Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Terimakasih kepada tuhan yang maha esa yang telah membantu kami untuk
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Karena tanpa pertolongan tuhan
yang maha esa kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini sengaja di buat oleh kami untuk muenambah pengetahuan pembaca
mengenai Pengolahan limbah industri pupuk, pemantauan limbah cair industri pupuk,
karakteristik limbah industri pupuk, Limbah B3 dan kesehatan, industri dan pencemaran
lingkungan, Limbah dan masalahnya dan Prinsip pengolahan limbah industri pupuk lainnya
yang akan menambah wawasan pembaca mengenai limbah industri pupuk. Penyusun
mengambil isi pokok pembahasan dalam makalah ini dari berbagai sumber. Tetapi yang pada
dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu menambah pengetahuan pembaca mengenai
limbah industri pupuk.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas
kepada kami karena dengan tugas tersebut penyusun jadi lebih mengetahui mengenai
limbah industri pupuk.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada
pembaca, meskipun makalah ini ada kelebihannya dan kekurangannya kami mohon kritik
dan saranya agar kami bisa memperbaikiya.

Terimakasih, 28 juni 2013

Penyusun

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 1


DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2-3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 4-6

1.2. PERUMUSAN MASALAH ................................................................................ 6-7

1.3. TUJUAN ........................................................................................................... 7

1.4. PEMBATASAN MASALAH ................................................................................. 7

1.5. METODE PENULISAN..................................................................................... 7-8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PROSES KIMIA PEMBUATAN AMMONIA & UREA ........................................ 9-12

2.2. INDUSTRI & PENCEMARAN LINGKUNGAN ................................................. 12-15

2.3. KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI PUPUK ................................................ 15-16

2.4. LIMBAH B3 & KESEHATAN ........................................................................ 16-17

2.5. LIMBAH & MASALAHNYA ......................................................................... 18-19

2.6. PRINSIP PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI PUPUK .......................... 19-20

2.7. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR .................................................................... 20-21

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 2


2.8. PEMANTAUAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PUPUK ............................................. 22

2.9. BAKU MUTU AIR LIMBAH .............................................................................. 22

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN ................................................................................................. 24

3.2. SARAN ........................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 25

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah lingkungan yang kita hadapi pada hakikatnya adalah masalah ekologi manusia.
Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan lingkungan itu tidak
atau kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Akibatnya adalah
terganggunya kesejahteraan manusia. Di kalangan ilmuwan khususnya pakar Biologi
lingkungan telah lama mendapatkan perhatian khusus.
Hal ini tidaklah mengherankan karena ekologi merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu
cabang biologi yang penting. Dalam permasalahan lingkungan, yang dipersoalkan ialah
perubahan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Dengan makin besarnya jumlah
manusia yang disertai dengan kebutuhan yang meningkat per orangnya dan meningkatnya
kemampuan manusia untuk melakukan intervensi terhadap alam, baik alam abiotik maupun
alam biotik, perubahan yang terjadi pada lingkungan makin besar pula. Perubahan yang
makin besar itu misalnya arus energi dan daur materi, telah mengganggu proses alam
sehingga banyak fungsi ekologi alam terganggu pula. Dampak gangguan fungsi ekologi alam
terhadap kesejahteraan manusia makin terasa pula baik secara nyata maupun potensial.
Inilah yang dirisaukan sejak puluhan tahun yang lalu dan masalah tidak tampak berkurang,
melainkan malahan nampak makin bertambah.

KONFERENSI STOCKHOLM
Sejak tahun 1950-an, masalah lingkungan mendapatkan perhatian tidak saja dari para
ilmuwan, melainkan juga masyarakat umum dan politisi. Memicu perhatian itu ialah
terutama terjadinya pencemaran oleh limbah industri dan pertambangan serta pestisida.
Misalnya, di Jepang dalam tahun 1940-an dan 1950-an terjadi pencemaran oleh air raksa
(Hg) dari limbah industri dan oleh cadmium (Cd) dari limbah pertambangan (Zn).
Pencemaran itu telah menyebabkan penyakit keracunan yang berturut-turut disebut
penyakit Minamata (itai-itai). Nama penyakit Minamata diambil dari tempat terjadinya

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 4


keracunan tersebut yaitu di teluk Minamata. Secara harfiah penyakit itai-itai berarti aduh-
aduh, karena para korban mengaduh kesakitan. Kedua penyakit itu telah merenggut banyak
korban jiwa.
Di Amerika, pada tahun 1962, terbitlah buku yang dikarang oleh Rachel Carson dan
berjudul The Silent Spring dalam buku ini Carson menguraikan tentang adanya penyakit baru
yang mengerikan dan kematian hewan yang disebabkan oleh pencemaran. Musim semi
menjadi sunyi. Laporan tentang pencemaran pun bertambah banyak.
Suara keprihatinan mengenai lingkungan semakin keras. Suara itu mulanya hanya
terdapat di negara maju, karena di negara itulah orang merasa bahwa hidupnya yang aman
dan makmur terancam oleh berbagai masalah lingkungan itu. Akan tetapi mereka tidak
hanya mempermasalahkan lingkungan di negara maju, melainkan juga lingkungan di negara
sedang berkembang.
Di negara sedang berkembang orang semula berpendapat bahwa masalah itu bukan
masalah mereka. Mereka pun menentang gerakan lingkungan yang tumbuh di negara maju,
karena gerakan itu dianggap akan menghambat usaha pembangunan. Namun ternyata di
negara sedang berkembang pun terdapat masalah lingkungan. Misalnya di kota Sao Paulo
Brazil dan banyak di kota Cina pencemaran udara tidak kalah parahnya dibanding negara
maju. Lingkungan perairan pun banyak yang tercemar oleh limbah rumah tangga, misalnya
tinja, sehingga sering terjadi ledakan penyakit muntah berak. Sehingga munculah kesadaran
akan adanya masalah lingkungan makin meluas.
Dengan kesadaran makin meluas itu pada tahun 1972 berkumpulah lebih dari 100
negara anggota PBB di Stockholm untuk membicarakan masalah lingkungan yang dihadapi
dunia. Konferensi itu kini dikenal dengan Konferensi Stockholm. Dengan adanya konferensi
ini lingkungan tidak lagi merupakan masalah satu negara saja, melainkan telah menjadi
masalah internasional. Konferensi itu pun sepakat untuk mengusulkan didirikannya sebuah
badan PBB khusus untuk masalah lingkungan. Badan itu kemudian didirikan dengan nama
United Nations Environmental Programme yang bermarkas besar di Nairobi, Kenya.

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Dengan adanya Konferensi Stockholm masalah lingkungan yang dihadapi dunia tidak
dapat teratasi. Pada satu pihak negara maju masih meneruskan pola hidupnya yang mewah
dan boros serta yang mencemari lingkungan. Jumlah industri, kendaraan bermotor, dan
konsumsi energi terus meningkat sehingga limbah yang dihasilkan makin bertambah banyak.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 5


Usaha untuk mengurangi limbah itu pun tidak banyak dilakukan, termasuk limbah berbahaya
dan beracun. Amerika dan Belanda misalnya, dihebohkan dengan adanya limbah beracun
yang mencemari pemukiman.
Pada lain pihak negara sedang berkembang meningkatkan eksploitasi sumber daya
alamnya untuk dapat meningkatkan pembangunannya dan untuk membayar utang luar
negerinya. Karena kemampuan ekonomi dan teknologi serta kesadaran lingkungan yang
masih terbatas, peningkatan pembangunan itu tidak disertai dengan tindakan yang memadai
untuk melindungi lingkungan.
Maka, kerusakan lingkungan sumber daya karena eksploitasi yang berlebihan dan
cara yang sembrono sehingga pencemaran lingkungan pun terjadi di negara sedang
berkembang. Apabila masalah-masalah ini tidak dapat dikendalikan tidak saja akan terjadi
pengurasan sumber daya melainkan berbagai fungsi ekologi lingkungan yang berguna bagi
manusia akan mengalami kerusakan. Dengan kerusakan itu tidak saja tumbuhan dan hewan
akan terancam kepunahan, melainkan manusia pun akan menghadapi bahaya yang serupa
atau paling sedikit akan mengalami banyak kesulitan. Gejala kearah itu sudah mulai terlihat.
Dengan demikian pembangunan yang didambakan akan menaikkan tingkat
kesejahteraan umat manusia justru akan menurunkannya, karena lingkungan tidak lagi
mampu mendukung kehidupan yang sehat. Seharusnya pembangunan itu tidak bersifat
serakah untuk kepentingan diri sendiri melainkan memperhatikan juga kepentingan anak
cucu dengan berusaha meninggalkan sumber daya yang cukup dan lingkungan yang sehat
yang dapat mendukung kehidupan mereka dengan sejahtera.

PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia mempunyai landasan hukum yang kuat
melalui UU no 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

1.2. Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang harus diketahui pada makalah pengolahan limbah industri
pupuk yaitu sebagai berikut:

1. Proses kimia
2. Karakteristik limbah
3. Prinsip pengolahan lingkungan industri pupuk

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 6


4. Limbah B3 dan kesehatan
5. Industri dan pencemaran lingkungan
6. Limbah dan masalahnya
7. Pengolahan limbah cair
8. Pemantauan limbah cair industri pupuk.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah pengolahan limbah industri pupuk ini adalah
sebagai berikut :
a) Mengetahui proses limbah industri pupuk
b) Mengetahui prinsip pengolahan limbah industri pupuk
c) Mengetahui karakteristik limbah industri pupuk

1.4. Pembatasan masalah


Mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka dalam pembahasan ini kami merasa perlu
melakukan pembatasan masalah pada beberapa hal sebagai berikut :

a) Pengenalan pengolahan limbah pupuk


b) Prinsip pengolahan lingkungan industri pupuk
c) Analisa pemantauan limbah

1.5 Metode penulisan


Kami akan menyajikan penulisan laporan tugas mata kuliah pengetahuan lingkungan
dalam tiga bab yang diuraikan secara singkat dan sistematis. Setiap bab akan saling bekaitan
dimana bab yang berada pada bagian sebelumnya merupakan pedoman untuk bab-bab
selanjutnya. Masing-masing bab sebagai pokok bahasan terbagi menjadi beberapa sub
pokok pembahasan yang secara garis besar terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,
pembatasan masalah, metode pengumpulan data, sistematika penulisan.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 7


BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai gambaran pengolahan limbah industri pupuk, karakteristik
limbah industri pupuk.

BAB III : PENUTUP


Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran.

Metode penulisan pada makalah ini berhubungan dengan pokok pembahasan pengolahan
limbah industri pupuk. Sumber data yang di bahas dalam makalah ini di ambil dari internet.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 8


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Kimia Pembuatan Ammonia dan Urea

Pupuk Urea yang dikenal dengan nama rumus kimianya NH2CONH2 pertama kali dibuat
secara sintetis oleh Frederich Wohler tahun 1928 dengan mereaksikan garam cyanat dengan
ammonium hydroxide.
Pupuk urea yang dibuat PT Pupuk Kujang merupakan reaksi antara karbon dioksida
(CO2) dan ammonia (NH3). Kedua senyawa ini berasal dari bahan gas bumi, air dan udara.
Ketiga bahan baku tersebut meruapakan kekayaan alam yang terdapat di Jawa Barat.
Pada proses pembuatan ammonia dengan tekanan rendah dalam reaktor (±150
atmosfir) yaitu dengan reaksi reforming merubah CO menjadi CO2, penyerapan CO2 dan
metanasi. Reaksi reforming ini dilakukan dalam 2 tingkatan yaitu :
Tingkat Pertama :
Gas bumi dan uap air direaksikan dengan katalis melalui pipa-pipa vertikal dalam dapur
reforming pertama dan secara umum reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Cn H2n + nH2O  NCO + (2n+1)H2 - panas
CH4 + H2O  CO + 3H2 - panas

Tingkat Kedua :
Udara dialirkan dan bercampur dengan arus gas dari reformer pertama di dalam
reformer kedua, hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi reforming dan untuk
memperoleh campuran gas yang mengandung nitrogen (N)
2 CH4 + 3 O2 ---> 12 N2
2 CO + 4 H2O ---> 12 N2
lalu campuran gas sesudah reforming direaksikan dengan H2O di dalam converter CO
untuk mengubah CO menjadi CO2
CO + H2O ---> CO2 + H2
CO2 yang terjadi dalam campuran gas diserap dengan K2 CO3
K2 CO3 + CO2 + H2O ---> KHCO3

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 9


larutan KHCO3 dipanaskan guna mendapatkan CO2 sebagai bahan baku pembuatan
urea.
Setelah CO2 dipisahkan, maka sisa-sisa CO, CO2 dalam campuran gas harus dihilangkan
yaitu dengan cara mengubah zat-zat itu menjadi CH4 kembali
CO + 3H2  CH4 + H2O
CO2 + 4H2  CH4 + 2H2O
Lalu kita mensitesa nitrogen dengan hidrogen dalam suatu campuran ganda pada
tekanan 150 atmosfer dan kemudian dialirkan ke dalam ammonia converter.
N2 + 3H2 ---> 2NH3
Setelah didapatkan CO2 (gas) dan NH3 (cair), kedua senyawa ini direaksikan dalam
reaktor urea dengan tekanan 200 - 250 atmosfer.
2NH3 + CO2  NH2COONH4 +Q

ammonia karbon dioksida ammonium


karbamat
NH2COONH4  NH2 CONH2 + H2O - Q

Reaksi ini berlangsung tanpa katalisator dalam waktu ± 25 menit. Proses selanjutnya
adalah memisahkan urea dari produk lain dengan memanaskan hasil reaksi (urea, biuret,
ammonium karbamat, air dan ammonia kelebihan) dengan penurunan tekanan, dan
temperatur 120-165 derajat Celsius, sehingga ammonium karbamat akan terurai menjadi
NH3 dan CO2, dan kita akan mendapatkan urea berkonsentrasi 70-75%.
Untuk mendapatkan konsentrasi urea yang lebih tinggi maka dilakukan pemekatan
dengan cara:
Penguapan larutan urea di bawah vacuum (ruang hampa udara, tekanan 0,1 atmosfir
mutlak), sehingga larutan menjadi jenuh dan mengkristal.
Memisahkan kristal dari cairan induknya dengan centrifuge.
Penyaringan kristal dengan udara panas.
Untuk mendapatkan urea dalam bentuk butiran kecil, keras, padat maka kristal urea
dipanaskan kembali sampai meleleh dan urea cair lalu disemprotkan melalui nozzle-nozzle
kecil dari bagian atas menara pembutir (prilling tower).
Sementara tetesan urea yang jatuh melalui nozzle tersebut, dihembuskan udara dingin
ke atas sehingga tetesan urea akan membeku dan menjadi butir urea yang keras dan padat.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 10


Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang disuplai
dari Pabrik Ammonia.
Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu :
1. Synthesa Unit
2. Purification Unit
3. Cristaliser Unit
4. Prilling Unit
5. Recovery Unit
6. Process Condensate Treatment Unit

1. Synthesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa Urea dengan
mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam Urea Reaktor dan ke dalam reaktor ini
dimasukkan juga larutan recycle karbamat yang berasal dari bagian Recovery. Tekanan
operasi di Sintesa adalah 175 Kg/cm2g. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian Purifikasi
untuk dipisahkan ammonium karbamat dan kelebihan ammonianya setelah dilakukan
stripping oleh CO2.

2. Purification Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di unit Sintesa
diuraikan dan dipisahkan dengan cara tekanan dan pemanasan dengan dua langkah
penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2g dan 22,2 kg/cm2g. Hasil peruraian berupa
gas CO2 dan NH3 dikirim ke bagian Recovery, sedangkan larutan ureanya dikirim ke
bagian Cristaliser.

3. Cristaliser Unit
Larutan urea dari unit Purifikasi dikristalkan dibagian ini secara vakum. Kemudian kristal
ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang diperlukan untuk menguapkan air diambil
dari panas sensibel larutan urea, maupun panas kristalisasi urea dan panas yang diambil
dari sirkulasi Urea Slurry ke HP Absorber dari Recovery.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 11


4. Prilling Unit
Kristal urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8% berat dengan udara
panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas Prilling Tower untuk dilelehkan dan
didistribusikan merata ke seluruh distributor, dan dari distributor dijatuhkan ke bawah
sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill).
Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt conveyor.

5. Recovery Unit
Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi diambil kembali dengan 2
langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor sebagian absorbent kemudian di
recycle kembali ke bagian sintesa.

6. Process Condensate Treatment Unit


Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3, dan CO2 ikut kondensat kemudian diolah
dan dipisahkan di stripper dan hydrolizer. Gas CO2 dan gas NH3 - nya dikirim kembali ke
bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya dikirim ke utilitas.

2.2. Industri Dan Pencemaran Lingkungan


Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat dan
kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup
dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu
lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya,
secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar
dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi
komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar
dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil
resiko kerusakan lingkungan.
Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap
"survival". Hakekatnya manusia telah "survival" sejak awal peradaban hingga kini, tetapi
peralihan dan revolusi besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan,
teknologi, iptek, dan industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 12


mampu menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan
dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai tantangan
yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama
berkat ke-magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.

1. Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan


Joseph Schumpeter (dalam Marchinelli dan Smelser,1990 :14-20) mengisyaratkan
tentang pentingnya inovasi dalam proses pembangunan ekonomi di suatu negara. Dalam hal
ini, pesatnya hasil penemuan baru dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan pembangunan
ekonomi suatu bangsa.
Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya
dapat ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa
manusia "survival" yaitu oleh karena teknologi.
Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut, kereta api,
industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia.. Teknologi juga mampu menghasilkan
sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam
kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek "rumah kaca".
Teknologi yang diandalkan sebagai istrumen utama dalam "revolusi hijau" mampu
meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang
bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga
menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan
akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat
daya tahan hama tananam misalnya wereng dan kutu loncat.
Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat mampu
menyediakan berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (lemari
es dan AC), berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau obat anti
nyamuk yang praktis untuk disemprotkan, dan sebagainya. Serangkai dengan proses
tersebut, ternyata CFC (chlorofluorocarbon) dan tetra fluoro ethylene polymer yang
digunakan justru memiliki kontribusi bagi menipisnya lapisan ozone di stratosfer.
Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama negara berkembang) untuk
memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara
dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 13


tropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang
langka.
Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh
teknologi dan sektor industri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber
daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang
berkembang seperti Gresik, Surabaya, Jakarta, Bandung Lhokseumawe, Medan, dan
sebagainya. Bahkan hampir seluruh daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu
udara, sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di daerah tersebut
tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Amsyari (1996:104), mencatat kerusakan
lingkungan akibat industrialisasi di beberapa kota di Indonesia, yaitu:
 Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
 Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti
merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam
kandungan air permukaan dan biota airnya.
 Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di
musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang
berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
 Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan
temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat
celcius.
 Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan
debu.
 Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti
minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020.
 Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang
disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur,
dan lahan pertanian semakin menyempit dan mengalami pencemaran.

2. Klasifikasi Pencemaran Lingkungan


Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU
No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 14


manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai
peruntukannya.
Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu :
sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah
berubahnya konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi
lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola
pengelompokannya.
Berkaitan dengan itu, Amsyari (1996: 102), mengelompokkan pencemaran alas dasar:
a) bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik,
dan budaya;
b) pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran
udara, air, tanah, makanan, dan sosial; c) pengelompokan menurut sifat sumber
menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.
Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya terletak pada
esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang merugikan
masyarakat banyak dan lingkungan hidupnya.

2.3. Karakteristik limbah industri pupuk


Jenis limbah yang dihasilkan oleh industri pupuk adalah limbah cair, gas dan padat.
1. Limbah Cair
 Limbah cair mengandung ammonia dan urea berasal dari pabrik ammonia dan
pabrik urea
 Limbah cair mengandung minyak berasal dari kompressor dan pompa
 Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi
 Limbah cair mengandung lumpur berasal dari pengolahan air
 Limbah sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform

2. Limbah Gas dan Kebisingan


 Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan reformer dari
pabrik utilitas dan pabrik ammonia. Diatasi dengan pengoperasian boiler sesuai
SOP dan pembakaran gas alam dengan oksigen berlebih

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 15


 Emisi gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir. Diatasi
dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber dan penggantian
filter secara kontinyu
 Limbah gas buang ( purge gas ) yang berasal dari daur sintesa pabrik ammonia
diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk memisahkan NH3 dan
H2
 Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas, pabrik ammonia dan pabrik
urea diatasi dengan keharusan setiap pekerja memakai alat penyumbat telinga

3. Limbah Padat
 Limbah katalis bekas berasal dari pabrik ammonia yang mengandung oksida -oksida
dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan penyimpanan sementara ditempat yang
aman kemudian dijual kembali
 Limbah debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan pemasangan
peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea dust dan waste
dilarutkan kembali kemudian di – recycle.

2.4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan Kesehatan


Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 1 butir
1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :
 Faktor Lingkungan
 Faktor Perilaku
 Faktor Pelayanan Kesehatan
 Faktor Bawaan (Keturunan)
Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.
Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan seimbang, maka
keduanya berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu sebab sehingga
keseimbangan ini terganggu atau mungkin tidak dapat tercapai, maka dapat menimbulkan
dampak yang merugikan bagi kesehatan.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 16


Keseimbangan tersebut sangat kompleks. Dari lingkungan alaminya manusia mengambil
makanan dan sumber daya lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan materinya, ke
lingkungan alami pula manusia membuang berbagai bahan buangan baik dari badannya
maupun dari proses produksinya.
Proses pengambilan maupun pembuangan ini bila tidak terkendali, menimbulkan
dampak terhadap lingkungan yang dapat merugikan bagi kehidupan manusia itu sendiri,
antara lain gangguan kesehatan, gangguan kenyamanan, gangguan ekonomi dan sosial.
Dalam hal tersebut diatas yang perlu kita cermati adalah bahwa alam mempunyai daya
dukung dan daya tampung yang terbatas. Bila pengelolaannya tidak seimbang maka
kelestarian lingkungan juga akan terganggu.
Perilaku manusia yang tidak sehat, akan memperburuk kondisi lingkungan dengan
timbulnya “man made breeding places” bagi kuman dan vektor penyakit maupun sumber
pencemar yang dapat memajani manusia.
Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambahnya jumlah
penduduk dengan mobilitas yang cepat, sangat berpengaruh terhadap kebutuhan manusia
yang tidak hanya kebutuhan dasar saja. Dari kebutuhan dasar yang berupa makanan dan
sandang sampai pada kebutuhan materi sebagai hasil proses industri, memunculkan
kecenderungan semakin meningkatnya tempat / kegiatan yang juga menghasilkan limbah
berupa bahan berbahaya dan beracun bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup
lainnya.
Kondisi tersebut, bila tidak terkendali akan menimbulkan masalah kesehatan yang
semakin berat dan luas dengan semakin tingginya angka kesakitan, baik karena penyakit
infeksi maupun non infeksi sebagai akibat dari pencemaran lingkungan oleh bahan-bahan
yang tidak diinginkan.
Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi transisi epidemiologik, yaitu bergesernya pola
penyakit yang sebelumnya didominasi oleh penyakit infeksi, pada saat ini penyakit non
infeksi antara lain hipertensi, jantung, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal, kanker, lebih
menonjol dibanding tahun-tahun sebelumnya.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 17


2.5. Limbah dan Masalahnya
Karena limbah dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbulkannya merata dan
menyebar di lingkungan yang luas. Limbah gas terbawa angin dari satu tempat ke tempat
lainnya. Limbah cair atau padat yang dibuang ke sungai, dihanyutkan dari hulu sampai jauh
ke hilir, melampaui batas-batas wilayah akhirnya bermuara di laut atau danau, seolah-olah
laut atau danau menjadi tong sampah.
Limbah bermasalah antara lain berasal dari kegiatan pemukiman, industri, pertanian,
pertambangan dan rekreasi.
Limbah pemukiman selain berupa limbah padat yaitu sampah rumah tangga, juga
berupa tinja dan limbah cair yang semuanya dapat mencemari lingkungan perairan. Air yang
tercemar akan menjadi sumber penyakit menular.
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau
dengan sifat limbah B3.
Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga
menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair,
yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan
dan mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air
tanah.
Limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa
SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx di udara dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak
bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari
industri kimia. Limbah dari industri kimia pada umumnya mengandung berbagai macam
unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya
bagi kesehatan manusia.
Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk. Walau pestisida
digunakan untuk membunuh hama, ternyata karena pemakaiannya yang tidak sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, pestisida menjadi biosida–pembunuh kehidupan. Pestisida
yang berlebihan pemakaiannya, akhirnya mengkontaminasi sayuran dan buah-buahan yang
dapat menyebabkan keracunan konsumennya.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 18


Pupuk sering dipakai berlebihan, sisanya bila sampai di perairan dapat merangsang
pertumbuhan gulma penyebab timbulnya eutrofikasi. Pemakaian herbisida untuk mengatasi
eutrofikasi menjadi penyebab terkontaminasinya ikan, udang dan biota air lainnya.
Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang menjadi bahan
yang diinginkan. Misalnya proses di pertambangan emas, memerlukan bahan air raksa atau
mercury akan menghasilkan limbah logam berat cair penyebab keracunan syaraf dan
merupakan bahan teratogenik.
Kegiatan sektor pariwisata menimbulkan limbah melalui sarana transportasi, dengan
limbah gas buang di udara, tumpahan minyak dan oli di laut sebagai limbah perahu atau
kapal motor di kawasan wisata bahari.

2.6. Prinsip pengelolaan lingkungan industri pupuk


1. Prinsip Pengelolaan Lingkungan
 Pengendalian dan penanggulangan Pencemaran
 Monitoring limbah dan kondisi lingkungan
 Pemeliharaan kondisi lingkungan

2. Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Limbah


a) Pencegahan terjadinya insiden pencemaran
 House Keeping, untuk mencegah terjadinya kebocoran, ceceran atau tetesan
bahan pencemar
 Mengendalikan kondisi operasi pabrik sesuai SOP
 Operasi penanggulangan keadaan darurat
 Melakukan minimisasi limbah dengan cara daur ulang ( recycling ), penggunaan
kembali ( reuse )
b) Memasang dan mengoperasikan alat pengolah limbah
c) Pemantauan kualitas air limbah dan air sungai

3. Manajemen Pengolahan Limbah


a) Organisasi Pengelola Lingkungan
Manajemen Pengolahan Limbah ditangani secara struktural dan fungsional yang
mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab :
Struktural : berdasarkan struktural organisasi Perusahaan uang ada

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 19


 Divisi Produksi : pengoperasian unit pengolahan limbah sesuai SOP
 Divisi Pemeliharaan : pemeliharaan unit pengolahan limbah agar dapat
beroperasi kontinyu
 Biro Pengawasan Proses : evaluasi unjuk kerja unit-unit pengolahan limbah, serta
analisa kualitas limbah
 Biro Keselamatan dan Lingkungan Hidup/Bagian Ekologi : pemantauan
lingkungan dari aspek fisika-kimia-biologi dan aspek sosial-ekonomi-budaya
 Bagian Pertamanan dan Kebersihan Lingkungan : menjaga kebersihan dan
penghijauan lingkungan

Fungsional : Berdasarkan fungsi-fungsi yang terbagi dalam 3 bidang pada struktur


organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dengan rincian
tugas sebagai berikut :
 Bidang Lingkungan Hidup : Menangani kasus pencemaran lingkungan
 Bidang Hyperkes : pemantauan kondisi lingkungan kesehatan kerja karyawan
yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik
 Bidang Keselamatan Kerja : Pemeriksaaan kebocoran gas-gas mudah terbakar,
beracun dan mudah meledak di area pabrik

2.7. Pengolahan limbah cair


Agar tidak mencemari lingkungan maka seluruh limbah cair diolah terlebih dahulu
dengan proses fisika, kimia, biologi atau gabungan ketiga proses tersebut, sebelum dibuang
ke lingkungan ( sungai ). Unit pengolahan tersebut antara lain :

1. Kolam Pengendap Lumpur


Terdiri dari dua kolam yang beroperasi paralel, yang mempunyai tujuan utama untuk
memisahkan bahan - bahan padat yang terkandung dalam air limbah yang berasal dari :
backwash sand filter, blowdown clarifier dan blodown boiler. Kapasitas dari dua kolam ini
sekitar 9 juta gallon dan cukup mampu untuk menampung lumpur dalam selang waktu 6
tahun. Overflow dari kolam ini akan mengalir ke Kolam Equalisasi / stabilisasi.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 20


2. Kolam Netralisasi
Unit ini berfungsi untuk menetralkan air buangan yang bersifat asam atau basa, yang
berasal dari : regenerasi unit penukar ion di unit demineralisasi. Untuk mencapai pH netral
( = 7,0 ) kolam ini dilengkapi dengan mixer dan perlengkapan untuk menambahkan asam
sulfat atau kaustik seperti yang diinginkan. Kapasitas kolam adalah 100.000 galon, cukup
untuk waktu ritensi 3 – 4 jam. Keluaran dari kolam ini dialirkan ke kolam
equalisasi/stabilisasi.

3. Unit Sanitasi
Unit ini dirancang untuk memproses air limbah sanitasi dengan sistem lumpur aktif,
dilanjutkan dengan aerasi udara dan klorinasi. Unit ini mempunyai kapasitas retensi desain
sekitar 50.000 galon. Keluaran kolam ini dialirkan ke kolam stabilisasi.

4. Unit Pemisah Air Berminyak


Unit ini dirancang untuk mengolah buangan minyak atau oli dari kompresor pabrik
ammonia, dan buangan oli dari utilitas dan urea dengan metode perbedaan berat jenis. Unit
ini mempunyai desain kapasitas pemrosesan 300 gpm, daya tampung cairan 3.600 gallon,
konsentrasi minyak keluaran 1,5 mg/l

5. Unit Pemisah Ammonia


Unit ini dirancang untuk memisahkan ammonia yang terkandung dalam air buangan
dengan metoda Steam Stripping. Metoda pemisahan yang dipakai adalah proses pelepasan
ammonia dengan steam. Jika ammonia dalam air buangan dikontakkan dengan aliran steam
berlawanan arah dalam suatu menara maka ammonia akan dibebaskan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi proses pelepasan ammonia adalah : jenis
unit stripping, pH, suhu laju pembebanan dan pengendapan kerak.

6. Kolam Ekualisasi / Stabilisasi


Kolam ini berfungsi untuk menstabilkan air limbah agar kualitasnya sama (equal) dengan
kualitas air sekitarnya.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 21


2.8. Pemantauan limbah cair industri pupuk
Program pemantauan lingkungan untuk menjaga kualitas air limbah dan badan air
penerima (sungai) dilakukan secara kontinyu oleh bagian ekologi yang dianalisasi oleh
laboratorium intern, dan laboratorium intansi pemerintah yang terkait dengan pemantauan
lingkungan.

2.9. Baku mutu air limbah


Baku Mutu Air Limbah industri pupuk berpedoman kepada peraturan - peraturan yang
ada baik ditingkat pusat maupun daerah. Baku Mutu Air limbah industri pupuk mengacu
kepada Surat Keputusan Gubernur nomor 6 tahun 1999 dan Surat Keputusan Kementerian
Lingkungan Hidup nomor 122 tahun 2004 yang merupakan perubahan dari Surat Keputusan
KLH nomor 51 tahun 1995.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 22


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian diatas, sebagai berikut :


1. Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam mempertahankan
tingkat pertumbuhan ekonomi seringkali membawa dampak negatif bagi
lingkungan hidup manusia.
2. Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup,
sehingga akan mengancam kelangsungan makhluk hidup, terutama ketenangan
dan ketentraman hidup manusia.
3. Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami pentingnya
lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia akan dapat mengendalikan
tindakan dan perilaku manusia untuk lebih mementingkan lingkungan hidup.
4. Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup
merupakan itikad yang luhur dari dalam diri manusia dalam memandang hakekat
dirinya sebagai warga dunia.

3.1. Saran
Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana
wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri
dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan
pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan
pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan
pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak
meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu
dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri
yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau
teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 23


Saran yang dapat disampaikan untuk semua pihak agar proses industrialisasi tidak lantas
menjadi penyebab kerusakan lingkungan adalah :
Sebaiknya dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan oleh
dunia industri tidak hanya bertujuan meningkatkan keuntungan ekonomi semata, harus pula
diiringi dengan kemauan untuk menyisihkan biaya bagi penelitian dan pemeliharaan
lingkungan hidup.
Perlu dilibatkan masyarakat dalam pengawasan pengolahan limbah buangan industri
agar lebih intens dalam menjaga mutu lingkungan hidup.
Upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan adalah upaya promotif,
preventif, pengobatan dan pemulihan; dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan
preventif. Filosofi kesehatan yang menyatakan bahwa mencegah lebih mudah dan murah
dari pengobatan, sebaiknya dapat menjadi rujukan.
Limbah B3 sebelum dibuang ke media lingkungan seharusnya diolah / ditreatment lebih
dulu.
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan yang berhubungan dengan masalah
lingkungan hidup, antara lain yang mengatur bahwa limbah yang dihasilkan oleh suatu
kegiatan (misal : industri) yang dibuang ke lingkungan (udara dan perairan) harus sesuai
dengan baku mutu lingkungan baik itu baku mutu untuk udara maupun baku mutu untuk air.
Maksud dan tujuan peraturan tersebut adalah sebagai upaya pencegahan agar daya
dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia dapat
dipertahankan. Biaya yang dikeluarkan dari pada untuk pengobatan atau pemulihan
kesehatan lebih baik untuk menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan agar manusia
dapat tetap produktif dan dapat menikmati hidupnya.

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 24


Daftar pustaka
 http://koransurya.blogspot.com/2011/11/dampak-limbah-industri-pada-lingkungan.html
 Slamet Ryadi. Kesehatan Lingkungan. Karya Anda. Surabaya, 1984.
 Shalahuddin Djalal Tanjung. Toksikologi Lingkungan. Pusat Studi Lingkungan Hidup. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta, 2002.
 https://www.google.co.id/#biw=1366&bih=616&sclient=psy-
ab&q=makalah+limbah+industri+pupuk+&oq=makalah+limbah+industri+pupuk+&gs_l=hp.3...254
007.265998.0.266931.22.19.0.3.3.1.774.7234.2-9j4j2j2j2.19.0...0.0...1c.1.17.psy-
ab.5xkISPOU3cc&pbx=1&bav=on.2,or.r_qf.&bvm=bv.48293060,d.bmk&fp=ba0f84dc3859aee1

STT WASTUKANCANA PURWAKARTA TEKNIK MESIN’11 | PENGETAHUAN LINGKUNGAN 25

Anda mungkin juga menyukai