Anda di halaman 1dari 2

Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus

aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun
karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa
dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Alasan mengapa fruktosa
begitu mudah teroksidasi adalah dalam larutan basa fruktosa berada dalam kesetimbangan dengan dua
aldehida diastereometik serta penggunaan suatu zat antara tautomerik enadiol (Fessenden 1982).

Fessenden, Ralp J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

glukosa dan pati tidak menunjukan warna merah bata alias tidak bereaksi diarenakan bukan gula
pereduksi. . Hasil yang negatif pada percobaan dapat disebabkan dalam proses pemanasan yang terlalu
cepat. Sedangkan pati berdasarkan percobaan dan literatur hasilnya sesuai literatur yaitu negatif.
Namun, pada pemanasan cukup lama dapat dihasilkan endapan merah bata pada polisakarida sebab
memerlukan waktu lama untuk mengubah gugus-gugusnya menjadi lebih sederhana sebelum bereaksi
dengan pereaksi Benedic

Prinsip dari uji benedict adalah larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direaksikan dengan gula
pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O berwarna merah bata. Tujuan dari Uji Benedict adalah
untuk mengidentifikasi gula pereduksi. Gugus pereduksi ini berupa aldehid dan keton (Soendoro, 2005).

Mekanisme dari uji benedict ini adalah reagen benedict yang tersusun atas tembaga sulfat dan larutan
natrium karbobat dan natrium sitrat, mula-mula glukosa dioksidasi menjadi garam asam glukoranat yang
kemudian mampu mereduksi CuO menjadi Cu2O menjadi merah bata (Soendoro, 2005).

Reaksi yang terjadi adalah

Dari data hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa glukosa, sukrosa dan fruktosa
bereaksi positif terhadap uji ini yang ditandai dengan terbentuknya warna merah bata setelah
dipanaskan. Dalam literatur glukosa dan fruktosa memiliki gugus pereduksi bebas sehingga dapat
bereaksi positif dalam uji benedict, sedangkan sukrosa tidak memiliki gugus pereduksi bebas karena
sukrosa terdiri dari glukosa dan fruktosa yang berikatan sehingga tidak lagi memiliki gugus pereduksi
bebas yang bermutarotasi menjadirantai terbuka (Sawhney, 2005). Fruktosa merupakan gugus keton,
sedangkan glukosa merupakan gugus aldehid. Gugus keton akan lebih mudah bereaksi daripada gugus
aldehid karena gugus keton langsung bisa didehidrasi menjadi furfural. Sedangkan aldehid harus diubah
menjadi keton dulu baru kemudian didehidrasi menjadi furfural. Jadi fruktosa lebih cepat bereaksi
daripada glukosa. Dalam hal ini terjadi kesalahan pada sampel sukrosa, hal ini dimungkinkan karena
sampel sukrosa sendiri yang sudah lama disimpan sehingga mungkin terjadi oksidasi.

Anda mungkin juga menyukai