Anda di halaman 1dari 4

Intensitas, Prevalensi, dan Kelangkaan.

Kelimpahan populasi suatu spesies mengandung dua aspek


yang berbeda, yaitu aspek intensitas dan aspek prevalensi. Intensitas menunjukkan aspek tinggi
rendahnya kerapatan populasi dalam area yang dihuni spesies. Prevalensi menunjukkan jumlah
dan ukuran area-area yang ditempati spesies dalam konteks daerah yang lebih luas (masalah
sebaran). Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi (=prevalen) dapat lebih sering dijumpai.
Spesies yang prevalensinya rendah, yang daerah penyebarannya terbatas (terlokalisasi) hanya
ditemui di tempat tertentu. Spesies hewan dapat dimasukkan dalam salah satu dari empat
kategori berikut: prevalensi tinggi (=prevalen) dan intensitasnya tinggi prevalensi tinggi
(=prevalen) tetapi intensitasnya rendah prevalensi rendah (=terlokalisasi) tetapi intensitasnya
tinggi, prevalensi rendah (=terlokalisasi) dan intensitasnya rendah. Faktor-faktor yang menjadi
penyebab langkanya suatu spesies sangat banyak. Namun, faktor-faktor tersebut mengkin saja
tidak sama antara spesies di suatu tempat tertentu dengan spesies di tempat lain.
Kelangkaan suatu spesies dapat diakibatkan oleh satu atau beberapa penyebab berikut: Area yang
dihuni spesies menjadi sempit atau jarang. Suatu habitat yang kondisi lingkungannya khas biasanya
dihuni oleh spesies yang telah teradaptasi secara khusus untuk lingkungan tersebut. Berubahnya
kondisi lingkungan dapat mengakibatkan kepunahan lokal dari spesies tersebut. Tempat-tempat
yang dapat dihuni spesies hanya cocok huni dalam waktu yang singkat, atau tempat itu letaknya di
luar jangkauan daya pemencaran (dispesal) spesies hewan. Tempat tempat yang secara potensial
dapat dihuni, menjadi tidak dapat ditempati akibat kehadiran spesies lain yang merupakan pesaing,
parasit atau predatornya. Sehingga akan membuat salah satu spesies menjadi langka (Anonimous,
2011).

aatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan


kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka

1. Mengingat kelimpahan hewan langka khususnya di negara indonesia sendiri banyak


beraneka ragam hewan langka yang kita miliki, kelimpahan hewan langka yang kita miliki
sudah menjadi tanggung jawab kita untuk melindungi dari kepunahan. Tinggi rendahnya
jumlah individu populasi suatu spesies hewan menunjukkan besar kecilnya ukuran populasi
atau tingkat kelimpahan populasi itu. Area suatu populasi tidak dapat ditentukan batansnya
secara pasti, sehingga kelimpahan (ukuran) populasi pun tidak mungkin dapat ditentukan.
Maka, digunakan pengukuran tingkat kelimpahan populasi per satuan ruang dari yang
ditempati yaitu kerapatannya (kepadatannya). Kelimpahan populasi suatu spesies
mengandung dua aspek yang berbeda, yaitu aspek intensitas dan aspek prevalensi. Intensitas
menunjukkan aspek tinggi rendahnya kerapatan populasi dalam area yang dihuni
spesies. Prevalensi menunjukkan jumlah dan ukuran area-area yang ditempati spesies
dalam konteks daerah yang lebih luas (masalah sebaran). Suatu spesies hewan yang
prevalensinya tinggi (=prevalen) dapat lebih sering dijumpai. Spesies yang prevalensinya
rendah, yang daerah penyebarannya terbatas (terlokalisasi) hanya ditemui di tempat tertentu.
Spesies hewan dapat dimasukkan dalam salah satu dari empat kategori berikut:
prevalensi tinggi (=prevalen) dan intensitasnya tinggi
prevalensi tinggi (=prevalen) tetapi intensitasnya rendah, Dipersal merupakan pergerakan
spesies melaui penyebaran terjadinya dipersal memiliki salah satu konsekuensi yaitu
terjadinya pencampuran antar keturunan dari induk yang berbeda sehingga memberikan
peluang lebih besar akan terjadinya outbreeding.Semakin banyak terjadinya outbreeding
dalam dipersal maka akan diikuti juga dengan munculnya variasai genetik yang semakin
beragam hingga terjadilah keanekaragaman organisme. Pengetahuan fekunditas merupakan
salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup hewan dimana
fekunditas berkaitan erat dengan studi dinamika populasi, produksi serta stock recruitment
(Bagenal, 1978 dalam Effendie, 1997), Nilai IGS tersebut akan mencapai batas kisaran
maksimum pada saat akan terjadinya pemijahan (Effendie, 1979). Pemijahan sebagai salah
satu bagian dari reproduksi merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan
kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi hewan langka bergantung pada
keberhasilan pemijahan (Nikolsky, 1963 dalam Satria, 1991. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup hewan langka maka diperlukan pengawasan dari pemerintah agar
hewan langka tidak punah dan tidak membiarkan perburuan liar yang mengakibatkan
hewan langka punah bisa juga membuka konservasi perlindungan hewan-hewan
langka.

pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse,


fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan
langka

Pada suatu habitat yang dihuni spesies hewan kerapatan populasi dapat berubah-ubah sejalan
dengan waktu dan batasan-batasan tertentu. Batas atas kerapatan ditentukan oleh berbagai
faktor, seperti aliran energi atau produktivitas ekosistem, ukuran tubuh, laju metabolism, dan
kedudukan tingkatan trofik spesies hewan, seedangkan batas bawah belum diketahui secara
pasti.
Kelimpahan populasi suatu spesies terdapat dua aspek yang berbeda, yaitu
aspek intensitas dan aspek prevalensi. Intensitas menunjukkan aspek tinggi rendahnya
kerapatan populasi dalam area yang dihuni spesies. Prevalensi menunjukkan jumlah
dan ukuran area-area yang ditempati spesies dalam konteks daerah yang lebih luas.
Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi dapat lebih sering dijumpai. Spesies yang
prevalensinya rendah, yang daerah penyebarannya terbatas hanya ditemui di tempat tertentu.
Pada spesies yang mempunyai tingkatprevelensinya dan Intensitas yang rendah dapat
dikategorikan sebagai spesies langka. Faktor-faktor yang menjadi penyebab langkanya suatu
spesies sangat banyak.salah satu penyebabnya adalah area yang dihuni spesies menjadi
sempit atau jarang. Suatu habitat yang kondisi lingkungannya spesifik biasanya dihuni oleh
spesies yang telah teradaptasi secara khusus untuk lingkungan tersebut (nenkiuedubio.2011).
info lebih lanjut:: http://nenkiuedubio.blogspot.com/2011/05/populasi-hewan.html.
Berubahnya kondisi lingkungan dapat mengakibatkan kepunahan lokal dari spesies
tersebut,menjadi tidak dapat ditempati akibat kehadiran spesies lain yang merupakan pesaing,
parasit atau predatornya. Dalam area yang dapat dihuni, ketersedian sumber daya penting
seperti makanan dan tempat untuk berbiak menjadi berkurang. Variasi genetic spesies relatif
sempit sehingga kisaran tempat yang dapat dihuninya pun terbatas. Plastisitas fenotipik
individu-individu rendah, sehingga kisaran tempat yang dapat diuninya pun terbatas.
Kehadiran populasi-populasi spesies lain yang merupakan pesaing, predator dan
parasit menekan tingkat kelimpahan populasi spesies hingga rendah sekali, jauh di
bawah tingkat kelimpahan yang sebenarnya masih dimungkinkan oleh ketersedian sumber
dayanya.
Selain itu kelulushidupan yang rendah dari hewan predator dan parasit pendatang dapat
menekan jumlah reproduksi yang dihasilkan sehingga menghambat perkembangbiakan
spesies tarsebut.

pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse,


fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan
langka!

Tingkat kelimpahan populasi merupakan tinggi rendahnya jumlah individu populasi suatu
spesies hewan, sehingga menunjukkan besar kecilnya ukuran populasi. Area suatu populasi
tidak dapat ditentukan batasnya secara pasti, sehingga kelimpahan (ukuran) populasi pun
tidak mungkin dapat ditentukan. Hal demikian terutama berlaku bagi populasi alami hewan-
hewan bertubuh kecil, terlebih yang nocturnal atau tempat hidupnya sulit dijangkau. Dalam
habitat alami yang ditempatinya, kerapatan populasi suatu spesies hewan dapat berubah-ubah
sejalan dengan waktu dalam batas-batas tertentu. Batas atas kerapatan ditentukan oleh
berbagai faktor, seperti aliran energi atau produktivitas ekosistem, ukuran tubuh, laju
metabolism, dan kedudukan tingkatan trofik spesies hewan. Batas bawah kerapatan populasi
belum diketahui dengan pasti. Namun, dalam ekosistem yang stabil ada mekanisme
homeostatis dalam populasi, yang diduga memegang peranan penting dalam menentukan
batas bawah kerapatan. Intensitas, Prevalensi, dan Kelangkaan (Novamelia, 2011).
Kelimpahan populasi suatu spesies mengandung dua aspek yang berbeda, yaitu aspek
intensitas dan aspek prevalensi. Intensitas menunjukkan aspek tinggi rendahnya
kerapatan populasi dalam area yang dihuni spesies. Prevalensi menunjukkan jumlah
dan ukuran area-area yang ditempati spesies dalam konteks daerah yang lebih luas
(masalah sebaran). Suatu spesies hewan yang prevalensinya tinggi (=prevalen) dapat lebih
sering dijumpai. Spesies yang prevalensinya rendah, yang daerah penyebarannya terbatas
(terlokalisasi) hanya ditemui di tempat tertentu. Sedangakan fekunditas merupakan tingkat
kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru dan Dispersi adalah sebaran
individu intra populasi (Rory, 2011).
Dari keempat faktor tersebut pastinya berhubungan jika dikaitkan dengan kelulusan
penetapan hewan langka untuk yang intensitas, intensitas merupakan kerapatan. Disini
hewan-hewan langka kalah bersaing sehingga sebagian punah, apalagi jika
prevalensinya rendah otomatis jumlahnya pun sedikit yang akhirnya mempengaruhi
juga pada fekunditasnya. Jika dari ketiga tersebut perkembangannya tidak maksimal
maka secara tidak langsung dispersenya pun mengikuti. Keempat factor inilah yang
memicu ketidak lulusan organism dalam berkompetisi.

Silahkan klik dibawah ini untuk baca selanjutnya yaa.... :)


http://ekologihewan-nova.blogspot.com/2011/12/populasi-hewan.html
http://roryblog-rory.blogspot.com/2011/12/populasi_26.html

Anda mungkin juga menyukai