Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Algoritma Greedy


Definisi Algoritma Greedy
Algoritma Greedy adalah algoritma yang membentuk solusi langkah
per langkah. Pada setiap langkah tersebut akan dipilih keputusan yang paling
optimal. Keputusan tersebut tidak perlu memperhatikan keputusan
selanjutnya yang akan diambil, dan keputusan tersebut tidak dapat diubah
lagi pada langkah selanjutnya. Prinsip utama Algoritma Greedy adalah ”take
what you can get now!”. Maksud dari prinsip tersebut adalah sebagai berikut
: Pada setiap langkah dalam Algoritma Greedy, diambil keputusan yang
paling optimal untuk langkah tersebut tanpa memperhatikan konsekuensi
pada langkah selanjutnya. Dinamakan solusi tersebut dengan optimum lokal.
Kemudian saat pengambilan nilai optimum local pada setiap langkah,
diharapkan tercapai optimum global, yaitu tercapainya solusi optimum yang
melibatkan keseluruhan langkah dari awal sampai akhir.

Skema Umum Algoritma Greedy


Algoritma greedy disusun oleh elemen-elemen berikut:
1. Himpunan kandidat.
Berisi elemen-elemen pembentuk solusi.

2. Himpunan solusi
Berisi kandidat-kandidat yang terpilih sebagai solusi persoalan.

7
8

3. Fungsi seleksi (selection function)


Memilih kandidat yang paling memungkinkan mencapai solusi optimal.
Kandidat yang sudah dipilih pada suatu langkah tidak pernah
dipertimbangkan lagi pada langkah selanjutnya.

4. Fungsi kelayakan (feasible)


Memeriksa apakah suatu kandidat yang telah dipilih dapat memberikan
solusi yang layak, yakni kandidat tersebut bersama-sama dengan
himpunan solusi yang sudah terbentuk tidak melanggar kendala
(constraints) yang ada. Kandidat yang layak dimasukkan ke dalam
himpunan solusi, sedangkan kandidat yang tidak layak dibuang dan tidak
pernah dipertimbangkan lagi.

5. Fungsi obyektif, yaitu fungsi yang memaksimumkan atau


meminimumkan nilai solusi (misalnya panjang lintasan, keuntungan, dan
lain-lain).
(Munir, 2004 ).
2.2 Kajian Pengangkutan (Transportasi)
2.2.1 Pegertian Pengangkutan (Transportasi)
Pengertian transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare
dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti
mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau
membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau suatu tempat ke tempat lainnya.
Transportasi dapat didefenisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut
atau membawa barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Menurut Rustian Kamaluddin untuk setiap bentuk transportasi terdapat
empat unsur pokok transportasi, yaitu : jalan , kendaraan dan alat angkut,
tenaga penggerak, dan terminal. Sedangkan Ahmad Munawar menjelaskan
dalam bukunya bahwa ada lima unsur pokok dalam sistem transportasi yaitu
:
9

1. Orang yang membutuhkan


2. Barang yang dibutuhkan.
3. Kendaraan sebagai alat angkut.
4. Jalan sebagai prasarana angkutan.
5. Organisasi atau manajemen yang menggerakkan kegiatan
transportasi tersebut.

2.2.2 Fungsi transportasi


Untuk menunjang perkembangan ekonomi yang mantap perlu
dicapai keseimbangan antara penyediaan dan permintaan jasa angkutan. Jika
penyediaan jasa angkutan lebih kecil daripada permintaannya, akan terjadi
kemacetan arus barang yang dapat menimbulkan kegoncangan harga di
pasaran. Sebaliknya, jika penawaran jasa angkutan melebihi permintaannya
maka akan timbul persaingan tidak sehat yang akan menyebabkan banyak
perusahaan angkutan rugi dan menghentikan kegiatannya, sehingga
penawaran jasa angkutan berkurang, selanjutnya menyebabkan
ketidaklancaran arus barang dan kegoncangan harga dipasar.
Pengangkutan berfungsi sebagai faktor penunjang dan perangsang
pembangunan dan pemberi jasa bagi perkembangan ekonomi. Fasilitas
pengangkutan harus dibangun mendahului proyek-proyek pembangunan
lainnya(Nasution, 2004).

2.2.3 Model Matematika Metode Transportasi


Metode transportasi pada intinya mencari dan menentukan
perencanaan pengiriman barang dari tempat asal ke tempat tujuan, dengan
total biaya transportasi yang minimal. Oleh karena itu, dalam total biaya
transportasi terdapat 3 (tiga) variabel, yakni sebagai berikut:
a. Jumlah barang yang tersedia di tempat (sumber) asal, yakni kapasitas
pengiriman.
10

b. Daya tampung di daerah atau tempat tujuan, yakni daya tampung


tempat tujuan.
c. Biaya transportasi per unit barang yang akan dikirimkan.
Bila barang yang dikirimkan berjumlah x buah, sedangkan biaya per
unit b rupiah, berarti biaya pengiriman adalah x × b rupiah (Rp x × b) . Akan
tetapi, karena banyak sumber, misalnya sumber barang i dikirimkan ke
berbagai tempat tujuan j, maka total biaya menjadi xij × 𝑏ij atau Rp xij × 𝑏ij .
Oleh karena total biaya pengiriman dari tempat sumber barang i ke berbagai
tempat tujuan j harus minimum maka model LP-nya menjadi:

Tujuan: Z = ∑𝑚 𝑛
𝑖=1 ∑𝑗=1 𝑥𝑖𝑗 × 𝑏𝑖𝑗 minimum

Perlu diingat, bahwa jumlah barang yang dikirimkan (dari tempat


asal) ke tempat tujuan tidak boleh melebihi supply barang yang tersedia.
Artinya jumlah barang yang dikirimkan ke tempat tujuan harus sebesar atau
lebih kecil dari jumlah barang yang diproduksi supplied). Kalimat tersebut
apabila dinyatakan dalam bentuk matematis ialah sebagai berikut:
a. Jumlah barang 𝑥𝑖𝑗 yang dikirimkan harus lebih kecil dari jumlah barang
yang tersedia di tempat asal sebesar 𝑆𝑖 .

Kalimat matematikanya:
∑𝑚
𝑖=1 𝑥𝑖𝑗 ≤ 𝑆𝑖 , di mana i = 1, 2, ... m

b. Jumlah barang yang ”dikapalkan” ke tempat tujuan harus sama atau


dapat juga lebih besar dari permintaan (P).
Kalimat matematikanya :
∑𝑛𝑗=1 𝑥𝑖𝑗 ≥ 𝑃𝑗 , di mana j = 1, 2, ... n.
Sehingga model transportasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Fungsi tujuan Z = ∑𝑚 𝑛
𝑖=1 ∑𝑗=1 𝑥𝑖𝑗 × 𝑏𝑖𝑗 minimum
11

Dengan Fungsi kendala :


∑𝑚
𝑖=1 𝑥𝑖𝑗 ≤ 𝑆𝑖 , di mana i = 1, 2, ... m

∑𝑛𝑗=1 𝑥𝑖𝑗 ≥ 𝑃𝑗 , di mana j = 1, 2, ... n.

Dimana :
𝑆𝑖 = kapasitas penawaran (S) barang dari sumber i

𝑃𝑗 = kapasitas permintaan (P) barang dari tujuan j

Xij = Unit yang dikirim dari sumber i ke tujuan j

bij = biaya angkut per unit dari sumber i ke tujuan j

Apabila jumlah barang yang dikirimkan dari tempat asal i sama dengan
jumlah barang yang diminta oleh tempat tujuan j, maka kalimat matematikanya :

∑𝑚
𝑖=1 𝑥𝑖𝑗 = 𝑆𝑖 , di mana i = 1, 2, ... m

∑𝑛𝑗=1 𝑥𝑖𝑗 = 𝑃𝑗 , di mana j = 1, 2, ... n.

Kondisi ini disebut model transportasi seimbang (balance transportation


model).
(Prawirosentono, 2005)

2.2.4 Masalah Keseimbangan


Dalam dunia nyata (real world) sering terjadi ketidaksamaan antara
jumlah kapasitas daerah sumber (asal ) dengan daya tampung daerah tujuan
12

(Transportasi Tidak seimbang). Sehingga ada beberapa kemungkinan yang


akan terjadi :

1. Bisa dikatakan bahwa jumlah kapasitas sumber bisa tidak sama dengan
kapasitas tujuan,bila kapasitas sumber lebih besar dari kapasitas tujuan
(unbalanced program ) maka kendala sumber berupa pertidaksamaan
dengan tanda ”>”, atau ∑ 𝑆𝑖 > ∑ 𝑃𝑗 .
2. Bila kapasitas sumber lebih kecil dari kapasitas tujuan (unbalanced
program ) maka kendala tujuan berupa pertidaksamaan dengan tanda
“<”, atau ∑ 𝑆𝑖 < ∑ 𝑃𝑗 .
Penggunaan tanda pertidaksamaan ini mempunyai tujuan untuk
mengalokasikan kelebihan kapasitas yang terjadi kedalam dummy.
Jika harus disesuaikan dengan dummy kolom atau baris, maka hal
tersebut berubah menjadi :

∑ 𝑆𝑖 + Di = ∑ 𝑃𝑗 . atau ∑ 𝑆𝑖 = ∑ 𝑃𝑗 + Dj

Dimana : Di = dummy untuk baris

Dj = dummy untuk kolom


13

2.2.5 Tabel Transportasi


Karena bentuk masalah transportasi yang khas, ia dapat
ditempatkan dalam suatu bentuk tabel khusus yang dinamakan tabel
transportasi. Tabel ini mempunyai bentuk umum seperti ditunjukkan pada
tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tabel umum transportasi (∑ 𝑆𝑖 = ∑ 𝑃𝑗 )

Ke TUJUAN Penawaran
Dari 1 2 … j … n (supply)

b11 b12 … b1j … b1n S1


1 X11 X12 X1j X1n
S b21 b22 … b2j … b2n S2
U 2 X21 X22 X2j X2n
M … … … … … … … …
B bi1 bi2 … bij … bin Si
E i Xi1 Xi2 Xij Xin
R … … … … … … … …
bm1 bm2 … bmj … bmn Sm
m Xm1 Xm2 Xmj Xmn
Permintaan …
(demand) P1 P2 … Pj Pn � 𝑃𝑗 = � 𝑆𝑖
14

Tabel 2.2. Tabel transportasi (∑ 𝑆𝑖 > ∑ 𝑃𝑗 )

Ke TUJUAN Penawaran
Dari 1 2 3 … Semu (supplay)
(n)
1 b11 b12 b13 … 0 S1
A X11 X12 X13 X1n
S 2 b21 b22 b23 … 0 S2
A X12 X22 X23 X2n
L … … … … … … …
m b31 b23 b33 … 0 Sm
Xm1 Xm2 Xm3 Xmn
Permintaan P1 P2 P3 … Pn
(demand)

Tabel 2.3. Tabel Transportasi (∑ 𝑆𝑖 < ∑ 𝑃𝑗 )

Ke TUJUAN Penawaran
Dari 1 2 3 … n (supplay)
1 b11 b12 b13 … b1n S1
A X11 X12 X13 X1n
S 2 b21 b22 b23 … b2n S2
A X12 X22 X23 X2n
L … … … … … … …
Semu 0 0 0 … 0 Sm
(m) Xm1 Xm 2 Xm3 Xmn
Permintaan P1 P2 P3 … Pn
(demand)

∑𝑚
𝑖=1 𝑥𝑖𝑗 ≤ 𝑆𝑖 , di mana i = 1, 2, ... m

∑𝑛𝑗=1 𝑥𝑖𝑗 ≥ 𝑃𝑗 , di mana j = 1, 2, ... n.

Dimana 𝑥𝑖𝑗 ≥ 0

(Aminudin, 2005).
15

Langkah - langkah penyelesaian pendistribusian dengan Algoritma


Greedy (Hidayat, 2007) :
.
1. Membuat Tabel Persoalan Transportasi (Pendistribusian).
2. Menyelesaikan solusi layak dasar.
3. Menampilkan elemen-elemen dari algoritma greedy.
4. Mengalokasikan.
5. Tes optimalisasi.
6. Hasil.

2.3. Solusi Layak Dasar


Untuk mendapatkan pemecahan awal dari persoalan transportasi,
kami menyajikan prosedur yang disebut dengan aturan Sudut Barat Laut
(Northwest Corner Rule) dan dua prosedur yang lainnya adalah Metode
Biaya terendah (Least Cost Rule) danVogell Approximation Method (VAM).

2.3.1. Metode Sudut Barat Laut (Northwest Corner Rule)


Metode ini disebut juga dengan metode Pojok Kiri Atas atau metode
Barat Laut. Metode ini digunakan untuk mencari penyelesaian awal dari
sebuah persoalan transportasi yang dihadapi. Prosedur penggunaan North
West Corner adalah sebagai berikut:
a. Buatlah tabel inisial ( pertama) transportasi dan lengkapi semua nilai
demand dan supply, termasuk kotak-kotak kecil biaya transportasi.
b. Selalu memulai pengisian yang pertama kali pada jalur yang berada pada
pojok kiri atas. Pengisian atau pengalokasian barang pada jalur ini harus
berpedoman kepada kapasitas yang ada dan jumlah permintaan yang
harus dipenuhi.
16

c. Lakukan gerakan zig-zag dari pojok kiri atas kea rah kanan bawah,
sampai semua barang yang diproduksi habis terdistribusi dan memenuhi
semua permintaan yang ada.
d. Hitung total biaya yang diperoleh.
(Supranto, 2006)

2.3.2. Metode Biaya terendah (Least Cost Rule)

Pada umumnya model transportasi yang berlaku tidak dimulai


dengan pertimbangan biaya yang baik. Untuk itu akan diberikan dua metode
yang cukup baik untuk memulai mendapatkan pembiayaan transportasi yang
minimum.
Penguraian yang sistematis dapat ditunjukkan dengan suatu prosedur
yang dapat menguraikan metode least square yang lebih umum yang
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Bentuk tabel inisial dari transportasi dengan memasukkan data yang
sudah diperoleh dari persoalan yang ada, seperti pada pengisian kotak-
kotak kecil dengan biaya transportasi, total komoditas dimasukkan pada
supply dan demand, dan seterusnya.
b. Pilih biaya atau nilai kecil pada kotak-kotak kecil dari kotak tabel
transportasi. bila terdapat kesamaan pada nilai kotak kecil maka pilih
total komoditas terbanyak dari supply dan demand dengan
memperhatikan kondisi muatan komoditas transportasi yang seimbang.
c. Setelah biaya atau nilai kecil pada kotak kecil tabel transportasi dipilih
maka isi nilai komoditas pada kotak transportasi yang didalamnya
terdapat kotak kecil tersebut.
Pengesian kotak ini dilakukan dengan mempertimbangkan total
komoditas supply dan demand.
17

d. Bila kotak transportasi sudah terisi dengan komoditas yang memadai


maka kemudian dilakukan pencoretan baris atau kolom yang melalui
kotak tabel transportasi sesuai keseimbangan supply dan demand dengan
menggunakan garis lurus.
e. Kembali pada langkah kedua dengan memilih biaya atau nilai terkecil
pada kotak-kotak transportasi yang tersisa dimana garis lurus pada garis
atau kolom belum ada.
Prosedur ini selesai secara lengkap bila hanya ada satu baris atau
kolom yang tersisa sehingga hasilnya dapat ditentukan dengan baik.
Prosedur metode least cost ini dapat dipergunakan pada setiap model
transportasi dengan mempertimbangkan optimalisasi dan kelayakan
penyelesaian ( kakay, 2008 ).

2.3.3. Vogell Approximation Method (VAM)


Metode vogel dapat menyelesaikan kasustransportasi dengan cara
lebih tepat dan mudah karena penentuan sel yang akan diisi dapat diketahui
dengan lebih pasti, yaitu dengan mengalokasikan distribusi pada sel yang
memiliki bij terkecil dan letak pada baris dan kolom yang memiliki nilai
terbesar dari selisih dua bij terkecil. Oleh karena itu, ada tiga tahap yang
harus ditempuh pada setiap alokasi distribusi, yaitu :
a. Penentuan pinalti setiap baris dan kolom dengan menggunakan
elemen biaya terkecil dalam baris ( kolom ) dari biaya terkecil
berikutnya dalam baris ( kolom ) yang sama.
b. Pemilihan baris atau kolom yang memiliki nilai terbesar dari selisih
nilai dua bij terkecil sebagai dasar alokasi.
c. Alokasi distribusi maksimum pada baris atau kolom terpilih yang
memiliki bij terkecil.
Tiga langkah diatas adalah satu paket langkah untuk menyusun tabel
awal dengan metode VAM. Setiap kali alokasi distribusi dilakukan, maka
18

ketiga langkah itu harus dilakukan. Proses ini berulang hingga seluruh
kapasitas teralokasi dan seluruh permintaan tujuan terpenuhi.

2.4. Metode Pengujian Keoptimalan


Bila pemecahan awal sudah didapat, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan apakah pemecahan itu sudah merupakan yang terbaik (biayanya
termurah) atau belum. Ada dua model pengujian optimalisasi, yaitu :

2.4.1. Metode Stepping Stone


Prosedur penilaian ini melibatkan pemeriksaan tiap segi empat tak
terpakai dalam tabel untuk menjajaki kemungkinan perpindahan pengiriman
kedalam salah satu darinya. Tujuan evaluasi ini adalah menentukan ada
tidaknya rencana pengiriman dari tambang ke proyek yang lebih baik.
Segi empat yang terpakai yakni yang berisi nilai, dikatakan berada
dalam pemecahan dan disebut segi empat petunjuk (stone square).
Langkah-langkah Metode Stepping Stone :
a. Pilih segi empat takterpakai yang hendak dievaluasi
b. Cari jalur terdekat (gerakan hanya secara horizontal atau vertical )
dari segi empat tak terpakai ini melalui pijakan segiempat itu kembali
ke segi empat tak terpakai semula hanya ada satu jalur terdekat untuk
setiap sel tak terpakai dalam suatu pemecahan tertentu. Meskipun
kita bias memakai jalur batu loncatan atau sel tak terpakai secara
sembarang jalur terdekat hanya ada pada sel yang kita jadikan batu
loncatan dan sel tak terpakai yang dinilai.
c. Tanda tambah (+) dan kurang (-) muncul berganti pada tiap sudut sel
dari jalur terdekat, dimulai dengan tanda tambah (+) pada sel kosong
berilah tanda putaran secara jalur jam atau sebaliknya.
d. Jumlahkan unit biaya dalam segi empat dengan tanda tambah (+)
sebagai tanda penambahan biaya. Penurunan biaya diperoleh dari
19

penjumlahan unit biaya dalam setiap sel negatif (penurutan biaya


yang paling besar) bila tak ada nilai negative pada evaluasi sel
kosong berarti pemecahan sudah optimal.
e. Ulangi langkah (a) s/d (d) untuk sel kosong lainnya, dan bandingkan
hasil evaluasi sel kosong tersebut. Pilihan nilai evalusi yang paling
negatife ( artinya penurunan biaya yang paling besar ), bila tak ada
nilai negatife pada evaluasi sel kosong berarti pemecahan sudah
optimal.
f. Lakukan perubahan jalur pada sel terpilih dengan cara
mengalokasikan sejumlah unit terkecil dari sel bertanda kurang (-)
dan tambah (+) terhadap sel bertanda tambah.
g. Ulangi langkah (a) s/d (f) sampai diperoleh indeks perbaikan atau
evaluasi sel kosong tidak ada yang bernilai negatif.
(Aminudin, 2005 )

2.4.2. Modified Distribution Method (MODI)


Pencapaian optimal dapat dilakukan dengan lebih cepat dan
perhitungan biaya per unit dapat dihitung dengan lebih mudah.
Langkah-langkah MODI :
a. Tentukan penyusunan tabel awal transportasi dengan menggunakan
metode sebelumnya.
b. Menentukan nilai baris dan kolom..
Nilai baris dan kolom ditentukan berdasarkan persamaan diatas
(R+ Kj = bij ). Baris pertama selalu diberi nilai 0, dan nilai baris-baris
yang lain dan nilai semua kolom ditentukan berdasarkan hasil-hasil
hitungan yang telah diperoleh. Bila nilai suatu baris sudah diperoleh,
maka nilai kolom yang dihubungkan dengan segi empat batu dapat
dicari dengan rumus R+ Kj = bij.
20

c. Menghitung indeks perbaikan


Indeks perbaikan adalah nilai dari segi empat air (segi empat yang
kosong). Dengan rumus :
bij ( harga pada sel kosong) - Ri - Kj = indeks perbaikan
Ri : Angka kunci pada setiap baris i
Kj : Angka kunci pada setiap kolom j
bij : Biaya distribusi pada sel ij

d. Memilih titik tolak perubahan


Segi empat yang mempunyai indeks perbaikan negatif berarti bila
diberi alokasi (diisi) akan dapat mengurangi jumlah biaya
pengangkutan. Segi empat yang indeksnya “bertanda negatif ” dan
“angkanya terbesar” yang dipilih sebagai segi empat yang akan diisi.
Bila nilainya positif berarti pemecahan optimal sudah diperoleh.
e. Memperbaiki alokasi
Cari jalur terdekat untuk sel yang mempunyai indeks perbaikan
negatif terbesar. Tempatkan tanda (+) dan (-) pada sudut jalur
pemecahan pengganti, dimulai dengan tanda (+) pada sel kosong. Sel
dengan biaya terkecil dalam tanda (-) pada jalur terdekat
menunjukkan jumlah penugasan pada sel kosong yang akan masuk
kedalam pemecahan. Jumlah ini ditambah pada semua sel tanda (+)
yang terdekat dan kurangkan pada sel yang bertanda (-).
f. Mengulangi langkah (c) s/d (e) hingga semua nilai indeks perbaikan
besar atau sama dengan nol (Pangestu. Dkk , 1986).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode Modifikasi


Distribusi (MODI) sebagai metode pengujian keoptimalan karena MODI
merupakan metode penyelesaian kasus transportasi yang dikembangkan dari
metode stepping stone. Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode
pendahulunya adalah penentuan sel kosong yang bias menghemat biaya
21

dapat dilakukan dengan prosedur yang lebih pasti dan tepat (Hayu Dwi dan
Endra, 2004).
Syarat tes optimalitas menggunakan Stepping Stone dan Modified
Distribution Method baru bisa dilakukan bila jumlah sel yang terkena
alokasi distribusi pada tabel awal adalah m + n-1, dimana m merupakan
jumlah baris dan n merupakan jumlah kolom. Dua kemungkinan yang akan
muncul sebagai konsekuensi logis dari syarat tes tersebut, yaitu :
 Degenerasi
Dalam masalah transportasi telah diketahui bahwa penyusunan
program awal (solusi dasar) perlu diperhatikan syarat yang harus
dipenuhi yaitu persyaratan tepi dan persyaratan jumlah sel terisi.
Variabel basis harus memenuhi jumlah m + n – 1. Artinya sebanyak m +
n – 1 sel harus terisi, jadi satu kurang dari jumlah banyaknya baris dan
kolom.
Jika banyaknya sel terisi kurang dari m + n – 1 maka peristiwa ini
disebut masalah kemerosotan (degenerasi).
Kemerosotan dalam masalah transportasi ditangani oleh dua cara.
Pertama, masalah mengalami kemerosotan pada waktu program awal
disusun melalui salah satu metode pada langkah pertama. Untuk
mengatasi masalah kemerosotan semacam ini, kita dapat member alokasi
suatu jumlah barang yang sangat kecil (mendekati nol) terhadap salah
satu atau lebih dari sel kosong sehingga jumlah sel terisi menjadi m + n –
1.
Barang sejumlah kecil ini disebut 𝜀 (epsilon) dn sel yang kita beri
alokasi sebesar 𝜀 (epsilon) ini menjadi sel terisi.
Jumlah barang sebesar 𝜀 ini sedemikian kecilnya sehingga pengurangan
atau penambahan terhadap suatu jumlah barang tidak mengubah
bilangannya.
Misalnya 50 + 𝜀 = 50 dan 50 – 𝜀 = 50 serta 𝜀 – 𝜀 = 0.
22

Kedua, kemerosotan muncul pada tahap penyelesaian. Hal ini terjadi jika
keikut sertaan sel kosong yang memiliki opportunity cost tertinggi
mengakibatkan kekosongan dua sel atau lebih diantara sel- sel yang ikut
dalam program. Untuk menangani masalah kemerosotan semacam ini
harus ditempatkan 𝜀 pada satu atau lebih sel kosong.

 Redundansi
Bila jumlah sel yang terkena alokasi distribusi lebih besar dari
syarat (m+n-1) atau terjadi kelebihan sel yang terkena alokasi distribusi.
Sebagai jalan keluarnya adalah penggabungan alokasi distribusi ke sel
yang lain sehingga syarat terpenuhi (siswanto,2006).

Anda mungkin juga menyukai