Anda di halaman 1dari 12

BAB VIII

BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN


PROSES UBAHAN HIDROTHERMAL

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah barit, talk, magnesit, gips, toseki, pirofilit,
dan kaolin. Ketiga jenis bahan galian yang tersebut terakhir pada umumnya berasosiasi satu
sama lain karena terbentuk oleh proses dan dari sumber yang sama.

1. BARIT

Barit dengan rumus kimia BaSO4, bentuk kristal tabular, tidak berwarna/putih
apabila murni, kuning, merah, hijau, kadang-kadang hitam akibat adanya kontaminasi.
Kimpulam Kristal dapat membentuk kenampakan seperti kipas, oset (= desert roses).
Sifat Kristal yang lain kompak, granular, massive, ataupun berbentuk sebagai stalaktit.
Mempunyai kekerasan 2,5 – 3,5 berat jenis 4,48 cukup berat walapun bukan termasuk
logam. Mudah pecah membentuk belahan prismatic, transparan ataupun translusen
dengan luster vitreus, cerat putih, sulit terbakar, dan tidak larut dalam asam, apabila
dipanasi member nyala kuning-hijau.

Barit sangat umum sebagai mineral gang pada proses hidrothermal tingkat
menengah sampai rendah. Barit kadang-kadang berasosiasi dengan timbale, perak,
sulfide antimonite. Endapan barit sangat menungkin berasosiasi dengan bijih emas
epithermal dan merupakan salah satu mineral indeks. Saat ini bijih emas dijumpai pula
barit mengisi celah batu gamping/dolomite (= saat ini dikenal sebagai endapan residual
tipe karst). Dalam jumlah sedikit terbentuk pada mata air panas (= hot springs). Terdapat
juga dalam bentuk massive pada iron-manganese bearing jasper, pada celah bauan basalt
dalam bentuk kristal.

Tempat Diketemukan
 Jawa Barat : Cikondang, Kec. Cineam, Kab. Tasikmalaya (berupa urat-urat pada
celah-celah batuan tufa breksi).
 Jawa Tengah : Kp. Plampang Kukusan, watutugu, Serno, Kab. Kulon Progo (berupa
urat-urat pada celah-celah batuan andesit, ditandai dengan kenampakan warna coklat
tua); Durensari, Bagelen, Kab. Purworejo (seperti yang terdapat di Plampang).
 Kalimantan Barat : Desa Lanjut, Kec. Kendawangan, Kab. Pontianak (berupa
urat/pengisian pada rekahan-rekahan silicified limestone dengan komposisi
BaSO4=96,5-98,5%, SiO2=0,9-2,2%, Fe2O3=0,3-0,57%.
 Nusa Tenggara Timur : Tg. Merah dan Pakuoyong (P. Lomblen), Kab. Flores timur
(berupa urat-urat berasosiasi batuan kuarsa pada dasit); Kec. Riung Kab. Ngada
(berupa urat-urat dalam batuan tufa dasit).
 Sulawesi Selatan : Sangkanropi, Kab. Tanotoraja (berasosiasi dengan bijih sulfide
pada zona riolit/dasit yang terkersikan).

Teknik Penambangan

Penambangan barit lebih banyak ditunjukan oleh singkapan yang banyak tampak
di permukaan. Oleh sebab itu system panambangan yang diterapkan adalah
penambangan terbuka dengan peralatan sederhana. Pada umumnya barit terakumulasi
pada reaktan-reaktan ataupun patahan. Oleh sebab itu penambangan sistem gophering
sangat mungkin dilakukan tetapi harus sangat hati-hati karena terjadinya runtuhan tanah
akan sangat mungkin terjadi.

Pengolahan dan Pemanfaatan


Barit dari penambangan pada umumnya kotor dan dilekati oleh batuan yang lain.
Sehingga langkah awal barit ini dicuci dengan air cara disemprot. Yang bersih dan kering
dapat ditumbuk dan digerus, kemudian disaring dengan ukuran tertentu. Karena barit
mempunyai berat jenis besar (±4,4) maka proses floatasi dapat menghasilkan fraksi barit
murni. Pada instalasi pengolahan yang agak modern, fraksi barit yang merupakan hasil
proses pemecahan, dicuci dengan log-washer, kemudian disaring, fraksi yang berukuran
halus diproses dengan jig untuk selanjutnya dikonsentrasi dengan cara floatasi. Hailnya
dikeringkan untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk tepung.

Tepung barit dimanfaatkan sebagai bahan cat, industry karet, kaca atau gelas,
kertas, dan plastic. Tepung barit juga dimanfaatkan untuk lumpur pemboran minyak dan
gas (untuk mengakut cutting dari dasar lubang bor ke atas lubang bor). Dalam hal
pemakaian yang demikian barit yang sudah dipakai dapat dimanfaatkan kembali (dengan
system sirkulasi). Karena berat jenis besar, barit cukup baik untuk bahan tambahan
dalam membangun reactor atom. Barit dicampur dengan fenol-formal dehid, silikat,
asbes, dan arang kemudian digerus halus akan diperoleh semen fenolik yang mempunyai
daya tahan yang besar terhadap berbagai bahan kimia.

2. GIPSUM
Gypsum dengan rumus kimia CaSO4.2H2O atau dalam bentuk Anhydrit CaSO4
H2O dapat terbentuk karena proses segregasi dan evaporasi juga dapat terbentuk karena
proses hidrothermal. Uraian secara rinci dapat dilihat pada Bab IV nomor 8.

3. KAOLIN
Kaolin yang disebut oleh masyarakat tanah lempung putih atau tanh liat putih
merupakan endapan residual atau dapat pula terjadi sebagai akibat proses hidrothermal.
Uraian Bab VII, nomor 4.

4. TALK

Talk dengan rumus kimia Mg3 Si4 O10 (OH)2 merupak kelompok mineral hydrous
magnesium silicate, berwarna putih, putih kehijauan, abu-abu atau kecoklatan. Di
lapangan menunjukan perlapisan yang sangat tipis, kenampakan seperti bersisik,
memperlihatkan foliasi. Talk mempunyai tingkat kekerasan 1 (dipakai sebagai indeks
skala Mohs), mudah dibentuk tetapi tidak elastic, perlapisannya mengkilap seperti lemak,
tidak larut dalam air, dan tidak terbakar, mempunyai berat jenis 2,58-2,83, penghantar
panas kurang baik. Talk terbentuk dari hasil alterasi mineral magnesium silikat dalam
batuan beku ultrabasa, umum didaptkan pada batuan hasil proses metamorphose regional
khususnya pada batuan sekis. Talk juga dapat terbentuk oleh proses metasomatisme pada
marmer dolomitan. Talk yang mutunya baiok berasal dari batuan induk dolomite.
Mineral talk umumnya berasosiasi dengan tremolit [ Ca Mg 5 Si8 O22 (OH) ] = hydrous
calcium magnesium silicate, aktinolit [Ca2 (Mg,Fe)5 Si8 O22 (OH)2] = hydrous calcium
magnesium iron silicate, dan mineral malihan lainnya. Talk yang merupakan hasil
ubahan hidrothermal metamorfose sudah dapat terbentuk pada temperature 300º C atau
lebih.

Tempat Diketemukan
 Jawa Tengah : Daerah karangsambung, Luk Ulo, Kebumen; daerah Bayat, Klaten
(hasil alterasi batuan sekis).
 Sulawesi Tengah : Daerah Pompongeo, kab. Poso-Taripa, S. Um\wemadago (terdapat
sebagai sisipan/pengisian dalam sekis, merupak ubahan dari serpentinit).
 Maluku: desa Fayaul sepanjang S. Wayalele, Kec. Wasikle, Halmahera Tengah
(ubahan dalam breksi serpentinit di daerah jalur patahan denagn arah timur laut-barat
daya); Kopel Labuna, P. Bacan (terdapat pada batuan ultrabasa, sekitar jalur patahan).
 Irian Jaya: Dekat ifar (pengisian rekahan dalam batuan ultrabasa).

Teknik Penambangan
Endapan talk dapat diketahui karena tampak di permukaan. Oleh sebab itu system
penambangan yang dilakukan adalah system tambang terbuka, dapat dilakukan dengan
peralatan sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Pengolahan talk yang berhasil dikumpulkan dari tempat penambangan dapat


dilakukan seperti pengolahan bentonit. Talk digunakan dalam berbagai industry seperti
industry cat, farmasi, keramik, kosmetika, kertas, karet, isolator, tekstil, dan sebagai
pembawa dalam insektisida.

5. MAGNESIT
Magnesit dengan rumus kimia MgCaO 3 = magnesium karbonat, dijumpai dalam
bentuk kompak dan mikrokristalin, bentuk rhombhohedral jarang didapatkan, warna
putih, kuning atau abu-abu, kadang-kadang memperlihatkan kenampakan seperti porselin
denga fraktur konkoidal. Mineral ini mempunyai tingkat kekerasan (3,5-4,5), berat jenis
3,0, tidak larut dalam asam klorida tetapi berbuih bila dipanaskan, tidak terbakar. Apabila
disinari ultraviolet maka akan memancarkan warna biru atau hijau. Kristal magnesit
umumnya terbentuk oleh proses dolomitisasi hydrothermal batu gamping ganggang atau
penggantian dolomite amfibolit, piroksenit, diabas, peridotit, riolit, basalt, dan granit.
Magnesit kriptokristalin atau amorf terbetuk dari alterasi larutan serpentine atau larutan
ultrabasa lainnya. Magnesit jenis yang tersebut terakhir ini umumnya terdapat dalam
jumlah sedikit karena sebarannya terbatas hanya di permukaan batuan induk.

Tempat Diketemukan
Di indonesia mineral magnesit dijumpai anatara lain:
 Daerah Istimewa Aceh : Daerah Kr. Jreue kab. Aceh Besar (cukup baik, berupa urat-
urat pada batuan ultrabasa berasosiasi dengan talk).
 Nusa Tenggara Timur : P. Moa (berasosiasi dengan peridotit-serpentinit).
 Timor-Timur : Desa Vemase dan Laleia antara Manatuto, baucau (mengisi rekahan
pada batuan ultrabasa, Kadar MgO = 6,75-9,24%).
 Sulawesi Tenggara : P. Padamarang (bersosiasi dengan batuan ultrabasa, peridotit
serpentinit yang berumur Pra Tersier); P. Lambasina (berasosiasi dengan batuan
ultrabasa, peridotit serpentinit yang berumur Pra Tersier).

Teknik Penambangan
Endapan magnesit di Indonesia kebanyakan megisi rekahan dalam bentuk urat-
urat dan tampak di permukaan. Oleh karenanya teknik penambangan dilakukan dengan
tambang terbuka dengan alat-alat sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Magnesit dari hasil penambangan dibersihkan dari pengotor/kontaminan. Tahap


berikutnya disemprot dengan air untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel.
Proses lanjutan dapat diperlakukan seperti pada kaolin. Keterdapatan mineral alam
sangat terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dibuat magnesit sintetis dari
dolomite atau batu gamping dolomitan (dikenal sebagai seawater magnesia). Magnesit
alam dan magnesit sintetis banyak digunakan dalam industry refraktori, farmasi,
kosmetik, karet, plastic, kertas (terutama kertas rokok), cat, pembuatan logam Mg,
pertanian, isolator, pipa.

6. PIROFILIT

Pirofilit termasuk mineral hydrous alumunium silicate dengan rumus kimia Al 2 Si4
O10 (OH) = Al2O3 4SiO2. H2O. Seperti halnua kaolin, pirofilit terbetuk pada zona ubahan
argilik lanjut (hipogen) pada temperature tinggi (250º C) dah PH asam. Pirofilit
mempunyai system Kristal monoklin, pada umumnya memperlihatkan lapisan tipis atau
merupakan agregat foliasi yang radial berwarna kuning-putih, hijau-pucat atau hijau-
coklat. Pirofilit mempunyai tingkat kekerasan rendah (1-2), berat jenis 2, relative ringan,
mempunyai belahan nyata. Dalam keadaan pipih mudah dibentuk (flexible) tetapi tidak
elastic. Kenampakan yang lain mengkilat atau terlihat seperti berminyak tidak larut
dalam air, dan tidak terbakar tetapi apabila dipanaskan akan membentuk serpih. Secara
megaskopis pirofilit sulit dibedakan dengan talk kecuali dengan analisa kimia atau
analisa sinar-X. Apabila diperhatikan rumus kimianya pirofilit termasuk jenis mineral
lempung yang berair dan mempunyai komposisi kimia hampir sama dengan mineral
lempung lainnya. Di Jepang, batuan ubahan yang banyak mengandung pirofilit disebut
sebagai roseki. Berdasarkan jenis mineral lempung yang dikandungnya pirofilit (roseki)
dibedakan menjadi jenis kaolinit [= Al2Si2O5(OH)4], sericit dan roseki pirofilit. Di
Indonesia pirofilit terbentuknya berkaitan erat dengan sebaran formasi Andesit Tua yang
berumur Oligo-Miosen, memilki control struktur dan intesitas ubahan hydrothermal yang
kuat atau terbetuk sebagai hasil ubahan hydrothermal batuan gunung api (tufa riolit atau
dasit).

Tempat Diketemukan
 Derah Istemewa Aceh : Takengon kab. Aceh Tengah.
 Bengkulu : Sungai Batuintan dan S. Musna, desa Air Kopras, Kec. Lebong Utara,
Kab. Rejang Lebong (berwarna abu-abu muda keputihan, kompak, agak keras dari
tufa dasitis terubah, komposisi SiO2=58,48 – 65,54%, Al2O3=13,25 – 14,37%,
FeO3=1,27-2,36%, MgO=0,12-0,48%, CaO=4,03-4,37%).
 Jawa Barat: desa Cikatulampa, Kec. Cipatuja, Kab. Tasikmalaya (warna putih
kecoklatan, berasosiasi dengan urat kuarsa, uabahan dari tufa dasit anggota Formasi
Jampang).
 Jawa Timur: Desa Mlokomanis, Temon Kab. Pacitan (Hasil ubahan hidrothermal dari
tufadasit, komposisi SiO2 = 72,87%, Al2O3 = 7,22%, Fe2O3 = 0,2-1%, Na2O3 + K2O
=0,05-0,4%, TiO2 = 0.67-0,72%); Wonokerto, Lorok, Kab. Pacitan; G. Tales, Nglebo,
Kec. Karangan, Kab. Trenggalek (hasil ubahan hidrothermal dari batuan dasit anggota
dari Formasi Andesit Tua, hasil X-RD adalah mika serisit, kaolinit, kuarsa dan
pirofilit); Wonokerto, Kec. Karangan, Kab. Trenggalek (ubahan hidrothermal dari
Formasi Andesit Tua, komposisi SiO2 = 67,66%, Al2O3 = 16,51%, Fe2O3 = 6,90%,
K2O = 0,08%, Na2O = 0,02%, Analisa X-RD = kaolinit, pirofilit, kuarsa, kristobalit dan
serisit); Pojok desa Mlinjon, Kec. Karangan Kab. Trenggalek (hasil ubahan
hidrothermal dari batuan dasit anggota dari Formasi Andesit Tua, mutu cukup baik,
telah digunakan sebagai bahan wall tille/floor tile di pabrik keramik Tulungagung);
Ngepring Kec. Kule Kab. Trenggalek (hasil ubahan hidrothermal dari batuan dasit
anggota Formasi Andesit Tua, setelah dibakar pada suhu 12000 C warna putih,
komposisi: SiO2 = 83,84%, Al2O3 = 9,70%, Fe2O3 = 0,99%, Na2O- 0,02%, K2O =
0,20%, TiO2 = 0,18%); Masaran Kec. Bendungan Kab. Trenggalek (hasil ubahan
hidrothermal dari batuan dasit dan tufa dasitik anggota Formasi Andesit tua,
komposisi: SiO2 = 54,43%, Fe2O3 = 0,99%, Al2O3 =3,3%, Na2O = 0,02% K2O = 0,04,
TiO2 = 0,27%); G. Soblo, Tumpak soblah Kab. Blitar (hasil ubahan hidrothermal dari
batuan dasitik berasosiasi dengan kaolin, komposisi: SiO 2 = 79,74%, Al2O3 = 11,95%,
Fe2O3 = 0,40%); G. Sampirubuh, Sembor, Gebang, Kab. Blitar (komposisi: SiO2 =
69,10-75,80%, Al2O3 =16,68-17,14%, Fe2O3 = 0,14-2,52%); Sumberbende Kec.
Sumbermanjing Wetan Kab. Malang (hasil ubahan hidrothermal dari batuan tufa
dasitik anggota Formasi Tua, berasosiasi dengan tokesi dan kaolin, telah digunakan
untuk pembuatan wailtile / floortile, menutup cukup baik, komposisi, SiO2 = 83,41%,
Al2O3 = 12,45% Fe2O3 = 0,30% TiO2 = 0,58%); Tambakrejo Kab. Malang (umbahan
hidrotermal dari batuan tufa dasitik, komposisi: SiO2 = 53, 19-69, 82%, Al2O3 = 19,
92-30, 36%, Fe2O3 = 0,20-2, 25%); Pujiharjo, Ampelgading, Kab. Malang (ubahan
hidrothermal tufa dasitik).
 Nusa Tenggara Barat: Desa Wawo, Kec Sape, Kab. Bima; Parado, Kab. Bima (warna
abu-abu, komposisi SiO2 = 65,27%, Al2O3 = 15% Fe2O3 = 18,14%, K2O = 0,20%,
Na2O = 0,80%, TiO2 = 0,61); Bukit Tanggo Tata, Desa Kab. Bima.
 Kalimanatan Tengah: Kuala Kurun Tewah.
 Kalimantan Barat: Desa Semeneng, Kec. Sekayam Kab. Sanggau (berasal dari tufa
terubah, warna putih).

7. TOSEKI
Nama mineral ini relatif baru, sehingga belum banyak dikenal. Toseki atau batuan
kuarsa-serisit terbentuk pada zona ubahan filik, yakni pada suhu 220º C, dan kondisi PH
netral. Endapan toseki biasanya berasosiasi dengan batuan vulkanik yang berkomposisi
asam dan terbentuk sebagai endapan ubahan hidrithermal batuan vulkanik jenis
tufariolitik ataupun dasitik. Komposisi utama dari toseki adalah mineral kuarsa 59-70%,
serisit 15-30%, feldspar 1-3%. Berdasarkan atas kandungan mineral utama toseki dibagi
menjadi 3 tipe, yaitu tipe serisit, tipe kaolinit, dan tipe feldspar, sedang berdasar atas
kandungan Fe2O3 nya toseki dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu kelas 1 dengan
kandungan Fe2O3=(0,4-0,5%), kelas 2 dengan kandungan Fe2O3 (0,5-0,7%); kelas 3
dengan kandungan Fe2O3=(0,7-0,9%); kelas 4 dengan kandungan TiO2 kurang dari
0.004% dan MgO kurang dari 0,15. Sifat umum dari toseki hampir sama dengan sifat
roseki khususnya pada sifat fisiknya.

Tempat Diketemukan
 Sumatra Barat : Barangan, Kab. Padang Pariaman.
 Bengkulu : Tambang Sawah : Muaraaman (warna putih keabuan, keras).
 Lampung: Sukamantri, Kec. Sumberjaya, Kab. Lampung Utara, komposisi: SiO2 =
88,90-94,98%, A12O3 = 2,31 - 4,30%, Fe2O3 = 0,89-1,25%, CaO = 0,58 – 0,74%,
MgO = 0,48 – 0,51%, TiO2 = 1,72 – 2,10%, H2O = 0,11 -33,95%.
 Jawa barat: Buja Kec. Cipanas Kab. Lebak (ubahan hidrothermal dari batuan riolitik,
komposisi: kurasa = 50%, serisit = 25%, lempung =22%, zeolit = 2%, dan biji = 1%);
Cicarucut Kec. Cikotot Kab. Lebak (ubahan hidrothermal dari batuan tufa dasitik,
komposisi; SiO2 = 82,16%, Al2O2 = 8,75%, Fe2O3 = 0,65%, Na2O = 0,64%, K2O =
3,02%, biji oksida = 2,86%); Talang Kab. Sukabumi (komposisi; kuarsa 50 - 55%,
serisisit =25 – 29%, lempung = 20%, biji = 4%).
 Jawa Tengah: Batu Warno, wonogiri (hasil ubahan hidrothermal dari batuan tufa
dasitik); G. Rhatawu, wonogiri. (hasil umbahan hidrothermal, baik untuk bahan baku
whall tile dan floortile, mutu cukup baik, komposisi; SiO2 = 71,32 – 77,89%, Al2O3 =
12,08 – 17,97% Fe2O3 = 1,08 – 3,47%).
 Jawa Timur: Pojok, Kec. Karangan Kab. Trenggalek (hasil ubahan dari batuan tufa
dasitik anggota Formasi Andesit Tua, baik untuk bahan baku wall tile dan floor tile,
komposisi; kuarsa, serisit, mineral, lempung, plagioklas, telah diusahaknoleh CV.
Sinar Agung; G. Sambi, Kec, Karangan Kab. Trenggalek (hasil ubahan hidrothermal
dari batuan tufa dasitik anggota Formasi Andesit Tua, warna kecoklatan banyak
mengandung oksida besi, mutu kurang baik); G. Miri Kec. Karangan Kab. Trenggalek
(keadaan seperti di G. Sambi, Kec. Karangan); Wonokerto, Kec. Karangan Kab.
Trenggalek (hasil ubahan hidrothermal dari batuan tufa dasitik anggota Formasi
Andesit Tua komposisi; SiO2 = 48,17-57,14%, A12O3 = 35,69-29,11%, Fe2O3 = 0,99 =
0,79%, Na2O = 0,22-0,06%, K2O = 0,06%, K2O = 0,066-0,55, telah digunakan
sebagai bahan baku wall tille dan floor tille oleh CV. Dian karisma Tulung Agung;
Ngentro Kec. Karangan Kab. Trenggalek (hasil ubahan hidrothermal dari batuan tufa
dasitik anggota Formasi Andesit Tua komposisi; feldspar = 13%, kuarsa = 8%, serisit
= 37%, lempung = 25%, klorit 7% dan oksida besi = 10%); G. Banjiran, . Gliner, G
Sapu, G Jabung, Klepu Kec. Karangan Kab. Trenggalek (hasil ubahan hydrothermal
dari batuan tufa dasitik, mutu kurang baik); Kp. Dringu, Kp. Dungowo, KP. Jorogan,
Kp, Desa Ngeni, Kec. Sutoyayan, Kab. Blitar (hasil ubahan hidrothermal dari batuan
dasit); Desa Sumber Beden Kec. Sumbermanjing Wetan, Kab. Malang (hasil ubahan
hidrothermal dari batuan tufa dasitik anggota Formasi Andesit Tua, komplek G.
Kitiran); Cokorokembang, Tanjung lor dan Bojoharjo, Kec Ngadirejo Kab. Pacitan
(hasil ubahan hidrothermal dari batuan dasit,warna putih agak kompak); G. Pelet
Kaliburi, Kaliseren, Malangsari, Kab. Banyuwangi (hasil ubahan hidrothermal dari
batuan tufa, mutu cukup baik, komposisi;SiO2 = 76,35%, A12O3 = 12,87%, FeO3 =
0,83%, Na2O3 = 4,14%, K2O = 1,53%, TiO2 = 0,53%); Sumber kuat Karangrejo,
Karangdoro, Gleenmore, Kab. Banyuwangi (mutu belum diketahui).
 Kalimantan Barat : Lumar, kab. Bengkoyang (hasil ubahan hydrothermal dari batuan
tufa dasitik, mutu kurang baik).
Nusa Tenggara Barat: Parado Kec. Monta Kab. Sumbawa besar (hasil ubahan
hydrothermal dari batuan dasit warna putih kekuningan kompak); Desa Sari Kec.
Sape Kab. Bima (hasil ubahan hydrothermal dari batuan dasit, meliputi G. Ranggate
dan BT. Gopah, waran putih).
 Nusa Tenggara Timur: Waili Kab. Sikka (hasil ubahan hydrothermal dari batuan
dasit); Sambor Kec. Wolowaru, Kab Ende (hasil ubahan hydrothermal dari batuan tufa
dasit, warna putih-coklat, dengan pengotoran oksida besi); Ae Bora dan Oka Moge,
Wolowaru, Kab. Manggarai (berasal dari tufak dasitik yang terubah).
 Sulawesi Utara: Duhumulyo, Kab. Gorontalo ((hasil ubahan hydrothermal dari batuan
tufa); Buhu Kab. Gorontalo (hasil ubahan hydrothermal dari batuan tufa); Malitaga
Kab. Bollang Mangandow (komposisi; K2O = 2,04%, Na2O = 3,08%, Fe2O3 = 2,06%);
Kec. Talaga (komposisi; K2O = 2,81-3,4%, Na2O = 2,88-3,9%, Fe2O3 = 1,37-3,43).
 Sulawesi Selatan : Sadang Malibong, Kec. Sesean, Kab. Tator (hasil ubahan
hydrothermal dalam batuan tufa dasit).

Teknik Penambangan
Dilakukan seperti penambangan pirofilit/roseki.

Pengolahan dan pemanfaatan


Pengolahan toseki dapat dilakukan seperti pengolahan pirofilit. Kegunaan toseki
umumnya dikaitan dengan kadar Fe2O3. Toseki terutama untuk bahan baku keramik,
refraktori, isolator. Sebagai bahan keramik toseki mudah dikerjakan dan tidak
memerlukan bahan campuran lain.

8. OKER
Oker adalah tanah yang lunak terdiri dari campuran oksida besi dan bahan yang
liat kadang terdapat juga karbonat dan pasir kuarsa halus. Selain itu, disebutkan pula
bahwa oker adalah tanah liat yang cukup banyak mengandung oksida logam
dipergunakan sebagai bahan cat. Oksida besi yang telah digerus halus dan dapat
dipergunakan sebagai bahan ctat disebut juga oker. Oker yang berwarna agak coklat atau
kekuning-kuningan menagndung bijih besi dalam bentuk limonit (= 2Fe 2O3 3H2O), yang
berwarna merah mengandung hematite Fe2O3. Diantaranya terdapat bermacam tingkatan
warna yang kehitam-hitaman disebabkan oleh C atau Ti, dan apabila berwarna agak ungu
karena menagndung Mn atau Cu.
Di pasaran/masyarakat dikenal 2 jenis oker yaitu oker gemuk bilamana oker
tersebut banyak mengandung banyak tanah liat dan oker kurus apabila oker tersebut
banyak mengandung banyak pasir dan sedikit tanah liat. Pada umumnya oker dinilai
bukan dari susunan kimianya, tetapi dari kenyataannya di dalam praktek setelah
dicampur dengan minyak dan dipulaskan.

Oker dari Ciater, Telaga warna, dan Karaha terdapat di lereng-lereng bekas
Gunung api. Oleh karena itu oker terjadi karena proses hodrothermal yang semula
membawa bijih oksida besi dari batuan gunung api, yang dalam hal ini biasanya bersifat
basa.

Tempat diketemukan
Di Indonesia cukup banyak proses hihrothermal baik yang terjadi pada Tersier
maupun selam zaman Kuarter. Walaupun demikian tempat dimana oker dketemukan
belum banyak. Beberapa tempat tersebut antara lain:
 Jawa Barat : Ciater, Telaga Warna, Kawah Karaha, Kuningan dekat Cipasung.
 Jawa Timur : Kampak, Panggul, Kab. Pacitan; Songgoriti Kab. Malang.

Teknik Penambangan
Oker keterdapatannya ditunjukan oleh adanya singkapan di permukaan. Oleh
karenanya penambangan oker dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka dengan
peralatan yang sederhana. Untuk deposit yang terbentuk gang penam-bangan dilakukan
dengan system gophering.

Pengolahan dan Pemanfaatan

Sebelum oker digiling, kotoran yang ada harus dibuang terlebih dahulu, kemudian
dilakukan penggilingan. Untuk memisahkan fraksi dari serbuk dapat dilakukan
penyedotan sehingga nantinya diperoleh dalam bentuk tepung. Pada waktu tertentu
proses pembakaran diperlukan guna mendapatkan warna tertentu. Pada saat pembakaran
besi hidrat yang semula berwarna kekuningan akan berybah menjadi merah karena
airnya menguap dan berbentuk besi oksida. Pada pembakaran diudara yang lebih lama
dan suhu yang lebih tinggi, ferro akan berubah menjadi ferri oksida yang warnanya
merah tua. Oker dimanfaatkan sebagai bahan utama cat merah, dapat pula untuk member
warna pada ubin atau sebagia luluh. Sebagai cat merah, oker dicampur dengan minyak
cat.

9. TAWAS
Tawas atau talum merupakan persenyawaan garam komplek dengan rumus kimia
K2SO4.Al2(SO4)3 24H2O (= tawas kalium) dan Na2SO4.Al2(SO4)3 24H2O (= tawas
natrium). Di dalam tawas didapatkan dalam 2 bentuk yaitu dalam bentuk padat (dalam
batuan/seperti yang dijumpai di daerah Ciater (dekat Bandung) dan dalam bentuk air
kawah seperti yang didapatkan di kawah gunung Ijen. Pada air tersebut mengandung 1
gram K2O tiap satu liter dan mengandung 1,4 gram Na 2O tiap satu liter. Tawas terjadi
dari proses pelapukan dari batuan yang mengandung mineral sulfide di daerah vulkanis
(solfatara) atau terjai di daerah batu lempung, serpih atau batu asbak yang mengandung
pirit (= Fe S) dan markasit (= FeS2). Kebanyakan tawas dijumpai dalam bentuk padat
pada batu lempung, serpih ataupun batu sabak.

Tempat diketemukan
Beberapa tempat yang telah diketahui keberadaan tawas antara lain :
 Jawa Barat : daerah Ciater dalam keadaan padat, K. Wayang.
 Jawa Tengah : Telaga Sari, Banyumas.
 Jawa Timur : Kawah Ijen (dalam bentuk cairan) ; Gua Prusi, Kediri

Teknik Penambangan
Tawas dijumpai pada batuan yang lunak /dijumpai dalam bentuk cair. Oleh sebab
itu umumnya teknik penambangan tawas dilakukan dengan tambang terbuka dengan
peralatan sederhana.

Pengolahan dan Pemanfaatan


Bahan tawas yang diperoleh dari hasil penambangan, dibentuk dalam bongkah-
bongkah kecil, kemudian digiling dengan crusher. Tahap kemudian dijemur pada panas
matahari dengan cara dibentangkan/ditabur tipis atau dapat pula dipanggang (roasted)
dengan tujuan untuk mengoksidasikan sulfide menjadi sulfat. Pada tahap akhir bahan
yang diolah tersebut dibebaskan dari sulfuric acid, dan didapatkan tawas.
Tawas dimanfaatkan untuk menjernihkan air/air sumur yang keruh. Air yang telah
dijernihkan dengan tawas tidak boleh diminum secara langsung tetapi harus dimasak
terlebih dahulu.
Tawas dimanfaatkan pula sebagai sumber bahan pembuatan natrium dan kalium,
untuk bahan antiseptic, bahan industri farmasi, untuk bahan cat, bahan penyamak kulit.

Anda mungkin juga menyukai