Anda di halaman 1dari 19

Dahlan Iskan, Salah Satu Tokoh Pemimpin Yang

Sukses Dan Memiliki Jiwa Kepemimpinan

Oleh:

Tanty Fatmawati Sekarsari ( 1543010042 )

Syahnia Alifiyandini ( 1543010143 )

Savira Amanda P.P ( 1543010155 )

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONA ‘VETERAN’

JAWA TIMUR

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Profil Tokoh

Nama Lengkap : Dahlan Iskan


Agama : Islam
Tempat Lahir : Magetan, Jawa Timur
Tanggal Lahir : Jumat, 17 Agustus 1951
Warga Negara : Indonesia
Istri : Nafsiah Sabri
Anak : Azrul Ananda
Website FansClub : www.dahlanis.com
Media Centre : www.dahlaniskan.net
Facebook : fb.com/Catatan.Dahlan.Iskan
Twitter : @iskan_dahlan
 Pendidikan Dahlan Iskan
- SDN Desa Bukur, Jiwan, Madiun
- Madrasah Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran,
Magetan
- Madrasah Aliyah Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran,
Magetan
- Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang Samarinda (2,5
tahun DO)

 Karir Dahlan Iskan


- 1972-1976 | Mimbar Masyarakat – Reporter
- 1976-1982 | Majalah Tempo – Koresponden dan Kepal Biro
jatim
- 1982-1984 | Jawa Pos – Pemimpin Redaksi
- 1984-2005 | Jawa Pos – Chairman & CEO
- 2009-2011 | PLN –Direktur Utama
- 2011-2014 | Menteri BUMN

 Gelar Kehormatan Dahlan Iskan


- 2013 | Doktor Honoris Causa Bidang Ilmu Komunikasi dan
Penyiaran Islan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Walisongo, Semarang
- 2013 | Doktor Honoris Causa Doctor Of Humanism, University
Of Arrelano, Philipines
- 2013 | Professor Tamu Universitas Malaya Perlis, Malaysia
2. Biografi Tokoh

Dahlan Iskan merupakan seorang tokoh yang cukup terkenal di


Indonesia. Beliau adalah seorang anak yang lahir pada tanggal 17
Agustus tahun 1951 di Magetan. Sebenarnya tanggal 17 Agustus
adalah tanggal yang dipilih olehnya sendiri sebagai hari lahirnya.
Mengapa? Karena kedua orang tuanya tak ingat pasti pada tanggal
berapa Dahlah Iskan dilahirkan. Oleh karena itulah ia memilih tanggal
17 Agustus sebagai hari lahirnya agar mudah diingat karena bertepatan
dengan tanggal kemerdekaan Indonensia. Dia dibesarkan di
lingkungan keluarga yang berbasis pada pedesaan dengan kondisi
keluarga yang bisa dibilang kekurangan. Seringkali mereka terpaksa
menahan lapar. Namun ayah Dahlan menekankan pada keempat
anaknya untuk tidak menjadi peminta-peminta. Kemiskinan harus
dihadapi dengan kerja keras dan usaha. Prinsip dan kesederhanaan
hidup itulah yang menempa Dahlan menjadi pribadi tangguh.
Sepulang sekolah, ia harus bekerja untuk mencari uang.

Ibu Dahlan meninggal dunia karena penyakit kista di perutnya.


Sebenarnya penyakit itu bisa disembuhkan melalui operasi sederhana,
tetapi orang desa tak mengetahui jenis penyakit itu. Mereka juga tak
mempunyai uang untuk melakukan operasi. Saat menyadari kenyataan
tersebut di usia dewasa, Dahlan merasa sangat kecewa. Ia memutuskan
untuk menjadi orang yang cerdas, kaya, dan sukses. Maka kejadian
demikian tak akan terulang dalam hidupnya.

Berbicara mengenai biografi tokoh yang satu ini memang tak


bisa dilepaskan dari karir yang ditempuhnya. Perjalanan karir Dahlan
Iskan dimulai dari pengalamannya ketika dia mulai menjadi seorang
reporter untuk surat kabar kecil yang ada di Samarinda Kalimantan
Timur di tahun 1975. Kemudian setahun setelahnya yakni pada tahun
1976, dia menjadi seorang wartawan di majalah Tempo yang
merupakan majalah terkenal di dunia surat kabar. Banyak pembaca
yang menyukai gaya menulisnya. Berkat itu, pimpinan Tempo
mengangkat Dahlan menjadi kepala biro Tempo Jatim. Namun Dahlan
belum puas dengan pencapaian tersebut. Diam-diam ia menulis untuk
koran lain, seperti Surabaya Post dan Ekonomi Indonesia untuk
mencari tambahan penghasilan. Saat ketahuan, ia mendapat teguran
dari pimpinan Tempo.

Pada 1982, Dahlan dipromosikan menjadi pemimpin Koran


Jawa Pos. Pada masa tersebut, Jawa Pos hampir bangkrut karena
kalah bersaing dengan Surabaya Post dan Kompas. Namun Dahlan
tidak menyerah begitu saja. Ia berusaha mencari akal untuk
menyelamatkan korannya. Ide berhasil diperoleh berkat
pengamatannya terhadap kebiasaan masyarakat yang membaca
koran di sore hari. Dahlan mengusulkan, bagaimana jika Jawa Pos
terbit di pagi hari. Dengan demikian masyarakat akan lebih update
terhadap berita. Usul tersebut ditolak oleh para stafnya, tetapi Dahlan
tidak menyerah begitu saja. Akhirnya Jawa Pos berhasil terbit di pagi
hari. Jawa Pos mengedukasi masyarakat untuk membaca koran di pagi
hari.

Koran ini tidak mempunyai saingan karena koran lain tetap terbit
sore hari. Tak heran, omzet Jawa Pos naik 20 kali lipat menjadi 10,6
miliar. Melihat keberhasilan tersebut, koran lain ikut-ikutan terbit di
pagi hari. Bisa dikatakan bahwa Dahlan Iskan adalah seorang yang
sukses membangun Jawa Pos yang pada saat itu hampir bangkrut
dengan jumlah oplah hanya sekitar 6.000 eksemplar saja.
Selama lima tahun waktu kepemimpinan Dahlan Iskan pada
surat kabar Jawa Pos, dia berhasil membangkitkan kembali surat kabar
tersebut hingga bisa menjadi surat kabar yang memproduksi hingga
300.000 eksemplar. Sungguh merupakan prestasi luar biasa yang
diciptakan oleh Dahlan Iskan. Karirnya yang paling menonjol memang
ketika dia memimpin Jawa Pos. Bagaimana tidak? Setelah berhasil
membangkitkan kembali Jawa Pos, sekitar lima tahun kemudian pada
Tahun 1993,Dahlan Iskan membentuk JPNN (Jawa Pos News
Network) yang merupakan jaringan surat kabar yang paling besar di
Indonesia. Jaringan surat kabar tersebut mempunyai sekitar 80 lebih
surat kabar, majalah, tabloid, dan juga 40 jaringan percetakan yang ada
di Indonesia. Hingga kemudian pada tahun 1997 ia mendirikan Graha
Pena yang ada di Surabaya.

Pengalaman karirnya tak berhenti sampai disitu saja. Pada


tahun 2002, dia mendirikan sebuah perusahaan televisi yang bernama
JTV (Jawa Timur Televisi) di Surabaya. Selain itu, dia juga
mendirikan Batam TV yang bertempat di Batam dan juga Riau TV
yang berdiri di Pekanbaru. Ia berhasil mendirikan 34 stasiun televisi
lokal di berbagai kota. Selain itu ia membuka usaha bisnis real estate,
hotel, dan perusahaan listrik.

Di awal tahun 2009, Dahlan Iskan menjabat sebagai komisaris


FIC (Fangbian Iskan Corporindo). Perusahaan tersebut merupakan
sebuah perusahaan yang membangun SKKL atau Sambungan
Komunikasi Kabel Laut diantara Surabaya dan Hongkong yang
mempunyai panjang sekitar 4.300 km. Kemudian pada tahun 2009,
beliau memimpin PLN menggantikan Fahmi Mochtar dengan jabatan
Direktur Utama. Banyak gebrakan yang dilakukan oleh Dahlan Iskan
ketika menjabat sebagai seorang Dirut PLN. Salah satunya adalah
membuat program bebas mati lampu se-Indonesia selama enam bulan.
Selain itu ia berhasil membangun PLTS di 100 pulau pada 2011.

Dahlan hanya menjabat sebagai Direktur Utama PLN selama


dua tahun. Sebab, pada Oktober 2011 Presiden SBY menunjuknya
menjadi Menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar. Dalam
masa kerjanya, ia membersihkan BUMN dari korupsi dengan
membuat persyaratan khusus untuk mengangkat CEO di perusahaan
BUMN.

Segala keberhasilan Dahlan Iskan tak lepas dari filosofi bisnis yang
dianutnya. Filosofi-filosofi itulah yang menyemangatinya ketika
berjuang dan menguatkannya ketika menghadapi cobaan. Berikut ini
adalah filosofi bisnis Dahlan Iskan :

1. Jangan pedulikan omongan orang

Dalam berbisnis, hati-hati dalam menyikapi omongan orang


lain. Jika omongan tersebut baik dan benar, jadikan saja masukan.
Namun jika omongan tersebut buruk, tidak benar dan cenderung
pesimis, sebaiknya tak perlu pedulikan. Biarkan saja mereka bicara
demikian. Tetap gunakan cara dan strategi Anda dalam berbisnis.
Buktikan bahwa Anda bisa menjadi pebisnis yang sukses.

Saat menerima jabatan sebagai Direktur Utama PLN, Dahlan


Iskan menerima banyak ejekan. Orang-orang tidak percaya bahwa
lulusan SLTA seperti dirinya dapat memimpin PLN yang dipenuhi
oleh orang pintar. Dahlan menanggapi ejekan tersebut dengan
santai. Ia mengakui bahwa PLN berisi orang-orang terhebat dan
terpintar di Indonesia. Maka, yang dibutuhkan di sana adalah
orang bodoh seperti dirinya. Dalam dua tahun masa kerja yang
gemilang, Dahlan membuktikan bahwa perkataannya itu benar.

2. Jembatani hubungan antara atasan dan bawahan

Terkadang, perusahaan tidak berjalan dengan lancar karena


adanya jurang antara atasan dan bawahan. Hal tersebut sungguh
disayangkan. Sebaiknya atasan dan bawahan menjalin hubungan
baik agar pekerjaan mereka sukses.

Saat memimpin PLN, Dahlan berusaha menjembatani atasan dan


bawahan. Ia mengubah kebiasaan upacara setiap bulan menjadi
diskusi antara karyawan dan atasan. Selain itu, ia membuat CEO
Note yang berisi kata-kata motivasi untuk lebih maju dan sukses.
Dahlan juga berusaha menghilangkan kesan bahwa dirinya
memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Hal itu dilakukan dengan
mengendarai mobil pribadi, bukan mobil dinas.

3. Berani menerima jabatan baru

Jika bekerja dengan baik, Anda akan ditawari jabatan baru


yang lebih tinggi. Saat itulah dibutuhkan keberanian untuk
menerimanya. Jangan takut keluar dari zona nyaman. Jika
menduduki jabatan yang itu-itu saja, Anda tidak akan berkembang.

Saat masih mengurus Jawa Pos, Dahlan ditawari jabatan


Direktur Utama PLN. Ia menerima jabatan tersebut meski
memperoleh ejekan-ejekan dari orang lain. Dua tahun kemudian, ia
ditawari jabatan yang lebih tinggi, yakni Menteri BUMN.
Sebenarnya saat itu Dahlan sempat bimbang. Sebab, ia masih
memiliki program-program kerja PLN yang belum dijalankan.
Namun akhirnya ia menerima jabatan tersebut. Dahlan sadar
bahwa kemampuan kepemimpinannya harus dimanfaatkan untuk
tujuan yang lebih tinggi.

4. Melakukan tugas dengan semaksimal mungkin

Sekecil apa pun tugas yang diberikan, sebaiknya lakukan


dengan sebaik mungkin. Hindari meremehkan pekerjaan. Dahlan
mengeluarkan kemampuan terbaiknya saat mengelola Jawa Pos,
PLN, dan BUMN. Ia melakukan berbagai macam inisiatif yang
berhasil dengan gemilang. Bahkan setelah sembuh dari penyakit
sirosis hati, ia bekerja dengan lebih keras. Sebab ia sadar bahwa
waktu yang dimiliki manusia terbatas. Manusia bisa meninggal
setiap saat. Oleh karena itu, berikan kontribusi terbaik Anda saat
masih diberi kesempatan untuk hidup.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 Pengertian Pemimpin

Pengertian pemimpin menurut Suradinata (1997:11) adalah orang


yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun
keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin
untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau
tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.

Menurut Winardi (1990:32) bahwa pemimpin terdiri dari pemimpin


formal (formal leader) dan pemimpin informal (informal leader). Pemimpin
formal adalah seorang (pria atau wanita) yang oleh organisasi tertentu (swasta
atau pemerintah) ditunjuk (berdasarkan surat-surat keputusan pengangkatan
dari organisasi yang bersangkutan) untuk memangku sesuatu jabatan dalam
struktur organisasi yang ada dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan
dengannya untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut yang
ditetapkan sejak semula. Sedangkan kepemimpinan adalah merupakan suatu
kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin yang tergantung
dari macam-macam faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern

Siagian (1986:12) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah


keterampilan dan kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain,
baik yang kedudukannya lebih tinggi maupun lebih lebih rendah daripada nya
dalam berfikir dan bertindak agar perilaku yang semula mungkin
individualistik dan egosentrik berubah menjadi perilaku organisasional.
 Teori Kepemimpinan

Tiga teori yang menjelaskan munculnya pemimpin adalah sebagai


berikut (Kartono, 1998:29) :

1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut : 1) Pemimpin itu tidak


dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakatbakat alami yang
luar biasa sejak lahirnya. 2) Dia ditakdirkan lahir menjadi
pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga,
yang khusus. 3) Secara filsafat, teori tersebut menganut pandangan
deterministis.
2. Teori Sosial (lawan Teori Genetis) menyatakan sebagai berikut : 1)
Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak
terlahirkan begitu saja. 2) Setiap orang bisa menjadi pemimpin
melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh
kemauan sendiri.
3. Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua
teori tersebut lebih dahulu), menyatakan sebagai berikut :
Seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia
telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini
sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan;
juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.

 Kelebihan Pemimpin

Menurut Stogdill dalam Lee (1989), menyatakan bahwa pemimpin itu


harus memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

1. Kapasitas: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau


verbal facility, keaslian, kemampuan menilai.
2. Prestasi (Achievement) : gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan,
perolehan dalam olah raga, dan atletik, dan sebagainya.
3. Tanggung Jawab : mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri,
agresif, dan punya hasrat untuk unggul.
4. Partisipasi : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul,
kooperatif atau suka bekerjasama, mudah menyesuaikan diri,
punya rasa humor.
5. Status : meliputi kedudukan sosial ekonomi yang cukup tinggi,
populer, tenar.

Menurut Ishak Arep dan Tanjung (2003:93) bahwa kepemimpinan


(leadership) adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau
mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbeda-beda manuju
pencapaian tertentu.

Jadi kepemimpinan atau leadership ini merupakan sifat-sifat yang harus


dimiliki oleh seorang pemimpin (leader), yang dalam penerapannya
mengandung konsekuensi terhadap diri dalam penerapannya mengandung
konsekuensi terhadap diri si pemimpin, antara lain sebagai berikut :

1. Harus berani mengambil keputusan sendiri secara tegas dan tepat


(decision making)
2. Harus berani menerima resiko sendiri
3. Harus berani menerima tanggung jawab sendiri (The Principle of
Absolutenes of Responsibility).

 Gaya Kepemimpinan

Selanjutnya Ishak Arep dan Tanjung (2003:23) menyatakan bahwa


dalam mencapai tujuan sebagaimana telah dikemukakan diatas, yakni untuk
dapat menguasai atau mempengaruhi serta memotivasi orang lain, maka
dalam penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia lazimnya digunakan 4
(empat) macam gaya kepemimpinan, yaitu :

1. Democratic Leadership adalah suatau gaya kepemimpinan yang


menitikberatkan kepada kemampuan untuk menciptakan moral dan
kemampuan untuk menciptakan kepercayaan
2. Dictatorial atau Autocratic Leadership, yakni suatu gaya
leadership yang menityikberatkan kepada kesanggupan untuk
memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikut-
pengikutnya untuk kepentingan pribadinya dan/atau golongannya
dengan kesediaan untuk menerima segala resiko apapun.
3. Paternalistic Leadership, yakni bentuk antara gaya pertama
(democratic) dan kedua (dictatorial) diatas. Yang pada dasarnya
kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau
melalui unsur-unsur demokratis. Sistem dapat diibaratkan diktator
yang berselimutkan demokratis.
4. Free Rein Leadership, yakni salah satu gaya kepemimpinan yang
100% menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijakan pengoperasian
Manajemen Sumber Daya Manusia kepada bawahannya dengan
hanya berpegang kepeda ketentuan-ketentuan pokok yang
ditetapkan oleh atasan mereka. Pimpinan disini hanya sekedar
mengawasi dari atas dan menerima laporan kebijaksanaan
pengoperasian yang telah dilaksanakan oleh bawahannya. Gaya
kepemimpinan ini terutama diterapkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia.

 Tipe Kepemimpinan

Tipe kepemimpinan bermacam-macam, misalnya tipe kharismatis,


paternalistis, militeristis, otokratis, laissez faire, populistis, administratif, dan
demokratis. Tipe pemimpin yang dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam What
Kind of Manager yang disunting oleh Wajosumidjo (Dept. P & K, Pusat
Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), yaitu:

1. Berorientasikan tugas (task orientation)


2. Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation)
3. Berorientasikan hasil yang efektif (effective orientation)

Berdasarkan ketiga orientasi tipe pemimpin tersebut maka terdapat


delapan tipe kepemimpinan, yaitu :

1. Tipe Deserter (Pembelot) Sifatnya : bermoral rendah, tidak


memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan
kekuatan, sukar diramalkan.
2. Tipe Birokrat Sifatnya : correct, kaku, patuh pada peraturan dan
norma-norma; ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat,
berdisiplin, dan keras.
3. Tipe Misionaris (Missionary) Sifatnya : terbuka, penolong,
lembut hati, ramah tamah.
4. Tipe Developer (Pembangun) Sifatnya : kreatif, dinamis,
inovatif, memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik,
menaruh kepercayaan pada bawahan.
5. Tipe Otokrat Sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri,
keras kepala, sombong. Bandel.
6. Benevolent Autocrat (otokrat yang bijak) Sifatnya : lancar,
tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri.
7. Tipe Compromiser (kompromis) Sifatnya : plintat plintut, selalu
mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan,
berpandangan pendek dan sempit.
8. Tipe Eksekutif Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan
motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun.
Selain memiliki jiwa kepemimpinan seorang pemimpin juga harus
memiliki kemampuan menjadi seorang manajer yang baik agar dapat
mencapai tujuan organisasi. Secara umum, dunia manajemen menggunakan
prinsip POAC. atau Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.
Prinsip manajemen ini banyak digunakan oleh organisasi dewasa ini untuk
memajukan dan mengelola organisasi mereka. Berikut penjelasan lebih lanjut
tentang masing-masing point tsb :

 Planning

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara


bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Planning telah
dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi
segala sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer
memperhatikan masa depan, mengatakan “Ini adalah apa yang
ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”.

Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari


perencanaan karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses
penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak
berperan dalam menggerakan fungsi manajemen yang lain.
Contohnya, setiap manajer harus membuat rencana pekerjaan yang
efektif di dalam kepegawaian organisasi.

Dalam perencanaan, ada beberapa faktor yang harus


dipertimbangkan. Yaitu harus SMART :

- Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang


lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis
- Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat
diukur tingkat keberhasilannya
- Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan angan-angan
- Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap
ada tantangan.
- Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan,
triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan
dievaluasi.

 Organizing

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan


manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan
rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi
Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas,
membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan
menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa
tugas.

Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan


kegiatan ke departemen atau beberapa subdivisi lainnya. Misalnya
kepegawaian, untuk memastikan bahwa sumber daya manusia
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang
untuk pekerjaan merupakan aktifitas kepegawaian yang khas.
Kepegawaian adalah suatu aktifitas utama yang terkadang
diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah dari organizing.

Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian.


Dalam organisasi biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan
organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan.
Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab,
wewenang dan uraian jabatan (Job Description).

Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi


tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Biasanya juga semakin
besar penghasilannya. Dengan pembagian tugas tersebut maka
pekerjaan menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama
dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari manajemen. Yaitu
membagi-bagi tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing.

 Actuating

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti


bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka
dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber
daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi,
misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan
dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-
hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.

Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan


peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah
ditetapkan.
 Controlling

Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan


dan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam
bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata
tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang
terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga
dengan hal tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan
penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan
perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA

- http://www.profilpedia.com/2014/05/profil-dan-biografi-
dahlan-iskan.html
- https://www.biografiku.com/2012/03/biografi-dahlan-
iskan.html?m=1
- http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.bisnishack.co
m/2014/07/kisah-perjalanan-dan-filosofi-
bisnis.html?m%3D1&ei=kYf6JPBB&lc=id-
ID&s=1&m=904&host=www.google.co.id&ts=1518223713&s
ig=AOyes_TIWXdorczkMHPDvL9O89mKth2shg
- http://www.kajianpustaka.com/2012/11/pemimpin-dan-
kepemimpinan.html
- http://www.maswit.com/2013/06/poac-planning-organizing-
actuating-and.html

- Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. (2003). Manajemen Motivasi.


Penerbit PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
- Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan :
Apakah Pemimpinan Abnormal Itu ? PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
- Siagian, S. P. (1982). Administrasi Pembangunan. Gunung
Agung, Jakarta.
- Suradinata, Ermaya. (1995). Psikologi Kepegawaian dan
Peranan Pimpinan Dalam Motivasi Kerja . CV Ramadan,
Bandung.
- Winardi. (1990). Kepemimpinan Dalam Manajemen. PT.
Rineka Cipta, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai