1. Klasifikasi edentulous
3) Klas III
Klas ini ditandai dengan adanya kebutuhan akan revisi dari struktur pendukung gigitiruan
untuk memungkinkan diperolehnya fungsi gigitiruan yang adekuat. Kriteria diagnostik dari klas
ini yaitu :
a. Tinggi sisa tulang 11-15 mm yang diukur pada tinggi vertikal rahang bawah terendah pada
radiografik panoramik.
b. Morfologi sisa lingir sedikit berpengaruh dalam menahan pergerakan horizontal dan
vertikal basis gigitiruan; rahang atas tipe C.
c. Lokasi perlekatan otot cukup berpengaruh terhadap retensi dan stabilitas gigitiruan;
rahang bawah tipe C.
d. Hubungan rahang klas I, II atau III.
e. Kondisi-kondisi yang membutuhkan perawatan gigitiruan :
- Prosedur modifikasi jaringan keras minor, termasuk di dalamnya alveoplasti.
- Pemasangan implan sederhana; tidak membutuhkan augmentasi.
- Pencabutan beberapa gigi yang menghasilkan edentulous penuh untuk pemasangan
gigitiruan immediate.
- Keterbatasan ruang antar rahang 18-20 mm.
f. Pertimbangan psikososial tingkat sedang dan/atau manifestasi penyakit sistemik atau
kondisi-kondisi seperti xerostomia dalam tingkatan sedang.
g. Gejala-gejala TMD.
h. Lidah besar (memenuhi ruang interdental) dengan atau tanpa hiperaktivitas.
i. Hiperaktivitas refleks muntah.
3) Klas III
Klas ini ditandai dengan keadaan yang buruk dari lokasi dan perluasan daerah edentulous pada
kedua lengkung rahang, kondisi gigi penyangga yang membutuhkan lebih banyak terapi lokal
tambahan, karakteristik oklusi membutuhkan penyesuaian kembali tanpa mengubah dimensi
vertikal dan kondisi residual ridge.
a. Lokasi dan perluasan daerah edentulous buruk :
- Daerah edentulous terdapat pada satu atau kedua lengkung rahang.
- Daerah edentulous buruk sebagai dukungan fisiologis gigi penyangga.
- Daerah edentulous mencakup beberapa gigi posterior rahang atas atau rahang bawah
lebih banyak daripada tiga atau dua gigi molar, tiga gigi atau lebih pada daerah
edentulous anterior dan posterior.
b. Kondisi gigi penyangga buruk :
- Gigi penyangga pada tiga sisi tidak cukup untuk menahan struktur gigi atau sebagai
dukungan restorasi intrakorona atau ekstrakorona.
- Gigi penyangga pada tiga sisi membutuhkan lebih banyak terapi lokal tambahan
(misalnya prosedur periodontal, endodontik atau ortodontik).
- Gigi penyangga mempunyai prognosis sedang.
c. Oklusi buruk :
Membutuhkan penyesuaian ulang oklusi tanpa diikuti oleh perubahan dimensi vertikal.
d. Morfologi residual ridge sama dengan kondisi edentulous total klas III.
4) Klas IV
Klas ini ditandai dengan keadaan yang sangat buruk dari lokasi dan perluasan daerah edentulous
dengan prognosis terpimpin, kondisi gigi penyangga yang membutuhkan terapi lokal tambahan
yang besar, karakteristik oklusi membutuhkan penyesuaian ulang oklusi dengan mengubah
dimansi vertikal dan kondisi residual ridge.
a. Lokasi dan perluasan daerah edentulous buruk :
- Daerah edentulous yang luas dan bisa terdapat pada kedua lengkung rahang.
- Daerah edentulous buruk sebagai dukungan fisiologis gigi penyangga untuk
menegakkan diagnosis terpimpin.
- Daerah edentulous mencakup kerusakan maksilofasial kongenital atau yang didapat.
b. Kondisi gigi penyangga buruk :
- Gigi penyangga pada empat sisi tidak\ cukup untuk menahan struktur gigi atau sebagai
dukungan restorasi intrakorona atau ekstrakorona.
- Gigi penyangga pada empat sisi membutuhkan terapi lokal tambahan yang lebih
besar.
c. Oklusi buruk : Diperlukan rencana penyesuaian ulang oklusi dengan mengubah dimensi
vertikal.
d. Morfologi residual ridge sama dengan kondisi edentulous total klas IV.
KLASIFIKASI KENNEDY
Pada tahun 1923, Kennedy merancang sebuah sistem yang kemudian menjadi popular karena
sederhana dan mudah diaplikasikan. Kennedy berupaya untuk mengklasifikasikan lengkung tak
bergigi agar dapat membantu pembuatan desain gigitiruan sebagian lepasan. Klasifikasi ini
membagi semua keadaan tak bergigi menjadi empat kelompok. Daerah tak bergigi yang
berbeda dari keadaan yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu dalam empat kelompok tadi,
disebut sebagai modifikasi.
1) Klas I
Daerah edentulous terletak di bagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan berada pada
kedua sisi rahang (bilateral).
Klas I edentulous sebagian
2) Klas II
Daerah edentulous terletak dibagian posterior dari gigi yang masih tersisa dan hanya berada
pada salah satu sisi rahang (unilateral).
3) Klas III
Daerah edentulous terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun
anterior dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral)
4) Klas IV
Daerah edentulous terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan melewati
garis median.
KLASIFIKASI APPLEGATE-KENNEDY
Setelah bertahun-tahun menggunakan dan menerapkan klasifikasi Kennedy, Applegate menganggap
perlu mengadakan perubahan-perubahan tertentu demi perbaikan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
mendekatkan prosedur klinis dengan pembuatan desain dengan klasifikasi yang dipakai.
Applegate kemudian memperbaiki klasifikasi tersebut yang kemudian dikenal sebagai Klasifikasi
Applegate-Kennedy. Applegate membagi rahang yang sudah kehilangan sebagian giginya menjadi
enam kelas.
1) Klas I
Daerah edentulous sama dengan klas I Kennedy, terletak di bagian posterior dari gigi yang masih
tersisa dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral). Keadaan ini sering dijumpai pada rahang
bawah. Secara klinis dijumpai :
a. Derajat resorpsi residual ridge bervariasi.
b. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas gigitiruan yang akan
dipasang.
c. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil.
d. Gigi asli yang masih ada atau tinggal sudah migrasi dalam berbagai posisi.
e. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
f. Jumlah gigi yang masih tertinggal di bagian anterior umumnya 6-10 gigi saja.
g. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi perawatan prostodontik klas I yaitu GT sebagian lepasan dengan desain bilateral dan
perluasan basis distal.
2) Klas II
Daerah edentulous sama seperti klas Kennedy, terletak dibagian posterior dari gigi yang masih
tersisa dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral). Secara klinis dijumpai keadaan :
a. Resorpsi tulang alveolar terlihat lebih banyak.
b. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
c. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis ini.
d. Pada kasus ekstrim, karena tertundanya pembuatan protesa untuk jangka waktu lama,
kadang-kadang perlu pencabutan satu atau lebih ggi antagonis.
e. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi perawatan prostodontik klas II yaitu GT sebagian lepasan dengan desain bilateral dan
perluasan basis distal.
3) Klas III
Daerah edentulous sama seperti klas III Kennedy, terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anterior dan hanya berada pada salah satu sisi rahang (unilateral). Daerah
edentulous paradental dengan kedua gigi tetangganya tidak lagi mampu memberi dukungan
kepada protesa secara keseluruhan. Secara klinis, dijumpai keadaan :
a. Daerah tak bergigi sudah panjang.
b. Bentuk atau panjang akar gigi kurang memadai.
c. Tulang pendukung mengalami resorpsi servikal, dan atau disertai goyangnya gigi secara
berlebihan.
d. Beban oklusal berlebihan.
Indikasi perawatan prostodontik klas III yaitu gigitiruan sebagian lepasan dukungan gigi
dengan desain bilateral.
4) Klas IV
Daerah edentulous sama dengan klas IV Kennedy, terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang
masih ada dan melewati garis median. Pada umumnya untuk klas ini dibuat gigitiruan sebagian
lepasan, bila : Tulang alveolar sudah banyak hilang.
a. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung.
b. Dibutuhkan distribusi merata melalui banyak gigi penyangga, pada pasien dengan daya
kunyah besar.
c. Diperlukan dukungan dengan retensi tambahan dari gigi penyangga.
d. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor
esetetik.
Indikasi perawatan prostodontik klas IV yaitu :
a. Gigitiruan cekat (GTC), bila gigi-gigi tetangga masih kuat.
b. Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau
jaringan atau kombinasi.
c. Pada kasus yang meragukan, sebaiknya dibuatkan GTSL.
5) Klas V
Daerah edentulous berada pada salah satu sisi rahang, gigi anterior lemah dan tidak dapat
digunakan sebagai gigi penyangga atau tidak mampu menahan daya kunyah. Kasus seperti ini
banyak dijumpai pada rahang atas, karena gigi kaninus yang dicabut malposisi atau terjadi
kecelakaan.
Indikasi perawatan prostodontik klas V yaitu gigitiruan sebagian lepasan dengan desain
bilateral dan prinsip basis berujung bebas di bagian anterior.
6) Klas VI
Daerah edentulous terletak pada daerah unilateral dengan kedua gigi tetangga dapat digunakan
sebagai gigi penyangga.
4.Pembagian gigi tiruan sebagian berdasarkan bahan yang digunakan menurut Soelarko dan
Wachijati (1980) adalah :
a.Frame denture
Frame denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari kerangka logam tuang dan
bagian sadel terdiri dari akrilik serta elemen gigi tiruan.
b.Acrylic denture
Acrylic denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang basisnya terdiri dari akrilik serta elemen gigi
tiruan.
c.Vulkanite denture
Vulkanite denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari karet yang dikeraskan sebagai
basis gigi tiruan serta elemen gigi tiruan.
Kennedy (1923) mengklasifikasikan GTSL, berdasarkan letak sadel dan free end:
Klas I Adanya ujung bebas pada dua sisi (bilateral free end), mempunyai daerah tanpa gigi di
belakang gigi yang tertinggal pada sebuah sisi rahang.
Klas II Adanya ujung bebas pada satu sisi (unilateral free end), mempunyai daerah tanpa gigi di
belakang gigi yang tertinggal pada satu sisi rahang saja.
Klas III Bila tidak ada ujung bebas (free end), mempunyai gigi yang tertinggal di bagian belakang
kedua sisi.
Klas IV Adanya letak sadel pada gigi anterior dan melewati median line. Bila terdapat daerah tidak
bergigi tambahan oleh Kennedy disebut sebagai modifikasi, kecuali klas IV tidak ada modifikasi.