Ebook Kimia Organik PDF
Ebook Kimia Organik PDF
MATA KULIAH
KIMIA ORGANIK SINTESIS I
Oleh :
Dr. Firdaus, M.S.
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN
BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2012
Mengetahui :
Ketua Lembaga
embaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)
(L
Universitas Hasanuddin,
i
SURAT PERNYATAAN
Sudah kurang lebih satu abad yang lalu, pengetahuan tentang bagaimana
cara senyawa organik bereaksi dan mekanisme reaksinya telah berkembang pesat,
penemuan demi penemuan di dalam laboratorium telah terakumulasi menjadi suatu
ilmu pengetahuan tentang sintesis dan mekanisme reaksi kimia organik. Produk dari
sintesis senyawa organik tak jarang juga dituding sebagai sumber pencemaran
lingkungan yang sangat mencemaskan sehingga ilmu pengetahuan ini sering
dipandang sebagai ilmu yang menakutkan, meskipun tudingan seperti itu
mengandung unsur ketidakadilan. Media massa sering hanya menyoroti sisi negatif
dari produk ilmu ini dengan mengabaikan sisi positifnya yang jauh lebih besar. Media
massa banyak menyoroti dampak negatif produk plastik terhadap lingkungan, tapi
tidak pernah menilik sisi positif berbagai jenis obat-obatan hasil sintesis yang
digunakan dalam pengobatan berbagai macam penyakit. Meskipun demikian,
minimalisasi dampak negatif proses sintesis juga telah menjadi pemikiran serius dari
para kimiawan, dan hal ini terpelopori dalam slogan “Green Chemistry”.
Pada Program Studi Ilmu Kimia Jurusan Kimia FMIPA Unhas, Ilmu kimia
organik sintesis tersaji sebagai mata kuliah dalam dua semester, yaitu Kimia Organik
Sintesis I pada semester empat dan Kimia Organik Sintesis II pada semester lima.
Sebelum memprogramkan mata kuliah ini, mahasiswa terlebih dahulu mengikuti
mata kuliah Kimia Organik Fisis yang membahas tentang keterkaitan antara
reaktivitas senyawa organik dengan strukturnya. Mata kuliah ini juga tersaji dalam
dua semester, yaitu Kimia Organik Fisis I pada semester tiga dan Kimia Organik
Fisis II dalam semester empat. Buku ajar tentang mata kuliah Kimia Organik Fisis I
telah penulis susun dan telah diunggah ke internet sehingga pembaca dapat
mengunduh dari internet dengan cuma-cuma. Untuk itu, penulis sangat
merekomendasikan agar terlebih dahulu mempelajari buku tersebut sebelum
mempelajari buku ini.
Berdasarkan penelusuran literatur, penulis menemukan beberapa buku kimia
organik sintesis yang masih mengandung penulisan mekanisme reaksi yang kurang
logis, bahkan cenderung tidak konsisten sehingga dapat membingunkan mahasiswa.
Salah salah buku teks yang penulis anggap cukup memadai untuk digunakan
sebagai referensi dalam pengajaran kimia organik sintesis di tingkat S-1 adalah buku
yang ditulis oleh N. O. C. Norman dengan judul “Principles of Organic Synthesis“,
meskipun buku itu juga masih mengandung kekurangan sebagaimana yang telah
dikemuan di atas. Oleh karena itu di dalam penulisan buku ini, penulis lebih banyak
mengacu pada buku tersebut dan berusaha untuk menyajikan mekanisme reaksi
yang logis dan konsisten. Penulis berharap dengan kehadiran buku ini akan dapat
membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang kimia organik sintesis, dan
menghilangkan kebingungannya tentang cara menuliskan mekanisme reaksi kimia
organik.
Penyusunan buku ajar ini pada dasarnya diperuntukkan untuk mahasiswa
program studi S-1 Ilmu Kimia, tapi tidak menutup kemungkinan untuk dapat
digunakan pada displin ilmu yang serumpun seperti pada program studi Ilmu
Farmasi. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan buku ini melalui E-mail: firdaus_tdg@yahoo.com, serta tak lupa
mengucapkan “Syukur Alhamdulillah” atas rahmat dan hidayahNya, dan
menyampaikan terima kasih kepada pihak Universitas Hasanuddin atas dana yang
diberikan sehingga penyusunan buku ajar berbasis content ini dapat terselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Reaksi rumit seperti ini biasanya terdiri atas sejumlah tahap sederhana dalam mana
setiap langkah terjadi penataan ulang ikatan-ikatan dan mengarah kepada hasil-
antara yang selanjutnya bereaksi sampai produk-akhir tercapai. Sintesis Skraup
terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
1
Reaksi-reaksi yang tampak sederhana juga kerap kali mengandung sejumlah
langkah. Sebagai contoh, nitrasi benzena oleh campuran asam nitrat pekat dan
asam sulfat pekat, yang secra stoikiometri dinyatakan dengan
Pemutusan secara heterolitik akan dihasilkan A+ + B-. Pemutusan ini terjadi di mana
pasangan elektron ikatan akan berpindah ke salah satu atom yang membentuk
ikatan tersebut. Umumnya, pasangan elektron berpindah ke atom yang lebih
2
elektronegatif. Proses perpindahan sepasang elektron biasa dinyatakan dengan
anak panah lengkung berkait dua seperti berikut.
Pemutusan heterolitik terjadi jika spesies yang terbentuk relatif stabil. Sebagai
contoh, hidrolisis t-butil klorida terjadi sangat cepat karena reaksi melalui
pembentukan karbokation yang relatif stabil. Di samping itu, ion klorida merupakan
gugus-pergi yang baik.
Kestabilan gugus-pergi juga merupakan faktor penting. Hal ini tercermin dalam
urutan kemudahan heterolisis beberapa senyawa t-butil seperti berikut.
3
Ion klorida dinyatakan sebagai gugus-pergi yang lebih baik daripada ion asetat, dan
ion asetat adalah gugus-pergi yang lebih baik daripada ion hidroksida. Kemampuan
hidroksi sebagai gugus-pergi meningkat oleh protonasi. Sebagai contoh, t-butanol
tidak dipengaruhi oleh ion klorida tapi berubah menjadi t-butil klorida oleh hidrogen
klorida.
Ada tiga cara pembentukan ikatan, yaitu (a) penggabungan dua radikal (atom),
(b) penggabungan dua ion yang berlawanan muatannya, dan (c) penambahan ion ke
suatu molekul netral.
4
Reaksi ini adalah kebalikan dari heterolisis. Perlu dicatat bahwa ion positif yang telah
jenuh (telah berikatan melebihi valensinya) tidak akan membentuk ikatan kovalen
dengan anion. Sebagai contoh ion amonium kuaterner seperti (CH3)4N+ membentuk
garam yang stabil di dalam larutan. Atom N dalam spesies tersebut tidak lagi
mempunyai orbital yang dapat digunakan membentuk orbital ikatan; halnya yang
berbeda dengan karbon kekurangan elektron dalam suatu karbokation yang
mempunyai orbital kosong sehingga masih dapat menerima pasangan elektron.
Ada dua kelompok besar reaksi serempak: a) satu ikatan tunggal putus dan
satu ikatan tunggal terbentuk; b) satu ikatan rangkap dua berubah menjadi ikatan
tunggal (atau ikatan rangkap tiga berubah ke ikatan rangkap dua) sambil satu ikatan
tunggal terbentuk. Sebagai contoh
5
Kedua reaksi di atas mempunyai dasar yang sama, yaitu satu ikatan putus secara
heterolitis sambil ikatan kedua terbentuk oleh serangan nukleofil ke karbon. Untuk itu
perlu pula dibahas secara terpisah tentang atom-atom yang membentuk ikatan, baik
yang atom yang diserang maupun atom yang menyerang.
1.2.1 Satu ikatan tunggal putus dan satu ikatan tunggal terbentuk
Berdasarkan jenis unsur atom yang diserang, reaksi dikelompokkan sebagai
berikut.
a. Karbon dapat disubstitusi oleh nukleofil jika terikat pada suatu gugus yang
bersifat elektronegatif yang dapat pergi sebagai anion yang relatif stabil.
Harus diingat bahwa yang berpindah adalah elektron, bukan muatan. Oleh karena
itu, ujung asal anak panah harus dari pasangan elektron. Di dalam penulisan
mekanisme reaksi, semua elektron valensi atom yang aktif harus dituliskan, baik
sebagai pasangan titik atau garis hubung (pasangan elektron bebas) atau sebagai
garis ikatan (satu garis menyatakan pasangan elektron ikatan). Bila pasangan
6
elektron bebas dinyatakan sebagai garis hubung maka muatan formal atom harus
dilingkari. Sebagai contoh dalam penulisan gugus alkoksi sebagai berikut.
b. Hidrogen dapat diserang oleh nukleofil jika terikat pada suatu gugus yang
elektronegatif. Sebagai contoh:
Hidrogen juga diserang oleh elektrofil jika hidrogen tersebut terikat pada unsur yang
lebih elektropositif, seperti pada unsur logam tertentu seperti litium aluminium hidrida
(LiAlH4) yang mengandung ion AlH4-. Sebagai contoh, reaksi karbon elektrofil gugus
karbonil untuk membentuk ikatan C-H.
7
d. Halogen, klorin, bromin, dan iodin mengalami pengusiran oleh nukleofil
seperti dalam halogenasi karbanion, sebagai contoh:
Keberhasilan reaksi ini terkait dengan kemampuan atom halogen pergi sebagai
anion.
Molekul halogen juga bereaksi dengan radikal, seperti dalam halogenasi
hidrokarbon terkatalis radikal sebagai berikut.
1.2.2 Satu ikatan rangkap dua berubah menjadi ikatan tunggal seraya satu
ikatan tunggal terbentuk
Nukleofil, elektrofil, radikal, dan atom dapat mengadisi ke ikatan tak-jenuh, dan
yang paling sering temui adalah:
Gugus tak-jenuh lain seperti C=N (di senyawa dalam imina), N=O (di dalam
senyawa nitroso dan nitro), N=N (di dalam senyawa azo), dan C=S (di dalam
senyawa tio) analog dengan senyawa-senyawa yang mengandung karbonil.
8
Ada perbedaan utama dalam hal mudahnya terjadi adisi. Olefin sederhana
segera bereaksi elektrofil dan radikal, tetapi tidak bereaksi dengan nukleofil.
Perbedaan ini dari olefin adalah hasil dari kenyataan bahwa oksigen lebih mampu
memikul muatan negatif dibanding dengan karbon. Demikian juga, gugus siano
bereaksi dengan nukleofil menghasilkan suatu spesies di mana muatan termuat
pada nitrogen.
Reaksi asetilen dengan elektrofil kurang cepat dibanding dengan olefin; tetapi
dengan nukleofil, reaksinya lebih cepat daripada reaksi olefin.
Perbedaan tersebut sesuai dengan fakta bahwa karbok tak-jenuh lebih elektronegatif
daripada karbon-jenuh.
Ikatan rangkap dua aromatik dalam benzena kurang mudah bereaksi dengan
semua pereaksi daripada olefin. Hal ini disebabkan oleh hilangnya kestabilan
aromatik ketika terjadi adisi pada benzena.
9
1.3 Perpindahan Intramolekul
Di dalam situasi struktur tertentu, suatu gugus berpindah dari satu atom ke
atom yang lain di dalam spesies yang sama tanpa terbebaskan dari spesies
tersebut. Ada tiga kelompok perpindahan yang berbeda.
a. Gugus berpindah beserta pasangan elektron ikatannya oleh serangan
dalam spesies asalnya. Sebagai contoh, penataan ulang kation neopentil menjadi
kation t-amil oleh perpindahan gugus metil, dinyatakan sebagai berikut.
Kekuatan pengarah (driving force) untuk terjadinya reaksi ini terletak pada kestabilan
karbokation tersier yang lebih besar daripada karbokation primer.
Kekuatan pengarah untuk terjadinya reaksi ini terletak pada kestabilan yang lebih
besar radikal tersier daripada radikal primer.
10
c. Gugus yang berpindah tanpa disertai dengan elektron ikatan asalnya.
Sebagai contoh:
Kekuatan pengarah untuk terjadinya reaksi ini terletak pada kemampuan oksigen
menjadi anion lebih besar daripada karbon.
Pemberian atau penerimaan satu elektron oleh suatu senyawa organik netral
menghasilkan sutau radikal yang nornalnya mengalami reaksi lebih lanjut. Sebagai
contoh, penerimaan satu elektron oleh aseton dari magnesium menghasilkan suatu
spesies radikal yang selanjutnya mengalami dimerisasi menjadi spesies seperti
berikut.
Pengolahan dengan asam spesies ini akan mengarah kepada pembentukan pinakol.
11
SOAL LATIHAN
12
BAB II
13
reaksi dapat dikelompokkan berdasarkan sifat pereaksi yang bereaksi
menghasilkan senyawa organik. Sebagai contoh, adisi ke ikatan tak-jenuh dibagi
berdasarkan pereaksinya seperti elektrofil (i), nukleofil (ii), dan atom atau radikal
(iii).
(i) Elektrofil
- Hidrogen dalam bentuk pemberi proton seperti H3O+ atau suatu asam
karboksilat.
- Halogen: klorin, bromin, dan iodin.
- Nitrogen seperti ion nitronium (NO2+), ion nitrosonium (NO+), alkil nitril
(RO NO2), dan ion diazonium aromatik (ArN2+).
- Belerang seperti belerang trioksida, biasanya diturunkan dari asam
sulfat.
- Oksigen seperti hidrogen peroksida dan ozon.
- Karbon seperti karbokation (sebagai contoh, (CH3)3C+).
(ii) Nukleofil
- Oksigen dalam H2O, ROH, RCO2H, RSO3H, dan basa konjugasinya
(OH-, RO-, dan sebagainya).
- Belerang dalam H2S dan RSH, serta basa konjugasinya, dan ion
bisulfit (HSO3-).
- Nitrogen dalam NH3 dan NH2-, amina dan turunan amina (sebagai
contoh NH2OH),
- Karbon dalam ion sianida (CN-), ion asetilida (HC C- dan RC C-),
karbanion (sebagai contoh, CH3COCH2-), dan senyawa organologam
(sebagai contoh, CH3 MgI).
- Ion halida (F-, Cl-, Br-, I-).
- Hidrogen seperti ion hidrida dan spesies pembawa ion ini (sebagi
contoh, LiAlH4).
(iii) Radikal dan atom
- Atom halogen
- Radikal alkil dan aril (sebagai contoh, ·CH3, ·Ph)
14
2.1.1 Adisi Elektrofilik
15
Air dapat dibuat menjadi nukleofil yang utama melalui penggunaan pereaksi
elektrofil seperti asam sulfat yang mana ion bisulfatnya sendiri adalah nukleofil
yang sangat lemah. Hal ini membuat hidrasi suatu olefin dengan asam sulfat
encer menjadi lebih mungkin dilakukan.
Jika konsentrasi air cukup rendah, molekul olefin kedua dapat bertindak sebagai
nukleofil, hasil penambahannya kemudian melepaskan proton ke air
menghasilkan campuran olefin.
Jika konsentrasi air lebih kecil lagi maka karbokation dimer akan mengadisi ke
olefin berikutnya menghasilkan trimerik. Adisi yang berlanjut dapat mengarah
pada pembentukan rantai polimer.
Arah reaksi vinil eter dengan asam juga berubah oleh adanya air. Meskipun
reaksi metil vinil eter dengan hidrogen klorida (HCl) menghasilkan CH3 CHCl
OCH3, tetapi reaksinya dengan asam klorida (HCl dalam air) menghasilkan
asetaldehida dan metanol seperti berikut.
16
Contoh lain adalah dalam adisi terhadap enol sebagi berikut.
e. Adisi ke dalam sistem yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap
terkonjugasi menghasilkan campuran produk sebab muatan pada spesies
karbokation-antara didelokalisasikan kepada dua atau lebih karbon yang masing-
masing dapat diserang dalam tahap kedua. Sebagai contoh
17
2.1.2 Adisi Nukleofilik
Oleh karena gugus karbonil memperoleh satu muatan negatif partial dalam
keadaan transisi maka gugus penarik elektron akan meningkatkan kecepatan
reaksinya, sedangkan gugus pemberi elektron akan menurunkan kecepatannya.
Reaksi ini adalah reaksi dikatalis oleh basa karena hidrogen sianida adalah asam
lemah, dan fungsi basa adalah meningkatkan konsentrasi ion sianida yang aktif;
basa tersebut dihasilkan kembali pada tahap kedua.
18
Reaksi pembentukan hidrat adalah reaksi dapat balik, dan hidrat hanya bisa
diisolasi dari senyawa yang mengandung substituent penarik-elektron yang kuat
seperti CCl3 atau gugus karbonil kedua. Akan tetapi dengan adanya asam,
aldehida bereaksi dengan alkohol menghasilkan asetal yang dapat disiolasi.
Perbedaan ini adalah salah satu contoh penting di mana faktor entropi
menentukan posisi kesetimbangan. Pembentukan ketal dari satu molekul keton
dengan dua molekul alkohol monohidrat menyebabkan hilangnya tiga derajat
kebebasan translasi, sedangkan pada reaksi keton dengan alkohol dihidrat tidak
melibatkan perubahan jumlah derajat kebebasan translasi.
Aldehida dan keton menghasilkan tio yang analog dengan asetal dan ketal
jika diolah dengan merkaptan dan asam.
19
2) Gugus karbonil yang lain. Gugus karbonil turunan asam (halida asam,
anhidrida, ester, dan amida) juga diserang oleh nukleofil, tetapi reaksinya
disempurnakan oleh pelepasan gugus elektronegatif dan bukan oleh
penambahan proton. Sebagai contoh
Ikatan rangkap tiga karbon-nitrogen dalam nitril dapat pula diserang oleh nukleofil
yang lebih lemah seperti air dan alkohol dalam adanya asam.
4) Olefin. Olefin tidak diserang oleh nukleofil kecuali ikatan rangkap karbon-
karbon berkonjugasi dengan gugus jens –M. Nukleofil yang lebih kuat kemudian
mengadisi ke dalam ikatan rangkap seperti berikut.
20
Nukelofil yang kurang kuat seperti alkohol akan mengadisi ke dalam sistem ini
hanya dalam adanya suatu asam.
Nukleofil yang kurang kuat memerlukan katalisis, dan yang sering digunakan
adalah ion raksa(II) karena kecenderungannya membentuk kompleks dengan
asetilen, dan menarik elektron dari ikatan rangkap tiga. Sebagai contoh, reaksi
dengan air dalam adanya raksa(II) sulfat dan asam sulfat encer menghasilkan
vinil alkohol yang bertautomeri ke suatu keton menghasilkan asetaldehida.
21
2.2 Reaksi Eliminasi
kelompok (b) -eliminasi, dalam mana dua gugus tereliminasi dari atom yang
sama,
Di dalam hal yang terakhir di atas, spesies tidak stabil yang terbentuk akan
mengalami reaksi lebih lanjut.
2.2.1 -Eliminasi
Ikatan tak-jenuh yang terbentuk oleh reaksi eliminasi dapat berupa salah
satu dari sejumlah jenis ukatan rangkap (C=C, C≡C, C=O, C≡N, dsb). Kita hanya
akan fokus pada eliminasi yang mengarah pada ikatan tak-jenuh C=C, dan
terutama pada yang melibatkan hidrogen sebagai salah satu yang tereliminasi,
sebagai contoh
22
Golongan reaksi ini selanjutnya dapat dibagi ke dalam eliminasi yang terjadi
melalui mekanisme bimolekular (E2) yang eliminasi yang terjadi melalui
mekanisme unimolekular (E1).
Gugus tereliminasi yang lain harus yang memiliki kemampuan pergi sebagai
molekul netral atau anion yang relatif stabil. Di dalam keadaan transisi, ikatan
rangkap baru terbentuk secara parsial dan gugus terelimnasi pergi secara
parsial.
CH3 CO 2- < HO- < EtO- < Me3 CO- < NH2 -
23
sedangkan suatu sulfonat sangat mudah mengalami eliminasi karena kestabilan
anion sulfonat.
Alasan untuk hal tersebut di atas adalah kestabilan termodinamik sistem olefin
meningkat dengan semakin banyaknya gugus alkil yang berkonjugasi dengan
sistem C=C.
d. Eliminasi lebih mudah terjadi jika ikatan rangkap yang baru terbentuk
menjadi berkonjugasi dengan ikatan rangkap yang sudah ada karena energi
kestabilan yang disebabkan oleh konjugasi dalam produk mengambil bagian
dalam kestabilan keadaan transisi. Sebagai contoh, eliminasi hidrogen bromida
lebih mudah terjadi dari CH2=CH-CH2-CH2Br menghasilkan CH2=CH-CH=CH2
daripada dari n-butil bromida.
Keberadaan gugus tak-jenuh jenis –M memfasilitasi eliminasi lebih kuat jika
proton terikat pada karbon- daripada jika terikat pada karbon- .
24
Hal ini terjadi karena gugus –M menstabilkan struktur seperti berikut yang
berkontribusi pada keadaan transisi (B = katalis basa), dengan cara demikian
menurunkan energi aktivasi.
e. Reaksi lebih cepat terjadi jika posisi kedua gugus tereliminasi adalah
trans satu sama lain, dan gugus-gugus tersebut sebidang dengan atom-atom
karbon yang menghubungnya. Sebagai contoh, senyawa (1) mudah
mengeliminasi asam toluen-p-sulfonat, sedangkan isomernya (2) yang tidak
memiliki hidrogen- pada posisi trans dengan gugus toluena-p-sulfonat adalah
inert bahkan sekalipun terhadap basa kuat.
25
digunakan terhalang secara sterik akan mengarahkan reaksi kepada produk
olefin yang kurang terkonjugasi. Kondisi ini diilustrasikan sebagai berikut.
Hal ini terjadi karena ukuran substituen amonium kuaterner yang besar sehingga
konformasi yang dipersyaratkan untuk terjadinya eliminasi (yakni gugus-gugus
yang akan tereliminasi harus dalam posisi anti) tidak dapat dicapai karena efek
sterik dari substituen amonium kuaterner tersebut. Di antara empat konformasi
yang digambarkan dengan proyeksi Newman untuk senyawa di atas, konformasi
di mana hidrogen dan substituen amonium kuaterner pada posisi anti satu sama
lain, yang paling mungkin dicapai adalah pada konformer (6). Hanya pada
konformer tersebut di mana gugus-gugus yang besar saling berjauhan.
26
g. Reaksi SN2 selalu berkompetisi dengan reaksi E2. Proporsi eliminasi
ditentukan oleh sifat basa dan gugus alkil.
27
Meskipun demikian, jika produk eliminasi Saytzeff lebih tertekan secara sterik
maka olefin yang kurang konjugasilah yang mungkin terbentuk. Sebagai contoh:
memiliki gaya tolakan non-ikatan antara hidrogen dengan gugus t-butil dan
antara gugus t-butil dengan gugus metil yang ada pada posisi cis dengannya.
d. Karbokation bukan hanya dapat tereliminasi tapi dapat pula tertambahkan
oleh nukleofil menghasilkan produk substitusi (SN1). Oleh karenanya reaksi E1
dan SN1 berkompetisi. Lebih dari itu, karbokation dapat pula mengalami
penataan ulang.
Reaksi ini perlu menggunakan basa kuat, dan basa kuat yang sering digunakan
adalah ion amida.
28
Produk eliminasi biasanya adalah suatu asetilen terminal, sebagai contoh
adalah
Hal ini terjadi karena produk yang mula-mula terbentuk mengalami sederet
pergeseran prototropik, diktalis oleh basa kuat:
29
Seperti halnya dalam reaksi E2, kecepatan tergantung kemampuan gugus-pergi
untuk pergi dengan pasangan elektron dan mempersyaratkan geometri trans
dipernuhi.
2.2.2 -Eliminasi
Haloform mengalami -Eliminasi terkatalis-basa dengan membentuk karben.
Reaksi ini normalnya terjadi melalui dua tahap, dan tahap kedua adalah tahap
penentuk kecepatan reaksi. Sebagai contoh:
Dihalokarben adalah suatu spesies reaktif yang dapat diisolasi. Di dalam kondisi
normal pembentukannya, mereka terhidrolisis menjadi asam.
Suatu gugus yang terikat pada karbon memungkinkan diganti dengan gugus
yang lain melalui salah satu dari tiga cara: (a) dengan substitusi serempak, (b)
dengan eliminasi diikuti dengan adisi, dan (c) dengan adisi diikuti dengan
eliminasi. Cara yang terakhir (yaitu cara c) hanya untuk karbon tak jenuh.
30
dengan Nu: adalah suatu nukleofil dan Gp adalah suatu gugus pergi. Karakter
utama proses tersebut adalah sebagai berikut.
a. Reakstivitas relatif gugus-gugus pergi yang berbeda adalah I > Br > Cl >>
F. Gugus-gugus hidroksida, alkoksida, dan amino tidak dilepaskan sebagai
anionnya sehingga alkohol eter, dan amina adalah gugus-gugus yang inert
terhadap nukleofil. Gugus-gugus sulfat dan sulfonat adalah gugus reaktif karena
kedua gugus pergi tersebut masing-masing adalah anion dari asam kuat.
b. Atom karbon di mana substitusi terjadi mengalami inversi konfigurasinya
karena nukleofil menyerang dari sisi yang lurus berlawanan dengan arah ikatan
gugus pergi.
c. Beberapa nukleofil dan reaksinya terhadap alkil halida (RX) dapat dilihat
dalam Tabel berikut.
Nukleofil Produk
OH- Alkohol, R-OH
R’O- Eter, R-OR’
R’S- Tioeter (sulfida), R-SR’
R’CO2- Ester, R-OCOR’
R’C≡C- Asetilen, R-C≡CR’
CN- Nitril, R-CN
NH3 Amina, R-NH2
R’3N Garam amonium kuaterner, R’3RN+X-
d. Urutan reaktivitas gugus-gugus alkil adalah primer > sekunder > tersier,
hal ini terjadi paling tidak karena naiknya efek rintangan sterik untuk mendekati
atom karbon yang lebih tersubstitusi. Sebagai contoh reaktivitas alkil bromida
terhadap ion iodida dalam aseton adalah:
31
Urutan reaktivitas dalam E2 berlawanan dengan urutan ini sehingga ratio SN2/E2
paling besar untuk halida primer dan paling kecil untuk halida tersier. Berikut ini
adalah hasl reaksi antara alkil bromida dengan ion etoksida dalam etanol pada
55oC.
32
yang mengalami substitusi. Sebagai contoh, -klorosulfida, C2H5SCH2CH2Cl
terhidrolisis dalam dioksan berair 10.000 kali lebih cepat daripada eter yang
analog dengannya, C2H5OCH2CH2Cl. Hal ini dianggap berasal dari partisipasi
atom sulfur seperti berikut.
Partisipasi oleh oksigen di dalam karboksilat dan alkoksida, dan oleh nitrogen di
dalam amina primer dan sekunder dapat mengarah pada pembentukan senyawa
silklik bilamana senyawa-senyawa siklik tersebut stabil pada kondisi reaksi ini.
Sebagai contoh, etilen klorohidrin dengan basa menghasilkan etilen oksida.
33
Eter dapat mengalami peruraian oleh hidrogen iodida, reaksi terjadi pada pada
asam konjugasi eter.
Di dalam hal ini, hidrogen iodida lebih efektif daripada asam-asam halogen yang
lain karena ion iodida adalah nukleofil yang paling kuat di antara ion-ion halida.
Reaktivitas alkil halida meningkat oleh sam-asam Lewis kation-kation seperti Ag+
dan Hg2+ di mana ion halida dengan dia membentuk ikatan yang kuat.
Reaksi SN2’ secara normal hanya terjadi jika proses SN2 terhalang secara sterik.
Sebagai contoh, reaksi -metilallil klorida dengan dietilamina menghasilkan
turunan krotilamina.
34
Reaksi ini terjadi mempertahankan konfigurasi pada karbon, bertentangan
dengan inversi (pembalikan) konfigurasi yang karakteristik untuk reaksi SN2.
Peristiwa ini dilukiskan sebagai reaksi SNi (substitusi nukleofilik internal). Reaksi
ini terjadi melalui klorosulfit yang terurai melepaskan sulfurdioksida menghasilkan
pasangan ion dan kemudian membentuk kloridanya.
35
Pereaksi lain yang umum digunakan untuk menkonversi alkohol menjadi klorida
(fosfor triklorida, oksiklorida, dan pentaklorida, serta hidrogen klorida) mengarah
kepada reaksi SN2, atau produk yang dominan adalah pembalikan konfigurasi.
Jika sutau atom karbon terikata pada suatu gugus yang mempunyai
kemampuan kuat untuk pergi membawa pasangan elektron ikatan, maka suatu
solvolisis unimolekuler (reaksi SN1) akan terjadi, sebagai contoh
Jadi proses SN1 berkaitan dengan reaksi SN2 seperti halnya dalam eliminasi E1
dengan eliminasi E2. Berikut ini adalah karateristik reaksi ini.
a. Reaksi difasilitasi oleh substituent yang menstabilkan karbokation, yakni
gugus-gugus jenis +I dan/atau +M. jadi di antara alkil halida, urutan
reaktivitasnya adalah tersier > sekunder > primer. Gugus-gugus eter yang
dicirikan oleh gugus +M, sebagai contoh klorometil eter, mudah sekali
terhidrolisis dalam air.
b. Reaksi tidak terjadi pada pusat karbon tak jenuh; jadi etilen, asetilen, dan
halida aromatik tidak bereaksi melalui mekanisme SN1.
c. Atom karbon di mana substitusi terjadi tidak mempertahankan
konfigurasinya. Hal ini sebagai suatu fakta bahwa suatu karbokation berbentuk
segitiga planar yang dapat diserang dari setiap sisi sehingga senyawa aktif optis
yang dihasilkan merupakan campuran.
36
Probabilitas serangan dari kedua sisi tampaknya sama, tapi secara normal dua
produk terbentuk dalam jumlah yang tidak sama, lebih banyak produk yang
konfigurasinya berawanan dengan konfigurasi reaktan (inversi mendominasi
retensi). Hal ini terjadi karena gugus-pergi melindungi atom karbon pada sisi di
mana dia pergi sehingga nukleofil lebih mudah menyerang dari sisi yang lain.
d. Eliminasi E1 berkompetisi dengan solvolisis SN1. Sebagai contoh
Eliminasi lebih disukai bila senyawa halidanya lebih teralkilasi karena produk
olefinnya lebih kuat terkonjugasi dengan alkil. Akan tetapi, ratio E1/SN1 tidak
tergantung pada sifat gugus pergi karena kedua proses tersebut terjadi setelah
lepasnya gugus pergi.
e. Sistem alilik menghasilkan campuran produk. Sebagai contoh krotl klorida
dalam aseton berair menghasilkan krotil alkohol dan -metilallil alkohol.
Hal ini adalah suatu hasil dari fakta bahwa karbokation-antara yang terbentuk
adalah terdelokalisasi, dan dapat bereaksi pada masing-masing dari dua atom
karbon yang bermuatan positif.
37
2.3.3 Adisi diikuti dengan eliminasi
Karbon tak jenuh di dalam lingkungan yang cocok akan mengalami substitusi
lewat proses dua langkah yang terdiri atas adisi diikuti dengan substitusi.
Kelompok reaksi yang paling penting adalah substitusi nukleofilik pada gugus
karbonil, serta substitusi nukleofilik dan elektrofilik pada karbon aromatik.
1) Substitusi nukleofilik pada karbonil. Turunan karboksilat dalam mana
gugus karbonil berdekatan dengan gugus elektronegatif adalah rentan terhadap
substitusi lewat mekanisme adisi-eliminasi. Sebagai contoh
Beberapa point yang harus dicatat dari reaksi ini adalah sebagai berikut.
a. Di antara turunan asam yang umum, urutan reaktivitas adalah: halida
asam > anhidrida > ester > amida. Halida asam bereaksi dengan cepat dengan
nukleofil lemah, air; anhidrida bereaksi dengan lambat; ester dan amida sangat
inert.
b. Oleh karena jalan menuju keadaan transisi mengemban muatan negatif
maka kecepatan reaksi meningkat oleh keberadaan substituen penarik elektron
dan menurun oleh keberadaan substituen pendorong elektron. Sebagai contoh,
etil m-nitrobenzoat terhidrolisis oleh ion hidroksida sepuluh kali lebih cepat
daripada etil benzoat.
c. Reaksi ini adalah reversible. Posisi akhir kesetimbangan dalam banyak
kasus terletak ke salah satu sisi. Sebagai contoh di dalam hidrolisis ester oleh ion
hidroksida, asam karboksilat dihilangkan oleh ionisasi dalam kondisi basa
sehingga reaksi berjalan sempurna.
38
Sebaliknya, ester dapat dihidrolisis dengan larutan asam. Akan tetapi prosedur
ini mengarah kepada kesetimbangan, tidak seefisien dengan metode hidrolisi
basa.
e. Asam karboksilat memiliki sifat yang menempatkan dia menjadi terpisah
dari turunannya. Nukleofil yang sedang sifat basanya akan mengkonversi dia ke
dalam bentuk basa konjugasinya, RCO2-, yang inert terhadap semua nukleofil
yang paling kuatpun. Meskipun ester bereaksi dengan hidrazin menghasilkan
hidrazida asam, tapi reaksi dengan asam hanya membentuk garam.
f. Substitusi pada gugus karbonil sangat dipengaruhi oleh efek rintangan
sterik. Untuk lebih jelasnya, asam tersier seperti (CH3)3C-CO2H tidak dapat
diestrifikasi dengan alkohol dalam adanya asam, sangat berbeda dengan asam
primer dan sekunder. Demikian pula halnya dengan esternya tidak dapat
terhidrolisis jika diolah dengan ion hidroksida atau larutan asam.
2) Substitusi nukleofilik pada karbon aromatik. Benzena dan turunan
halogennya, seperti etilena dan vinil halida adalah inert terhadap nukleofil dalam
kondisi normal. Pada kondisi yang lebih keras akan mengarah kepada substitusi,
sebagai contoh
Akan tetapi dengan masuknya gugus jenis –M pada posisi orto dan para
terhadap posisi gugus pergi maka kecepatan reaksi akan meningkat dengan
nyata. Sebagai contoh, p-klorobenzena terhidrolisis pada pendidihan dengan
kaustik soda, dan 2,4,6-trinitroklorobenzena (pikril klorida) terhidrolisis meskipun
dengan air.
Reaksi ini terjadi melalui adisi nukleofil ke dalam cincin aromatik
menghasilkan spesies-antara anionik yang mengandung energi yang lebih tinggi
39
daripada reaktan, dan kehilangan energi kestabilan resonansi yang lebih besar
daripada energi delokalisasi muatan negatif.
Akan tetapi energi aktivasi menurun oleh terikatnya gugus-gugus –M pada posisi
orto atau para karena muatan akan terdelokalisasikan ke atom-atom yang
elektronegativitasnya tinggi.
40
Energi aktivasi turun oleh adanya substituen pendorong elektron pada cicin
benzena. Efek ini lebih besar jika substituen berada pada posisi orto atau para
terhadap posisi masuknya pereaksi.oleh karena itu substituen jenis +I dan/atau
+M mengarahkan pereaksi ke posisi orto dan para dan mengaktifkan posisi
tersebut relatif terhadap benzena.
41
Akan tetapi, banyak reaksi-reaksi berkaitan erat dengan reaksi ini di mana suatu
molekul tidak harus dilepaskan seperti dalam kondensasi Aldol sehingga batasan
reaksi kondesasi menjadi lebih luas. Reaksi yang menggambarkan dalam mana
ikatan karbon-karbon terbentuk.
Reaksi penataan ulang dibagi dalam dua kelompok: (a) penataan ulang di
mana gugus yang berpindah tidak pernah benar-benar terlepas dari sistem di
mana dia berpindah (intramolekul); dan (b) penataan ulang di mana gugus yang
berpindah benar-benar terlepas dan kemudian terikat kembali (antermolekul).
Contoh yang paling sederhana dari ini adalah solvolisis neopentil bromida. Di
dalam pelarut polar seperti etanol, heterolisis SN1 teerjadi menghasilkan
karbokation neopentil, sebuah gugus metil berpindah menghasilkan kation t-amil,
dan sebagian kation ini mengalami eliminasi dan sebagian substitusi.
42
Ciri utama reaksi ini adalah sebagai berikut.
a. Driving force termodinamika untuk perpindahan meningkatnya kestabilan
karbokation tersier dibandingkan dengan primer. Tahap ini adalah cepat.
Kecepatan terbentuknya karbokation dipengaruhi oleh sifat pelarut.
b. Reaksi-reaksi lain yang mengarah kepada pembentukan karbokation
dapat juga mengalami penataan ulang untuk menghasilkan karbokation yang
lebih stabil. Sebagai contoh, adisi hidrogen iodida kepada t-butiletilena
menghasilkan produk penataan ulang sebagai produk utama.
#
! " ! "
$ % &$
43
2.5.2 Penataan Ulang Intermolekul
Reaksi ini tidak langsung dinyatakan jenis mekanisme baru karena dia
merupakan kombinasi proses yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebagai contoh
reaksi penataan ulang N-kloroasetilida menjadi o- dan p-kloroasetilida, dikatalis
dengan asam hidroklorida, mengandung pembentukan klorin melalui proses
penggantian yang diikuti dengan substitusi elektrofilik asetanilida oleh klorin.
44
Reduksi digunkan untuk menyatakan reaksi sebaliknya. Oksidasi dan reduksi
adalah dua hal yang saling melengkapi dalam suatu sistem dalam mana satu
spesies teroksidasi dan satu spesies lain tereduksi.
'$! (")
*
$
$ * *
! % "
Persyaratan untuk agen pengoksidasi adalah dia harus mampu menampung satu
elektron, seperti Fe(III) menjadi Fe(II) yang dicirikan dengan potensial redoks.
Persyaratan untuk senyawa organik adalah dia harus mengasilkan radikal yang
relatif stabil pada oksidasi, dalam kasus ini di atas, kestabilan relatif dicapai
melalui delokalisasi elektron tak berpasangan ke dalam cincin benzena.
b. Melalui pelepasan hidrogen, seperti dalam autooksidasi aldehida
terkatalis-radikal.
45
c. Melalui pelepasan ion hidrida, seperti dalam reaksi Cannizarro.
46
f. Melalui dehidrogenasi katalitik, seperti dalam reaksi konversi
sikloheksana terkatalis-paladium menjadi benzena.
Dua elektron dapat ditransfer, seperti dalam trans-reduksi asetilen oleh natrium
dalam amoniak.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh agen pereaduksi adalah dia harus
mempunyai kecenderungan yang kuat untuk memberikan elektron. Sebagai
contoh, logam-logam elektropositi seperti natrium; dan ion-ion logam transisi
bervalensi rendah, seperti Cr(II) dan Ti(III).
b. Melalui adisi ion hidrida, biasanya dari hidrida suatu hidrida logam
kompleks.
Reaksi dapat terjadi melalui keadaan transisi siklik, seperti dalam reduski
Meerwin-Pondorf-Verley suatu aldehida dan keton.
47
c. Melalui hidrogenasi katalitik, seperti dalam reduksi olefin oleh serbuk
nikel.
48
SOAL LATIHAN
49
BAB III
Sasaran Pembelajaran:
1. Memahami tentang prinsip-prinsip pembentukan ikatan karbon-karbon
menggunakan pereaksi-pereaksi oragnomagnesium, organolitium,
organokadmium, organotembaga, dan organoseng; serta keterbatasan dan
keunggulan masing-masing pereaksi.
2. Menuliskan mekanisme reaksi yang benar untuk reaksi-reaksi yang terjadi
oleh pereaksi-pereaksi oragnomagnesium, organolitium, organokadmium,
organotembaga, dan organoseng; serta menentukankan produk utama
reaksi-reaksi tersebut.
3. Menerapkan reaksi-reaksi tersebut untuk sintesis suatu senyawa target
tertentu.
50
dengan M adalah suatu logam monovalensi.
Kesetimbangan ini lebih cenderung ke arah senyawa organik di mana logam terikat
pada karbon lebih elektronegatif. Sebagai contoh, oleh karena karbon sp2 aromatik
lebih elektronegatif daripada karbon sp3 alifatik, maka senyawa aril-logam dapat
dibuat dari senyawa alkil-logam.
51
pembentukan senyawa oragnologam yang mengandung logam kurang elektropositif.
Sebagai contoh
4) Metalasi Hidrokarbon. Suatu ikatan C-H yang sifatnya asam akan bereaksi
dengan pereaksi organologam yang karbonnya kurang elektronegatif menghasilkan
turunan C-Logam. Sebagai contoh
Logam K Na Li Mg Zn Cd
% karakter ionik 51 47 43 35 18 15
52
senyawa-senyawa magnesium, sebagai contoh senyawa-senyawa timbal tidak
bereaksi dengan keton.
Pereaksi Grignard larut dalam eter di dalam mana pereaksi ini dibuat dan
digunakan. Kelarutan ini disebabkan terbentuknya koordinasi magnesium dengan
molekul-molekul eter.
53
Gugus R dapat berupa alkil, aril, atau vinil, meskipun vinil halida memerlukan kondisi
khusus. Urutan reaktivitas halida: I > Br > Cl >> F; organomagnesium fluorida sudah
tidak dibuat lagi.
Pembuatan vinil halida menggunakan pelarut tetrahidrofuran karena reaksinya
memerlukan suhu tinggi dan waktu yang lama.
Pereaksi Grignard juga sering dibuat melalui reaksi metalasi menggunakan pereaksi
Grignard yang lain. Metode ini cocok apabila atom yang terikat pada magnesium di
dalam senyawa yang akan dibuat adalah jauh lebih elektronegatif daripada yang ada
dalam pereaksi Grignard yang digunakan.
Grignard asetilenat secara normal dibuat dengan metode ini, sebagai contoh
Dapat pula dibuat dari hidrokarbon yang bersifat asam lainnya, seperti
siklopentadiena.
Pereaksi Grignard bereaksi dengan hampir semua gugus fungsi, kecuali amina
tersier, ikatan rangkap olefinik dan aromatik, ikatan rangkap tiga asetilenat, dan eter;
dan oleh karenanya tidak dapat dibuat dari senyawa-senyawa yang mengandung
gugus tersebut. Semua senyawa yang mengandung gugus OH dan NH bereaksi
dengan pereaksi Grignard melalui penggantian hidrogen.Sebagai contoh:
54
Di dalam reaksinya dengan karbon pusat, magnesium berpindah ke oksigen atau
nitrogen jika salah satu dari atom-atom tersebut ada.
Turunan Grignard dari sistem alilik dapat bereaksi pada masing-masing dari dua
atom karbon seperti berikut.
Kekhasan ini berguna dalam sintesis turunan pirol dan indol. Pirol bereaksi dengan
pereaksi Grignard pada gugus NH-nya menghasilkan turunan N-Mg yang bereaksi
dengan elektrofil pada karbon- .Sebagai contoh
55
Pereaksi Grignard yang diperoleh dari indol berkelakuan seperti pereaksi di atas,
dan reaksi terjadi pada posisi- sebagaimana di dalam sintesis heteroauksin (asam
indol- -asetat), suatu hormon pertumbuhan tanaman.
56
Rendamen reaksi dari halida jenuh adalah rendah, akan tetapi halida allilik dan
benzilik bereaksi secara efisien, sebagai contoh
Isoduren dapat dibuat dari mesitil bromida dan dimetilsulfat dengan rendamen di
atas 60%.
57
2) Alkohol. Pereaksi Grignard bereaksi pada gugus karbonil aldehida dan keton
menghasilkan turunan magnesium alkohol yang akan berubah menjadi alkohol
melalui perlakuan dengan asam.
Jika alkohol sensitif terhadap asam (sebagai contoh alkohol tersier yang mudah
terdehidrasi) maka disarankan melakukan penguraian garam magnesium dari
alkohol menggunakan amonium klorida berair. Di dalam perlakuan ini, garam
magnesium basa mengendap dan alkohol tetap tinggal dalam lapisan eter.
Keterbatasan pereaksi Grignard. Pereaksi Grignard sangat dipengaruhi oleh
efek rintangan sterik. Sebagai contoh, meskipun di-isopropil keton bereaksi dengan
metilmagnesium bromida menghasilkan alkohol tersier dengan rendamen 95%, akan
tetapi gagal menghasilkan alkohol tersier ketika digunakan pereaksi Grignard
isopropil dan t-butil.
58
Jika keton mempunyai hidrogen pada salah satu atau kedua karbon- -nya
maka dapat terjadi enolisasi. Di dalam hal ini, pereaksi Grignard lebih bertindak
sebagai basa daripada sebagai nukleofil, dan mengabstraksi hidrogen yang aktif
menghasilkan enolat. Pengolahan dengan asam menghasilkan keton itu kembali.
Jika pereaksi Grignard mengandung atom hidrogen pada karbon- -nya maka
reduksi dapat terjadi melalui transfer ion hidrida dalam keadaan transisi cincin
beranggota enam.
59
Perlakuan produk tersebut dengan asam akan mengarah kepada pembentukan enol
yang dengan cepat bertautomeri menjadi senyawa karbonil yang lebih stabil.
Jenis reaksi ini (adisi-1,4) berkompetisi dengan reaksi adisi kepada gugus
karbonil (adisi-1,2) maka perimbangan di antara keduanya ditentukan terutama oleh
efek sterik. Sebagai contoh, reaksi krotonaldehida dengan etilmagnesium bromida
menghasilkan produk adisi pada gugus karbonil.
60
Meskipun klorida asam jauh lebih reaktif daripada keton, tapi sangat kecil
kemungkinannya untuk dapat mengisolasi keton dari reaksi ini karena tingginya
reaktivitas pereaksi Grignard terhadap keton. Akan tetapi, dengan menggunakan
pereaksi organokadmium, hal ini dapat dilakukan.
Ester bereaksi dengan cara yang sama dengan klorida asam; sebagai contoh
reaksi fenilmagnesium bromida dengan etil benzoat menghasilkan trifenilkarbinol
dengan rendeman reaksi sebesar 90%.
Eter siklik cincin kecil juga dapat bereaksi dengan pereaksi Grignard untuk
menghilangkan tengangan selama pembukaan cincin. Sebagai contoh, reaksi
butilmagnesium bromida dengan etilen oksida menghasilkan n-heksil alkohol dengan
rendemen reaksi sebesar 60%.
61
Sebagai contoh, n-pentil bromida dapat dikonversi menjadi n-heksaldehida dengan
rendamen di atas 50%.
Reaksi dapat dijalankan dengan cara menuangkan larutan eter pereaksi Grignard ke
atas karbondioksida padat (es kering) atau dengan mengalirkan gas karbondioksida
ke dalam larutan Grignard. Sebagai contoh, dengan metode pengaliran gas
karbondioksida maka asam trimetil (asam pivalat) dapat diperoleh dari t-butil klorida
dengan rendamen 70%.
62
3.2.4 Reaksi dengan unsur selain karbon
63
4) Asam sulfinat. Sulfur dioksida bereaksi dengan cara yang sama dengan
karbondioksida.
5) Iodida. Reaksi dengan iodin memberikan metode yang berguna untuk iodida
jika metode baku tidak dapat digunakan.
Sebagai contoh, alkil iodida biasanya dibuat dari klorida melalui pengolahan dengan
natrium iodida dalam aseton (reaksi SN2), tetapi metode ini gagal jika diterapkan
untuk halida yang mempunyai rintangan sterik yang tinggi seperti neopentil klorida.
Akan tetapi, pereaksi Grignard dapat dibuat dari neopentil klorida, dan jika
direaksikan dengan iodida menghasilkan neopentil iodida dengan rendamen yang
tinggi.
Metode ini berguna untuk pembuatan t-alkil amina seperti (CH3)3C NH2yang tidak
dapat diperoleh dari reaksi SN2 antara t-alkil halida dengan amoniak.
64
Di dalam reaksi dengan SiCl4, dimungkinkan mengisolasi silan-antara, RSiCl3,
R2SiCl2, dan R3SiCl menggunakan perhitungan kuantitas pereaksi Grignard.
Senyawa organo natrium bereaksi dengan cara yang sama seperti pereaksi
Grignard, tapi jauh lebih keras. Organonatrium bereaksi dengan eter sehingga dalam
pembuatannya harus dalam pelarut hidrokarbon.
Reaksi ini jauh lebih cepat daripada reaksi pereaksi Grignard yang analog
dengannya sehingga diperlukan teknik khusus dalam pelaksanaannya, apalagi
pereaksi ini secara spontan terbakar di udara sehingga nilai sintetiknya sangat
terbatas, dan oleh karenanya diganti dengan organolitium.
65
Oleh karena reaktif terhadap oksigen maka reaksinya dijalankan dalam atmosfir
nitrogen kering atau argon (lebih baik). Untuk mereaksikan dengan alkil halida maka
sebaiknya campuran reaksi didinginkan sampai sekitar -10oC untuk meminimalkan
reaksi kopling Wurtz.
Meskipun demikian, aril halida jauh kurang reaktif terhadap nuklefofil, dan sintesis
senyawa organolitium dapat dijalankan pada titk didih pelarut.
Logam litium selalu tidak bereaksi dengan baik dengan vinil dan aril halida,
dan senyawa organolitium lebih memudahkan dibuat melalui reaksi pertukaran
logam-halogen, sebagai contoh dengan butil litium.
Reaksi metalasi cocok untuk pembuatan turunan litium dari hidrokarbon yang
bersifat asam, sebagai contoh
66
Beberapa metalilasi (sebagai contoh, -pikolin dan anisol) berhasil dengan
menggunakan pereaksi Grignard; jadi pembuatan pereaksi Grignard o-anisil perlu
diawali dengan pembutan o-bromoanisol.
a. Senyawa litium kurang terpengaruh oleh rintangan sterik dari gugus yang
ada pada gugus karbonil. Sebagai contoh, meskipun isopropilmagnesium bromida
tidak dapat mengadisi ke dalam di-isopropil keton, tetapi isopropil-litium berhasil
mengadisi menghasilkan tri-isopropil karbinol.
"#
"# "#
"#
"# "#
"#$
"# "#
"#
67
d. Karbon dioksida bereaksi dengan pereaksi Grignard menghasilkan asam
karboksilat, tetapi reaksinya dengan senyawa organolitium menghasilkan keton.
Hal yang serupa, asam karboksilat dapat dikonversi menjadi keton dengan
menggunakan pereaksi organolitium.Sebagai contoh, reaksi asam
sikloheksanakarboksilat dengan metil litium menghasilkan metil sikloheksil keton
dengan rendamen di atas 94%.
68
e. Tidak seperti pereaksi Grignard, senyawa organolitium bereaksi dengan
ikatan rangkap dua olefinik. Olefin sederhana seperti etilen hanya bereaksi pada
tekanan tinggi (100-500 atm) dan menghasilkan campuran senyawa-senyawa olefin
rantai panjang yang berbeda-beda, tetapi olefin terkonjugasi bereaksi pada tekanan
atmosfir.
Jika hasil adisi yang pertama mengandung litium yang terikat pada atom karbon
yang terlindungi, reaksi berhenti pada tahap ini. Sebagai contoh
69
organolitium melalui adisi-1,2. Apabila diinginkan terjadi hanya adisi-1,4 maka pilihan
pereaksi yang akan digunakan mengarah kepada senyawa organotembaga.
Ada dua jenis pereaksi organotembaga, yaitu senyawa organotembaga, RCu;
dan litium organotembaga, R2CuLi yang cara pembentukannya seperti berikut:
Lebih lanjut, senyawa vinil, aril, asetilenat tembaga dapat dibuat, dan halida yang
bersesuaian dapat digunakan sebagai substrat.
70
3.6 Senyawa Organokadmium
Alkil dan aril kadmium dapat diperoleh melalui reaksi pertukaran logam-logam
menggunakan pereaksi Grignard atau senyawa organolitium.
Senyawa organokadmium jauh lebih kurang reaktif daripada pereaksi Grignard dan
senyawa organolitium. Meskipun bereaksi dengan klorida asam, senyawa ini tidak
bereaksi dengan keton atau ester.
% & & %
71
3.7 Senyawa Organoseng
Senyawa dialkilseng diperoleh dari alkil iodida dan pasangan seng-tembaga.
Senyawa ini kurang reaktif daripada pereaksi Grignard dan mirip dengan senyawa
organokadmium, cepat bereaksi dengan klorida asam tapi sangat lambat reaksinya
dengan keton. Akan tetapi lebih sulit ditangani daripada pereaksi organokadmium
karena terbakar dengan spontan di udara.
Salah satu reaksi yang melibatkan alkil seng dan dipandang penting dalam
segi sintesis adalah reaksi Reformatsky. Di dalam reaksi ini, suatu aldehida atau
keton diolah dengan logam seng dan -bromo-ester menghasilkan spesies yang
setelah dihidrolisis akan menghasilkan -hidroksi-ester.
() * *
()
* () +
Reaksi ini biasanya dijalankan dalam pelarut eter, seperti halnya sintesis Grignard.
Akan tetapi di dalam prakteknya berbeda karena dalam reaksi Reformatsky, semua
reaktan dicampur dalam satu wadah, sedangkan di dalam reaksi Grignard, senyawa
magnesium dibuat terdahulu sebelum memasukkan senyawa karbonilnya.
Mekanisme kedua reaksi tersebut pada dasarnya adalah sama, senyawa
organoseng mula-mula terbentuk dan bereaksi pada karbonil dengan cara yang
sama dengan pereaksi Grignard. Satu contoh, benzldehida dengan etil bromoasetat
menghasilkan etil -hidroksidihidrosinamat dalam rendamen 61-64%.
72
Reaksi ini spesifik untuk -bromo-ester dan senyawa vinil yang sesuai seperti etil -
bromokrotonat.
73
SOAL LATIHAN
+ +, +- +
+& + * + "# +.
+ + +# "# * + +
+/ +0 +%
74
BAB IV
Sasaran Pembelajaran:
75
Suatu hidrogen yang terikat pada karbon yang mengikat salah satu dari gugus-
gugus tersebut di atas (hidrogen- ) dinyatakan seabagai hidrogen teraktivasi.
Semakin banyak gugus-gugus pengaktif yang ada maka semakin meningkat
keasaman hidrogen tersebut.
Meskipun karbanion distabilkan oleh resonansi, namun spesies tersenut
berenergi tinggi yang akan bereaksi dengan karbon terpolarisasi negatif. Ada dua
kelompok utama reaksi karbanion.
(a) Reaksinya dengan senyawa yang mengandung gugus karbonil
76
Pada kenyataannya, secara normal, reaksi pada karbon mendominasi reaksi
pada atom yang lebih elektronegatif. Hak ini kemungkinan disebabkan oleh
kestabilan secara termodinamika produknya yang lebih stabil daripada produk
yang diturunkan dari reaksi melalui oksigen. Perbedaan kestabilan ini tercermin
dalam keadaan transisi kedua proses tersebut.
Reaksi ini adalah contoh yang paling sederhana dari reaksi kondensasi yang
umum untuk aldehida dan keton yang mempunyai satu atau lebih hidrogen pada
atom karbon yang terikat pada gugus karbonil. Adapun mekanisme reaksinya
adalah sebagai berikut.
77
Kinetika reaksi ini (kecepatan = k[CH3CHO][ OH]) memperlihatkan bahwa
langkah pertama, yakni langkah pembentukan karbanion adalah tahap penentu
kecepatan reaksi. Hal lain yang sangat dekat kaitannya adalah kondensasi diri
sendiri aseton menghasilkan diaseton alkohol, kinetikanya (kecepatan =
k[CH3COCH3]2[ OH] memperlihatkan bahwa tahap penentu kecepatan reaksi
adalah tahap reaksi karbanion dengan molekul aseton yang kedua.
78
Perbedaan ini memperjelas bahwa gugus karbonil dalam aseton kurang cepat
diserang oleh nukleofil daripada karbonil dalam asetaldehida. Hal ini terjadi
karena metil yang sifatnya lebih pendorong elektron daripada hidrogen, dan
karena gugus karbonil aseton lebih terlindungi daripada gugus karbonil
asetaldehida.
Gambaran umum reaksi ini yang harus diingat dalam penerapannya dalam
sintesis adalah sebagai berikut.
(1) Reaksi adalah reversibel, dan posisi kesetimbangan tidak selalu lebih
cenderung ke arah produk. Sebagai contoh, reaksi pembentukan diaseton
alkohol dari aseton menggunakan prosedur khusus. Barium hidroksida sebagai
katalisator ditempatkan dalam timbel ekstrakstor Soxhlet yang dipasang di atas
labu di mana aseton dididihkan. Aseton yang menguap akan terkondensasi di
dalam kondensor air yang kemudian jatuh ke dalam timbel dan kontak dengan
katalisator beberapa saat sampai terbentuk sejumlah kecil diaseton alkohol yang
selanjutnya akan kembali mengalir ke dalam labu. Oleh karena titik didih produk
di atas 100oC maka produk akan terakumulasi di dalam labu, sedangkan aseton
yang belum bereaksi akan tetap refluks secara kontinyu. Dengan metode ini
maka diperoleh diaseton alkohol dengan rendamen 70%.
(2) Senyawa-senyawa Aldol tidak selalu diisolasi dari kondensasi. Sebagai
contoh, asetaldol dengan segera membentuk hemi-asetal siklik.
Pada pemanasang, trimer ini dikonversi kembali ke asetaldol, yang dalam kondisi
basa panas akan mengalami dehidrasi menghasilkan krotonaldehida.
79
Diaseton alkohol jauh lebih stabil, dehidrasi dapat dijalankan dengan
asamatau basa menghasilkan mesitil oksida.
(3) Penggunaan alkali yang lebih pekat dapat mengarah langsung pada
senyawa produk karbonil tak-jenuh dan dapat mengalami kondensasi lebih lanjut.
Untuk lebih jelasnya, asetaldehida menghasilkan resin sebagai hasil dari
kondensasi berantai.
Keton tak simetris. Keton tak simetris dapat mempunyai dua macam
proton yang teraktifkan oleh karbonilnya, dan akan terabstraksi oleh basa
menghasilkan karbanion. Sebagi contoh, metil etil keton dapat mengalami
–
kondensasi masing lewat anion CH2COCH2CH3 dan CH3CO-CHCH3 yang
mengarah kepada pembentukan senyawa berikut.
80
Akan tetapi, jika satu dari dua komponen tidak mempunyai hidrogen-
maka hanya dua macam produk yang akan terbentuk. Selanjutnya, jika dari
kedua komponen tersebut terdapat satu komponen yang mempunyai gugus
karbonil yang lebih reaktif maka hanya satu produk yang dominan. Sebagai
contoh, aksi basa terhadap campuran formaldehida dengan asetaldehida
mengarah kepada pembentukan -hidroksipropionaldehida.
Dalam reaksi ini, hanya asetaldehida yang dapat membentuk karbanion dan
gugus karbonil yang ada dalam formaldehida lebih reaktif terhadap nukleofil yang
mengadisi.
Jika reaksi dijalankan dalam fase gas pada suhu tinggi (sebagai contoh,
menggunakan silika sebagai katalisator pada suhu 300oC) maka terjadi dehidrasi
menghasilkan akrolin,
sedangkan pada suhu rendah, kondensasi Aldol lebih lanjut terjadi sampai
sampai semua hidrogen- asetaldehida tergantikan.
Kondensasi Aldol pada campuran keton dan aldehida yang tidak memiliki
hidrogen aktif biasanya mengasilkan satu produk yang utama. Sebagai contoh,
81
benzalaseton diperoleh sekitar 70% dari benzaldehida dan aseton berlebih
dalam adanya larutan natrium hidroksida 10%.
Keberhasilan reaksi ini tergantung pada fakta bahwa karbonil di dalam aldehida
lebih reaktif terhadap nukleofil daripada karbonil dalam ester. Aldehida yang
mengandung atom hidrogen- bukanlah komponen yang cocok untuk reaksi
Claisen karena dapat mengalami reaksi kondensasi diri sendiri.
82
aldehida diikuti dengan dehidrasi dan hidrolisis gugus anhidridanya. Sebagai
contoh,
83
Kestabilan anion karboksilat adalah dasar untuk kesuksesan reaksi ini. Untuk
hasil ini, kesetimbangan lebih cenderung ke produk, sedang reaksi ester
monobasis dengan keton di mana situasi seperti tidak ada maka kesetimbangan
lwebih cenderung ke arah kondensasi Claisen.
Kondensasi Stobbe mengarah kepada pengikatan rantai atom tiga-karbon
ke atom karbon ketonik, sedangkan kondensasi yang sejauh inidiuraikan
mengarah kepada pengikatan rantai atom dua-karbon. Prosedur ini berguna
untuk pengembangan cincin aromatik, sebagai contoh
84
4.2.5 Reaksi Darzen
Asam glisidat yang diperoleh dari ester tersebut melalui hidrolisis terkatalis-
basa mudah mengalami penataan ulang yang sifatnya dekarboksilasi dalam
adanya asam.
85
Keseluruhan proses mengandung penambahan satu atom karbon sebagai
aldehida ke suatu gugus karbonil.
Reaksi aldehida dan keton yang sejauh ini telah diuraikan karbanion diturunkan
dari aldehida, keton, ester, dan anhidrida. Sebagai tambahan, kondensasi juga
dapat menggunakan karbanion yang diturunkan dari senyawa nitro, nitril, dan
sistem yang berpotensi aromatik.
(1) Senyawa nitro. Nitrometana berkondensasi dengan aldehida dalam
adanya basa menghasilkan senyawa -hidroksi-nitro. Sebagai contoh, dengan
formaldehida masing-masing dari tiga atom hidrogen- nitrometana rentan untuk
digantikan menghasilkan turunan trimetilol.
86
(3) Sistem yang berpotensi aromatik. Anion yang diturunkan melalui abstraksi
proton dari siklopentadiena adalah sistem aromatik yang mengandung enam
elektro-!, dan energi kestabilan yang dihasilkan membuat siklopentadiena cukup
asam untuk mengalami kondensasi terkatalis-basa. Sebagi contoh
Senyawa yang serupa seperti indin dan fluoren bereaksi dengan cara yang
sama.
87
4.2.7 Reaksi Knoevenagel
88
pembentukan ester asetoasetat (etil asetoasetat) dari etil asetat yang dikatalis
dengan ion etoksida.
Reaksi ini biasanya dilakukan dengan merefluks etil asetat yang sangat
kering di atas kawat natrium. Natrium bereaksi dengan 2 - 3% etanol yang ada
dalam etil asetat komersial menghasilkan ion etoksida yang kemudian
mengkatalis kondensasi. Produk yang diperoleh sebagai turunan natrium dari
ester asetoasetat akan dihasilkan ester bebas setelah melalui pengasaman.
Rendamen reaksi ini sekitar 30%.
89
Di-ester dari asam dibasis rantai yang lebih pendek tidak menjalani
kondensasi Dickmann karena tegangan yang muncul pada bentuk cincin kecil. Di
dalam hal seperti dietil suksinat, kondensasi terjadi secara antar molekul diikuti
dengan siklisasi menjadi sistem heksanadion.
"
90
4.4 Kondensasi Ester dengan Keton
Ada dua faktor yang bertanggung jawab untuk berlangsungnya reaksi ini;
pertama, dua produk Claisen dikonversi menjadi anionnya oleh etoksida
sehingga kesetimbangan lebih cenderung ke arah produk, tetapi bukan kepada
dua produk Aldol. Kedua, aseton dan asetilaseton adalah lebih asam daripada
etil asetat dan ester asetoasetat sehingga pembentukan asetilaseton sebagai
anion adalah reaksi yang lebih utama.
Kondensasi dapat pula terjadi pada ester aromatik. Sebagai contoh, etil
benzoat dengan asetofenon bereaksi dalam adanya natrium etoksida
menghasilkan turunan natrium dibenzometana, dan keton akan diperoleh (60-
70%) setelah pengasaman.
91
4.5 Enamina
Vinilaamina (enamina) dapat dibuat dari amina sekunder dan keton yang
mengandung atom hidrogen- .
#
#
92
Hidrolisis lembut akan melepaskan amina aslinya, sehingga reaksi keseluruhan
adalah pembentukan -diketon.
Seperti halnya dengan nukleofil yang lain, karbanion dapat mengusir ion
halida dari alkil halida dengan membentuk ikatan C-C.
Toluena-p-sulfonat (tosilat) sering kali lebih efisien bereaksi. Lebih jauh lagi,
tosilat mudah dibuat dari alkohol dengan toluena-p-sulfonil klorida (TsCl).
93
Untuk uraian lebih lanjut maka memudahkan jika reaksi ini dikelompokkan
berdasarkan asal karbanion diturunkan, (a) senyawa monofungsi, dan (b)
senyawa bifungsi.
Akan tetapi, keton yang satu atom karbonnya mengikat lebih banyak gugus alkil
menjadi lebih utama, sebagai contoh
94
Alasan untuk hal tersebut adalah kestabilan delokalisasi karbanion yang
terbentuk bilamana muatan negatif dimuat oleh oksigen yang lebih elektronegatif.
Pada struktur pertama, ikatan olefinik berkonjugasi dengan gugus metil, dan
menghasilkan energi kestabilan. Hal ini bertanggung jawab untuk keberadaan ion
tersebut dalam konsentrasi yang lebih tinggi.
Di dalam beberapa kasus, alkilasi terjadi pada karbon yang kurang
tersubstitusi, sebagai contoh
Hal ini kemungkinan merupakan hasil dari rintangan sterik untuk reaksi pada
posisi sudut yang lebih tersudtitusi.
Suatu ikatan C-H yang berdekatan dengan dua gugus jenis –M adalah
lebih asam daripada ikatan C-H yang hanya berdengan dengan satu gugus
seperti itu, dan dapat dialkilasi dalam kondisi yang lebih lembut dengan
rendamen yang lebih baik.
95
Ada dua senyawa bifungsi yang sangat penting dalam prosedur sintesis,
yaitu ester malonat dan ester asetoasetat.
Produk monoalkilasi masih mengandung hidrogen- yang aktif dan gugus alkil
kedua dapat masuk, akan tetapi biasanya diperlukan kondisi yang sedikit lebih
keras untuk alkilasi yang kedua, dan oleh karenanya memungkin dapat
mengisolasi produk monoalkilasi dalam rendamen yang baik dengan hanya
menggunakan satu mol alkil halida.
Ester malonat tersubstitusi memungkinkan dihidrolisis menjadi asam yang
memiliki dua gugus karbonil pada satu atom karbon, dan dengan segera
terdekarboksilasi pada pemanasan.
96
$ % " " " $ %
&% '
%
%
( ) # #
*+,
Jika ester malonat atau turunan monoalkilnya diolah dengan iodin dalam
adanya basa maka terjadi kondensasi menghasilkan ester tetrabasis. Mekanisme
reaksinya kemungkinan seperti berikut.
Reaksi ester malonat dan turunan monoalkilnya dengan bromin atau klorin
dalam adanya basa berbeda dengan reaksinya dengan iodin. Reaksi berhenti
pada tahap pertama dan turunan bromo atau kloro-nya dapat diisolasi.
97
Produk ini berguna sebagai zat-antara dalam sintesis asam -amino.
(2) Ester asetoasetat. Seperti halnya ester malonat, ester asetoasetat dapat
dimonoalkilasi atau didialkilasi dengan alkil halida dalam adanya basa.
Produk ini mengalami dua jenis pemecahan hidrolitik, tergantung pada kondisi.
Pada kondisi asam encer akan mengarah pada hidrolisis gugus ester dan
menghasilkan asam -keto yang melepaskan karbon dioksida.
.
- - -
- - -
Kesetibangan lebih menyekuai ke arah produk sebagai akibat dari kestabilan ion
asetat.
Seperti halnya ester malonat, ester asetoasetat dan turunan monoalkilnya
menjalani kondensasi terkatalis-basa dalam adanya iodin. Hidrolisi dan
dekarboksilasi produk tersebut menghasilkan -diketon.
98
Tidak seperti halnya dengan ester, ester asetoasetat tidak membentuk
senyawa alisiklik beranggota empat dengan -bromopropana. Tahap pertama
alkilasi terjadi secara normal, tetapi tahap kedua melibatkan penutupan cincin
yang terjadi pada oksigen, bukan pada karbon. Hal terjadi karena buila trerjadi
pada karbon akan membentuk cincin beranggota empat jauh lebih tegang
daripada cincin beranggota enam yang terbentuk melalui oksigen.
99
Hasil penambahan yang terbentuk dapat bereaksi dengan proton pada
pengasaman, baik pada oksigen maupun pada karbonnya.
Akan tetapi karena tautomeri cepat berkesetimbangan dalam suasana asam dan
tautomer keto yang lebih stabil maka produk inilah yang dapat diisolasi. Jadi
reaksi keseluruhan antara ester malonat dengan etil sinnamat adalah
Adisi terhadap olefin aktif biasa dinyatakan sebagai reaksi Michael. Olefin dapat
diaktifkan dengan cara berkonjugasi dengan gugus karbonil, karboalkoksi, nitro,
dan nitril; dan komponen pembentuk karbanion dapat merupakan senyawa
100
bifungsi seperti ester malonat, atau senyawa monofungsi seperti nitrometana.
Sebagai contoh
101
/ $ % /
&% #
%
/ /
0)
102
asetilen dilewatkan ke dalam larutan amoniak, dan ion asetilida terbentuk melalui
reaksi kesetimbangan di atas.
Ada satu metode alternatif, yaitu asetilen dilewatkan ke dalam larutan
amoniak dan kemudian ditambahkan natrium pada kecepatan sedemikian
sehingga tidak tidak warna biru yang muncul selama penambahan. Metode ini
memiliki kelemahan, yaitu sepertiga bagian asetilen direduksi menjadi olefin.
Reaksi ini hanya berhasil dengan halida jenis RCH2CH2Hal, yakni halida
yang tidak bercabang pada atom karbon- atau – . Sebagai contoh,
pembentukan n-butilasetilen dari asetilena dengan n-butil bromida memberikan
rendamen sebesar 70-77%%.
103
Reaksi jenis ini telah digunakan secara luas untuk mensintesis zat antara di
dalam kimia karatenoid dan poliena. Sevagai contoh, senyawa 3-metilpent-2-en-
4-un-1-ol telah dibuat melalui pengolahan metil vinil keton dengan ion asetilida di
dalam amoniak cair diikuti dengan penataan ulang anionotropik terkatalis-asam.
104
Reaksi ini memberikan suatu cara untuk memperpanjang rantai karbon
alipatik dengan satu atom karbon. Berikut ini adalah transformasi nitril yang
berguna dalam sintesis.
1) Transformasi menjadi asam karboksilat melalui hidrolisis. Salah satu
contoh penting adalah sintesis asam malonat, dan dari padanya ester malonat
dapat dibuat dari asam kloroasetat dengan rendamen 75-80%. Mula-mula
kloroasetat dikonversi ke dalam bentuk garamnya (kalau tidak demikian maka
penambahan ion sianida akan melepaskan hidrogen sianida), substitusi oleh ion
sianida menghasilkan natrium sianoasetat, dan hidrolisis basa mengahsilkan
natrium malonat. Penambahan kalsium klorida akan mengendapkan kalsium
malonat yang dari padanya asam malonat akan terbebaskan melalui pengolahan
dengan asam hidroklorida.
#
# #
#
#
Aril halida tidaj segera bereaksi dengan ion sianida kecuali inti aromatik
teraktivasi oleh gugus penarik elektron. Sebagai contoh, 2,4-dinitrobenzena
105
dengan segera bereaksi, akan tetapi untuk memperoleh benzonitril maka perlu
mengolah bromobenzena dengan tembaga(I) sianida anhidrus pada 200oC
dalam adanya piridin atau quinolin.
Olefin teraktivasi bereaksi dengan sianida dengan cara yang sama dengan
adisi Machael. Sebagai contoh, benzalasetofenon teradisi hidrogen sianida pada
ikatan olefiniknya di dalam etanol yang mengandung asam asetat.
Perlu diingat bahwa olefin ini cukup reaktif terhadap adisi yang segera terjadi
dalam kondisi asam, yang mana memungkinkan dibantu oleh protonasi gugus
oksigen karbonil. Produk tersebut yang mengandung gugus karbonil adalah inert
terhadap adisi pada kondisi ini, tetapi jika larutan dibiarkan menjadi basa maka
molekul hidrogen sianida yang kedua akan mengadisi.
Sianihidrin bernilai sintesis sebab mudah dikonversi melalui hidrolisis
menjadi asam atau ester -hidroksi. Sebagai contoh, asam (±)-laktat dapat
diperoleh dari asetaldehida.
106
dan metil -metakrilat (polimerisasi yang menghasilkan Persfeks) dapat diperoleh
dari aseton sianohidrin melalui pengolahan dengan asam sulfat di dalam metanol
yang menyebabkan esterifikasi dan dehidrasi.
107
Perbedaan antara aldehida alifatik dengan aromatik dapat dianggap
berasal dari fakta bahwa delokalisasi muatan negatif melalui cincin aromatik
memberikan energi ekstra yang cukup untuk mendorong terjadinya reaksi.
108
SOAL LATIHAN
109
BAB V
Sasaran Pembelajaran:
atau yang paling umum adalah melalui adisi proton ke dalam ikatan rangkap.
Ikatan rangkap dapat berupa olefinik seperti dalam dimerisasi olefin, sebagai
contoh
atau suatu karbonil, seperti dalam reaksi kondensasi diri sendiri aldehida dan
keton, sebagai contoh
Elektrofil di dalam reaksi Mannich dihasilkan dari reaksi antara aldehida dan
amina dalam adanya asam, sebagai contoh
110
Nukleofil dalam reaksi ini boleh olefin, enol, atau nuklefil yang digunakan
dalam reaksi Mannich dan senyawa-senyawa yang serupa seperti indol. Contoh
yang sederhana adalah reaksi etilena dengan t-butil klorida dalam adanya
aluminium triklorida.
Kondisi reaksi harus dikontrol dengan hati-hati, jika digunakan asan sulfat
encer maka karbokation yang mula-mula terbentuk akan bereaksi dengan air
menghasilkan t-butil alkohol.
111
Tapi jika asam yang lebih pekat digunakan maka karbokation kedua akan
bereaksi lebih dengan molekul isobutilen, dan selanjutya dapat terjadi
polimerisasi.
112
5.3 Reaksi Friedel Crafts
Nama Friedel dan Crafts sebenarnya hanya menyertai alkilasi dan asilasi
sistem aromatik dalam adanya asam Lewis. Sebagai contoh
5.3.1 Alkilasi
Contoh sederhana alkilasi yang efisien adalah pembuatan neoheksil klorida
(75%) dari t-butil klorida dan etilena pada suhu -10oC dalam adanya aluminium
triklorida.
5.3.2 Asilasi
Asilasi olefin disebabkan oleh klorida asam atau anhidrida asam dalam
adanya asam Lewis. Kemungkinan elektrofilnya adalah ion asilum yang
kemudian mengadisi ke dalam ikatan olefinik.
113
Reaksi disempurnakan oleh pengambilan nukleofil, sebagai contoh
114
5.5 Kondensasi Aldehida dengan Keton
Suatu keton yang memiliki satu atau lebih hidrogen pada masing-masing
karbon- dapat mengalami kondensasi lebih lanjut. Sebagi contoh, jika aseton
dijenuhkan dengan hidrogen klorida maka diperoleh suatu campuran mesitil
oksida dengan foron sebagai produk.
115
menghasilkan trimer siklik (paraldehida), dan beberapa tetramer siklik
(metaldehida) .
116
5.5.2 Kondensasi silang
5.6 Kondensasi antara Keton dengan Klorida Asam atau Anhidrida Asam
Kondensasi dapat juga terjadi antara keton dengan gugus karbonil yang
sangat reaktif seperti klorida asam dan anhidrida asam. Untuk mencegah
hidrolisis klorida asam atau anhidrida asam maka kondisi berair harus dihindari,
dan sebaiknya menggunakan asam Lewis untuk mengkatalis tahap enolisasi.
Sebagai contoh
117
Melalui reaksi ini asetilaseton dapat diperoleh dengan cara melewatkan gas
trifluorida ke dalam campuran aseton dengan anhidrida asetat, penambahan
tembaga(II) asetat untuk mengendapkan produk sebagai turunan tembaga(II)
dari enol, dan mengkonversi kembali menjadi asetilaseton (80%) dengan
menggunakan asam.
Metode kondensasi terkatalis-asam telah menjadi metode penting di dalam
aplikasi sebagai pelengkap metode kondensasi terkatalis-basa. Ketika
menggunakan metode kondensasi terkatalis-asam, metil alkil keton,
CH3COCH2R terasilasi terutama pada gugus metilennya; tetapi dengan metode
kondensasi terkatalis-basa, asilasi tutama terjadi pada gugus metilnya.
118
5.7 Reaksi -Pikolin dan Senyawa yang Serupa
Akan tetapi, senyawa turunan metil yang lain dari heterosiklik tersebut di atas
tidak mampu membentuk turunan metilennya (seperti -pikolin) karena
menyebabkan kehilangan energi kestabilan aromatiknya yang cukup besar pada
proses enolisasi. Sebagai contoh
119
Garam kuaterner turunan metil senyawa heterosiklik yang dapat
berenolisasi mengalami kondensasi yang serupa pada pemanasan. Sebuah
contoh yang sangat berguna sintesis pinasianol dari kuinaldin (2-metilkuinolin)
etiodida dan etil ortoformat.
120
Pinasianol dan senyawa yang serupa telah dibuat melalui jalur reaksi yang sama,
dan merupakan kation yang sangat berwarna dan digunakan sebagai sensitizer
fotografi.
Senyawa enolik atau potensil enolik, dan juga asetilen tertentu bereaksi
dengan campuran aldehida (biasanya formaldehida) dan amina primer atau
sekunder dalam adanya asam akan menghasilkan turunan metil amino setelah
dibasakan. Sebagai contoh, dengan merefluks suatu campuran aseton,
dietilamina hidroklorida, paraformaldehida, metanol, dan sedikit asam
hidroklorida pekat, kemudian diolah dengan basa akan diperoleh 1-dietilamino-3-
butanon dengan rendamen di atas 70%.
121
Enol tersebut kemudian bereaksi dengan elektrofil dan hasil penambahan
bertautomeri menjadi garam aminanya.
Amina dapat berupa amina primer atau sekunder. Di dalam hal amina
primer, produknya adalah amina sekunder yang biasanya bereaksi lebih lanjut,
sebagi contoh
122
Fenol bereaksi pada semua sisi aktif yang ada di dalam inti benzennya.
Reaksi ini mirip dengan eliminasi Hofmann dari garam amonium kuaterner, cuma
reaksi Hofmann memerlukan basa yang lebih kuat (ion hidroksida). Basa
Mannich dengan mudah mengalami eliminasi karena ikatan rangkap yang
terbentuk dari senyawa alifatik berkonjugasi dengan gugus tak-jenuh yang
kedua.
Eliminasi jenis ini mempunyai dua kegunaan. Pertama, reduksi ikatan
rangkap olefinik menghasilkan deret homolog keton yang lebih tinggi dari basa
Mannich yang diturunkan.
123
!
Kedua, garam kuarterner basa Mannich adalah sumber penting senyawa , -tak-
jenuh yang diperlukan untuk reaksi kondensasi. Contoh yang paling baik yang
diketahui adalah aplikasinya pada reaksi perluasan cincin Robinson, digunakan
untuk membangun sistem cincin steroid.
(b) Gramin juga digunakan sebagai starting material dalam sintesis triptofan.
Senyawa kuaterner diolah dengan ester asetamidomalonat dalam adanya basa,
karbaion malonat menggantikan garam kuaterner menghasilkan suatu senyawa
yang segera terhidrolisis dan terdekarboksilasi menjadi triptofan.
124
#
# #
#
#
% &
125
Tropilon dapat dikonversi menjadi atropin melalui reduksi gugus karbonilnya
diikuti dengan pembentukan ester dengan asam tropat.
' (
126
SOAL LATIHAN
127
DAFTAR PUSTAKA
Allinger, N. L., Cava, M. P., Jongh, D. C. D., Johnson, C. R., Lebel, N. A., dan
Steven, C. L., 1976, Organic Chemistry, 2nd Edition, Worth Publishers, Inc., New
York.
Norman, N. O. C., 1978, Principles of Organic Synthesis, 2nd Edition, Chapman and
Hall, London.