Anda di halaman 1dari 11

Proposal Kerja Praktek

Relokasi Gempa dengan Metode Modified Joint


Hypocentre Determination

DIAN KUSUMAWATI
1106050840

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2014

0
PROPOSAL STUDI KERJA PRAKTEK

I. Pendahuluan
Untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja, Jurusan Fisika,
Peminatan Geofisika FMIPA UI, mewajibkan mahasiswanya melakukan kerja
praktek pada perusahaan atau instansi. Mata kuliah kerja praktek ini termasuk
ke dalam silabus mata kuliah wajib. Melalui kegiatan ini diharapkan,
mahasiswa tidak hanya menguasai ilmu secara teoritis, namun dapat
mengaplikasikan ilmunya. Sehingga, lulusan dapat menerapkan ilmunya di
dunia kerja sehingga bermanfaat bagi masyarakat.

Saya sebagai mahasiswa Jurusan Fisika, Peminatan Geofisika, Universitas


Indonesia, bermaksud melakukan studi kerja praktek pada Badan Meteorologi
dan Geofisika, dalam bidang ilmu seismologi, secara khusus metode
merelokasi gempa.

II. Tujuan Studi Kerja Praktek


Tujuan yang hendak dicapai dari kerja praktek ini yaitu:
1. Mengetahui operasional penentuan posisi gempa yang diterapkan
BMKG untuk early warning system.
2. Memahami metode relokasi gempa MJHD dan Double Difference
dan penggunaan software aplikasinya.
3. Merelokasi posisi gempa dengan metode MJHD dengan data input
gempabumi dari BMKG.
4. Sebagai syarat memenuhi mata kuliah wajib kerja praktek.

1
III. Waktu Pelaksanaan Studi Kerja Praktek
Kami mengajukan permohonan mengenai waktu pelaksanaan studi kerja
praktek, yaitu selama 5 Agustus-5 September 2014.

IV. Peserta
Peserta studi kerja praktek, yaitu:
1. Dian Kusumawati 1106050840 Fisika - UI

V. Metode relokasi gempa

Salah satu informasi mendasar mengenai gempa adalah hiposentrum


gempa. Hiposentrum terdiri dari posisi gempa (x,y,z) dan waktu mula-mula
terjadinya gempa (origin time t). Posisi (x,y) adalah lokasi episentrum gempa
dan z adalah kedalaman gempa. Pada umumnya posisi episentrum gempa
ditulis dalam lintang dan bujur. Perhitungan lokasi gempabumi dengan
menggunakan model kecepatan satu dimensi dan single-event location
diterapkan oleh BMKG sebagai informasi early warning (Putri, 2012). Model
kecepatan satu dimensi mengurangi keakuratan lokasi hiposentrum gempa
bumi, maka perlu dilakukan perhitungan relokasi gempabumi untuk
menganalisis lokasi gempa yang lebih akurat.

Metode perhitungan posisi gempa dengan single event determination pada


umumnya menggunakan metode inversi dengan algoritma Geiger dan model
kecepatan global 1D IASP91. Algoritma Geiger memanfaatkan iterasi dengan
optimisasi least square. Pada metode ini ditentukan terlebih dahulu perkiraan
posisi hiposentrum awal untuk mendapatkan parameter calculated travel
time, kemudian parameter ini dibandingkan dengan parameter observed
travel time. Iterasi dilakukan apabila residu antara kedua parameter tersebut
belum mencapai nilai rendah atau belum mencapai nilai yang diinginkan.

2
Selama iterasi berlangsung hingga mencapai residu yang dikehendaki,
diharapkan parameter gempa akan menuju hiposentrum gempa
sesungguhnya.

Algoritma metode SED adalah sebagai berikut. Residu waktu tempuh yaitu
waktu tempuh hasil observasi dikurangi waktu tempuh perhitungan. Indeks i
menunjukan data dari stasiun ke-i. Waktu tempuh observasi didapat dari
waktu tiba di stasiun ke-i dikurangi origin time gempa yang bersangkutan.
Waktu tempuh perhitungan, dihitung menggunakan model kecepatan 1D
IASP91.
(1)
Persamaan di atas memiliki hubungan nonlinier akibat kecepatan bawah
permukaan yang kompleks, sehingga dilinearkan dengan ekspansi deret Taylor
orde pertama.

(2)

Persamaan di atas disusun ke dalam bentuk matriks dengan data dari


sejumlah stasiun gempa.

(3)
Persamaan matriks diselesaikan dengan metode inversi nonlinear dan least
square. Berdasarkan solusi persamaan matriks, didapat lokasi hiposentrum:
(4)
Perhitungan posisi hiposentrum diulang hingga dicapai nilai residu yang kecil.

3
Metode Modified Joint Hypocentre Determination

Metode SED kurang akurat dalam menentukan posisi hiposentrum, karena


model kecepatan bumi yang digunakan. Keheterogenan lateral
mengakibatkan hiposentrum terhitung menjadi menyebar. Oleh karena itu
diperlukan relokasi. Metode JHD, salah satu metode relokasi, menambahkan
koreksi stasiun ke dalam persamaan residual waktu tempuh. Nilai koreksi
stasiun dianggap penting untuk mengatasi keheterogenan lateral dari lapisan
bawah permukaan bumi yang dilewati gelombang gempa. Namun, solusi JHD
masih memiliki keterbatasan. Solusi JHD dapat menjadi tidak stabil apabila
penyebaran stasiun tidak merata dan medium permukaan bawah tanah
sangat heterogen. Persamaan JHD menambahkan koreksi stasiun ke dalam
persamaan residu waktu tempuh.
(5)
Indeks i menyatakan data dari stasiun ke-i, indeks j menyatakan gempa ke-j.
merupakan koreksi stasiun ke-i.
Persamaan di atas diekspansikan dengan deret Taylor orde pertama.

(6)

Bentuk matriks penyusunnya adalah sebagai berikut:

(7)

Hurukawa dan Imoto (1992) mengembangkan metode JHD dengan


menambahkan konstrain guna mengatasi kendala metode JHD, sehingga
secara tidak langsung koreksi stasiun yang digunakan tidak bergantung pada

4
jarak dan sudut azimuth antara pusat daerah studi dengan stasiun yang
digunakan. Konstrain yang digunakan adalah:
(8)
adalah koreksi stasiun di i, adalah jarak antara stasiun i dan pusat
daerah, ϴi adalah azimuth stasiun i dari pusat daerah dengan n adalah jumlah
stasiun.

Parameter pada program MJHD yang terpenting yaitu parameter minimum


number of earthquake at each station (MEQ) dan minimum number of station
at each earthquake (MNST). Parameter ini mengakibatkan tidak semua stasiun
dapat digunakan.

Metode Double Difference


Metode lain untuk merelokasi pusat gempa yaitu metode double difference
yang dikembangkan oleh Waldhausser. Metode ini meminimalkan selisih
travel time observasi dengan hasil kalkulasi, pada setiap pasang gempa dan
menghubungkan pasangan-pasangan gempa tersebut untuk mendapatkan
hasil relokasi dari setiap gempa. Metode ini bekerja dengan baik apabila jarak
antara dua event (sepasang gempa) lebih kecil dibandingkan dengan jarak ke
stasiun seismik (Waldhausser, 2000). Metode ini dapat digunakan untuk
seismisitas berjumlah besar atau gempa utama dengan banyak gempa
susulan. Waldhausser mencoba metode relokasi ini pada cluster gempa di
patahan Northern Hayward, California.

Adapun Waldhausser mengembangkan metode ini dimulai dengan persamaan


arrival time gempa i dari stasiun seismik k berdasarkan persamaan ray theory.

(9)

adalah arrival time gempa i dari stasiun seismik k


τ adalah origin time dari event i

5
u adalah slowness field
ds adalah elemen dari panjang lintasan

Hubungan antara travel time dengan lokasi event nonlinear sehingga


dilinearkan dengan mengekspansikan dalam deret Taylor. Didapat persamaan

(10)

dengan
(11)
(12)
adalah selisih dari travel time gempa i dari observasi dengan hasil
perhitungan.
adalah perubahan pada parameter hiposentrum

Persamaan di atas untuk satu event gempa, untuk relokasi double difference
persamaan diatas perlu dihubungkan dengan gempa lain (menjadi sepasang
gempa).

(13)

Persamaan lima menghubungkan parameter relatif dari hiposentrum dua


gempa yaitu event i dan j. Perubahan relatif dari parameter hiposentrum
(14)

(15)

pada persamaan (15) adalah residu dari travel time antara hasil observasi
dan hasil perhitungan dari selisih travel time dua buah event. Persamaan itu
disebut double difference. Persamaan di atas dengan asumsi vektor slowness
konstan. Vektor slowness konstan jika event i dan j memiliki jarak yang dekat.
Jika tidak konstan:

6
(16)

Residu dari travel time untuk dua event dihitung melalui selisih diferensial
event i dan j terhadap masing-masing parameter (x,y,z,t). Persamaan (16)
secara sederhana ditulis dalam persamaan:

(17)

Persamaan 17 diselesaikan dengan persamaan linear matrix; m


merepresentasikan parameter hiposentrum, parameter ini yang akan dicari.
WGm = Wd (18)
G adalah matrix yang berisi turunan parsial dengan ukuran M x 4N (M jumlah
observasi dan N jumlah event)
d adalah matrix dari residu travel time atau persamaan double-difference (15)
m adalah matrix dengan ukuran 4N (N jumlah event), yang berisi perubahan
hiposentrum yang hendak dicari (Δx, Δy, Δz, Δτ)T
W adalah matrix diagonal yang berfungsi untuk pemberat setiap persamaan

Persamaan (18) menyerupai persamaan inverse problem untuk mencari


parameter gempa pada medium dengan kecepatan homogen. Persamaan (18)
di selesaikan dengan
m = (GTW-1G)-1GTW-1d (19)
Persamaan (19) diselesaikan dengan pendekatan dua metode yaitu Single
Value Decomposition (SVD) atau Conjugate Gradient Least Square (LSQR).
Metode SVD digunakan apabila data tidak terlalu besar. Sedangkan metode
LSQR digunakan untuk data cluster gempa yang besar.

Waldhausser mengembangkan algoritma double difference ke dalam program


hypoDD. Algoritma hypoDD dapat menerima input data berupa data arrival
time dari katalog dan atau data cross corelation. Ada tiga tahap dalam
program hypoDD (Dunn, 2004):

7
relokasi
formasi formasi
double
event pair cluster
difference

Gambar 1. Tahapan relokasi double difference


Formasi event pair merupakan formasi dua hiposentrum yang dihubungkan
dengan jarak tertentu. Formasi event pair dihubungkan dengan event pair
lainnya yang memenuhi parameter tertentu, sehingga membentuk suatu
cluster gempa (Dunn, 2004). Tahap ini dilakukan dalam program ph2dt.
Program ini berfungsi untuk mengubah input berupa data fase gempa dari
data katalog menjadi travel time difference. Output dari program ini menjadi
input bagi program hypoDD.

Program hypoDD juga membutuhkan input struktur model kecepatan bumi 1


D. Model ini dapat berupa model global atau lokal. Model kecepatan global
dapat diperoleh dari model kecepatan IASP91. Model kecepatan lokal
mengacu pada model kecepatan, secara khusus untuk daerah tertentu. Pada
umumnya, model kecepatan lokal adalah hasil dari penelitian.

8
VI. Tahap Pelaksanaan

Jadwal Pelaksanaan
no Kegiatan Jul-14 Agust-14 Sep-14
Melakukan studi literatur mengenai
metode relokasi MJHD & Double Difference dan
1 manual program terkait
Membuat resume hasil studi literatur
2
Mempelajari operasional Single Event
Determination yang diterapkan BMKG untuk
early warning system.
Mengambil data gempabumi yang akan
digunakan dari Badan Meteorologi Klimatologi
3 dan Geofisika
Melakukan pengolahan data dengan
4 menggunakan software MJHD
Memvisualkan hasil pengolahan data dalam peta
5
Membuat laporan akhir
6
Keterangan:
Kegiatan
dilakukan di luar kantor
BMKG
Kegiatan
dilakukan di kantor
BMKG

VII. Kesimpulan
Studi kerja praktek ini sebagai sarana untuk membantu mahasiswa
mengaplikasikan materi teoritis dalam menghadapi kasus nyata. Studi kerja
praktek diharapkan dapat dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. Peserta
berharap studi kerja praktek ini dapat dilanjutkan ke penelitian tugas akhir.

Depok, 25 Maret 2014


Hormat saya,

Dian Kusumawati

9
Referensi

Pavlis, G. L. (1986). Appraising earthquake hypocenter location errors: a complete,


practical approach for single-event location, Bull. Seism. Soc. Am. 76, 1699-
1717.
Wolfe, C. J. (2002). On the mathematics of using difference operators to relocate
earthquakes, Bull. Seism. Soc. Am. 92, 2879-2892.
Waldhausser, F., and W. L. Ellsworth (2000). A double-difference earthquake
location algorithm: method and application to the Northern Hawyard Fault,
CA, Bull. Seism. Soc. Am. 90, 1353-1368.
Dunn, M. M. (2004). Relocation of Eastern Tennesse Earthquake Using hypoDD,
M.Sc thesis, Virginia Polytechnic Institute and State University, Virginia, 90
pp.
Budiati, M. R., Ahmad, D., dan Aswad, S. (2013). Relokasi gempa di sepanjang sesar
Palu Koro menggunakan metode Modified Joint Hypocentre Determination
dan Double Difference, Jurnal Tugas Akhir, Fakultas MIPA Universitas
Hasanuddin, Makassar, Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai