PERKEBUNAN
PEDOMAN TEKNIS
PENANGANAN ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN (OPT) TANAMAN PERKEBUNAN
TAHUN 2014
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................... i
DAFTAR ISI .................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................... v
I. PENDAHULUAN .......................... 1
A. Latar Belakang ...................... 1
B. Sasaran Kegiatan ................... 4
C. Tujuan ............................... 4
D. Pengertian Umum.................... 4
iii
VI. MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN ............................. 72
LAMPIRAN
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
v
16. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Jambu Mete (JAP).................... 89
17. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Kelapa (Aceria sp.)................... 89
18. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Tebu (Uret)............................ 89
19. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Lada (Busuk Pangkal Batang)....... 90
20. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Kopi (PBKo)............................ 90
21. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
Penggerek Batang/Pucuk Tebu.......... 90
22. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
Tikus dengan Burung Hantu pada Tebu. 90
23. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Nilam................................... 90
24. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Karet................................... 91
25. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kopi per Hektar...... 92
26. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Cengkeh per Hektar 93
27. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Lada per Hektar..... 94
28. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kakao per Hektar.... 95
29. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Tebu per Hektar...... 96
30. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Tembakau perHektar 97
31. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kapas per Hektar ... 98
vi
32. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Nilam per Hektar ... 99
33. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kelapa per Hektar... 100
34. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Karet per Hektar.... 104
35. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Jambu Mete per
Hektar........................................ 105
36. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Kopi per Hektar...... 106
37. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Kakao per Hektar.... 107
38. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Cengkeh per Hektar. 108
39. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Lada per Hektar...... 109
40. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Uret Tebu perHektar 110
41. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Aceria sp. pada
tanaman Kelapa per Hektar............... 111
42. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT JAP pada tanaman 112
Karet per Hektar............................
43. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT JAP pada tanaman 113
Jambu Mete per Hektar....................
44. Jenis dan Volume Komponen Demplot
Pengendalian OPT Kopi per Hektar...... 114
45. Jenis dan Volume Komponen Demplot
Pengendalian OPT Lada per Hektar...... 115
vii
46. Jenis dan Volume Komponen Demplot
Pengendalian OPT Penggerek 116
Pucuk/Batang Tebu per Hektar...........
47. Jenis dan Volume Komponen Demplot
Pengendalian Tikus dengan Burung 117
Hantu pada Tebu per Hektar..............
48. Spesifikasi Teknis Sex Feromon........... 118
49. Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon.. 121
50. Form Laporan Persiapan Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian/Demfarm/
Demplot OPT................................ 134
51. Form Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Pengendalian/Demfarm/ Demplot OPT. 135
52. Form Laporan Perkembnagan Realisasi
Fisik dan Keuangan Kegiatan
Pengendalian/Demfarm/ Demplot OPT. 136
53 Out Line Laporan Akhir.................... 137
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
perhitungan taksasi kerugian hasil
diperkirakan sekitar Rp. 2,017 trilyun.
Jenis OPT utama yang masih menjadi
ancaman dalam upaya peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu hasil, antara lain:
hama Penggerek Buah Kakao (PBK), penyakit
Vascular Streak Dieback (VSD), dan busuk
buah pada kakao; hama Penggerek Buah
pada Kopi (PBKo); penyakit busuk pangkal
batang dan jamur pirang pada lada; penyakit
Jamur Akar Putih (JAP) dan Kering Alur
Sadap (KAS) pada karet; hama Sexava sp.,
Oryctes sp., Rhyncophorus sp., Brontispa
sp., tungau (Aceria sp.) dan penyakit busuk
pucuk pada kelapa; hama Helopeltis sp.,
penyakit Jamur Akar Putih (JAP) dan Jamur
Akar Coklat (JAC) pada jambu mete; hama
ulat api dan penyakit busuk pangkal batang
(Ganoderma sp.) pada kelapa sawit; hama
uret, tikus, penggerek batang dan pucuk
pada tebu; hama Spodoptera sp. dan
penyakit lanas Phytophthora sp. pada
tembakau; penyakit layu bakteri, budok dan
nematoda pada nilam; hama penggerek buah
Helicoverpa sp., wereng daun Sundapteryx
sp. dan Spodoptera sp. pada kapas; hama
Helopeltis sp. dan penyakit cacar daun pada
teh; hama penggerek batang Nothopeus sp.
dan penyakit Bakteri Pembuluh Kayu
Cengkeh (BPKC) pada cengkeh; hama
2
penggerek batang dan penyakit busuk
pangkal batang pada pala.
Sesuai dengan UU No.12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman,
Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1995
tentang Perlindungan Tanaman dan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
887/Kpts/07.210/9/97 tentang Pedoman
Pengendalian OPT, bahwa Perlindungan
Tanaman dilaksanakan dengan menerapkan
sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
3
semusim di 15 provinsi; serta pengendalian
OPT tanaman rempah dan penyegar di 18
provinsi.
B. Sasaran Kegiatan
C. Tujuan
D. Pengertian Umum
Dalam rangka menyamakan persepsi untuk
kegiatan Penanganan Organisme Pengganggu
Tumbuhan Tanaman Perkebunan, maka
perlu disampaikan beberapa pengertian
sebagai berikut :
4
1. Kelompok Tani adalah kumpulan petani
yang tumbuh berdasarkan keakraban dan
keserasian, serta kesamaan kepentingan
dalam memanfaatkan sumber daya
pertanian untuk bekerja sama
meningkatkan produktivitas usahatani
dan kesejahteraan anggotanya.
2. Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL)
adalah petani/tempat yang akan
diusulkan menjadi peserta kegiatan yang
akan dilaksanakan.
3. Hamparan yang relatif kompak yaitu
hamparan tanaman dengan umur
tanaman yang hampir sama.
4. Sosialisasi adalah penyampaian/
penjelasan lebih rinci tentang kegiatan
penanganan OPT perkebunan yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah setempat
dan petani.
5. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
tanaman adalah jenis serangga,
tumbuhan (gulma), jamur, bakteri,
nematoda, virus dan jasad renik lainnya
yang dapat merusak, mengganggu
kehidupan sehingga menyebabkan
berkurang/hilangnya produksi dan
kualitas hasil tanaman perkebunan.
6. Agens Pengendali Hayati (APH) adalah
organisme yang ditemukan di alam yang
dapat melemahkan sekaligus membunuh
5
OPT. APH terdiri dari predator,
parasitoid dan patogen.
7. Predator adalah golongan serangga yang
hidupnya memburu dan membunuh
serangga inang (OPT). Serangga predator
biasanya ukuran tubuhnya lebih besar
dari pada inangnya.
8. Parasitoid adalah serangga musuh alami
yang hidupnya menempel di/pada dan
menghisap cairan sehingga
menyebabkan kematian pada inangnya.
9. Patogen adalah golongan jasad renik
(jamur, bakteri, nematoda, virus dll)
yang hidupnya melemahkan/membuat
sakit/kompetisi makanan inang (OPT)
sehingga menyebabkan kematian
inangnya.
10. Pestisida Nabati (Pesnab) adalah
pestisida yang dibuat dari bagian
tumbuhan yang bersifat racun (toxic)
untuk menghambat/membunuh OPT
sasaran namun tidak membahayakan
lingkungan.
11. Efikasi yaitu efektifitas, kemampuan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
12. Demonstrasi plot (Demplot)
pengendalian OPT, yaitu model
percontohan pengendalian OPT
6
perkebunan dengan luas areal 1-5
hektar.
13. Demonstrasi farm (Demfarm) yaitu
model percontohan pengendalian OPT
pada lahan usahatani perkebunan
dengan luas areal 5-25 hektar.
14. Tanaman perangkap adalah jenis
tanaman yang digunakan untuk
mengalihkan serangan /memerangkap
OPT dari tanaman inangnya.
15. APH spesifik lokasi adalah APH yang
mempunyai kekhususan terhadap
lingkungan sehingga hanya bisa
digunakan pada lokasi tertentu.
16. Pengamatan adalah kegiatan
perhitungan dan pengumpulan informasi
tentang keadaan populasi dan tingkat
serangan OPT dan faktor-faktor iklim
yang mempengaruhinya pada waktu dan
tempat tertentu.
17. Pemantauan adalah kegiatan mengamati
dan mengawasi populasi atau tingkat
serangan OPT dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya secara berkala pada
tempat tertentu.
18. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
adalah pengendalian OPT dengan cara
menggabungkan berbagai tindakan
pengendalian yang kompatibel dalam
7
suatu kesatuan untuk mencegah
timbulnya kerugian secara ekonomis dan
kerusakan lingkungan hidup.
19. Pengambilan keputusan adalah
penentuan dilakukan atau tidaknya
tindakan pengendalian OPT berdasarkan
hasil analis data pengamatan dan
pemantauan.
20. Luas serangan adalah luas tanaman yang
mengalami kerusakan akibat
gangguan/serangan OPT.
21. Luas Pengendalian adalah luas tanaman
terserang yang dapat dikendalikan
dengan memadukan berbagai teknik
pengendalian.
22. Sanitasi/eradikasi adalah tindakan
pembersihan/pemusnahan tanaman
atau bagian tanaman terserang OPT,
sehingga tidak menjadi sumber
serangan.
23. Eksplosi adalah serangan OPT yang
bersifat mendadak, dengan populasi dan
perkembangan secara cepat.
24. Dampak perubahan iklim adalah dampak
yang ditimbulkan akibat terjadinya
perubahan iklim/variabilitas iklim, yang
menyebabkan banjir, kekeringan,
peningkatan suhu dan serangan OPT.
8
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal
yang bersifat administratif dan
manajemen kegiatan.
1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan
a. Penetapan SK Tim Pelaksana
Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA
paling lambat 1 (satu) minggu
setelah diterimanya penetapan
Satker dari Menteri Pertanian.
b. Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan pengendalian OPT
tanaman perkebunan untuk TP
provinsi ditetapkan oleh Kepala
Dinas Provinsi.
c. Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan pengendalian OPT
tanaman perkebunan untuk TP
kabupaten/kota ditetapkan oleh
Kepala Dinas kabupaten/kota.
1.2 Rencana kerja
Rencana kerja pelaksanaan masing-
masing kegiatan disusun paling
lambat 1 (satu) minggu setelah
ditetapkannya SK Tim pelaksana dan
9
mengacu kepada Pedoman Teknis
dari Ditjen Perkebunan.
1.3 Juklak, Juknis
Penyelesaian Juklak/Juknis untuk
kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota
paling lambat 2 (dua) minggu setelah
ditetapkannya SK Tim pelaksana dan
mengacu kepada Pedoman Teknis
dari Ditjen Perkebunan.
1.4 Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan oleh satker
pelaksana kegiatan dengan Direktorat
Jenderal Perkebunan melalui
Direktorat Perlindungan Perkebunan,
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBPPTP)
Medan, Surabaya, Ambon dan Balai
Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP)
Pontianak (sesuai dengan wilayah
kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota
dimana terdapat lokasi kegiatan
dilaksanakan. Sedangkan sosialisasi
dilaksanakan kepada petani calon
lokasi kegiatan pengendalian/pihak
terkait.
1.5 Pelelangan/pengadaan
Pelelangan/pengadaan dilaksanakan
sesuai peraturan perundangan yang
berlaku dan kontrak diupayakan
10
ditandatangani paling lambat bulan
Maret 2014. Pengadaan sarana
pendukung perlindungan tidak dapat
digabungkan dengan pengadaan
sarana produksi lainnya.
1.6 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan
oleh satker pelaksana kegiatan
selama kegiatan berlangsung minimal
2 (dua) kali.
1.7 Laporan
a. Laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan disampaikan
oleh satker pelaksana kegiatan
sesuai dengan jadual dan form
Pedoman SIMONEV.
b. Laporan akhir kegiatan
disampaikan oleh satker pelaksana
kegiatan ke pusat paling lambat 2
(dua) minggu setelah kegiatan
selesai dan tidak melewati bulan
Desember 2014.
11
2. Prinsip Pendekatan Teknis
12
c. Pengamatan
1) Pengamatan awal dilakukan
sebelum pelaksanaan
pengendalian untuk melihat
kondisi atau rona awal
(produktivitas tanaman,
kondisi tanaman dan keadaan
OPT, serta teknik
pengendalian yang pernah
dilakukan) dari kebun yang
akan dikendalikan.
2) Pengamatan akhir dilakukan
setelah pelaksanaan
pengendalian sesuai dengan
kondisi teknis efikasi bahan
pengendali yang digunakan
(kondisi tanaman dan keadaan
OPT).
3) Pengamatan dilakukan oleh
petugas lapangan bersama
dengan petani dari setiap
kegiatan pengendalian OPT.
d. Bahan Pengendali
1) Agens pengendali hayati
(APH) berupa parasitoid,
predator dan tanaman
antagonis/pestisida nabati.
2) Agens pengendali hayati /APH
seperti cendawan patogen,
13
Nematoda patogen, yang
digunakan harus telah
terdaftar dan mendapat ijin
dari Menteri Pertanian.
3) Pestisida sintetis dan feromon
yang digunakan telah
terdaftar dan mendapat ijin
dari Menteri Pertanian.
e. Penerapan PHT yaitu memadukan
cara dan teknik pengendalian
OPT sesuai kondisi daerah
masing-masing, aman terhadap
lingkungan, ekonomis, dan
diterima secara sosial maupun
budaya.
f. Waktu pelaksanaan pengendalian
disesuaikan dengan karakter
komoditas dan serangan OPT
masing-masing.
14
hama PBKo pada tanaman kopi,
PBK pada tanaman kakao, BPKC
pada tanaman cengkeh, Jamur
pirang pada tanaman lada, JAP
pada tanaman karet dan mete,
Aceria pada tanaman kelapa dan
uret pada tanaman tebu.
c. Demfarm dilaksanakan di kebun
petani dan mudah dijangkau.
Pelaksana kegiatan adalah Dinas
yang membidangi perkebunan
Provinsi bersama Dinas
Kabupaten/Kota.
2.3 Demplot Pengendalian OPT
Demplot pengendalian OPT
dilaksanakan oleh Dinas yang
membidangi perkebunan, di lahan
petani pada 5 (lima) komoditi yaitu:
lada, kopi, karet, tebu dan nilam.
a. Demplot OPT lada
Menerapkan teknologi
pengendalian OPT pada tanaman
lada dengan menggunakan APH
(Trichoderma sp).
b. Demplot OPT kopi
Menerapkan teknologi
pengendalian OPT pada tanaman
kopi dengan pemasangan
perangkap feromon.
15
c. Demplot OPT karet
Menerapkan teknologi
pengendalian OPT Karet dengan
mengkombinasikan cara biologis,
mekanis, sanitasi dan kimiawi.
d. Demplot OPT tebu
- Menerapkan teknologi
pengendalian hama penggerek
batang/pucuk pada tebu
dengan pemasangan
perangkap feromon.
- Menerapkan teknologi
pengendalian hama tikus pada
tebu dengan cara biologis
yaitu menggunakan predator
burung hantu.
e. Demplot OPT nilam
Menerapkan teknologi
pengendalian OPT nilam dengan
mengkombinasikan cara biologis,
mekanis, sanitasi dan kimiawi.
Penggunaan APH skala terbatas
untuk perkebunan rakyat
diprioritaskan APH spesifik lokasi
yang sudah mendapat rekomendasi
dari Puslit/Balit/ Perti/Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (Medan/Surabaya/
16
Ambon) dan Balai Proteksi Tanaman
Perkebunan Pontianak.
Demplot dilaksanakan di kebun
petani dan mudah dijangkau.
Pelaksana kegiatan adalah Dinas
yang membidang perkebunan
Provinsi bersama Dinas
Kabupaten/Kota.
3. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
perlu dilakukan tindak lanjut sebagai
berikut:
17
pengamatan dan jangan
menunggu sampai terjadi
eksplosi.
c. Petugas perlindungan dinas
kabupaten/kota agar melakukan
pengawalan/pendampingan
secara intensif kepada petani.
d. Dinas kabupaten/kota
diharapkan melakukan upaya
yang dapat mendorong petani
mau melaksanakan pengendalian
OPT secara mandiri.
18
tahun). Provinsi pelaksana demplot
diharapkan mengembangkan hasil
demplot di wilayah binaan. Petugas
melakukan pencatatan/evaluasi
perkembangan demplot, dan petani
melakukan pemeliharaan demplot.
B. Spesifikasi Teknis
1. Kriteria
19
rekomendasi Puslit/Balit/Perti/
BBPPTP (Medan/ Surabaya/
Ambon)/BPTP Pontianak atau
pedoman pengenalan dan
pengendalian OPT yang
diterbitkan Direktorat Jenderal
Perkebunan.
20
1.3. Demplot Pengendalian OPT
a. Demplot dilaksanakan oleh Dinas
yang membidangi perkebunan
bekerja sama dengan kelompok
tani/petani.
2. Metode
21
Pengendalian OPT pada tanaman
kopi (hama PBKo) dilaksanakan
secara serentak dan massal pada
kelompok tani pelaksana dengan
menerapkan PHT, antara lain:
1) Kultur teknis melalui
pengaturan naungan.
22
b) Kimiawi
- Memasukkan insektisida
berbahan aktif asefat
atau carbofuran ke dalam
lubang gerekan yang
masih aktif.
23
d) Kimiawi
Melakukan infuse batang
dengan bakterisida dan
penyemprotan insektisida
yang telah terdaftar pada
Komisi Pestisida.
3) Penyakit Jamur Akar Putih
(Rigidophorus lignosus)
adalah :
a) Kultur Teknis
- Membersihkan sisa
tanaman (tunggul).
- Pengendalian gulma
disekitar piringan
tanaman
- Perbaikan saluran
drainase.
b) Mekanis
- Penjarangan tanaman
- Membongkar tanaman
mati/tumbang.
c) Biologis
Aplikasi Trichoderma sp.
Dengan dosis 100 g/pohon
diulang 2 (dua) kali Aplikasi
diiringi dengan pemberian
pupuk organik dengan dosis
400 kg/hektar.
24
Aplikasi pestisida nabati
sebanyak 2 l/hektar.
25
penyebaran spora oleh
percikan air hujan.
- Mencabut tanaman yang
terserang, kemudian
dimusnahkan dengan
membakar tanaman.
- Memangkas tajar hidup
secara teratur pada awal
dan menjelang akhir
musim hujan.
- Membuat saluran
drainase.
- Membersihkan alat-alat
pertanian yang telah
digunakan di areal
tanaman terserang,
sebelum digunakan pada
tanaman sehat.
c) Kimiawi
- Aplikasi fungisida yang
telah terdaftar pada
Komisi Pestisida.
26
b). Mekanis
- Tananam lada yang
terserang berat dilakukan
eradikasi dengan cara
ditebang dan dibakar
untuk mengurangi sumber
inokulum.
- Membersihkan alat-alat
pertanian yang telah
digunakan di areal
tanaman terserang,
sebelum digunakan pada
tanaman sehat.
c) Biologis
Dengan aplikasi agens
pengendali hayati.
d) Kimiawi
Aplikasi fungisida dan
penyemprotan insektisida
yang telah terdaftar pada
Komisi Pestisida.
27
- Panen sering
- Pemupukan (gunakan
pupuk organik sebanyak
250 kg/hektar)
b) Biologis
Pemasangan sex feromon
sebanyak 6 set/hektar.
28
2) Pengendalian Hama tikus
- Gropyokan
Penangkapan/pemburuan
tikus secara serentak.
- Pengumpanan/racun tikus
Umpan/racun tikus yang
digunakan berbahan aktif
bromadiolon atau
coumatetralyl.
3) Pengendalian Hama Penggerek
Batang/pucuk
- Biologis
Pemasangan sex feromon
berbahan aktif octadekenil
asetat : 100% untuk
penggerek batang dan
Hexsadsenal 100% untuk
penggerek pucuk.
- Pemasangan feromon
sebanyak 10-20 set/ ha/th.
Setiap 1 set perangkap
terdiri dari 1 unit perangkap
dan 4 sachet feromon.
Pemilihan jenis feromon
tergantung jenis penggerek
yang ada di lapangan
(penggerek batang/pucuk)
Pemasangan feromon
sebaiknya pada sore hari dan
29
feromon diganti setiap 3
bulan sekali.
30
- Biologis
Aplikasi agens pengendali
hayati Beauveria bassiana
sebanyak 2 kg/hektar/ aplikasi
diulang sebanyak 3 kali.
Aplikasi Pestisida nabati
sebanyak 10 kg/hektar/
aplikasi diulang sebanyak 3
kali.
31
dan lainnya; memotong-
motong tanaman kelapa yang
tumbang/mati kemudian
dibakar atau ditimbun tanah.
- Biologis
Pemasangan feromon untuk
memerangkap imago Oryctes
sp./ Rhyncophorus sp.
sebanyak 1-3 sachet/ha/
aplikasi dan diaplikasikan
sebanyak 2 kali dalam
setahun.
2) Pengendalian hama Sexava sp.
- Kultur teknis
Sanitasi kebun dan
intercroping dengan
menanam tanaman sela
seperti kacang tanah, jagung
dan lainnya.
- Biologis
Pelepasan parasitoid
Leefmansia bicolor sebanyak
25 butir telur terparasit per
hektar untuk dua kali
aplikasi.
- Kimiawi
Penggunaan insektisida
dengan dosis 1 liter/Ha.
32
3) Pengendalian hama Brontispa
sp.
- Mekanis
Memotong janur dan
diturunkan dengan tali,
kemudian dikumpulkan dan
dibakar untuk membunuh
larva dan imago Brontispa sp.
- Biologis
Menggunakan Tetrastichus
brontispae sebanyak 25 butir
telur terparasit per hektar.
- Kimia
Penggunaan herbisida dengan
dosis 1 lt/ha
33
i. Pengendalian OPT Karet
Pengendalian OPT pada tanaman
karet dilaksanakan secara
serentak dan massal pada
kelompok pelaksana pengendalian
dengan menerapkan PHT antara
lain:
1) Pengendalian Penyakit Jamur
Akar Putih (JAP)
- Mekanis
Eradikasi tanaman terserang
(membongkar dan
memusnahkan tanaman
yang terserang);
- Sanitasi
Mengumpulkan dan
memusnahkan sisa-sisa
tanaman serta melakukan
pengendalian gulma;
- Biologis
Aplikasi agens hayati
Trichoderma sp. pada
tanaman yang terserang
ringan dan tanaman sehat
(pencegahan) dan pada
bekas tanaman yang
dieradikasi sebanyak 10
Kg/ha;
34
- Pemberian pupuk organik
sebanyak 100 Kg/ha.
- Kimia
Menggunakan fungisida
berbahan aktif triadimefon
dengan dosis 1 lt/ha.
2) Pengendalian Penyakit Kering
Alur Sadap (KAS)
- Pemupukan sesuai dengan
anjuran;
- Menghentikan penyadapan
berat dan pemberian
stimulan yang berlebihan;
- Waktu dan intensitas
penyadapan sesuai anjuran
dengan kedalaman sadap 1-
1,5 mm dari kambium,
ketebalan irisan sadap 1,66-
2 mm tiap kali penyadapan,
sudut kemiringan irisan
sadap 30°-40° untuk bidang
sadap bawah;
- Mengikis/ mengerok kulit
bidang sadap (Bark
scrapping) yang bergejala
KAS menggunakan pisau
sadap hingga kedalaman 3-4
mm dari kambium pada hari
pertama sadap. Teknik
35
pengikisan sama dengan
prinsip penyadapan;
- Segera dilakukan aplikasi
dengan mengoles formula
oleokimia sesuai dosis
anjuran;
- Penyadapan kulit sehat
dapat diteruskan setelah
proses pengobatan selesai,
yaitu mulai hari ke 90.
36
pemupukan dengan
menggunakan pupuk
anorganik sebanyak 100
Kg/ha. Aplikasi pupuk
organik dilakukan
bersamaan dengan APH.
- Biologis
Aplikasi agens pengendali
hayati Trichoderma sp.
pada tanaman yang
terserang ringan dan
tanaman sehat
(pencegahan) dan pada
bekas tanaman yang
dieradikasi;
37
- Biologis dengan pemasangan
attraktan sebanyak 25
set/hektar/ tahun.
c. Demfarm Pengendalian
Penyakit BPKC Pada Tanaman
Cengkeh
- Kultur teknis dengan
melakukan Sanitasi kebun
- Mekanis; tananam cengkeh
yang terserang berat
dilakukan eradikasi dengan
cara ditebang dan dibakar
untuk mengurangi sumber
inokulum.
- Kimiawi
Melakukan infuse batang
dengan bakterisida dan
penyemprotan insektisida
38
yang telah terdaftar pada
Komisi Pestisida.
d. Demfarm Pengendalian
Penyakit Jamur Pirang Pada
Tanaman Lada
- Kultur Teknis dengan
melakukan sanitasi kebun
- Kimiawi
Aplikasi fungisida dan
penyemprotan insektisida
yang telah terdaftar pada
Komisi Pestisida.
39
organik dilakukan
bersamaan dengan APH.
- Biologis
Aplikasi agens pengendali
hayati Trichoderma sp. pada
tanaman yang terserang
ringan dan tanaman sehat
(pencegahan) dan pada
bekas tanaman yang
dieradikasi;
- Kimiawi
Aplikasi fungisida dan
penyemprotan insektisida
yang telah terdaftar pada
Komisi Pestisida.
40
organik dilakukan
bersamaan dengan APH.
- Biologis
Aplikasi agens pengendali
hayati Trichoderma sp. pada
tanaman yang terserang
ringan dan tanaman sehat
(pencegahan) dan pada
bekas tanaman yang
dieradikasi;
- Kimiawi
Aplikasi fungisida yang telah
terdaftar pada Komisi
Pestisida.
41
e. Demfarm Pengendalian Hama
uret pada tebu
- Pengamatan awal untuk
mengetahui intensitas
serangan.
- Pengambilan, pengumpulan
dan pemusnahan uret
bersamaan dengan pengolahan
tanah.
- Aplikasi pupuk organik
dicampur dengan APH jamur
Metarhizium sp./ nematoda
Steinernema sp. sebelum
tanam, atau pada saat
pembuatan juringan
- Pemasangan perangkap
(lampu perangkap/trap
barrier/jaring perangkap)
untuk imago pada awal musim
hujan.
- Pengamatan rutin dan
pengamatan akhir untuk
mengetahui tingkat serangan
setelah dilakukan aplikasi
pengendalian.
42
2.3. Demplot Pengendalian OPT
a. Demplot Pengendalian Penyakit
Kuning dan BPB pada Tanaman
Lada melalui Sambung Akar
- Kultur Teknis
Penggunakan pupuk anorganik
dengan ditambahkan zat
suplemen.
- Biologis
Menggunakan Agen Pengendali
Hayati Trichoderma sp. untuk
mengendalikan penyakit busuk
pangkal batang.
- Mekanis
Memangkas pertumbuhan
bagian batang bawah (tanaman
sirih) yang tidak dikehendaki.
- Melakukan pemeliharaan
bahan tanaman yang telah
dilakukan penyambungan,
seperti penyiraman secara
berkala, penaungan dan
pemupukan sesuai standard
teknis.
- Menyulam tanaman yang gagal
disambung (tidak tumbuh).
43
- Mengamati dan mencatat
pertumbuhan tanaman dan
ekosistem setempat.
b. Demplot Pengendalian Hama
PBKo pada Tanaman Kopi di
Kabupaten Kepahyang.
- Pemupukan;
- Pemasangan attraktan;
- Pembuatan rorak;
- Perbaikan saluran drainase,
teras sering;
- Pengendalian OPT
c. Demplot Pengendalian penyakit
JAP dan KAS pada Tanaman Karet
- Persiapan lahan;
- Penyediaan bibit; Bibit
diambil dari sumber benih
yang dihasilkan oleh petani
yang telah mengembangkan
teknologi penyambungan
batang bawah yang tahan
terhadap penyakit JAP dan
batang atas yang tahan
terhadap KAS serta produksi
lateksnya tinggi.
- Penanaman dengan jarak
tanam sesuai anjuran.
44
- Pemupukan dengan
menggunakan pupuk organik,
anorganik dan zat suplemen.
- Pemeliharaan tanaman sesuai
anjuran budidaya karet.
- Penggunaan APH (Trichoderma
sp.)
45
- Aplikasi parasitoid
Trichogramma sp. sebanyak
100 pias/ha (8 kali aplikasi
interval 1 minggu, aplikasi
pertama 16 pias dan
berikutnya 12 pias).
e. Demplot Pengendalian Hama
tikus pada tebu dengan burung
hantu sebagai predator
- Pembuatan dan pemasangan
pagupon/rumah burung hantu
(rubuha) di pertanaman.
- Mengkarantina burung hantu
didekat lahan tebu untuk
adaptasi lingkungan dengan
diberi pakan marmut.
- Pelepasan burung hantu pada
saat awal tanam/mulai ada
serangan sebanyak 2 pasang
burung hantu untuk 5 ha
lahan.
f. Demplot Pengendalian OPT nilam
(budok, nematoda, ulat/kutu
daun dll)
- Penggunaan pestisida nabati
bubuk biji nimba, dosis 15
kg/ha. aplikasi dilakukan 3 kali
dengan interval 2 minggu, di
mulai dari tanaman umur 2
46
minggu. Pengendalian dapat
juga menggunakan pestisida
nabati berbahan aktif
Azadiractin yang sudah
terdaftar, dengan dosis sesuai
aturan pemakaian.
- Penggunaan APH Beauveria
bassiana dengan dosis 1 kg/ha,
diaplikasikan 3-4 kali dengan
interval 1-2 minggu.
- Penggunaan bubur bordo
dengan dosis 1 kg/ha,
diaplikasikan seminggu setelah
tanam.
47
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
48
c. Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana
- SDM
- Data dan informasi
- Teknologi
2 Output/Keluaran Terlaksananya
pengendalian OPT
tanaman kopi 900 ha,
lada 300 ha, cengkeh
525 ha, pala 800 ha,
kakao 2.125 ha, karet
660 ha, kelapa 5.350
ha, kelapa sawit 200
ha, jambu mete
205 ha, tebu 5.005 ha,
tembakau 100 ha dan
kapas 150 ha.
3 Outcome/hasil Menurunnya luas
serangan OPT pada
tanaman tanaman
kopi 900 ha, lada 300
ha, cengkeh 525 ha,
pala 800 ha, kakao
2.125 ha, karet 660
ha, kelapa 5.350 ha,
kelapa sawit 200 ha,
jambu mete 205
ha, tebu 5.005 ha,
tembakau 100 ha dan
kapas 150 ha.
49
2. Demfarm Pengendalian OPT
a. Demfarm pengendalian OPT pada
tanaman kopi, kakao, cengkeh, lada,
karet, jambu mete, kelapa dan tebu
dilakukan di kebun petani.
b. Tahapan kegiatan demfarm
pengendalian OPT tanaman
perkebunan meliputi koordinasi antara
Dinas yang membidangi Perkebunan
Provinsi/ Kabupaten/Kota, penetapan
lokasi demfarm pengendalian,
pengadaan sarana produksi klon
unggulan lokal yang tahan terhadap
OPT dan mempunyai produktivitas
tinggi, pupuk, bahan untuk
memperbaiki kesuburan tanah, APH
dan pompa air), pengamatan dan
pemeliharaan tanaman, pendamping-
an serta monitoring/evaluasi dan
pelaporan.
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana
- SDM
- Data
dan informasi
- Teknologi
2 Output/Keluaran Terlaksananya demfarm
pengendalian PBKo
pada kopi 30 ha, PBK
pada kakao 20 ha, BPKC
50
pada cengkeh 10 ha,
Jamur pirang pada lada
10 ha, JAP pada karet
70 ha, JAP pada mete
10 ha, Aceria sp. pada
kelapa 20 ha, uret pada
tebu 10 ha.
3 Outcome/hasil - Tersosialisasinya
teknologi
pengendalian PBKo
pada kopi 30 ha, PBK
pada kakao 20 ha,
BPKC pada cengkeh
10 ha, Jamur pirang
pada lada 10 ha, JAP
pada karet 70 ha,
JAP pada mete 10
ha, Aceria sp. pada
kelapa 20 ha, uret
pada tebu 10 ha.
- Diperolehnya
rekomendasi
teknologi
pengendalian PBKo
pada kopi 30 ha, PBK
pada kakao 20 ha,
BPKC pada cengkeh
10 ha, Jamur pirang
pada lada 10 ha, JAP
pada karet 70 ha,
JAP pada mete 10
ha, Aceria sp. pada
kelapa 20 ha, uret
pada tebu 10 ha.
51
3. Demplot Pengendalian OPT
a. Demplot pengendalian OPT pada
tanaman lada, kopi, karet, tebu dan
nilam dilakukan di kebun petani
b. Tahapan kegiatan demplot
pengendalian OPT tanaman
perkebunan meliputi koordinasi antara
Dinas yang membidangi Perkebunan
Provinsi/ Kabupaten/Kota, penetapan
lokasi demplot pengendalian,
pengadaan sarana produksi klon
unggulan lokal yang tahan terhadap
OPT dan mempunyai produktivitas
tinggi, pupuk, bahan untuk
memperbaiki kesuburan tanah, APH
dan pompa air, pengamatan dan
pemeliharaan tanaman, pendampingan
serta monitoring/ evaluasi dan
pelaporan.
c. Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana
- SDM
- Data
dan informasi
- Teknologi
2 Output/Keluaran Terlaksananya
demplot pengendalian
OPT pada Lada 1 ha,
52
OPT pada kopi 1 ha,
OPT pada karet 1 ha,
penggerek batang/
pucuk pada tebu 1 ha,
tikus dengan burung
hantu pada tebu 10 ha
dan OPT pada nilam
12 ha.
3 Outcome/hasil - Tersosialisasinya
teknologi pengen-
dalian hama OPT
pada Lada 1 ha,
OPT pada kopi 1 ha,
OPT pada karet 1
ha, penggerek
batang/pucuk pada
tebu 1 ha, tikus
dengan burung
hantu pada tebu 10
ha dan OPT pada
nilam 12 ha.
- Diperolehnya reko-
mendasi teknologi
pengendalian OPT
pada Lada 1 ha,
OPT pada kopi 1 ha,
OPT pada karet 1
ha, penggerek
batang/pucuk pada
tebu 1 ha, tikus
dengan burung
hantu pada tebu 10
ha dan OPT pada
nilam 12 ha.
53
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
1. Pelaksana dan penanggung jawab
kegiatan pengendalian OPT untuk TP
provinsi adalah dinas provinsi yang
membidangi perkebunan dan untuk TP
kabupaten adalah dinas kabupaten yang
membidangi perkebunan dan
berkoordinasi dengan dinas provinsi.
Sedangkan pelaksana dan penanggung
jawab kegiatan Demfarm/Demplot
pengendalian OPT pada tanaman kopi,
kakao, cengkeh, lada, karet, jambu
mete, kelapa dan tebu adalah Dinas
Provinsi yang membidangi perkebunan.
2. Dinas yang membidangi perkebunan
provinsi/kabupaten/kota dalam melaksa-
nakan kegiatan agar berkoordinasi dengan
BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon)/BPTP
Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja)
dan pihak-pihak terkait lainnya.
3. Kewenangan dan tanggung jawab :
3.1 Direktorat Perlindungan Perkebunan
a. Menyiapkan Terms of Reference
(TOR) dan Pedoman Teknis;
b. Melakukan bimbingan,
pembinaan, monitoring dan
evaluasi.
3.2 Dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan
54
a. Menetapkan Tim Pelaksana
kegiatan pengendalian OPT/
demfarm/demplot pengendalian
OPT perkebunan tingkat provinsi;
b. Melakukan koordinasi dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan,
BBPPTP Medan/Surabaya/
Ambon/BPTP Pontianak (sesuai
dengan wilayah kerja) dan Dinas
Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan, serta
institusi terkait lainnya;
c. Membuat Petunjuk Pelaksanaan
untuk kegiatan pengendalian
OPT/Demfarm/Demplot
pengendalian OPT perkebunan;
d. Melakukan verifikasi CP/CL
bersama Dinas Kabupaten;
e. Menetapkan CP/CL kegiatan
pengendalian OPT/demfarm/
demplot pengendalian OPT untuk
TP Provinsi;
f. Melakukan pengawalan,
pembinaan, monitoring dan
evaluasi, berkoordinasi dengan
Dinas Kabupaten yang
membidangi perkebunan
setempat;
55
g. Sosialisasi kegiatan pengendalian
OPT/demfarm/demplot
pengendalian OPT bersama-sama
Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan;
h. Menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan
pengendalian OPT/demfarm/
demplot pengendalian OPT ke
Direktorat Jenderal Perkebunan
cq. Direktorat Perlindungan
Perkebunan.
3.3 Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan
a. Menetapkan Tim Pelaksana
kegiatan pengendalian OPT untuk
TP kabupaten;
b. Melakukan koordinasi dengan
Dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan, BBPPTP (Medan/
Surabaya/Ambon), BPTP
Pontianak (sesuai dengan wilayah
kerja), Direktorat Jenderal
Perkebunan, dan pihak terkait
lainnya;
c. Membuat juknis kegiatan
pengendalian OPT perkebunan;
d. Melakukan verifikasi dan
penetapan CP/CL;
56
e. Melakukan sosialisasi, pembinaan
dan monev kegiatan
pengendalian OPT perkebunan;
f. Menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan
pengendalian OPT ke Dinas
Provinsi dan Direktorat Jenderal
Perkebunan cq. Direktorat
Perlindungan Perkebunan.
3.4 Kelompok Tani/Petani :
a. Mengikuti sosialisasi pengendali-
an OPT/demfarm/ demplot
pengendalian OPT.
b. Melakukan seluruh tahapan
kegiatan pengendalian OPT/
demfarm/demplot pengendalian
OPT.
57
1.2 Pengendalian OPT Cengkeh
Kegiatan pengendalian OPT tanaman
cengkeh seluas 525 ha di 4 provinsi 5
kabupaten. Data rincian lokasi
disajikan pada Lampiran 2.
58
1.6 Pengendalian OPT Tembakau
Kegiatan pengendalian OPT pada
tanaman tembakau seluas 100 ha di
4 Provinsi 4 kabupaten. Data rincian
lokasi disajikan pada Lampiran 6.
59
1.10 Pengendalian OPT Jambu Mete
Kegiatan pengendalian OPT pada
tanaman jambu mete seluas 205 ha
di 2 Provinsi 2 kabupaten. Data
rincian lokasi disajikan pada
Lampiran 10.
60
2.2 Demfarm Pengendalian OPT
Tanaman Kakao (PBK)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT
kakao seluas 30 ha di Provinsi
Sulawesi Selatan (Kabupaten
Soppeng) dan Sulawesi Tenggara
(Kabupaten Bombana). Data rincian
lokasi disajikan pada Lampiran 13.
61
2.5 Demfarm Pengendalian OPT
Tanaman Karet (JAP)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT
karet seluas 70 ha di Provinsi
Sumatera Utara (Kabupaten Asahan),
Riau (Kabupaten Pelalawan dan
Kuantan Singingi), Sumatera Selatan
(OKU), Kalimantan Barat (Sambas),
Kalimantan Selatan (Kabupaten
Tabalong), dan Jawa Barat
(Kabupaten Garut). Data rincian
lokasi disajikan pada Lampiran 16.
62
2.8 Demfarm Pengendalian OPT
Tanaman Tebu (Uret)
Kegiatan demfarm pengendalian OPT
tebu seluas 10 ha di Provinsi Jawa
Tengah (Kabupaten Purworejo) dan
DIY (Kabupaten Sleman). Data
rincian lokasi disajikan pada
Lampiran 19.
63
3.3 Demplot Pengendalian Penggerek
Batang/Pucuk Tebu.
Kegiatan demplot pengendalian
Penggerek Batang/Pucuk Tebu
seluas 1 ha di Provinsi Papua. Data
rincian lokasi disajikan pada
Lampiran 22.
64
3.6 Demplot Pengendalian OPT Karet
Kegiatan Demplot Pengendalian OPT
Lada seluas 1 Ha di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
(Kabupaten Bangka). Data rincian
lokasi disajikan pada Lampiran 25.
65
4.3 Komponen biaya kegiatan Demplot
pengendalian OPT tanaman
perkebunan meliputi :
Upah/honor pengendalian,
sosialisasi, pengadaan bahan,
pengadaan alat, pembinaan,
monitoring dan evaluasi serta
konsultasi.
Rincian Jenis dan Volume
Komponen Pengendalian/demfarm
dan demplot OPT tanaman
perkebunan disajikan pada
Lampiran 26-48.
D. Simpul Kritis
Simpul Kritis Pengendalian OPT, Demfarm
dan Demplot Pengendalian OPT Tanaman
Perkebunan sebagai berikut :
a. Penetapan SK pelaksana kegiatan
terlambat, sehingga pelaksanaan
kegiatan tidak tepat waktu sesuai
target. SK pelaksana kegiatan
ditetapkan paling lambat seminggu
setelah diterimanya Pedoman Teknis.
b. Terlambatnya pengusulan revisi,
sehingga pelaksanaan kegiatan tidak
tepat waktu sesuai target. Penelaahan
dan usulan revisi agar dilakukan sejak
awal setelah diterimanya Pedoman
66
Teknis, paling lambat bulan Februari
2014.
c. Terlambatnya penyusunan juklak dan
juknis, sehingga pelaksanaan kegiatan
tidak sesuai dengan target yang telah
ditetapkan. Dinas agar segera menyusun
juknis/juklak paling lambat dua minggu
setelah diterimanya Pedoman Teknis.
d. Penetapan CP/CL tidak akurat sehingga
terjadi revisi CP/CL atau tetap
dilaksanakan pada CP/CL yang tidak
tepat yang mengakibatkan pelaksanaan
pengendalian terlambat/ tidak tepat
sasaran. Verifikasi penetapan CP/CL
dilakukan secara bersama antara dinas
provinsi dengan dinas kabupaten
sebelum pengusulan kegiatan.
e. Terlambatnya pengadaan bahan dan alat
pengendalian akibat proses
lelang/pengadaan sehingga aplikasi
tidak tepat waktu. Lelang/pengadaan
bahan pengendalian dilakukan awal
tahun dan penyediaan bahan
pengendalian disesuaikan dengan
spesifikasi teknis pelaksanaan aplikasi di
lapangan.
67
IV. PENGADAAN BARANG
Pengadaan barang dan jasa kegiatan
Perlindungan Perkebunan untuk dana
Tugas Perbantuan (TP) Direktorat Jenderal
Perkebunan mengacu kepada Perpres
No.70 tahun 2012. Semua kegiatan
pengadaan barang dan jasa yang melalui
proses tender, pelaksanaan dan penetapan
pemenang harus sudah sesuai dengan
usulan rencana yang disampaikan oleh
Satker pada awal tahun kegiatan.
68
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN
DAN PENDAMPINGAN
69
sehingga dapat mengakselerasi kegiatan
sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan
yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan
Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan minimal satu
kali pada setiap jenis kegiatan yang
dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di
koordinasikan dengan pusat, provinsi dan
kabupaten/kota sehingga pembinaan,
pengendalian dan pengawalan efektif dan
efisien.
Pendampingan terhadap kelompok tani
peserta pengendalian OPT/demfarm/
demplot dilakukan oleh petugas di tingkat
lapangan mencakup tahapan persiapan dan
pelaksanaan kegiatan.
Direktorat Perlindungan Perkebunan
melakukan pembinaan dan pengawalan
kegiatan pengendalian OPT/demfarm/
demplot pengendalian OPT tanaman
perkebunan pada seluruh wilayah pelaksana
kegiatan.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
provinsi melakukan pembinaan,
pengendalian, pengawalan dan
70
pendampingan kegiatan Perlindungan
Perkebunan tingkat provinsi.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
kabupaten/kota melakukan pembinaan,
pengendalian, pengawalan dan
pendampingan kegiatan Perlindungan
Perkebunan tingkat kabupaten/kota.
71
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan dan kemajuan
yang telah dicapai pada setiap kegiatan.
Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas
yang membidangi perkebunan di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah
kerja masing-masing. Pelaksanaan
monitoring minimal satu kali selama kegiatan
berlangsung.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan
dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan
yang direncanakan serta realisasi/
penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai
umpan balik perbaikan pelaksanaan
selanjutnya.
Evaluasi dilakukan oleh Direktorat
Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang
membidangi perkebunan Provinsi pada
wilayah kerja masing-masing.
C. Pelaporan
Setiap kegiatan didokumentasikan dalam
bentuk laporan tertulis sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.
72
Laporan kegiatan fasilitasi pengendalian OPT
dibuat oleh pelaksana kegiatan dan
dilaporkan secara berjenjang kepada
penanggung jawab/pembina kegiatan
mengacu kepada pedoman outline penyu-
sunan laporan dan SIMONEV serta bentuk
laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
1. Jenis Laporan :
1.1 Laporan Perkembangan Pelaksanaan
Kegiatan
1.1.1 Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
Persiapan meliputi : penetapan tim
pelaksana kegiatan; penyusunan
juklak/juknis; penetapan CP/CL;
persiapan administrasi; pengadaan
alat dan bahan; sosialisasi;
Dilaporkan setelah persiapan
kegiatan selesai dilaksanakan.
1.1.2 Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan meliputi pengamatan
awal, aplikasi pengendalian,
pemantauan, pengamatan akhir.
Dilaporkan sebanyak 3 kali selama
pelaksanaan kegiatan.
73
Laporan Mingguan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan setiap minggu
berjalan dan disampaikan kepada
Direktorat Perlindungan Perkebunan
setiap minggu hari Jum’at.
1.2.2 Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan fasilitasi
pengendalian OPT setiap bulan
berjalan dan disampaikan kepada
Direktorat Jenderal Perkebunan paling
lambat tanggal 5 pada bulan
berikutnya.
1.2.3 Laporan Triwulan
Laporan Triwulan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan fasilitasi
pengendalian OPT setiap triwulan dan
disampaikan setiap triwulan kepada
Direktorat Jenderal Perkebunan,
paling lambat tanggal 5 pada bulan
pertama triwulan berikutnya.
74
dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan
kepada Direktorat Perlindungan
Perkebunan, paling lambat 2 minggu
setelah kegiatan selesai. Laporan
disampaikan melalui surat dan e-mail
2. Format Laporan Perkembangan Persiapan
Kegiatan, Fisik dan Keuangan,
Pelaksanaan Kegiatan dan Out Line
Laporan Akhir seperti pada lampiran 51-
54.
75
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan fasilitasi pengendalian OPT
perkebunan di daerah didanai dari APBN
tahun anggaran 2014 melalui anggaran Tugas
Pembantuan (TP) Direktorat Jenderal
Perkebunan.
76
VIII. PENUTUP
Pelaksanaan pengendalian OPT diharapkan
mampu menstimulasi untuk mendorong
peran serta dan kesadaran masyarakat
dalam mengendalikan OPT, sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan gangguan
OPT pada tingkat lahan usaha tani secara
mandiri, gradual dan berkesinambungan
dan pada akhirnya dapat berkontribusi
dalam menurunkan tingkat serangan OPT
terutama pada pusat-pusat serangan
sehingga dapat terkendali dan tidak
semakin meluas.
Untuk keberhasilan pelaksanaannya
diperlukan koordinasi, komitmen dan
kerjasama, serta upaya yang sungguh-
sungguh dari semua pihak terkait sesuai
dengan kewenangan, tugas dan fungsi
masing-masing.
77
Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kopi
No. Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume
1 NTT Flores Timur PBKo 200 Ha
2 Jabar Garut PBKo 200 Ha
Bandung PBKo 100 Ha
3 Bali Tabanan PBKo 200 Ha
Bangli PBKo 200 Ha
78
Lampiran 3. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Lada
No. Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume
1 Babel Bangka Penyakit 100 Ha
Selatan Busuk
Pangkal
Batang Lada
2 Sambas Jamur Pirang 100 Ha
Kalbar
Bengkayang Jamur Pirang 100 Ha
79
Penggerek
8 Aceh Bireun 100 Ha
Buah Kakao
Penggerek
9 DIY Gunung Kidul 50 Ha
Buah Kakao
80
No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume
Penggerek
Purwodadi 50 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
Kendal Batang/Pucuk 50 Ha
3 Jatim Penggerek
Sidoarjo 200 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
Mojokerto 200 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
Ngawi 150 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
Malang 100 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
Probolinggo 100 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
Tulungagung 150 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
Jombang 100 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
Kediri 85 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
4 Sumsel Ogan Ilir 50 Ha
Batang/Pucuk
Lampung Penggerek
5 Lampung 100 Ha
Utara Batang/Pucuk
6 Gorontalo Penggerek
Gorontalo 50 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek
Boalemo 50 Ha
Batang/Pucuk
7 Sulsel Penggerek
Bone 50 Ha
Batang/Pucuk
Penggerek Ha
Takalar 20
Batang/Pucuk
81
No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume
Penggerek
8 Papua Merauke 50 Ha
Batang/Pucuk
9 DIY Sleman Hama Uret 150 Ha
10 Jateng Purworejo Hama Uret 100 Ha
Kebumen Hama Uret 100 Ha
Pemalang Hama Uret 50 Ha
Magelang Hama Uret 50 Ha
11 Jatim Bondowoso Hama Uret 100 Ha
Kediri Hama Uret 100 Ha
Malang Hama Uret 100 Ha
Tulungagung Hama Uret 50 Ha
Situbondo Hama Uret 100 Ha
Jombang Hama Uret 100 Ha
12 Jateng Tegal Hama Tikus 100 Ha
Purbalingga Hama Tikus 100 Ha
13 Jatim Sidoarjo Hama Tikus 100 Ha
Jombang Hama Tikus 50 Ha
Mojokerto Hama Tikus 30 Ha
14 Jabar Majalengka Hama Tikus 50 Ha
Subang Hama Tikus 50 Ha
Indramayu Hama Tikus 200 Ha
15 Sulsel Bone Hama Tikus 75 Ha
Takalar Hama Tikus 25 Ha
Gowa Hama Tikus 30 Ha
Wajo Hama Tikus 15 Ha
82
Lampiran 6. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT
Tembakau
No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume
Seluruh
1 Jateng OPT 25 Ha
Temanggung
Tembakau
Seluruh
2 Jabar Bandung OPT 25 Ha
Tembakau
Seluruh
3 Jatim Jember OPT 25 Ha
Tembakau
Seluruh
Lombok
4 NTB OPT 25 Ha
Tengah
Tembakau
83
Lampiran 7. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kapas
84
Lampiran 8. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kelapa
No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume
1 Sulteng Toli-Toli Brontispa sp. 100 Ha
Banggai Brontispa sp. 100 Ha
Indragiri
2 Riau Brontispa sp. 100 Ha
Hilir
3 Sulut Bolmong Brontispa sp. 100 Ha
Lombok
4 NTB Brontispa sp. 100 Ha
Barat
5 Kalteng Kotim Brontispa sp. 100 Ha
6 DIY Gunung Oryctes sp./
150 Ha
Kidul Rhyncophorus sp.
Oryctes sp./
Kulonprogo 150 Ha
Rhyncophorus sp.
Oryctes sp./
7 Jabar Tasikmalaya 250 Ha
Rhyncophorus sp.
8 NTB Lombok Oryctes sp./
400 Ha
Barat Rhyncophorus sp.
Lombok Oryctes sp./
350 Ha
Timur Rhyncophorus sp.
Flores Oryctes sp./
9 NTT 400 Ha
Timur Rhyncophorus sp.
Oryctes sp./
10 Kalbar Kuburaya 300 Ha
Rhyncophorus sp.
11 Sulsel Oryctes sp./
Bone 400 Ha
Rhyncophorus sp.
Oryctes sp./
Sidrap 200 Ha
Rhyncophorus sp.
Lampung Oryctes sp./
12 Lampung 200 Ha
Selatan Rhyncophorus sp.
13 Jateng Oryctes sp./
Rembang 100 Ha
Rhyncophorus sp.
Jepara Oryctes sp./ 125 Ha
85
No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume
Rhyncophorus sp.
Oryctes sp./
Grobogan 100 Ha
Rhyncophorus sp.
Oryctes sp./
14 Sulteng Parimo 175 Ha
Rhyncophorus sp.
15 Sulut Kep. Talaud Hama Sexava 150 Ha
16 Malut Halmahera
Hama Sexava 150 Ha
Selatan
Halmahera
Hama Sexava 150 Ha
Barat
Morotai Hama Sexava 150 Ha
Halmahera
Hama Sexava 200 Ha
Tengah
Halmahera
Hama Sexava 150 Ha
Utara
17 Sulut Bitung Hama Aceria sp. 250 Ha
Minahasa
Hama Aceria sp. 250 Ha
Utara
86
Lampiran 9. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Karet
No. Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume
1. Sumut Asahan JAP 100 Ha
2. Riau Pelalawan JAP 100 Ha
Kuantan JAP
100 Ha
Singingi
3. Sumsel OKU JAP 100 Ha
4. Kalbar Sekadau JAP 100 Ha
5. Kalsel Tabalong JAP 100 Ha
6. Jabar Garut JAP 60 Ha
87
Lampiran 12. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Kopi (PBKo)
No. Provinsi Kabupaten Volume
1 Aceh Aceh Tengah 10 Ha
2 Bengkulu Kepahiang 10 Ha
Lombok
3 NTB 10 Ha
Timur
88
Lampiran 16.Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian
OPT Karet (JAP)
No. Provinsi Kabupaten Volume
1 Sumut Asahan 10 Ha
2 Riau Pelalawan 10 Ha
Kuantan Singingi 10 Ha
3 Sumsel OKU 10 Ha
4 Kalbar Sambas 10 Ha
5 Kalsel Tabalong 10 Ha
6 Jabar Garut 10 Ha
89
Lampiran 20. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Lada (Busuk Pangkal Batang)
No. Provinsi Kabupaten Volume
1 Kep.Babel Bangka 1 Ha
90
Lampiran 24. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian
OPT Nilam
No. Provinsi Kabupaten Volume
1 Sumbar Pasaman Barat 2 Ha
2 Aceh Aceh Selatan 2 Ha
3 Jambi Sarolangun 2 Ha
4 Jabar Kuningan 2 Ha
5 Jateng Purbalingga 2 Ha
6 Sultra Kolaka Utara 2 Ha
91
Lampiran 26. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kopi per Hektar
92
Lampiran 27. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Cengkeh per Hektar
93
Lampiran 28. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Lada per Hektar
2 Sosialisasi (OH) 1
3 Pengadaan Bahan:
- Dolomit (Kg) untuk jamur 50
pirang
- Fungisida(Kg) untuk busuk 2,16
pangkal batang
- Insektisida (Kg) untuk 2,16
busuk pangkal batang dan
jamur pirang
- Pupuk Organik (pupuk 100
kandang) (Kg)
- Papan nama (unit) 0,04
4 Pengadaan alat:
- Knapsack (unit) 0,08
5 Pembinaan dan monev :
- Pembinaan provinsi ke 0,08
lokasi (OT)
- Pembinaan kabupaten ke
lokasi (OT) 0,16
- Pembinaan UPTD proteksi
ke lokasi (OT) 0,08
- Transport petugas lapang
(OT) 0,64
94
Lampiran 29. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kakao per Hektar
95
Lampiran 30. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian pada Tanaman Tebu per Hektar
96
Lampiran 31. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Tembakau per Hektar
97
Lampiran 32. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Kapas per Hektar
98
Lampiran 33. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT Nilam per Hektar
99
Lampiran 34. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT pada Tanaman Kelapa
per hektar
100
sosialisasi
B Pengendalian hama
Oryctes rhinoceros/
Rhynchophorus sp.
1 Pengadaan bahan
Atraktan / Feromon 3 sachet
Perlengkapan 1 set
atraktan
101
sebanyak 25 butir
Insektisida 1 Liter
Plastik, karet 1 Bks
gelang
Kawat 0.1 Kg
Papan Nama 0.04 Unit
2 Konsumsi dan 1 OH
sosialisasi
3 Honor:
Penyebaran musuh 10 HOK
alami, sanitasi
kebun, dan aplikasi
insektisida
Insentif petugas 0.32 OB
lapang
Pengamatan dan 0.04 HOK
pengendalian
4 Sosialisasi,
Pembinaan dan
Monev
Provinsi ke lokasi 0.04 OT
Kabupaten ke lokasi 0.04 OT
Trasnsport petugas 0.32 OH
lapang
Transport petani 1 OH
dalam rangka
sosialisasi
D Pengendalian hama
Aceria
1 Pengadaan bahan
Insektisida 1.5 Liter
102
Masker 1 Bks
103
Lampiran 35. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT pada Tanaman Karet per Hektar
104
Lampiran 36. Jenis dan Volume Komponen
Pengendalian OPT pada Tanaman Jambu Mete
per hektar
105
Lampiran 37. Jenis dan Volume Komponen Demfarm
Pengendalian OPT Kopi per Hektar
106
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
1 Honor: Total luas
pengendalian
- Upah pemangkasan, 20 ha di 2
sanitasi, aplikasi Musuh provinsi, 2
alami, pemasangan kabupaten
feromon, dll(HOK) 10
2 Sosialisasi (OH) 1
3 Pengadaan Bahan:
- Atraktan (set) 6
- Perlengkapan atraktan
(set) 1
- Musuh alami (semut 45
hitam/rangrang)
(sarang)
107
No Jenis Kegiatan Volume Keterangan
1 Honor: Total luas
- Upah Sanitasi, Parit isolasi, 10 pengendalian
aplikasi fungisida, eradikasi 10 ha di 1
dll (HOK) provinsi, 1
kabupaten.
2 Sosialisasi (OH) 1
3 Pengadaan Bahan :
- Insektisida (L) 5
- Bakterisida (L) 1,8
4 Pengadaan Alat :
- Power mist blower (Unit) 0.1
- Bor batang (Unit) 0,1
5 Pembinaan dan monev :
- Pembinaan provinsi ke 0,20
lokasi (OT)
- Pembinaan kabupaten ke 0,40
lokasi (OT)
- Pembinaan UPTD proteksi 0,20
ke lokasi (OT)
- Bantuan transport petugas 1,6
lapang (OH)
108
No Jenis Kegiatan Volume Keterangan
1 Honor: Total luas
- Upah pengamatan, 10 pengendalian
Sanitasi,aplikasi 300 ha di 2
fungisida, dll (HOK) provinsi, 3
kabupaten
2 Sosialisasi (OH) 1
3 Pengadaan Bahan:
- Fungisida(Kg) 2,16
- Insektisida (Kg) 2,16
- Papan nama (unit) 0,10
4 Pengadaan alat:
- Knapsack (unit) 0,10
5 Pembinaan dan monev :
- Pembinaan provinsi ke 0,20
lokasi (OT)
- Pembinaan kabupaten ke
lokasi (OT) 0,40
- Pembinaan UPTD proteksi
ke lokasi (OT) 0,20
- Transport petugas lapang
(OT) 3,20
109
No Jenis Kegiatan Volume Keterangan
1 Honor: Total luas
- Upah pengamatan, 7,20 Demfarm
pengendalian/Sanitasi, pengendalian
dll (OH) uret tebu 10
- Upah pengolahan lahan 20 ha di 2
dengan traktor diikuti provinsi, 2
pengambilan uret (HOK) kabupaten
- Pemasangan Light
trap/barrier trap dan 5
pengumpulan imago
(HOK)
2 Sosialisasi (OH) 3
3 Pengadaan Bahan:
- Pupuk organik(Kg) 1500
- Agens hayati (Kg) 40
- Papan nama (unit) 0,50
4 Pengadaan alat:
- Light Trap/Trap Barrier 1
5 Pembinaan dan monev :
- Pembinaan provinsi ke 1,20
lokasi (OT)
- Pembinaan kabupaten ke
lokasi (OT) 1,60
110
No Jenis Kegiatan Volume Keterangan
1 Pengadaan Bahan dan Alat:
Insektisida (Lt) 1.5 Total luas
Sarung Tangan (Bks) 1 Demfarm
Masker (Bks) 1 pengendalian
Plastik, Karet Gelang (Bks) 1 1 ha
Bor Batang (Bh) 0.05 di 1 provinsi,
Bahan Bakar Bor Batang (Lt) 1 1 kabupaten
Dispossible (Bh) 1
Papan Nama Kegiatan (Bh) 0.04
2 Honor:
Insentif petugas Lapangan (OB) 16
Insentif petugas dinas (OB) 24
3 Sosialisasi, Pembinaan dan
Monev:
Transport Petugas Lapangan (OH) 0.4
Bantuan Transport Petani (OH) 1
Pembinaan kabupaten ke lokasi 1
(OT)
Pembinaan Provinsi ke lokasi 1
(OT)
111
1 Pengadaan Bahan dan Alat: Total luas
Fungisida (Lt) 1 Demfarm
APH (Kg) 10 pengendalian
Pupuk Organik (Kg) 100 1 ha
di 1 provinsi,
1 kabupaten
2 Honor:
Insentif petugas Lapangan (OB) 0.3
Insentif petugas dinas (OB) 2.4
Pengamatan dan Pengendalian 3
(HOK)
3 Sosialisasi, Pembinaan dan
Monev:
Konsultasi ke Pusat (OT) 1
Pembinaan kabupaten ke lokasi 1
(OT)
Pembinaan Provinsi ke lokasi 1
(OT)
112
Fungisida (Lt) 1 Demfarm
APH (Kg) 10 pengendalian
Pupuk Organik (Kg) 100 1 ha
di 1 provinsi,
1 kabupaten
2 Honor:
Insentif petugas Lapangan (OB) 0.32
Insentif petugas dinas (OB) 24
Pengamatan dan Pengendalian 3
(HOK)
3 Sosialisasi, Pembinaan dan
Monev:
Konsultasi ke Pusat (OT) 1
Pembinaan kabupaten ke lokasi 0.08
(OT)
Pembinaan Provinsi ke lokasi 0.04
(OT)
Transport Petugas Lapangan (OH) 0.4
Transport Petani (OH) 1
113
- Perbaikan Rorak 8 1 ha di 1
- Pemupukan 18 provinsi, 1
- Pengendalian OPT 10 kabupaten.
2 Pengadaan Bahan :
- Pupuk organik (Kg) 4.000
- Pupuk NPK (Kg) 192
- Attraktan (set) 25
3 Pembinaan dan monev :
- Koordinasi monitoring dan 2
evaluasi provinsi ke lokasi
(OP)
- Koordinasi monitoring dan 5
evaluasi kabupaten ke
lokasi (OH)
- Koordinasi monitoring dan 2
evaluasi UPTD proteksi ke
lokasi (OP)
- Bantuan transport petugas 10
lapang (OH)
114
2 Pengadaan Bahan : provinsi, 1
- Pupuk NPK (Kg) 500 kabupaten
- APH (Kg) 50
- MSG (Kg) 100
- Garam (Kg) 1.000
3 Pembinaan dan monev :
- Pembinaan provinsi ke
lokasi (OT) 14
- Pembinaan kabupaten ke
lokasi (OT) 12
- Bantuan transport petugas
pendamping (OH) 32
115
- Papan Nama 1
116
2 Pembinaan dan monev :
- Pembinaan provinsi/UPTD
ke lokasi (OT) 0,4
- Pembinaan kabupaten ke 0,4
lokasi (OT)
- Bantuan transport petugas
lapangan (OH) 1,6
117
Lampiran 51. Form Laporan Persiapan Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian/Demfarm/Demplot OPT
PROVINSI :
KABUPATEN :
POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)
134
Lampiran 52. Form Laporan Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian/Demfarm/Demplot OPT
KEGIATAN :
PROVINSI :
KABUPATEN :
LUAS :
POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)
1. Pengamatan Awal
- tanggal pengamatan
- intensitas serangan OPT
2. Aplikasi Pengendalian
- tanggal aplikasi
- jumlah bahan dan alat pengendali
- dosis bahan pengendali dll
3. Pemantauan
- Tanggal pemantauan
- Perkembangan intensitas serangan OPT
4. Pengamatan Akhir
- Tanggal pengamatan
- Intensitas serangan OPT setelah pengendalian
135
Lampiran 53. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan Keuangan
Kegiatan Pengendalian /Demfarm/Demplot OPT
KEGIATAN :
PROVINSI :
KABUPATEN :
LUAS :
POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)
136
Lampiran 54. Out Line Laporan Akhir
137
VI. DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN
138
LAMPIRAN
139
Lampiran 49. Spesifikasi Teknis Sex Feromon
Jenis Feromon/
No. Dosis Waktu Simpan OPT Sasaran Keterangan
Bahan Aktif
1. - Sex Feromon 6 perangkap/ Satu tahun PBK Diprioritaskan
khusus untuk hama ha/tahun penyimpanan (Conopomorpha pada daerah
PBK 1 set perangkap pada suhu cramerella) serangan
- Bahan aktif: terdiri dari 1 unit kamar dan pada kakao penggerek buah
hexadecatrienyl, perangkap dan 4 tidak terkena kakao.
hexadecatrienol sachet feromon sinar matahari
langsung.
2. - Sex Feromon 19-25 perangkap/ Satu tahun PBKo Diprioritaskan
khusus untuk hama ha/tahun penyimpanan (Hypothenemus pada daerah
PBKo 1 set perangkap pada suhu hampei) pada serangan
- Bahan aktif:Etanol terdiri dari 1 unit kamar dan Kopi penggerek buah
perangkap dan 4 tidak terkena kopi.
sachet feromon sinar matahari
langsung.
3. - Sex Feromon 10-20 set/ha/thn. Empat bulan Penggerek Diprioritaskan
khusus hama 1 set perangkap pada suhu batang (Chilo pada derah
118
Jenis Feromon/
No. Dosis Waktu Simpan OPT Sasaran Keterangan
Bahan Aktif
Penggerek Batang terdiri dari 1 unit kamar dan sachariphagus) serangan
Tebu perangkap dan 4 tidak terkena pada tanaman penggerek batang
- Bahan Aktif : sachet feromon sinar matahari tebu tebu
Oktadekenil asetat langsung
100%
119
Jenis Feromon/
No. Dosis Waktu Simpan OPT Sasaran Keterangan
Bahan Aktif
6. - Sex Feromon 1-2 perangkap/ Satu tahun Kumbang sagu Diprioritaskan
khusus hama ha/tahun penyimpanan (Rhynchophorus pada derah
Kumbang Sagu pada suhu ferrugineus) serangan
- Bahan aktif: kamar dan pada kelapa Rhynchophorus
4–5 metil –5- tidak terkena ferrugineus
nonanol sinar matahari
langsung.
120
Lampiran 50. Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon
121
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
tajuk tanaman kondisi lapangan. dipasang dibawah
dengan ketinggian - Pemasangan feromon tajuk karena
0,5 m diatas tajuk dilakukan pada sore kebiasaan
tertinggi; hari. aktivitas kawin
- Jalur penempatan imago PBK diatas
perangkap secara tajuk tanaman
diagonal atau zig pada malam hari.
zag pada pusat- - Tutup botol
pusat serangan; senyawa dan
- Pengamatan selaput penutup
dilakukan secara botol feromon
berkala makmimal tidak boleh dibuka
1 minggu sekali; selama
- Apabila lem atau pemasangan,
perekat sudah karena tutup botol
tidak berfungsi sudah dilubangi
(misal terkena air dengan jarum.
hujan atau sudah
penuh dengan PBK
122
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
yang tertangkap)
segera diganti
dengan lem
perekat serangga
selama feromon
masih belum habis.
2. - Sex Feromon khusus - Kemasan - Aplikasi feromon - Pemasangan
untuk hama PBKo aluminium foil dilakukan 4 kali feromon harus
- Bahan aktif: Etanol terdiri dari 4 dalam satu tahun memenuhi 5 T
Sachet feromon atau menyesuaikan (Tepat dosis,
dan 1 buah jarum; dengan kondisi waktu, cara,
- Perangkap bagian lapangan. lokasi dan
atas berwarna - Aplikasi feromon sasaran), sesuai
merah dan bagian dimulai pada saat dengan pedoman
bawah berwarna buah fase matang penggunaan.
putih; susu dan mulai ada - Sebelum aplikasi
- Gunting kemasan serangan PBKo. perlu dilakukan
almunium foil dan - Feromon diganti pengamatan untuk
ambil satu sachet paling lambat 3 bulan menentukan
123
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
feromon, lubangi atau disesuaikan waktu
dengan jarum, dengan kondisi pemasangan yang
gantungkan pada lapangan. tepat.
gantungan yang - Feromon jangan
tersedia pada - Pemasangan feromon dipasang dibawah
perangkap bagian dilakukan pada sore tajuk
atas; hari. - Air detergen
- Masukkan air yang dalam perangkap
telah dicampur bagian bawah
dengan sedikit diganti bersamaan
detergen dengan dengan
tinggi + 2 cm dari penggantian
dasar perangkap sachet feromon.
bagian warna - Sisa sachet
putih; feromon yang
- Pasangkan belum dipakai
perangkap putih ke agar disimpan di
perangkap merah dalam lemari
dengan cara pendingin.
124
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
diputar;
- Perangkap bagian
atas digantungkan
pada tiang
kayu/bambu
diantara tanaman
kopi dengan
ketinggian 1,5 m
dari permukaan
tanah.
3. - Sex Feromon khusus - Masukkan wadah - Umur tanaman + 2 - Pemasangan
untuk hama perangkap pada bulan s/d menjelang feromon harus
Penggerek Batang tiang bambu atau panen dan memenuhi 5 T
Tebu kayu bulat yang - Pemasangan feromon (tepat dosis,
- Bahan Aktif : telah ditancapkan dilakukan pada sore waktu, cara,
Oktadekenil asetat ditanah setinggi hari dan perhatikan lokasi dan
100% 120 cm; arah tiupan angin; sasaran);
- Pasang tempat vial - Vial rubber yang - Setelah 3 bulan
rubber pada sisi berisi feromon vial rubber diganti
125
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
tengah; diganti setiap 3 bulan atau ditambah
- Masukkan vial sekali vial rubber baru
rubber yang berisi dengan cara
feromon pada ditempelkan pada
wadah perangkap vial rubber lama
yang terpasang; menggunakan
- Isi air dan sedikit jarum pentul.
deterjen pada
wadah perangkap
setinggi + 0,5 cm,
upayakan selalu
tersedia air di
wadah perangkap
- Perangkap
dipasang diantara
juring,1 unit
perangkap untuk
14 juring;
126
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
- Sex Feromon khusus - Masukkan wadah - Umur tanaman 1-4 - Pemasangan
hama Penggerek perangkap pada bulan dan lakukan feromon harus
pucuk Tebu tiang bambu atau pengamatan untuk memenuhi 5 T
- Bahan Aktif : kayu bulat yang menentukan waktu (tepat: dosis,
Hexsadsenal 100% telah ditancapkan pemasangan yang waktu, cara, lokasi
ditanah setinggi tepat; dan sasaran);
120 cm; - Pemasangan feromon - Setelah 3 bulan
- Pasang tempat vial dilakukan pada sore vial rubber diganti
rubber pada sisi hari dan perhatikan atau ditambah vial
tengah; arah tiupan angin; rubber baru
- Masukkan vial - Vial rubber diganti dengan cara
rubber yang berisi setiap 3 bulan sekali ditempelkan pada
feromon pada vial rubber lama
wadah perangkap menggunakan
yang terpasang; jarum pentul.
- Isi air dan sedikit
deterjen pada
wadah perangkap
setinggi + 0,5 cm,
127
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
upayakan selalu
tersedia air di
wadah perangkap;
- Perangkap
dipasang diantara
tanaman tebu
4. - Sex Feromon khusus - Siapkan ember - Aplikasi feromon - Pemasangan
untuk hama plastik dilakukan minimal dua feromon harus
kumbang nyiur berkapasitas 12 kali dalam satu tahun memenuhi 5 T
- Bahan Aktif: liter yang akan atau menyesuaikan (Tepat dosis,
etil-4 metil digunakan sebagai dengan kondisi waktu, cara, lokasi
oktanoat perangkap; lapangan. dan sasaran),
- Buat lubang pada - Interval waktu sesuai dengan
bagian dasar aplikasi paling lambat pedoman
ember sebanyak 5 3 bulan. penggunaan.
buah dengan - Pemasangan feromon - Sebelum aplikasi
diameter 2 mm dilakukan pada sore perlu dilakukan
untuk pembuangan hari. pengamatan untuk
air hujan; menentukan waktu
128
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
- Tutup ember pemasangan yang
dilubangi sebanyak tepat, yaitu pada
5 buah lubang saat ditemukan
dengan diameter adanya serangan
55 mm; kumbang pada
- Balik tutup ember tanaman kelapa
yang sudah
dilubangi,
kemudian
gantungkan satu
kantong feromon
pada bagian tengah
tutup ember
dengan
menggunakan
kawat;
- Tutup ember yang
telah digantungi
feromon dipasang
129
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
kan pada ember
perangkap;
- Ember perangkap
digantung pada
tiang kayu/bambu
penyanggah yang
berukuran 2-3 m
dari permukaan
tanah;
- Tiang penyanggah
ditancapkan di
pinggir kebun pada
tempat terbuka;
- pengumpulan dan
pemusnahan
kumbang yang
terperangkap
dilakukan maksimal
setiap satu minggu
130
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
satu kali;
- Akan lebih efektif
jika ember diisi
dengan serbuk
gergaji/tanah yang
dicampur dengan
insektisida dengan
tujuan agar
kumbang yang
terperangkap mati.
5. - Sex Feromon khusus - Siapkan ember - Aplikasi feromon - Pemasangan
untuk hama plastik dilakukan minimal dua feromon harus
kumbang sagu berkapasitas 18 kali dalam satu tahun memenuhi 5 T
- Bahan aktif 4–5 meti liter yang akan atau menyesuaikan (Tepat dosis,
–5- nonanol digunakan sebagai dengan kondisi waktu, cara, lokasi
perangkap; lapangan. dan sasaran),
- Pada bagian dasar - Interval waktu sesuai dengan
ember untuk aplikasi feromon pedoman
perangkap dibuat paling lambat 3 penggunaan.
131
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
lubang sebanyak 23 bulan. - Sebelum aplikasi
buah dengan - Pemasangan feromon perlu dilakukan
diameter 2 mm; dilakukan pada sore pengamatan untuk
- Seng Plat sebanyak hari. menentukan waktu
dua buah disatukan pemasangan yang
dengan bambu tepat, yaitu pada
yang ujungnya saat ditemukan
telah dibelah silang adanya gejala
sehingga berbentuk serangan kumbang
kipas baling-baling; sagu pada tanaman
- Seng plat yang kelapa
telah disatukan
dengan bambu
dimasukkan ke
dalam ember
plastik;
- Buat gantungan
dari kawat dan
pasang pada seng
132
Jenis Feromon/ Bahan Waktu
No. Cara Aplikasi Keterangan
Aktif Aplikasi/frekuensi
plat baling-baling;
- Gantungkan
feromon pada
gantungan kawat
tersebut;
- Ember perangkap
digantung pada
bambu/kayu
penyanggah
berukuran ± 1 m;
- Kayu penyanggah
tersebut dipasang
pada pohon kelapa
dengan ketinggian
2 meter dari
permukaan tanah.
133