Anda di halaman 1dari 2

Kepada Yth.

Kepala Desa Cinta Damai


Di
Tempat

SURAT PERNYATAAN KEBERATAN

Pada hari ini Senin, 12 Maret 2018 bahwa saya :


Nama :
Tempat/ Tgl. Lahir :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :

Dengan ini saya mengajukan/ sanggahan kepada Bapak Kepala Desa dengan adanya
surat perjanjian damai yang saya ketahui dari Bapak Marles Sidaurok pada bulan April 2017
menerangkan bahwa Tarida Sidaurok dan orang tua saya Alm. Bapak J Sidauruk dan Ibu saya
N Br. Silalahi menerangkan dalam surat tersebut telah berdamai masalah pembagian tanah
yang terletak di Dusun Raut Bosi Lbn. Pasir, namun keterangan dari Ibu saya dan
Borusilalahi bahwa surat perjanjian damai itu tidak benar dan tidak pernah ditandatangani
oleh Bapak dan Ibu saya pada surat perjanjian damai yang terbit tanggal 27 Agustus 1996.

Pada hari Kamis 28 Desember 2017 pihak Pemerintah Desa Cinta Damai memanggil
keluarga Opu Sanrido Sidauruk untuk hadir di Kantor Desa untuk membicarakan masalah
surat perdamian tersebut yang dihadiri mantan Kepala Desa Cinta Damai Tahun 1996 (Bapak
J. Sihaloho) dan sebagian para saksi yang terlampir namanya dalam surat perjanjian tersebut.
Setelah selesai dilakukan pembacaan isi surat tersebut oleh Kepala Desa Bapak Nainggolan,
abang saya J. Sidauruk bertanya “Kapan abang Tarida merantau ke Kalimantan?” saudara
Tarida Sidauruk menjawab “mulai tahun 1983 sampai sekarang 2018”. Abang saya bertannya
lagi “kenapa dalam surat perdamaian tersebut abang tinggal di Dusun Raut Bosi dan
bekerjaan pertani tahun 1996”. Abang Tarida Sidauruk menjawab “yang membuat surat itu
Lai saya dikabari lewat telephone kepada saya di Kalimantan” Abang Saya bertanya lagi
“berarti tidak menandatangani surat itu?” Saudara Tarida menjawab “tidak ada, yang
membuat Lai saya” . Mantan Kepala Desa tahun 1996 (Bapak J Sihaloho) sentak marah
mengatakan “Kau buat surat palsu kepada saudara Tarida”. Singkat cerita Kepala Desa
bertanya kepada saudara Tarida Sidauruk “sekarang keputusanmu apa?” saudara Tarida
menjawab “saya minta damai kepada keluarga Opu Sandrido Sidauruk”.
Dari pihak mantan Kepala Desa (Bapak J. Sihaloho) dan Bapak Kepala Desa
Nainggolan serta pengetua yang hadir menyuruh berdamai secara kekeluargaan dengan cara
keluarga Opu Sandrido Sidauruk memberikan tanah kepada Keluarga Tarida Sidauruk.
Namun dilapangan saudara Tarida Sidauruk merasa tidak senang karena kurang luas tanah
yang diberikan dan sampai sekarang belum ada keputusan keluarga kedua belah pihak.
Pada tanggal 2 Februai 2018 keluarga Tarida dan didampingi Kepala Desa turun ke
lahan tanah kami dan kami merasa tersinggung karena keluarga mereka langsung menanami
pohon pisang ditanah kami.
Pada tanggal 8 Februari 2018, saya (Juanris Sidauruk) dan Ibu saya telah mengajukan
pengaduan ke Polres Samosir untuk melaporkan perbuatan tidak menyenangkan dan
pemalsuan tanda tangan pada surat perjanjian damai pada tahun 1996, anggota kepolisian dari
Polres Samosir Bapak Turnip membawa kami ke kantor Kepala Desa Cinta Damai dan
Kepala Desa memanggil saudara Tarida mereka hadir, Polisi dari Polres Samosir meminta
surat asli perjanjian damai tersebut didalam kantor kepala desa serta dihadapan saya, namun
saudara menjawab “tidak tau dimana dan itu tidak ada saya tanda tangani” serta istrinya juga
mengatakan surat itu tidak benar dan pihak Kepolisan mengatakan kepada saya “jika tidak
bisa menunjukkan bukti surat asli perjanjian damai tersebut, dasar laporan tidak bisa
dilanjutkan” dan pihak polisi mengatakan “kelola tanahmu tersebut”.
Maka sebelum ada perdamian kedua belah pihak keluarga kami, maka kami mohon
kepada Kepala Desa untuk tidak melayani saudara Tarida Sidauruk untuk pembuatan surat
tanah tersebut dengan dasar surat perdamaian yang meraka buat tahun 1996.
Demikian surat keberantan/ sanggahan ini saya buat atas kerjasama pihak Pemerintah
Desa Cintai Damai saya ucapkan banyak terimakasih.

Dusun Raut Bosi Lumban Pasir,


Yang menyatakan

JUANRIS SIDAURUK

Anda mungkin juga menyukai