetripan secara kaskade. Selama kondisi ayunan
daya dari sistem yang tidak dapat dipulihkan, pelayanan daya yang normal hanya dapat diperoleh
jika sumber ayunan dapat dihilangkan.
61
Untuk meminimalkan gangguan dari sistem, sebuah sistem pengetripan out-of-step
mempergunakan unit – unit ohm. Sistem ini umumnya mempergunakan dua unit ohm, sehingga
karakteristik yang dihasilkan nampak seperti garis vektor impedansi yang paralel, seperti pada
Gambar 2.9, dengan berubahnya nilai impedansi selama ayunan daya, titik yang merepresentasikan
impedansi berpindah sepanjang tempat kedudukan (locus) ayunan daya, memasuki ke dalam zona
antara kedua blinder yang dihasilkan oleh unit ohm O1 dan O2, setelah unit ohm bekerja.
X O1 O2
Locus of Blinders
power swing
Line Impedance
Mho unit
0 R
Gambar 8.9. Penggunaan unit rele ohm sebagai blinders untuk membatasi
cakupan sudut pada saat terjadi ayunan
62
akan bereaksi terhadap impedansi di antara lokasi rele dan titik gangguan, seperti yang
diperlihatkan dalam Gambar 2.10. Impedansi ini sebanding dengan jarak ke gangguan, karenanya
rele itu dinamakan rele jarak (distance Rele), dan tidak tergantung pada tingkat arus gangguan.
Waktu operasinya akan meningkat dengan meningkatnya perbandingan ini.
Pada Gambar 8.10. memperlihatkan prinsip pengukuran jarak dimana rele jarak
ditempatkan pada rel A dengan batas setelan impedansi Zb.
Untuk gangguan di F (batas pengamanan) tegangan yang terukur di terminal rele adalah
V = If .Zb , dengan If adalah arus gangguan yang melalui rele. Perbandingan tegangan dan arus di
rele A adalah :
V If .Zb
Zb (8.62)
If If
kondisi rele dalam batas keseimbangan dan rele bekerja.
(b) Hubungan antara Waktu operasi dengan Impedansi dari Rele Jarak tipe Impedansi
63
(b) Hubungan antara tegangan dengan jarak gangguan
Untuk gangguan di F1, di dalam daerah pengamanan, tegangan yang terukur di terminal
rele adalah V1 If1 .Z1 , dengan If1 adalah arus gangguan yang melalui rele dan Z1 adalah
impedansi antara rel A ke titik gangguan F1. Perbandingan tegangan dan arus di rel A adalah
V1 If1 .Z1
Z1 (8.63)
If1 If1
karena V1< V dan If1 > If maka Z1 < Zb, sehingga rele akan bekerja.
Untuk gangguan di F2, di luar daerah pengamanan, tegangan yang terukur di terminal
adalah V2 If2 .Z2 , dengan If 2 adalah arus gangguan yang melalui rele dan Z2 adalah impedansi
antara tempat rel A ke titik gangguan F2. Perbandingan tegangan dan arus di rel A adalah :
V2 If2 .Z2
Z2 (8.64)
If2 If2
karena V2< V dan If 2 > If maka Z2 < Zb, sehingga rele tidak akan bekerja.
Rele jarak tipe RAZOA mempunyai tiga daerah pengukuran impedansi terarah, sehingga
hanya akan bekerja untuk gangguan yang terjadi pada arah yang telah ditentukan, biasanya arah ke
depan atau keluar dari rel (busbar) dan satu daerah empat sesuai dengan elemen startnya yang
dapat dibuat terarah atau tidak terarah.
Unit impedansi kurang tipe RGZB 030 mempunyai dua karakteristik yang berbeda yang
dapat dipilih yaitu karakteristik lingkaran (circular) dan karakteristik oval seperti gambar berikut
ini :
64
(a) Karakteristik operasi lingkaran (b) Karakteristik operasi oval
Pada umumnya rele jarak tipe RAZOA menggunakan karakteristik lingkaran, tetapi
kadang – kadang untuk impedansi saluran panjang yang dibebani atau perbandingan X/R
yang tinggi karakteristik oval lebih sesuai.
Untuk mendapatkan perlindungan yang baik rele jarak tergabung atas unit – unit
berikut :
Tabel 8.1. Unit – unit yang tergabung dalam rele jarak tipe RAZOA
65
No. Rancangan Tipe
15 Unit Transformator RTTG
Gambar 8.12. Tampak depan unit pembangun rele jarak tipe RAZOA
8.6.1 UNIT – UNIT YANG TERGABUNG DALAM RELE JARAK TIPE RAZOA
Rele jarak tipe RAZOA tersusun dari beberapa unit modul yang kompleks seperti terlihat
pada Gambar 8.12, adapun modul – modul tersebut adalah sebagai berikut :
a. Saklar Penguji (Test Switch) tipe RTXP 18
Sebagian besar masukan – masukan dan keluaran – keluaran rele ini dihubungkan ke
terminal – terminal pada bagian luar sakelar dengan soket tembaga 20 A. hubungan –
hubungan yang lain dapat dibuat dengan soket tembaga 10 A langsung ke terminal – terminal
pada terminal dasar, secondary test yang lengkap dapat dilakukan dengan menggunakan Saklar
penguji ini.
b. Konverter DC/DC tipe RXTUG
Unit ini mengkonversikan suplai tegangan dc menjadi tegangan ac yang nantinya akan
ditransformasikan ke level tertentu lalu dengan penyearah setengah gelombang disearahkan
sehingga akan menghasilkan 12 V dc yang lebih rata (smooth), sehingga dengan proses ini,
tegangan dc pada terminal baterai dapat disesuaikan dengan unit – unit rele yang berbeda level
tegangannya termasuk rele itu sendiri.
66
c. Unit Masukan Kendali Antarmuka (Input Control Interface) tipe RGKC 070
Unit ini terdiri dari 7 (tujuh) Dry-Reed Rele dengan waktu operasi yang singkat
untuk fungsi – fungsi sinyal input yaitu : CRA, CRB, RESET, BC, ZR , dan ZT seperti yang
terlihat pada Gambar 8.13. Saat switch ditutup secara manual, daya disuplai ke masukan BC,
kemudian ke rele jarak dengan suatu program dapat dibuat trip seketika, untuk mengopersikan
elemen startnya. Saat sinyal telekomunikasi diterima, daya suplai ke masukan CRA, hal ini
tergantung dari bagaimana rele jarak diprogram, sehingga diperoleh untuk berbagai skema
sistem.
Masukan CRB mempunyai dua fungsi, pertama untuk blok eksternal dan juga untuk
starting, pengukuran atau fungsi tripping sesuai yang diprogram dan yang kedua untuk skema
blok telekomunikasi. Masukan reset akan bekerja saat reset di luar indikasi diberikan, sedang
masukan berupa ZR, ZS, dan ZT digunakan ketika rele start oleh impedansi start rele yang lain.
67
d. Unit Starting Impedansi kurang (Underimpedance starting) tipe RGZB 030
Unit Starting Impedansi kurang terdiri dari fungsi – fungsi untuk pengukuran impedansi
kurang dan arua urutan nol. Fungsi ini dibangun oleh tiga mikroprosesor, satu untuk masing –
masing fasanya. Dua karakteristik operasi yang berbeda dapat dipilih pada unit ini yaitu
karakteristik lingkaran dan oval. Nilai operasi disetel dengan saklar geser bertanda Z seperti
terlihat pada Gambar 8.14(a). Rentang setelan adalah 4 – 64 ohm/fasa dalam kenaikan 4 ohm
atau 8 – 128 ohm/fasa dengan kenaikan 8 ohm. Rentangan setelan ini dipilih dengan sakelar
program pada papan rangkaian dalam unit RGZB 030.
Pada kondisi normal rele impedansi kurang juga mengukur tegangan dan arus fasa ke fasa.
Dan saat terjadi gangguan ke tanah atau arus urutan nol melebihi nilai setelan, sakelar akan
bekerja dan rele impedansi kurang akan mengukur tegangan fasa ke netral dan arus fasa. Nilai
operasi rele urutan nol dapat disetel pada bagian depan unit ini dengan sakelar geser bertanda
INS. Rentangan setelan adalah 0,2 – 1,6 IN dalam kenaikan 0,2 IN.
Pada unit ini juga terdapat sakelar geser bertanda F yang digunakan untuk memilih tipe
gangguan ketika melakukan pengetesan terhadap fungsi – fungsi dari rangkaian logika dari
rele jarak. Pengetesan dilakukan dengan menekan tombol bertanda “Test”, kemudian
rangkaian keluaran akan diblok dan fungsi – fungsi tersebut ditunjukkan pada bagian unit
indikasi RGSB 030.
e. Unit pemilihan phasa (phase selector unit) tipe RGGB 030
Unit pemilihan phasa yang dikontrol melalui elemen start, memilih besaran ukur yang
dapat dipakai untuk tipe gangguan dan mengkonversikannya ke unit pengukuran untuk
mengevaluasi gangguan.
Unit ini mempunyai dua saklar geser pada bagian depannya bertanda KN dan PS
seperti terlihat pada Gambar 8.14(b). Dimana sakelar geser KN digunakan untuk
menyetel kompensasi urutan nol dan mempunyai rentangan 0 sampai 1,5 dengan
kenaikan 0,1. Dan sakelar PS digunakan untuk menyesuaikan rele dengan jaringan,
berkenaan dengan sistem pembumian, pemilih phasa dengan tipe starting sakelar ini
dapat disetel dengan enam posisi yang berbeda (0 – 5) dan posisi (6 – 15) tidak
digunakan.
f. Unit setelan tiruan arus (Current replica setting) tipe RGAA 030
Pada bagian depan unit ini ada empat sakelar geser untuk faktor a dan b, dimana a
mempengaruhi jangkauan reaktif dan b untuk jangkauan resistif dari unit pengukuran
(measuring unit). Rentangan seteleannya dari 5 ke 99 dengan kenaikan 1, sebagai
catatan faktor a dan b ini tidak boleh disetel di bawah 5, meskipun rentangan 0 – 4
tersedia pada sakelar ini, seperti terlihat pada Gambar 8.14(c).
68
g. Unit setelan tiruan tegangan (Voltage replica setting) tipe RGAB 030
Pada bagian depan unit ini ada enam sakelar geser untuk setelan jangkauan dari
daerah satu, dua, dan tiga dalam unit pengukuran. Untuk setelan masing – masing
daerah bertanda p1, p2, dan p3, kondisi dari dua sakelar geser digunakan untuk
memperoleh setelan masing – masing p1, p2, dan p3, rentangan setelan dari 5 ke 99
dengan kenaikan 1. sebagai catatan faktor p1, p2, dan p3 ini tidak boleh disetel di bawah
5, meskipun rentangan 0 – 4 tersedia pada sakelar ini, seperti terlihat pada Gambar
2.14(d).
h. Unit sakelar pemilih aplikasi dan kelambatan waktu (application selector switches and
timers unit) tipe RGTA 030
Pada bagian depan unit ini ada sepuluh sakelar untuk program yang sering
digunakan dengan setelan D pada posisi ON atau OFF. Dan dibawahnya terdapat tiga
sakelar geser untuk setelan pemilih waktu sebagai proteksi cadangan ke rele. T1 tidak
disetel lagi karena telah diprogram beroperasi tanpa tundaan waktu, T2 dapat disetel
antara 50 – 750 ms dengan kenaikan 50 ms, T3 disetel antara 200 – 300 ms dengan
kenaikan 200 ms, T4 dapat disetel antara 400 – 650 ms dengan kenaikan 400 ms,
seperti terlihat pada Gambar 2.14(e)
i. Ruang untuk unit pengukuran tambahan (extra measuring) tipe RGZA 030
Pada versi ini unit ini masih kosong, guna pengembangan pemanfaatan / kerja rele
jarak RAZOA pada unit ini tersedia soket yang dapat ditambah / dimasukkan dengan
unit pengukuran tambahan tipe RGZA 030.
j. Unit rangkaian memori (memory circuit unit) tipe RGLA 030
Unit ini digunakan untuk menentukan arah pada kejadian gangguan tiga phasa.
Rangkaian memori dihubungkan dengan respon mendekati 65 ms dan sesuai dengan
waktu yang digunakan untuk gangguan dalam daerah satu (instantaneous).
k. Unit pengukuran dan indikasi (measuring and indicating unit) tipe RGSB 030
Unit ini terdiri dari elemen pengukuran dari rele dan pembanding fasa yang
pengukurannya didasari atas perbandingan fasa antara besaran – besaran yang diukur.
Unit ini juga terdiri dari dioda – dioda pemancar cahaya yang menunjukkan fungsi –
fungsi start, tripping , dan tundaan waktu yang berbeda, seperti terlihat pada Gambar
2.14(f). Tripping ditunjukkan oleh LED merah, yang lainnya berwarna kuning. Indikasi
tersebut akan dibatalkan dengan menekan reset yang terdapat pada bagian bawah unit
ini.
69
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
Gambar 2.14 Unit – unit yang tergabung Rele Jarak tipe RAZOA
70
Tabel 8.2 Sakelar pemrograman pada rangkaian unit – unit rele RAZOA
RGZB S3 4 1,2,3 4
S5 4 1 2,3,4
RGAA X1 2 1 2
X2 2 1 2
RGAB X7 3 2 1,3
S5 4 - 1,2,3,4
RGTA
S6 4 3 1,2,4
S1 8 1,2,8 3,4,5,6,7
RGSB
X1 2 1 0
RGKC X1 2 1 2
S1 4 2,4 1,3
RGKD
X1 2 1 2
71
Gambar 8.14. Diagram blok prinsip kerja rele jarak tipe RAZOA
Bila terjadi gangguan atau impedansi kurang pada saluran, maka elemen impedansi
kurang (3), dengan fasa yang relevan, dan arus urutan nol akan mengoperasikan elemen
waktu atau time element (4) dan juga fasa yang terganggu dipilih oleh unit pemilih fasa
atau phase selector unit (5) yang selanjutnya melewatkan harga arus yang benar dan juga
arah yang digunakan, kemudian indikasi start (10) dan sinyal rele (11) untuk fasa yang
sesuai akan bekerja. Untuk menentukan arah, rele jarak menggunakan polarisasi fasa yang
sehat dalam kasus gangguan satu dan dua fasa, sedangkan rangkaian memori (6)
digunakan untuk gangguan tiga fasa.
Jangkauan dari tiga daerah pengukuran ditentukan oleh nilai dari unit setelan arus
dan tegangan masing – masing pada blok (7) dan (8).
Pada blok (9), dibangkitkan empat sinyal melalui filter terus dikonversikan ke
sinyal digital. Sinyal ini kemudian digunakan dalam unit pengukuran (10) untuk
menentukan arah dan posisi gangguan. Jika gangguan terjadi di daerah pertama, output
unit (11) akan bekerja instantaneous (tanpa tundaan waktu). Jika gangguan berada di luar
daerah pertama, jangkauan ditingkatkan berturut – turut berdasarkan pemilihan waktu T2,
T3, dan T4.
Jangkauan dapat ditingkatkan melalui rele input (12) oleh kerjasama bagian yang
jauh yang melalui programming (13), satu dari daerah pengukuran terbalik (reverse), arus
untuk daerah ini akan dibalik oleh invertor pada blok (9) saat waktu aktual tiba.
72
Melalui kerjasama dengan peralatan komunikasi rangkaian tripping akan
mengoperasikan CB pada unit output rele (11) untuk mengisolir bagian yang mengalami
gangguan.
Jika rele jarak difungsikan untuk pemeriksaan / pengujian dilakukan dengan
menekan sakelar tekan bertanda “Test” (14), maka elemen start akan menyala, pada saat
yang sama keluaran rele (11) akan diblok untuk mencegah pemutusan yang tidak perlu.
Jika tombol test terus ditekan untuk periode tertentu sesuai dengan setelan waktu, dioda
pemancar cahaya untuk tundaan waktu yang bersesuaian dan untuk tripping akan menyala.
Indikasi tersebut akan dibatalkan dengan menekan tombol “Reset” pada input sinyal atau
melalui salah satu masukan rele (12).
Jika unit pengukuran tambahan (18) dimasukkan, ini akan terhubung paralel, tetapi
tidak tergantung dengan unit pengukuran dasar (10).
0 1 2 3 4 5
R RN TR RN TR RN TR
S SN SR SN SR SN SR
RS SR SR SR SR SR SR
T TN TS TN TS TN TS
TR TR TR TR TR TR TR
ST TS TS TS TS TS TS
73
RST SR SR SR SR SR SR
N - - - - - -
RN RN RN RN RN RN RN
SN SN SN SN SN SN SN
RSN SN SN RN RN SR SR
TN TN TN TN TN TN TN
TRN RN RN RN RN TR TR
STN TN TN TN TN TS TS
RSTN SR SR SR SR SR SR
Tabel 8.4 Arus, tegangan, dan tegangan arah untuk masing – masing loop pengukuran
RS IR – IS VRS -( VT – U0)
ST IS – IT VST -( VR – U0)
TR IT – IR VTR -( VS – U0)
Karakteristik operasi dari rele jarak tergantung dari setelan batasan jangkauan
reaktansi dan resistansi yang terdapat pada unit pengukuran arah, lihat Gambar 2.15 di
bawah ini,
74
X
ZK
Untuk memperoleh tiga batasan – batasan operasi ini, polaritas dari keempat sinyal
pengukuran dibandingkan pada setiap setengah siklusnya dan pada waktu yang diberikan
oleh komparator phasa. Keempat sinyal yang digunakan untuk pengukuran adalah sebagai
berikut :
I = Arus gangguan
IXk = Drop tegangan reaktif yang memotong model impedansi
VP = Tegangan Arah untuk menentukan arah
Vk = Tegangan Kompensasi = V - IZk
dimana V = Tegangan yang memotong loop gangguan
Zk = Model Impedansi
Zk = model impedansi
75
Ini berarti bahwa phasor Vk harus terletak di dalam rentangan π sampai 2π terhadap
phasor referensi Vp. Kondisi persamaan (2.65) menunjukkan bahwa garis bundaran operasi
adalah lingkaran Mho yang lewat melalui setelan titik Zk dari rele jarak dan di atas phasor
impedansi sumber ZS, maka lingkaran lewat melalui Zk dan melalui titik asal pada
impedansi sumber nol, seperti Gambar 8.16 berikut :
ZK
ZS
ZK
76
8.6.6 PENGUKURAN RESISTANSI
Untuk mendapatkan pengukuran resistansi maka tegangan kompensasi
dibandingkan dengan drop tegangan reaktif yang disebabkan arus gangguan :
0 arg Vk arg IX k (8.67)
ini menunjukkan bahwa phasor Vk harus berada di dalam rentangan 0 sampai π terhadap
phasor referensi I.Xk
X
ZK
Kondisi Persamaan (8.67) menunjukkan bahwa garis operasi dalam bidang impedansi
adalah garis lurus yang melalui titik setelan Zk dari rele jarak dan sejajar dengan sumbu X
seperti pada Gambar 8.18.
77
yang terjadi di dalam sistem pada titik gangguan. Dalam kondisi gangguan yang terjadi
pada titik F, rele pada titik A merasakan impedansi :
I I I
Z ZL1 A B ZF ZL1 1 B ZF (8.68)
IA IA
dimana IA dan IB merupakan arus gangguan pada gardu A dan B, ZL1 adalah impedansi
pada bagian saluran pertama dan ZF merupakan impedansi pada saluran kedua sampai pada
titik gangguan.
Dimisalkan jangkauan pada zone 2 dari rele pada titik A di setel 80 persen dari
impedansi saluran terlihat dengan kasus dimana rele merasakan gangguan terjadi pada
akhir setelan jangkauan zone 1 dari rele yang berlokasi di titik C, kemudian dimisalkan
juga jangkauan pada zone pertama pada rele yang berlokasi dititik C adalah 0,8 kali besar
ZL1, dimana ZL2 merupakan impedansi saluran pada zone kedua. Impedansi dihitung dari
gardu A sampai batasan jangkauan dari zone pertama dari rele yang berlokasi di C yang
bersesuaian dengan,
I
ZL1 0,8 1 B ZL2 (8.69)
IA
Jangkauan pada zone kedua dari rele yang berlokasi di A umumnya tidak disetel
melebihi 80 persen dari impedansi saluran pada batasan untuk zone pertama dari rele yang
berlokasi di titik C, sehingga,
I
Z 0,8 ZL1 0,8 1 B ZL2 (8.70)
IA
ketika melakukan perhitungan penyetelan, nilai terendah dari IA/IB yang terjadi dapat
diterima. Zone ketiga tidak akan terjangkau di luar 90 persen dari zone 2 terpendek dari
saluran – saluran yang terhubung dari bus terjauh. Kenaikan pengukuran nilai impedansi
tergantung dari power fed yang terjadi pada sistem.
Penyetelan jangkauan rele jarak dirancang sedemikian sehingga tidak ada bagian
saluran yang tidak terproteksi dan tidak terjadi overlap dengan daerah pengaman rele jarak
yang lain. Pengukuran jangkauan rele jarak perlu mempertimbangkan beberapa faktor
yang dapat membuat jangkauan yang dilihat rele menjadi jangkauan lebih (over reach)
atau jangkauan kurang (under reach). Di antara faktor – faktor tersebut adalah : pengaruh
78
tahanan busur, pengaruh arus infeed akibat adanya pembangkit pada ujung saluran yang
diamankan.
Pengaruh saluran ganda ke saluran tunggal atau saluran tunggal ke saluran ganda
dan pengaruh rele gangguan tanah yang tidak dikompensasi. Faktor – faktor inilah yang
menjadi pertimbangan penentuan jangkauan daerah kerja rele jarak terletak pada harga
maksimum atau minimum.
dimana :
79
Rarc = tahanan busur (Ω)
l = panjang busur (feet)
I = besar arus gangguan (Amp)
Bila kecepatan angin dan waktu pemutusan gangguan diperhitungkan, maka rumus
Warrington menjadi :
8750 S 3t
R arc (8.73)
I1,4
dimana :
S = jarak antara konduktor (feet)
v = kecepatan angin (mil/jam)
Bila gangguan terjadi pada titik F, tegangan yang dirasakan pada rele A adalah
tegangan jatuh sepanjang saluran dari titik gangguan sampai ke lokasi rele di rel A atau
dapat dihitung sebagai berikut,
VA I A ZL I A I B ZF (8.74)
karena rele di rel A hanya merasakan arus IA, maka impedansi yang terukur oleh rele
adalah,
ZA
VA I I
ZL A B ZF
IA IA
80
ZL k ZF (8.75)
dimana k adalah faktor inffed yang sama dengan (IA + IB)/IA, dengan adanya faktor
inffed ini, impedansi yang terukur oleh rele di A akan bertambah panjang atau
jangkauan rele menjadi kurang (under reach) dari impedansi sebenarnya saat gangguan
di F yaitu :
ZA sebenernya ZL ZF (8.76)
hal ini dapat mempengaruhi penyetelan zone 2 rele jarak pada rel A, oleh karena itu
penyetelan rele jarak RAZOA di rel A untuk zone 2 menjadi maksimum, dihitung
dengan persamaan berikut :
Z2 ZL1 k ZL2 (8.77)
dimana :
k = infeed faktor = (IA + IB)/IA = IF / IR
IF = arus pada lokasi gangguan
ZL2 = impedansi saluran terpendek saluran berikutnya (short line)
Sedangkan untuk daerah 3, bila adanya pengaruh faktor infeed penyetelan menjadi,
dimana :
ZL2 = impedansi saluran terpanjang saluran berikutnya (long line)
Batas atas penyetelan atau penyetelan maksimum menjadi :
Z3 ZL1 k1 ZL2 k 2 ZL3 (8.79)
dimana :
ZL3 = impedansi urutan positif saluran 3
k1 = faktor infeed dari saluran 1
k2 = faktor infeed dari saluran 2
81
Gambar 8.20. Pengaruh saluran tunggal ke ganda
I B1 2.l x
karena , maka persamaan di atas dapat ditulis,
IR 2.l
ZRA ZAB
2.l x Z
BF
2.l
ZAB k.ZBF (8.80)
I B1 2.l x
dimana : k
IR 2.l
Untuk gangguan dekat rel B, x = 0 sehingga k = 1
Untuk gangguan di rel C, x = l sehingga k = ½
Jadi rentangan faktor infeed ½ < k < l
Jika gangguan terjadi di antara saluran B dan C, impedansi yang dilihat oleh rele
pada rel A akan selalu lebih kecil dari yang sebenarnya atau jangkauan rele menjadi
jangkauan lebih (over reach). Oleh karena itu penyetelan jangkauan zone 2 untuk rele jarak
RAZOA di rel A dilakukan pada batas minimum.
82
IX. PEMUTUS TENAGA
9.1. Pengertian
Pemutus tenaga (PMT) ataui lebih dikenal dengan istilah asingnya circuit breaker
merupakan suatu piranti sakelar magnetik yang secara otomatis akan membuka atau
memutuskan rangkaian listrik apabila terjadi ketidaknormalan pada sistem tanpa adanya
kerusakan.
83
Celah (gap) yang ada harus tahan terhadap tegangan rangkaian , bila kontak
membuka.
e. Dapat dialiri arus hubung singkat
Mampu dialiri arus hubung singkat sampai gangguan hilang.
f. Mampu memutus arus magnetisasi transformator
Mampu memutuskan arus magnetisasi transformator atau jaringan dan arus
pemuatan (charging current).
g. Tahan terhadap situasi dan kondisi
Mampu menahan efek busur kontak, gaya elektromagnetik atau kondisi panas yang
tinggi akibat hubung singkat.
84
9.5. Kapasitas Pemutus Tenaga
Kapasitas pemutusan dari pemutus tenaga diartikan sebagai arus yang dapat
diputuskan oleh pemutus tenaga pada tegangan tertentu. Kapasitas pemutusan biasanya
diubah dalam ke dalam besaran daya (MVA)
a. Arus pemutusan simetris
Arus simetris ini merupakan harga rms komponen AC dari arus yang diputuskan
oleh pemutus tenaga .
b. Arus pemutusan asimetris
Arus pemutusan asimetris merupakan harga rms dari kombinasi komponen AC dan
DC dari arus yang dapat dipuituskan pada tegangan tertentu oleh satu kutub (pole)
dari pemutus tenaga.
85
Pada PMT udara hembus (compresed air circuit breaker ), udara bertekanan tinggi
dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak pemisah ionisaasi media
diantara kontak dipadamkan oleh hembusan udara.
Sifat-sifat gas SF 6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, dan tidak
mudah terbakar.
Pada temperature diatas 150°C gas SF 6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastik,
dan bermacam-macam bahan yang umumya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan
tinggi.
86
X. TRANSFORMATOR ARUS
10.1. Pendahuluan
Arus yang menuju peralatan proteksi biasanya diubah oleh transformator arus (CT)
ke tingkat yang lebih rendah untuk pengoperasian Rele. Tingkat-tingkat yang rendah
diperlukan karena dua alasan yaitu:
1. Dengan masukan yang lebih rendah ke rele, memungkinkan komponen-komponen
yang digunakan untuk konstruksi rele tersebut secara fisik akan lebih kecil dan tentu
lebih ekonomis.
2. Dengan arus yang rendah maka menjamin keamanan operator yang bekerja pada
lingkungan rele
Daya yang diberikan oleh transformator tidak terlalu besar karena beban yang
dihubungkan padanya hanya terdiri dari rele-rele dan perangkat ukur saja.
Rating arus nominal untuk sekunder CT telah distandarisasikan yaitu 5A dan 1A. arus
gangguan dapat lebih dari 10 sampai 20 kali dari arus nominal saat terjadi hubungan
singkat pada sistem.
87
Jika terminal kumparan skunder tertutup, maka kumparan sekunder tertutup, maka
pada kumparan sekunder mengalir arus I 2 . Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet
N2I2 pada kumparan sekunder. Bila transformator tidak mempunyai rugi-rugi
(transformator ideal) maka berlaku persamaan :
N1I1 = N 2 I 2 (3.1)
I1 N 2
(3.2)
I 2 N1
dimana :
N1 = jumlah belitan kumparan primer.
dalam prakteknya transformator arus selalu mengandung arus beban nol, I 0 . Arus beban
nol menimbulkan fluks yang dibutuhkan untuk membangkitkan gaya gerak listrik E2 :
88
Gaya gerak listrik inilah ysng mempertahankan aliran arus I 2 pada impedansi
( Z 2 Z1 ). Oleh karena itu, ampere belitan yang ditimbulkan arus beban nol harus dapat
mengimbangi ampere belitan yang ditimbulkan arus primer dan sekunder.
N1 I 0 N1 I 1 N 2 I 2 (3.7)
transformasi ( kn tidak melebihi 0,9 arus primer tersebut dan burden pengenal
transformator.
d. Galat Komposit adalah galat gabungan karena adanya galat rasio, galat sudut, dan
perbedaan bentuk gelombang arus sekunder dengan arus primer. Biasanya dinyatakan
dalam persen arus primernya.
Adalah arus primer tertinggi ( I pm ) di mana ketelitian belum melebihi bats ketelitiannya.
Adalah perbandingan arus primer batas ketelitian dengan arus pengenal primer
g. Arus Eksitasi
Adalah harga efektif arus sekunder bila sekunder diberi tegangan sinusoidal frekuensi
pengenal, sedang terminal primer terbuka.
89
10.4. Jenis-Jenis Transformator Arus
Jenis Bar digunakan untuk pengukuran arus besar (ribuan ampere). Konstruksinya
sangat sederhana dan kokoh sehingga transformator ini mampu menahan arus hubung
singkat yang besar, atau dengan perkataan lain mempunyai faktor thermis dan dinamis
waktu singkat tinggi. Keburukannya bahwa efisiensi pengukuran yang lebih tinggi, yakni
ukuran inti yang ekonomis, didapat hanya pada arus pengenal yang besar, yakni kira-kira
1000A.
90
4. Jenis Menurut Konstruksi Isolasi
Konstruksi transformator arus dengan isolasi epoksi-resin sering dipakai untuk
pasangan luar sampai tegangan 110 kV. Pada tegangan menengah, umumnya digunakan
transformator arus epoksi-resin, karena transformator epoksi-resin memiliki kekuatan
hubung singkat belitan lebih tinggi, sebab semua belitanya tertanam dalam bahan isolasi.
91