Tafsir Doa Dalam Surat Al Ahqaf Ayat 15
Tafsir Doa Dalam Surat Al Ahqaf Ayat 15
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri”.
Allah memerintahkan kepada hambanya untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan ketika
sudah mencapai usia dewasa yakni usia 40 tahun, dimana ini adalah usia seorang manusia telah
mencapai kematangan dalam berpikir, bertindak. Pada usia ini juga Nabi kita Muhammad sholallahu
alaihi wa salam diutus sebagai Nabi kepada seluruh manusia. Seorang yang mencapai usia 40 tahun,
maka ia mendapatkan wasiat dari Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa untuk berdoa sebagaimana dalam
Firman-Nya ditas. Ini juga doa yang dipanjatkan Nabi Sulaiman alaihi salam, sebagaimana yang
tertera dalam surat An-Naml, dimana Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :
“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur
dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor
semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”; maka dia tersenyum dengan
tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham
untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh ” (QS. An Naml 17-19).
Imam Ibnul Jauzi dalam kitab tafsirnya menyebutkan beberapa pendapat para ulama tafsir tentang
asbabun nuzul surat Al Ahqof diatas, beliau menyebutkan 3 pendapat yakni :
o ayat ini turun berkaitan dengan sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq rodhiyallahu anhu, Beliau
adalah sahabat Nabi sholallahu alaihi wa salam sejak muda hingga sampai Rasulullah sholallahu
alaihi wa salam wafat. beliau dengan Nabi sholallahu alaihi wa salam umurnya terpaut 2
tahun, maka ketika Nabi sholallahu alaihi wa salam diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun,
usia Abu Bakar rodhiyallahu anhu menginjak 38 tahun. pada saat usia Abu Bakar rodhiyallahu
anhu sampai 40 tahun, beliau berdoa seperti dalam ayat diatas. Imam ‘Athoo’ meriwayatkan
dari Ibnu Abbas dan ini juga ucapan mayoritas ulama tafsir, mereka berkata :
عباس ابن عن عطاء رواه، قالوا األكثرون؛ قال وبه: سنة أربعين بكر أبو بلغ فلما، اآلية هذه في ذكره بما وجل عز هللا دعا، هللا فأجابه
، وإناثهم ذكورهم أولده و والداه فأسلم، الصحابة من لغيره ذلك يجتمع ولم
“maka ketika Abu Bakar rodhiyallahu anhu mencapai usia 40 tahun, beliau berdoa kepada Allah
azza wa Jalla dengan doa yang disebutkan dalam ayat diatas, lalu Allah mengabulkannya.
Bapaknya masuk islam, anaknya baik yang laki-laki maupun yang perempuan semuanya masuk
islam, tidak ada yang mengumpulkan perkara ini selain Abu Bakar rodhiyallahu anhu dari kalangan
para sahabat rodhiyallahu anhum ajma’in.
o ayat ini turun berkaitan dengan sahabat Saad bin Abi Waqqosh rodhiyallahu anhu, ini adalah
pendapatnya adh-Dhohaak dan as-Sudiy.
o ayat ini turun secara umum, ini adalah perkataannya Al-Hasan al-Bashriy.
َّ َعل
َي َ ” (untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku). Nikmat terbesar
seorang hamba adalah keimanan, sebagaimana dalam firman-Nya :
“sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada
keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar ” (QS. Al Hujuraat : 17).
Imamul Mufasirin Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu mengartikan nikmat tersebut adalah tauhid. dan
tidak bertentangan juga jika nikmat tersebut adalah umum mencakup seluruh nikmat yang Allah
berikan kepada kita semua, karena nikmat Allah sangatlah banyak dan besar, yang seorang hamba
tidak akan mampu menghitungnya. Allah berfirman :
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya”
(QS. Ibrohim : 34 & An-Nahl : 18).
Lalu doanya “ َيَ وعلى َ (dan kepada ibu bapakku) yakni nikmat yang sama berupa keimanan dan
َّ ”وا ِلد
nikmat-nikmat dari Allah yang diberikan kepada kedua orang tuaku, sehingga mereka memeluk
agama Islam ini dan menjadikan aku sebagai keturunannya beragama Islam. Nabi sholallahu alaihi
wa salam bersabda :
َ َ ا ْل ِف ْط َر ِة، َسانِ َِه أَ َْو ينَ ِص َرانِ َِه أَ َْو يه َِودَانِ َِه َفأَب ََواه
َعلَى يو َلدَ َم ْولودَ ك ُّل َ ي َم ِج
“Setiap anak dilahirkan diatas fitrah, kedua orang tuanya-lah yang menjadikan anaknya menjadi
Yahudi atau Nashroni atau Majusi” (Muttafaqun alaih).
Diantara nikmat yang diberikan kepada orang tuaku juga adalah rezeki berupa mata pencaharian
yang dengannya orang tuaku dapat memelihara dan merawatku. Allah berfirman :
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.” (QS. Al
Baqoroh : 233).
Dan yang menakjubkan sekalipun nafkah seorang bapak kepada keluarganya adalah suatu kewajiban
yang dituntut agama dan kebiasaan urf suatu masyarakat, namun Allah tetap memberikan pahala
kepada bapak kita dan ini tentunya nikmat yang lain juga. Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda
:
“Jika seorang Bapak memberikan nafkah kepada keluarganya dengan suatu nafkah, maka itu adalah
shodaqoh baginya” (Muttafaqun alaih).
ََل َف ْليَ ْع َم َْل َربِ َِه ِلقَا َءَ ي َْرجو كَانََ فَ َم ْن َ أَ َحدًا َر ِب ِهَ بِ ِعبَا َد َِة يش ِْركَْ َو ََل صَا ِل ًحا
ًَ ع َم
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS. Al
Kahfi : 110).
Dan barangsiapa yang berbuat amal sholih, maka ia mendapatkan pahala yang tidak terputus-putus
dan surga-Nya Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa. Firman-Nya :
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang
tiada putus-putusnya” (QS. At Tiin : 6).
َت مِ نََ يَ ْع َم َْل َو َم ْن َْ ِِيرا ي ْظ َلمونََ َو َلَ ا ْل َجنَّةََ يَدْخلونََ َفأولَئِكََ مؤْ مِ نَ َوه َوَ أ ْنثَى أَ َْو ذَكَرَ م
َِ ن الصَّا ِلحَا ً نَق
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang
yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun
” (QS. An Nisaa : 124).
Lalu doanya “َ( ”ت َ ْرضَاهyang Engkau ridhai) yakni amal-amal sholeh yang diridhoi dan dicintai oleh
Allah, ini adalah seluruh jenis ibadah, sebagaimana firman-Nya :
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai
kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu
itu” (QS. Az Zumar : 7).
ْ َ ( ” ذ ِر َّيتِي فِي لِي َوأberilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
Lalu doanya “َْصلِح
anak cucuku) yakni agar keturunanku semuanya masuk Islam dan mentauhidkan-Mu. Mendapatkan
karunia anak-anak dan cucu-cucu yang sholih dan sholihah adalah dambaan setiap insan yang
bertakwa. Lihatlah bagaimana Nabi Ibrohim alaihi salam berdoa :
َب إِب َْراهِيمَ قَا ََل َو ِإ ْذ
َِ ِيَ َواجَْن ْبنِي آَمِ نًا ا ْلبَلَ ََد َهذَا اجْ عَ َْل َر َْ َ صنَا ََم نَعْب ََد أ
َّ ن َوبَن ْ َ ( ْاأل35) ب ْ َ ِيرا أ
َِ ضلَ ْلنََ إِنَّهنََّ َر ً اسَ مِ نََ َكث َْ ن مِ نِي فَ ِإنَّهَ تَبِعَنِي فَ َم
ِ َّن الن َْ َو َم
َ ََغفورَ َف ِإنَّك
عصَانِي َ ََرحِ يم
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang
aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala ” (QS.
Ibrohim : 35).
Dalam doa berikutnya, Nabi Ibrohim alaihi salam memanjatkan agar anak keturunannya senantiasa
beribadah kepada Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa.
ْ َن أ
س َك ْنتَ إِنِي َربَّنَا َ اس مِ نََ أ َ ْف ِئ َد َةً َفاجْ َع َْل الص َََّل َةَ لِيقِيموا َربَّنَا ا ْلمح ََّر َِم بَ ْيتِكََ ِع ْن ََد َز ْرعَ ذِي
َْ ِغي ِْرَ بِ َوادَ ذ ِريَّتِي م َ ِ َّارز ْقه َْم ِإلَي ِْه َْم ت َ ْه ِوي الن
ْ مِ نََ َو
ِ يَشْكرونََ لَعَ َّله ْمَ الث َّ َم َرا
َت
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami
(yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur ” (QS. Ibrohim : 37).
Dan salah satu doa yang disyariatkan kepada kita juga, agar memohon keluarga dan anak
keturunan, yang dapat menjadi penyejuk pandangan dengan keimanan dan amal shaleh mereka.
Firman-Nya :
ن لَنَا َه ْبَ َربَّنَا ِ ِإ َما ًما ِل ْلمتَّقِينََ َواجْ َع ْلنَا أَعْينَ ق َّر َةَ َوذ ِريَّاتِنَا أ َ ْز َو
َْ ِاجنَا م
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Furqon
: 74).
Lalu doanya “ ( ” ِإ َليْكََ تبْتَ ِإنِيSesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau), yakni aku benar-benar
bertaubat dengan memohon ampun kepada Engkau wahai Dzat yang Maha Pengampun dan
Menerima Taubat. Kesalahan-kesalahanku sangat banyak dan aku belum dapat menunaikan rasa
syukur kepada Engkau atas nikmat-nikmat yang telah engkau berikan. Nabi sholallahu alaihi wa
salam mengajari kita untuk berdoa setiap pagi dan petang dengan doa yang disebut
sebagai “Sayyidul Istighfar” :
Para Nabi alaihi salam senantiasa berdoa agar diwafatkan dalam keadaan sebagai seorang muslim
dan mewasiatkan kepada keturunannya agar diwafatkan juga dalam keadaa seorang Muslim.
Firman-Nya :
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim
berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. ” (QS. Al Baqoroh : 132).
Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa telah menyeru kaum Mukminin agar meninggal diatas islam, Firman-
Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali Imron : 102).
Demikian penjelasan doa yang terdapat dalam surat Al Ahqof ayat 15 ini, sebelum kami akhiri
mungkin ada pertanyaan : dhohirnya ayat menunjukkan bahwa doa ini dibaca ketika seseorang
mencapai usia 40 tahun, pertanyaannya adalah apakah doa ini boleh diucapkan oleh orang yang
belum mencapai usia tersebut?
Jawabannya, diperbolehkan bagi orang yang belum mencapai usia 40 tahun untuk mengucapkan doa
ini, karena bagusnya dan saratnya faedah yang dikandung dalam doa ini. Apalagi didukung oleh
pendapat Imamul Mufassiriin Abdullah bin Abbas rodhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa ayat ini
turun berkaitan dengan sahabat Abu Bakar ash-Shidiq rodhiyallahu anhu, dimana dalam ayat ini
diceritakan ketika Abu Bakar rodhiyallahu anhu mencapai usia 40 tahun, yakni 2 tahun setelah
keislaman beliau dengan diutusnya sahabat dekatnya yaitu Muhammad sholallahu alaihi wa salam
menjadi Nabi. Lalu Allah kabulkan doanya, ayahnya Abu Quhafah rodhiyallahu anhu akhirnya masuk
Islam dan begitu juga anak-anaknya semuanya masuk islam, seperti Abdur Rokhman bin Abi Bakar,
Aisyah, Ummu Kultsum binti Abi Bakar, Asmaa’ binti Abi Bakar dan selainnya rodhiyallahu anhum
ajmain. Sehingga menurut ulama tafsir “al-Ibroh bi Umumil Lafdhzi laa bikhususi
sabab”, maksudnya ayat ini sedang menceritakan seorang yang ketika telah menginjak usia 40
tahun berdoa dengan doa ini, bukan pensyariatan doa ini hanya untuk orang yang telah
menginjak 40 tahun. Wallahu A’lam.