Oleh : Nama : Windy Anggraeni NRP : 143020314 TP-F
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2017 Summary Hubungan Teknologi Pengawetan Dengan Pengemasan Kemasan memang bukan yang utama namun memegang peranan penting dalam mendapatkan hati konsumen untuk memilih produk tertentu. Kemasan sangat mempengaruhi penampilan produk sehingga menarik konsumen. Kemasan juga sangat penting dalam menjaga keawetan dan higienitas produk untuk dalam jangka waktu tertentu. Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dengan “selamat”, secara kuantitas maupun kualitas. Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan. Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan dan mempertahankan mutu bahan hasil pertanian.Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya,melindungi dari bahay apencemaran serta gangguan fisik (gesekan,benturan,getaran). Disamping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkusan berfungsi sebagtai perangsang atau daya tarik bagi konsumen.Karena itu bentuk, warna, ukuran, kekuatan dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya. Menurut Winarno dan Betty (1983), kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh dua hal yaitu kerusakan oleh sifat alamiah dari produk yang berlangsung secara spontan yang kedua adalah kerusakan karena pengaruh lingkungan. Oleh karena itu diperlukan pengemas untuk membatasi bahan pangan dengan lingkungan untuk mencegah atau menunda proses kerusakan sehingga sate bandeng mempunyai daya tahan lebih lama untuk dikonsumsi. Sifat terpenting dari pengemas meliputi permeabilitas gas dan uap air serta luas permukaan kemasan. Kemasan dengan daya hambat gas yang baik dan luas permukaan yang lebih kecil menyebabkan masa simpan produk lebih lama (Bukle et al., 1987). Pengemasan bahan pangan harus memperlihatkan lima fungsi-fungsi utama, yaitu :
1. Harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan
perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya. 2. Harus memberi perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, oksigen, dan cahaya matahari. 3. Harus berfungsi secara benar, efisien, dan ekonomis dalam proses pengepakan yaitu selama pemasukan bahan pangan ke dalam kemasan. Hal ini berarti bahan pengemas harus sudah dirancang untuk siap pakai pada mesin-mesin yang ada atau yang baru akan dibeli atau disewa untuk keperluan tersebut. 4. Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut rancangan dimana bukan saja memberi kemudahan pada konsumen misalnya kemudahan membuka atau menutup kembali wadah tersebut, tetapi juga harus dapat mempermudah pada tahap selanjutnya selama pengelolaan di gudang dan selama pengangkutan untuk distribusi. Terutama harus dipertimbangkan dalam ukuran, bentuk, dan berat dari unit pengepakan. 5. Harus memberi pengenalan, keterangan, dan daya tarik penjual lain. Unit- unit pengepakan yang dijual harus dapat menjual apa yang dilindunginya dan melindungi apa yang dijual. BTP Untuk Pengawetan Bahan Pengawet Natrium metabisulfit Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan tambahan makanan, dimana Bahan tambahan makanan yang berupa bahan pengawet (BTP Pengawet) merupakan bahan tambahan makanan yang dapat mencegah, menghambat fermentasi, pengasaman maupun penguraian dan juga kerusakan pangan lainnya yang diakibatkan oleh aktifitas mikroorganisme. Proses pengawetan merupakan upaya untuk menghambat kerusakan pangan dari kerusakan yang disebabkan oleh mikroba pembusuk yang memproduksi racun atau toksik yang bisa membahayakan konsumen. Bahan pengawet Natrium Metabisulfit merupakan salah satu jenis bahan pengawet yang diperbolehkan untuk ditambahkan ke dalam makanan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988. Kondisi lingkungan Indonesia yang beriklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi memungkinkan pertumbuhan mikroba perusak makanan, sehingga diijinkan menggunakan bahan pengawet untuk penambahan ke dalam makanan. Natrium metabisulfit atau natrium pyrosulfit (Sodium metabisulfit) merupakan senyawa anorganik yang mempunyai rumus kimia Na2S2O5dan digunakan sebagai bahan pengawet. Natrium metabisufit juga disebut sebagai dinatrium atau metabisulfit. Senyawa ini memiliki penampakan kristal atau bubuk dan memiliki berat molekul 190,12.
Gambar. Struktur kimia natrium metabisulfit
Natrium Metabisulfit didapatkan dengan menguapkan larutan Natrium Metabisulfit
jenuh dengan belerang dioksida : 2 HSO3- → H2O +S2O52- Struktur kimia dari Natrium Metabisulfit terdiri dari Anion, anion merupakan hibrida dari ditionat (S2O42-) dan (S2O62). Anion tersebut terdiri dari kelompok Sulfur dioksida (SO2) yang dihubungkan ke grup SO3. Panjang ikatan SS yaitu 2,22 Å dan “thionate”, “thionite” SO jarak yaitu 1,46 dan 1,5 Å. Sifat kimia dari Natrium Metabisulfit adalah sebagai berikut : Apabila Natrium Metabisulfit direaksikan dengan air, natrium metabisulfit akan melepaskan sulfur dioksida (SO2). Gas tersebut mempunyai bau yang merangsang. Selain itu, Natrium metabisulfit akan melepaskan sulfur dioksida ketika kontak dengan asam kuat, reaksi kimianya yaitu sebagai berikut: Na2S2O5 + 2 HCl → NaCl + H2O + 2 SO2 Ketika natrium metabisulfit dipanaskan, natrium metabisulfit akan melepaskan sulfur dioksida, dan meninggalkan oksida natrium, reaksinya yaitu sebagai berikut: Na2S2O5 → Na2O + 2 SO2 Natrium metabisulfit mempunyai sifat kimia diantaranya adalah : Penampilan dari natrium metabisulfit berupa bubuk putih. Bau yang timbul dari saat natrium metabisulfit bereaksi adalah bau samar yang berasal dari SO2. Kepadatan natrium metabisulfit sekitar 1,48 g/cm3. Padatan natrium metabisulfit yang dilarutkan sebanyak 20 % akan tampak berwarna kuning pucat sampai jernih. Titik lebur natrium metabisulfit yaitu > 1700C (dimulai dari 1500C) Kelarutan natrium metabisulfit dalam air yaitu 54 g/100 ml (200C)dan 81,7 g/100ml (1000C) Natrium metabisulfit sangat larut dalam gliserol dan larut dalam etanol. Natrium metabisulfit disimpan di tempat sejuk, dalam wadah tertutup dan di area yang mempunyai ventilasi baik, karena natrium metabisulfit termasuk senyawa yang sensitif terhadap kelembaban tinggi. Gambar. Bubuk natrium metabisulfit Penggunaan Natrium Metabisulfit dalam bahan pangan Natrium Metabisulfit dipergunakan sebagai bahan pengawet dan antioksidan dalam makanan. Natrium metabisulfit dikenal dengan istilah E223. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit yang tidak terdisosiasi dan biasanya terbentuk pada tingkat keasaman (pH) < 3. Dalam proses pengolahan bahan pangan, natrium metabisulfit ditambahkan pada bahan pangan untuk mencegah proses pencoklatan (browning) yang enzimatis pada buah sebelum diolah, menghilangkan bau dan rasa getir pada ubi kayu, selain itu untuk mempertahankan warna agar tetap menarik. Pemakaian Natrium metabisulfit pada bahan pangan dapat dilakukan dengan melarutkannya bersama dengan bahan pangan atau dapat juga dengan diasapkan. Dengan diasapkan, natrium metabisulfit akan mengalirkan gas SO2 ke dalam bahan sebelum melaului proses pengeringan. Proses pengasapan dapat dilakukan selama menit