Sejarah mengajarkan kepada kita untuk berfikir kronologis (diakronis) yaitu berfikir secara
runtut, teratur dan berkesinambungan. Konsep kronologis dalam sejarah akan memberikan
gambaran secara utuh tentang suatu peristiwa bersejarah dari tinjauan aspek tertentu sehingga
kita dapat dengan mudah memahami, menarik manfaat dan makna dari suatu peristiwa. Adapun
dalam keseharian, berfikir diakronis atau berfikir secara kronologis sangat diperlukan jika kita
ingin memecahkan suatu masalah. Tanpa berfikir secara runtut dan berkesinambungan dalam
mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan kesulitan memecahkan suatu masalah atau
bahkan mendapatkan solusi yang tidak tepat.
Galtung mengemukakan, diakronis berasal dari bahasa Yunani. kata "dia" berarti melintasi atau
melewati dan "kronos" berarti perjalanan waktu. Dengan demikian diakronis dapat diartikan
sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa - peristiwa sebelumnya dan tidak
berdiri sendiri atau timbul secara tiba - tiba. Sebab dalam sejarah, selain meneliti gejala - gejala
yang memanjangkan waktu, tetapi juga ruang yang terbatas.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan
bergerak sepanjang masa. Dari proses inilah manusia dapat membandingkan dan melihat
perkembangan kehidupan manusia dari zaman ke zaman.
Berbeda dengan peristiwa diakronik dimana satu peristiwa memiliki hubungan dengan peristiwa
lain, pada konsep sinkronik tidaklah demikian. Dalam konsep berfikir sinkronik yang akan
dipelajari dalam kurun waktunya saja secara mendetail tanpa perlu membandingkan dengan
peristiwa sejarah lain.
Contoh :
Ketika kita mengkaji mengenai peristiwa G30SPKI, maka konsep sinkronik akan mempelajari
peristiwa tersebut secara mendetail dengan menggunakan konsep 5 W + 1 H.
C. Konsep Ruang
Konsep ruang meliputi aspek lingkungan, lokasi, dan tempat terjadinya suatu peristiwa sejarah.
Kajian yang diambil pada konsep ruang lebih dititik beratkan pada aspek tempat terjadinya suatu
peristiwa sejarah. Konsep ruang dalam sejarah akan membantu dalam membandingkan antara
peristiwa yang terjadi di satu lokasi dengan peristiwa sejarah di lokasi lainnya serta mengetahui
apakah ada hubungan antara peristiwa di lokasi satu dengan yang lain. Sejarah lokal dapat
diangkat menjadi sejarah nasional karena pengaruhnya pada wilayah lain, begitu juga sejarah
nasional dapat dijadikan sejarah internasional karena mempengaruhi daerah lain yang
berpengaruh sangat besar.
Contoh:
Peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya merupakan sejarah lokal yang diangkan
menjadi sejarah nasional karena pengaruhnya yang sangat besar terhadap daerah lain dalam
rangka mempertahankan kemerdekaan RI pada saat itu.
Perang Dunia I dan II merupakan sejarah negara bagi negara - negara yang berkonflik. Namun
Perang Dunia I dan II dijadikan sebagai sejarah internasional karena mempengaruhi negara -
negara lain di dunia.
D. Konsep Waktu
Konsep waktu dalam sejarah sangat diperlukan sebagai pengelompokan - pengelompokan
berdasarkan waktu (pembabakan / periodisasi) suatu peristiwa sejarah dan urutan waktu
terjadinya peristiwa sejarah (kronologis / diakronis). Konsep waktu sangat penting untuk
menghindari terjadinya tumpang tindih peristiwa sejarah (anakronis).
Contoh
Periodisasi masa pra aksara :
Diakronik
Secara etimologis kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia dan chronoss.
Dia mempunyai arti melintas, melampaui, atau melalui, sedangkan chronoss berarti waktu. Jadi
diakronik berarti sesuatu yang melintas, melalui, dan melampaui dalam batasan waktu.
Diakronik adalah berpikir secara kronologis (urut) menganalisa sesuatu. Yang dimaksud
kronologis sendiri adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu
kejadiannya. Berarti sejarah yang bersifat diakronik juga berarti memanjang dalam waktu tetapi
terbatas dalam ruang. Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir diakronik/kronlogis, artinya
berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan.
Contoh Diakronik
Gambar 1.1 Monumen Palangan Ambarawa untuk memperingati peristiwa Palngan Ambarawa
1) Kronologi Pertempuran Ambarawa ( 20 Oktober – 15 Desember 1945)
a.Tentara Sekutu yang diboncengi NICA mendarat di Semarang pada tanggal 20
Oktober 1945
b.Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah terjadi tembak-
menembak antara para pejuang kemerdekaan dengan pasukan Sekutu.
c.Kolonel Soedirman mengadakan rapat rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan
Laskar pada tanggal 11 Desember 1945
d.Serangan mulai dilancarkan pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 4.30 pagi.
e.Pertempuran berakhir pada tanggal 15 Desember 1945 dan Indonesia berhasil
merebut ambarawa.Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
2) Kronologi Pertempuran Surabaya ( 27 Oktober-20 November 1945)
a.Tentara Inggris bersama NICA mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945.
b.Setelah insiden perobekan bagian biru bendera Belanda, pada tanggal 27 Oktober 1945
meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris.
c.Gencatan senjata antara pihak Indonesia dengan pihak tentara Inggris ditandatangani pada
tanggal 29 Oktober 1945.
d.Setelah gencatan senjata, bentrokan-bentrokan tetap saja terjadi sampai berpuncak
pada terbunuhnya Brigadir Jendral Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur) pada
tanggal 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30.
e.Pengganti Mallaby, Mayor Jendral Eric Carden Robert Mansegh mengeluarkan ultimatum
pada 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan
menghentikan perlawanan.
f.Ultimatum itu tidak dihiraukan. Pada tanggal 10 November pagi tentara Inggris
melancarkan serangan besar-besaran.
Pengertian Periodisasi Sejarah
Secara bahasa "periodisasi sejarah" terdapat dua kata yaitu "periodisasi" dan "sejarah".
Periodisasi berasal dari kata "periode atau periodi" kemudian mendapat imbuhan "sasi", maka
menjadi kata "periodisasi" yang artinya adalah membagi atau memperiodekan. Lalu sejarah
sendiri memiliki arti history atau masa lampau. Jadi secara bahasa, periodisasi sejarah adalah
membagi masa lampau.
Dalam bukunya Dwi Ari Listiyani (2009) menyebutkan bahwa, pengertian periodisasi atau
pembabakan waktu adalah salah satu proses strukturisasi waktu dalam sejarah dengan pembagian
atas beberapa babak, zaman, atau periode. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang begitu banyak
dibagi-bagi dan dikelompokkan. Dalam bukunya Wardaya yang berjudul Cakrawala Sejarah
(2009:6) menyebutkan bahwa, pengertian periodisasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang
dipergunakan untuk berbagai peristiwa.
Dari kedua pengertian di atas sepertinya berbeda, akan tetapi mengandung inti yang sama
yaitu, membagi sejarah menjadi beberapa periode. Seperti yang sudah disebutkan di atas, sejarah
merupakan peristiwa-peristiwa masa lampau yang begitu panjang. Maka dari itu, agar kita
mudah untuk mempelajarinya, maka diadakannya periode atau pembabakan masa lampau.
Seperti ketika kita bermain sepak bola. Untuk mempermudah pertandingan sepak bola berjalan
dengan baik, maka harus diadakan yang namanya pembagian babak (babak penyisihan, babak
semi final, dan babak final).
Demikian juga ketika seumpamanya kita belajar tentang Sejarah Kepresidenan Negara
Indonesia, maka akan dibagi menjadi beberapa babak atau periode. Pertama adalah periode
presiden Ir. Sukarno atau Bung Karno, kedua, periode presiden Pak Suharto, ketiga periode Pak
Habibi, dan seterusnya sampai presiden yang terakhir. Itulah contoh mudah mengenai periodisasi
sejarah. Dari sejarah kepresidenan Indonesia yang dibagi menjadi beberapa periode. Maka dari
itu, kesimpulan dari pengertian periodisasi dalam sejarah adalah pembagian peristiwa-peristiwa
di masa lampau yang sesuai dengan fakta atau bukti-bukti sejarah.