Anda di halaman 1dari 13

Titrasi Potensiometri

A. Tujuan
Membandingkan titik akhir reaksi netralisasi secara potensiometri dan dengan
indikator.

B. Dasar Teori
Asam polibasis adalah asam yang dalam larutan akan mengalami lebih dari satu
tingkat ionisasi dengan tetapan ionisasinya sendiri-sendiri. Misalnya untuk suatu asam
lemah berbasa n tingkat-tingkat dan tetapan-tetapan ionisasinya adalah sebagai berikut :
[𝐻3 𝑂 + ][𝐻𝑛−1 𝐴− ]
HnA + H2O  H3O+ + Hn-1A- 𝐾𝑎1 = [𝐻𝑛 𝐴]

[𝐻3 𝑂 + ][𝐻𝑛−2 𝐴= ]
Hn-1A- + H2O  H3O+ + Hn-2A= 𝐾𝑎1 =
[𝐻𝑛−1 𝐴− ]

Dan seterusnya sampai akhirnya :

[𝐻3 𝑂 + ][𝐴𝑛−1 ]
HA(n-1)- + H2O  H3O+ + An-1 𝐾𝑎1 = [𝐻𝐴(𝑛−1) ]

Sehingga apabila asam tersebut dititrasi dengan larutan basa kuat berasam satu misalnya
NaOH, maka akan diperoleh lebih dari satu titik ekivalen yang persamaan reaksi serta
pH titik ekivalennya sebagai berikut :

1. HnA + NaOH  NaHn-1A + H2O


pHI= 1⁄2 𝑝𝐾𝑎𝐼 + 1⁄2 𝑝𝐾𝑎𝐼𝐼
2. NaHn-1A + NaOH  Na2Hn-2A + H2O
pHII= 1⁄2 𝑝𝐾𝑎𝐼𝐼 + 1⁄2 𝑝𝐾𝑎𝐼𝐼𝐼

dan seterusnya sampai akhirnya :

NaHnA + NaOH  Nan + H2O


pHn= 1⁄2 𝑝𝐾𝑤 + 1⁄2 𝑝𝐾𝑎𝑁 + 1⁄2 log[𝐺]

Apabila harga KaN sangat kecil (asamnya sangat lemah) maka tidak ada indikator
yang dapat digunakan untuk menentukan saat tercapainya titik ekivalen yang terakhir. Hal
ini dapat diatasi dengan jalan antara lain titrasi secara potensiometri.

Titrasi potensiometri adalah suatu titrasi dengan titik akhir titrasinya tidak ditentukan
dengan menggunakan indikator, melainkan ditentukan dengan mengukur perubahan
potensial elektroda atau perubahan pH larutan selama titrasi (atau pada setiap
penambahan tertentu larutan penitir). Oleh karena itu maka pada titrasi potensiometri
tujuan utamanya adalah menentukan lokasi titik ekivalen, dan ini dapat dilakukan dengan
cara :

1. Membuat grafik ΔE/ΔV versus ΔV atau ΔpH/ΔV versus ΔV, kemudian grafik tersebut
dicari hargamaksimum atau minimumnya.
2. Membuat grafik Δ2E/ΔV2 versus ΔV atau Δ2pH/ΔV2 versus ΔV, kemudian dicari harga
nolnya.

Dalam percobaan ini dimaksudkan mencari hubungan antara titik ekivalen suatu
reaksi netralisasi antara asam orthofosfat (H3PO4) dengan NaOH dengan menggunakan
indikator dan yang dilakukan secara potensiometri. Cara potensiometri ini bermanfaat
bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam
hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk
penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

C. Prosedur Kerja
a. Titrasi dengan Indikator
Diambil sebanyak 10 mL larutan H3PO4 0,2 M, dimasukkan masing-masing
kedalam 4 erlenmeyer yang berbeda. Selanjutnya ditambahkan 2 tetes indikator mm dan
50 mL akuades kedalam 2 erlenmeyer pertama. Sedangkan pada Erlenmeyer kedua
ditambahkan 2 tetes indikator pp dan 50 mL akuades. Dikocok masing-masing larutan
dalam Erlenmeyer hingga homogen. Kemudian dititrasi masing-masing larutan dalam
Erlenmeyer dengan menggunakan NaOH 0,5 M yang telah disiapkan sebelumnya di
buret. Dititrasi dua larutan pertama (dengan indikator mm) sampai warna merah tepat
hilang. Sedangkan untuk dua larutan terakhir (dengan indikator pp) dititrasi sampai tepat
timbul warna merah muda. Dicatat banyaknya volume larutan NaOH yang dibutuhkan
pada tiap titrasi.
b. Titrasi Potensiometri
Dihidupkan alat pH meter, dan setelah 15 menit diatur nilai pH dengan
menggunakan larutan buffer pH 4 dan pH 7, sehingga nilai yang tertera pada layar
menunjukkan pembacaan yang tepat pada pH 4 dan pH 7. Selanjutnya diambil 10 mL
dengan pipet gondok larutan H3PO4 0,2 M dan dimasukkan masing-masing pada dua
gelas piala. Ditambahkan masing-masing gelas piala akuades hingga volume larutan
menjadi setengah dari volume gelas piala dan diaduk dengan pengaduk magnet (magnet
stirrer) selama 5 menit. Kemudian diukur pH larutan, dicatat dan ditambahkan 1 mL
NaOH 0,5 M. Selanjutnya larutan kembali diaduk selama 5 menit dan diukur pH nya.
Diulangi percobaan yang sama hingga diperoleh larutan dengan pH ± 11,0. Dicata hasil
percobaan.

D. Data Pengamatan
1. Titrasi Volumetri H3PO4 dengan NaOH dan indikator.
H3PO4 Indikator Larutan NaOH 0,5M yang diperlukan (mL)
0,2M (mL) 1 2 Rata-rata
10 mm 7,70 8,00 7,85
10 pp 15,20 15,10 15,15

2. Titrasi Potensiometri 10 ml H3PO4 dengan NaOH 0,5 M


Waktu Volume NaOH pH
(mL) 1 2 Rata-rata
0 0 1,960 2,051 2,006
5 1 2,080 2,209 2,144
10 2 2,188 2,305 2,246
15 3 2,189 2,403 2,296
20 4 2,323 2,562 2,442
25 5 2,435 2,743 2,589
30 6 2,559 3,001 2,780
35 7 3,199 3,528 3,364
40 8 5,461 5,991 5,726
45 9 6,283 6,450 6,366
50 10 6,620 6,726 6,673
55 11 6,966 6,974 6,970
60 12 7,209 7,478 7,344
65 13 7,480 7,911 7,696
70 14 7,871 9,660 8,766
75 15 9,837 10,695 10,266
80 16 10,851 11,019 10,935
85 17 11,041 11,041

E. Analisis Data

a. Titrasi Volumetri H3PO4 dengan NaOH dan menggunakan indikator


Nilai pH pada titik ekivalen pertama, terbentuk pada penambahan 7,75 ml NaOH
0,5 M. Nilai Ka1 H3PO4 = 7,5 x 10-3 dan Ka2 = 6,2 x 10-8
pH = ½ (pKa1 + pKa2)
= ½ (2,12 + 7,21 )
pH = 4,665

pH pada titik ekivalen kedua, tercapai pada penambahan 15,50 ml NaOH 0,5 M.
H2PO4- + H2O HPO42- + OH- Ka3 = 4,8.10-13
pH = ½ (pKa2 + pKa3)
= ½ (7,21+12,32 )
pH = 9,765

b. Titrasi Potensiometri 10 ml H3PO4 dengan NaOH 0,5 M


vol
waktu titran pH dpH dV dpH/dV Vx d2pH/dV d2V d2pH/d2V Vy
a B c D e f g h i J k
0 0 2.006
5 1 2.144 0.138 1 0.138 0.5
10 2 2.246 0.102 1 0.102 1.5 -0.036 2 -0.018 1
15 3 2.296 0.05 1 0.05 2.5 -0.052 2 -0.026 2
20 4 2.442 0.146 1 0.146 3.5 0.096 2 0.048 3
25 5 2.589 0.147 1 0.147 4.5 0.001 2 0.0005 4
30 6 2.78 0.191 1 0.191 5.5 0.044 2 0.022 5
35 7 3.364 0.584 1 0.584 6.5 0.393 2 0.1965 6
40 8 5.726 2.362 1 2.362 7.5 1.778 2 0.889 7
45 9 6.366 0.64 1 0.64 8.5 -1.722 2 -0.861 8
50 10 6.673 0.307 1 0.307 9.5 -0.333 2 -0.1665 9
55 11 6.97 0.297 1 0.297 10.5 -0.01 2 -0.005 10
60 12 7.344 0.374 1 0.374 11.5 0.077 2 0.0385 11
65 13 7.696 0.352 1 0.352 12.5 -0.022 2 -0.011 12
70 14 8.766 1.07 1 1.07 13.5 0.718 2 0.359 13
75 15 10.266 1.5 1 1.5 14.5 0.43 2 0.215 14
80 16 10.935 0.669 1 0.669 15.5 -0.831 2 -0.4155 15
85 17 11.041 0.106 1 0.106 16.5 -0.563 2 -0.2815 16

1. Kurva
Kurva hubungan antara pH dengan Volume
NaOH
12
11
10
9
8
7
6
pH c
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Kurva hubungan antara Vx dengan dpH/dV


3

2.5

1.5
Y-Values

0.5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Kurva hubungan antara 2pH/V2 dengan Vy


1

0.5

0 Y-Values
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

-0.5

-1
2. Perhitungan
a. Berdasarkan kurva hubungan pH terhadap Volume NaOH
Diketahui : pH = 3,5
pH = -log [H+]
3,5 = - log [H+]
[H+] = 10-3,5
= 3,1622 × 10-4 M

Reaksi :
H3PO4 + OH-  H2PO4- + H2O Ka = 7,5.10-3
[𝐻 + ] = √𝐾𝑎 𝑥 𝑀

3,1622. 10−4 M = √7,5. 10−3 𝑥 𝑀

3,1622. 10−4 M
= √𝑀
0,087

3,63.10−3 = √𝑀

𝑀 = 1,321. 10−5

b. Berdasarkan grafik hubungan dpH/dV terhadap volume NaOH


Diket : pH = 5,726
pH = -log [H+]
5,726 = -log [H+]
[H+] = 10-5,726
= 1,879 x 10-6 M
Reaksi :
H2PO4- + OH-  HPO42- + H2O Ka = 6,2.10-8
[𝐻 + ] = √𝐾𝑎 𝑥 𝑀

1,879. 10−6 M = √6,2. 10−8 𝑥 𝑀

1,879. 10−6 M
= √𝑀
2,490.10−4

0,007 = √𝑀
𝑀 = 5,694. 10−5

c. Berdasarkan grafik hubungan d2pH /d2V terhadap volume NaOH


Diket : pH = 5,726
pH = -log [H+]
5,726 = -log [H+]
[H+] = 10-5,726
= 1,879.10-6 M

Reaksi :

HPO42- + OH- → PO43- + H2O Ka = 4,8 x 10-13

[𝐻 + ] = √𝐾𝑎 𝑥 𝑀

1,879. 10−6 M = √4,8 . 10−13 𝑥 𝑀

1,879 . 10−6 M
= √𝑀
6,928. 10−7

2,712 = √𝑀

𝑀 = 7,356

F. Pembahasan
Titrasi potensiometri yang digunakan dalam percobaan ini merupakan salah satu
metode elektroanalisis untuk menentukan konsentrasi suatu zat. Dalam percobaan ini,
metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat H3PO4. Asam fosfat
merupakan suatu asam poliprotik, artinya asam ini dapat memberikan lebih dari satu
proton yang berupa ion H+ dan apabila bereaksi dengan suatu basa, akan membentuk air.
Karena itu, dalam titrasi potensiometri, dapat dilakukan pengukuran pH berdasarkan
konsentrasi H+ yang dilepaskan asam fosfat.
Karena sifatnya yang dapat memberikan lebih dari satu proton, asam fosfat memiliki 3
titik kesetimbangan asam (Ka). Kesetimbangan ini berasal dari nilai perbandingan
konsentrasi produk dengan konsentrasi reaktan untuk masing-masing pelepasan H+.
H3PO4 + OH-  H2PO4- + H2O Ka1 = 7,5.10-3
H2PO4- + OH-  HPO42- + H2O Ka2 = 6,2.10-8
HPO42- + OH-  PO43- + H2O Ka3 = 4,8 x 10-13
Dalam percobaan ini, asam fosfat direaksikan dengan NaOH dengan persamaan reaksi
sebagai berikut:
H3PO4 + 3NaOH → Na3PO4 + 3H2O
Hal tersebut menunjukkan terjadinya suatu reaksi penetralan larutan asam lemah yaitu
asam posfat, H3PO4 dengan titran berupa basa kuat, NaOH. Larutan NaOH merupakan
golongan oksidator kuat, yang mampu mengubah larutan yang bersifat asam menjadi
larutan yang bersifat basa dengan penambahan volume NaOH ke dalam larutan asam
yang berperan sebagai titrat.
Titrasi potensiometri yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat
dilakukan dengan pengukuran pH pada setiap penambahan basa dengan volume tertentu.
Penambahan basa (larutan NaOH) ini menyebabkan pH larutan semakin meningkat.
Maka volume penambahan NaOH diatur atau berkurang dari 1 mL agar nilai pH yang
terukur konstan. Pada titik-titk penambahan tertentu peningkatan pH mengalami lonjakan
yang cukup besar. Lonjakan ini merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan
yaitu sebagai titik kesetaraan pH larutan. Sebelum penambahan basa, pH asam fosfat
yang telah diencerkan adalah 2,006. Penambahan basa yaitu NaOH secara teratur
sebanyak 1 ml per 5 menit sampai diperoleh pH ±11,0. Penambahan NaOH hingga pH
11,041 dibutuhkan sebanyak 17 ml.
Titrasi potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk
menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran
sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai,
1995). Pada percobaan titrasi larutan H3PO4 dengan indikator mm dan pp diperoleh hasil
Volume NaOH yang dibutuhkan masing-masing 8,00 ml dan 15,15 ml. Pada perhitungan
diperoleh hasil pH titik ekivalen pada mm sebesar 4,665 dan pp sebesar 9,765. Hasil
tersebut berbeda pada kurva, tetapi perbedaanya tidak begitu signifikan. Perbedaan ini
dapat dikarenakan oleh konsentrasi NaOH yang tidak tepat 0,5 M atau sudah tidak fresh
sehingga mempengaruhi ketepatan titik ekivalen titrasi. Hal tersebut juga merupakan
kelemahan dari indikator yang tidak dapat secara kuantitatif untuk menentukan titik
ekivalen, tetapi hanya dapat menentukan titik akhir titrasi.

Pada percobaan ini, hasil dengan metode titrasi potensiometri diperoleh dari grafik
hubungan antara pH dengan volume titan, grafik ΔpH/ΔV dengan volum titran (Vx),
grafik hubungan Δ2pH/ΔV2 dengan volume titran (Vy). Maka dapat dihitung konsentrasi
dari ion (H+) yaitu Titik ekuivalen pertama terjadi pada saat penambahan volume NaOH
sebanyak 7 mL dengan pH 3,500 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 3,1622.10-4 M dan
konsentrasi larutan yaitu 1,32.10-5 M. Titik ekivalen kedua terjadi pada penambahan
volume NaOH sebanyak 8 mL dengan pH 5,726 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar
1,879.10-6 M dan konsentrasi larutan yaitu 5,694.10-5 M. sedangkan titik ekivalen ketiga
terjadi pada penambahan NaOH sebanyak 8 mL dengan pH 5,726 dengan konsentrasi
[H+] sebesar 1,879.10-6 M dan konsentrasi larutan yaitu 7,356 M. Pada titik ekivalen
kedua dan ketiga terjadi pada pH yang sama. Dari hasil percobaan ini, menunjukkan
bahwa dengan titrasi indikator tidak mampu menunjukkan secara kuantitatif titik ekivalen
titrasi hanya titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna. Sedangkan dengan
metode titrasi potensiometri dapat menunjukkan secara kuantitatif titik ekivalen titrasi.
Hal tersebut ditunjukkan pada pH titik ekivalen indikator mm dan pp yaitu 4,665 dan
9,765 berbeda jauh melebihi pH titik ekivalen potensiometri.

G. Kesimpulan
1. pH pada titik ekivalen pertama dengan menggunakan indikator mm adalah 4,545
sedangkan pH pada titik ekivalen kedua dengan menggunakan indikator pp adalah
9,765.
2. Titrasi potensiometri pada titik ekivalen pertama dengan pH adalah 3,5 sedangkan pH
pada titik ekivalen kedua adalah 5,726, dan pH pada titik ekivalen ketiga sama dengan
5,726. pH titik ekivalen dengan indikator berbeda jauh melebihi pH titik ekivalen
secara potensiometri.
H. Jawaban Pertanyaan
1. Secara teoritis volume NaOH yang digunakan untuk titrasi pada titik ekivalen pertama
adalah 7 ml dan pada titik ekivalen kedua adalah 8 ml
2. Indikator metil merah digunakan sebagai indikator pada penentuan titik ekivalen
pertama karena pada titrasi secara volumetri, titik ekivalen pertama pHnya adalah
sebesar 4,545 dan metil merah merah trayek pHnya adalah 4,2-6,3. Sedangkan
indikator phenolphtalein digunakan untuk menentukan titik ekivalen kedua karena
titik ekivalennya adalah pada pH 9,765 dan phenolphtalein trayek pHnya adalah 8,3
– 10,0.
3. Tujuan titrasi potensiometri adalah untuk menentukan lokasi titik ekivalen. Suatu
asam yang sangat lemah (KaN sangat kecil) untuk titik ekivalen terakhirnya dapat
ditentukan dengan titrasi potensiometri.

I. Daftar Pustaka
Buku Petunjuk Praktikum Analisis Instrumentasi. Jurusan Kimia UM.Malang
Christian, G.D. 1997. Analytical Chemistry. Canada: John Wiley & Sons.
Fritz, J.S. dan G.H. Schenk. 1979. Quantitative Analytical Chemistry, 4th Ed.Boston:
Allyn dan Bacon, Inc.

Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


Lampiran
Percobaan 6

Titrasi Potensiometri

Kelompok ; 1

Ahmad Fadlul Munim (110332406438)

Ali Wafa (110332421005)

Andi Hidayatullah (110332421006)

Anggie Puspita (110332406434)

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang

14 November 2014

Anda mungkin juga menyukai