Anda di halaman 1dari 3

Fitriana Roselly (F34150038)

Literatur
Thomas and Duethi (2001) menerangkan bahwa kayu manis mengandung minyak atsiri, eugenol, safrole,
cinnamaldehyde, tannin, kalsium oksalat, damar, zat penyamak, dimana cinnamaldehyde merupakan komponen yang
terbesar yaitu sekitar 70 %. Komposisi kimia Cinnamomum burmanni, Menurut Thomas and Duethi (2001), pelarut yang
paling banyak digunakan untuk ekstraksi oleoresin adalah etanol.
Tanaman kayumanis yang dikembangkan di Indonesia terutama adalah Cinnamomum burmanii Blume dengan
daerah produksinya di Sumatera Barat dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii cassia. Selain itu
terdapat Cinnamomum zeylanicum Nees, dikenal sebagai kayu manis Ceylon karena sebagian besar diproduksi di Srilangka
(Ceylon) dan produknya dikenal sebagai cinnamon. Jenis kayumanis ini juga terdapat di pulau Jawa. Selain kedua jenis
tersebut, terdapat pula jenis C. cassia yang terdapat di Cina (Abdullah,1990). Sebagian besar kulit kayumanis yang diekspor
Indonesia adalah jenis Cinnamomum burmanii. Kulit kayumanis dapat digunakan langsung dalam bentuk asli atau bubuk,
minyak atsiri dan oleoresin. Minyak kayu manis dapat diperoleh dari kulit batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu
manis dengan cara destilasi, sedangkan oleoresinnya dapat diperoleh dengan cara ekstraksi kulit kayu manis dengan pelarut
organik (Rusli dan Abdullah, 1988).
Daftar Pustaka:
Rusli, S. dan Abdullah A., (1988), Prospek Pengembangan Kayu Manis di Indonesia, Jurnal Litbang Pertanian, VIII (3),
hal. 75-79.
Abdullah, A., (1990), Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di Indonesia, dalam Tanaman Industri
Lainnya, Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, hal..1231-1244.
Thomas, J. and Duethi, P.P., (2001), Cinnamon Handbook of Herbs and Spices. CRC Press, New York, pp.143-153
Ekstraksi dengan pelarut metanol : 2.5 gram kayu manis yang telah dihaluskan dan 25 mL. metanol dimasukkan
kedalam botol tutup ulir 100 ml, kemudian dicelupkan dalam tangki ultrasonik yang berisi air dan detergent. Proses ekstraksi
dilakukan pada intensitas tetap (60 %) . Setelah 11 menit, disaring dan filtratnya diambil contoh sebanyak 2 mL untuk
penetapan kadar cinamaldehyde dengan menggunakan GC. Sisa filtrat diuapkan dengan oven untuk mengetahui kadar
oleoresin. Langkah selanjutnya diulangi sesuai dengan Run 1 seperti pada Tabel 3.1 dengan perlakuan ekstraksi pada
berbagai interval waktu untuk menentukan waktu optimal. Setelah diperoleh waktu optimal, langkah selanjutnya sesuai
dengan Run 1 seperti pada Tabel 3.1 dengan perlakuan ekstraksi pada berbagai interval intensitas untuk menentukan
intensitas optimal Ekstraksi dengan pelarut etanol : ulangi percobaan ekstraksi tersebut diatas dengan menggunakan solven
etanol sesuai dengan Tabel 3.2. Ekstraksi dengan pelarut isopropil alkohol: ulangi percobaan ekstraksi tersebut diatas
dengan menggunakan solven Isopropil alkohol sesuai dengan Tabel 3.3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa ekstraksi oleoresin dari kayu manis berbantu ultrasonik dapat dijadikan metoda alternatif karena hasil
yang diperoleh tidak berbeda nyata dibandingkan metoda terdahulu dan waktu ekstraksi optimal adalah 66 menit , yang
mana lebih cepat bila dibandingkan dibandingkan metoda konvensional yang membutuhkan waktu 8 jam, sehingga biaya
operasional menjadi lebih murah.
Yang, W., Ajapur, V.K., Krishnamurthy, K., Feng, H., Yang, R., Rababah, T.H.,
(2009), Expedited Extraction of Xylan from Corncob by power
ultrasound., International Journal Agric. & Biol. Eng., 2(4), pp.76-83.

Pada reaktor ultrasonik/sonicator, gelombang ultrasonik digunakan untuk membuat gelembung kavitasi (cavitation
bubbles) pada material larutan. Ketika gelembung pecah dekat dengan dinding sel maka akan terbentuk gelombang kejut
dan pancaran cairan (liquid jets) yang akan membuat dinding sel pecah. Pecahnya dinding sel akan membuat komponen di
dalam sel keluar bercampur dengan larutan. Cara ekstraksi ini biasanya lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan cara-cara
ekstraksi yang terdahulu (Cintas dan Cravotto, 2005) Berdasarkan nilai parameter kelarutan Hildebrand, metanol merupakan
pelarut yang lebih polar dibandingkan etanol dan isopropil alkohol. Oleoresin dapat larut dalam metanol, etanol, dan
isopropil alkohol karena oleoresin merupakan senyawa polimer yang berbobot molekul besar yang lebih mudah larut dalam
pelarut yang bersifat polar. Oleoresin yang dihasilkan dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut metanol, etanol, dan
isopropil alkohol berturut-turut sebesar 23,33%, 17,96%, dan 14,52%, sedangkan cinnamic aldehyde yang dihasilkan dari
ekstraksi dengan menggunakan pelarut metanol, etanol, dan isopropil alkohol berturutturut sebesar 3,38%, 3,10%, dan
2,34%. Semakin polar dan sedikit jumlah atom C yang terikat dalam pelarut akan memberikan produk oleoresin maupun
cinnamic aldehyde semakin besar juga. Dari Tabel 3, ekstraksi berbantu ultrasonic memberikan hasil yang sedikit lebih
besar dibandingkan dengan cara soxhlet kecuali kadar oleoresin dari ekstraksi berbantu ultrasonik yang menggunakan
pelarut metanol sedikit lebih kecil dibandingkan dengan ekstraksi soxhlet. Hasil percobaan ini selaras dengan percobaan
ekstraksi berbantu ultrasonik yang telah dilakukan oleh Yang dkk. (2009), Rouhani dkk. (2009) dan Zhang dkk. (2009),
dimana ekstraksi dengan ultrasonic menghasilkan yield relatif lebih besar dan waktu lebih cepat dibandingkan metode
konvensional.
Ekstraksi Soxhlet Dari Tabel 3, ekstraksi berbantu ultrasonic memberikan hasil yang sedikit lebih besar dibandingkan
dengan cara soxhlet kecuali kadar oleoresin dari ekstraksi berbantu ultrasonik yang menggunakan pelarut metanol sedikit
lebih kecil dibandingkan dengan ekstraksi soxhlet. Hasil percobaan ini selaras dengan percobaan ekstraksi berbantu
ultrasonik yang telah dilakukan oleh Yang dkk. (2009), Rouhani dkk. (2009) dan Zhang dkk. (2009), dimana ekstraksi
dengan ultrasonic menghasilkan yield relatif lebih besar dan waktu lebih cepat dibandingkan metode konvensional.

Bakti Jos1*), Bambang Pramudono1), dan Aprianto2) EKSTRAKSI OLEORESIN DARI KAYU MANIS
BERBANTU ULTRASONIK DENGAN pENGGUNAKAN PELARUT ALKOHOL Reaktor, Vol. 13 No. 4,
Desember 2011, Hal. 231-236

Penggunaan ultrasonik pada dasarnya menggunakan prinsip dasar yaitu dengan dengan mengamati sifat akustik gelombang
ultrasonik dengan frekuensi lebih besar dari 16-20 kHz yang dirambatkan melalui medium yang dilewati. Pada saat
gelombang merambat, medium yang dilewatinya akan mengalami getaran. Getaran akan memberikan pengadukan yang
intensif terhadap proses ekstraksi. Pengadukan akan meningkatkan osmosis antara bahan dengan pelarut sehingga akan
meningkatkan proses ektraksi
Handayani H, Sriherfyna FH dan Yunianta. 2016. Ekstraksi antioksidan daun sirsak metode
ultrasonic bath (kajian rasio bahan : pelarut dan lama ekstraksi). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4 (1), hal : 262-
272.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metoda ekstraksi berbantuan ultrasonic memiliki efisiensi waktu hampir 50%
dibandingkan ekstraksi soxhlet. Untuk ukuran bahan 10 mesh mengandung rendemen paling banyak dibandingkan dengan
ukuran bahan lainnya, rendemen oleoresin tertinggi yang diperoleh 7.813 %.
Anwar Fuadi ULTRASONIK SEBAGAI ALAT BANTU EKSTRAKSI OLEORESIN JAHE Jurnal Teknologi, Vol.
12, No. 1, April 2012 : 14-21

Menurut parsyaratan standar Nasional Indonesia (SNI) rendemen minyak atsiri yaitu minimal 1,75 %. Ketidaksesuaian data
percobaan dengan standar yang ada dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sampel kayu manis yang berbeda,
walaupun jenis sampelnya sama tetapi belum tentu kadar minyak atsiri dari sampel tersebut sama. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh kurangnya proses pengeringan sehingga kadar air yang terkandung dari sampel cenderung tinggi. Selain itu daerah
daerah tumbuh sampel juga berpengaruh terhadap kadar minyak seperti suhu dan kualitas tanah pada penanaman sampel
tersebut. Disamping itu, kesalahan didalam proses atau pengolahan pun akan menimbulkan dampak negatif terhadap mutu
dan rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Kesalahan yang menurunkan mutu serta rendemen terletak pada kondisi
peralatan yang digunakan atau karena faktor lainnya. Sebagai contoh, bahan tanaman yang seharusnya diolah melalui model
penyulingan dengan uap, ternyata diproses melalui penyulingan dengan air, lama waktu penyulingan yang seharusnya
berlangsung 24 jam ternyata hanya disuling dalam waktu 18 jam (Inggrid dan Djojosubroto 2011).
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI-01-3395-1994: Cassia Indonesia.
Inggrid H dan Djojosubroto H. 2011. Destilasi Uap Minyak Atsiri Dari Kulit Dan Daun Kayu Manis (Cinnamomum
burmanii). [Skripsi]. Bandung (id) : Universitas Katolik Parahyangan.

Keuntungan: mempercepat waktu ekstraksi, lebih efisien dalam penggunaan pelarut, tidak ada kemungkinan
pelarut yang digunakan dalam ekstraksi menguap smpai kering, aman diguakan karena prosesnya tidak mengakibatkan
perubahan yang signifikan pada struktur kimia, meningkatkan ekstraksi lipid dan protein dari biji tanaman. Sedangak
kekurangannya adalah membutuhkan biayan yang tidak sedikit, karena relative mahal dan membutuhkan curing pada
prosesnya.
Gambar 3.2. Ultrasonic bath
(Cintas and Cravotto, 2005)
Gambar 3.3. Skema ultrasonic bath
(Cintas and Cravotto, 2005)

Anda mungkin juga menyukai