Bab 7
Bab 7
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat yang
tidak terhingga kepada kami selaku kelompok kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah etika bisnis dan profesi ini.
Makalah etika bisnis dan profesi ini disusun untuk memenuhi tugas. Selain itu,
makalah etika bisnis dan profesi ini juga merupakan sebagai output dari mata kuliah
etika bisnis dan profesi yang telah dipelajari dalam proses belajar mengajar di
kampus.
Kami menyadari bahwa makalah etika bisnis dan profesi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari
pihak pembaca demi penyempurnaan makalah yang akan datang.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...........................................................................................................................
Kata Pengantar ......................................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5
BAB II ISI .............................................................................................................................. 6
2.1. Pendahuluan .................................................................................................... 6
2.1.1. Memotivasi Perkembangan ............................................................... 6
2.1.2. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis .................................. 6
2.1.3. Pendekatan Filosif ............................................................................. 7
2.1.4. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi ......................... 7
2.1.5. Deontologi ........................................................................................ 8
2.1.6. Etika Kebajikan ................................................................................. 9
2.2. Sniff Tests dan Aturan Praktis Umum – Tes Awal Etikalitas sebuah
Keputusan ..................................................................................................... 10
2.3. Analisis Dampak Pemangku Kepentingan.................................................... 11
2.3.1. Gambaran Umum ............................................................................ 11
2.3.2. Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan .......................... 12
2.3.3. Pengukuran Dampak yang Dapat Diukur ....................................... 13
2.3.4. Penilaian Dampak yang Tidak Dapat Dikuantifikasi ...................... 18
2.3.5. Analisi Dampak Pemangku Kepentingan ....................................... 19
2.3.6. Pendekatan 5-Pertanyaan Tradisional ............................................. 20
2.3.7. Pendekatan Standar Moral Tradisional ........................................... 20
2.3.8. Pendekatan Pastin Tradisional ........................................................ 22
2.3.9. Memperluas dan Memandukan Pendekatan Tradisional ................ 22
2.4. Pendekatan filosifis dan Analisis Dampak Pemangku Kepentingan ........... 23
2.5. Memodifikasi Pendekatan Tradisional Analisis Dampak Pemangku
Kepentingan: Menilai Motivasi, Kebajikan yang diharapkan, dan Sifat
Karakter ....................................................................................................... 23
2.5.1. Mengapa Mempertimbangkan Harapan Motivasi dan Perilaku ..... 23
2.5.2. Peniaian Etis Motivasi dan Perilaku ............................................... 15
2.6. Permasalahan lainnya dalam Pengambilan Keputusan Etis ......................... 26
2.6.1. Masalah Bersama ............................................................................ 26
2.6.2. Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis .......................................... 26
2.6.3. Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis ................. 27
2.7. Sebuah Kerangka Kerja Komprehensif Pengambilan Keputusan Etis ......... 31
2.7.1. Ringkasan Langkah-langkah untuk sebuah Keputusan Etis ........... 31
BAB III PENUTUPAN .......................................................................................................... 32
3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 32
3.2. Saran ............................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 34
3
BAB I
PENDAHULUAN
etik tidak sepenuhnya berlaku untuk masalah tertentu yang dihadapi oleh seorang
umum untuk sampai pada keputusan etis yang dapat dipertahankan. Apakah yang
Oleh karena itu, penulis ingin mengangkat suatu topik yang berjudul
makalah kali ini. Penulis berusaha untuk menyusun makalah ini semenarik mungkin
agar para masyarakat khususnya mahasiswa dan pelajar lainnya dapat memahami
4
1.2. Rumusan masalah
5
BAB II
ISI
2.1. Pendahuluan
2.1.1. Memotivasi Perkembangan
Skandal Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom menimbulkan kemarahan
publik, runtuhnya pasar modal, dan akhirnya Sarbanes-Oxley Act 2002, yang
membawa reformasi tata kelola tersebar luas. Skandal perusahaan berikutnya yang
melibatkan Adelphia, Tyco, Health-South, dan lainnya mengingatkan kita untuk lebih
meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa eksekutif perusahaan dapat membuat
keputusan yang lebih baik, dan harus melakukannya untuk mempertahankan
profitabilitas dan kelangsungan hidup perusahaan mereka. Kasus pengadilan
berikutnya serta denda terkait, hukuman penjara, dan penyelesaiannya menekankan
pada keputusan untuk mengurangi kekebalan terhadap tindakan hukum.
6
Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau
biaya
Hak dan kewajiban terkena dampak
Kesetaraan yang dilibatkan
Motivasi atau kebijakan yang diharapkan
7
Konsekuensialisme berpendapat bahwa sebuah perbuatan benar secara moral
jika dan hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan kebaikan bersih.
Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi
positif lebih besar dari konsekuensi negatifnya.
Utilitarianisme klasik yang terkait dengan utilitas secara keseluruhan
mencakupp keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat parsial dalam
pengambilan keputusan etis dalam konteks sebuah bisnis, professional, atau
organisasi. Konsekuensialisme mengacu pada subbagian dari varian yang
didefinisikan untuk menghindari pengukuran yang salah atau permasalahan lain, atau
dalam rangka membuat proses menjadi lebih relevan dengan tindakan, keputusan,
atau konteks yang terlibat. Oleh karena konsekuensialisme dan utilitarianisme
berfokus pada hasil atau akhir dari suatu tindakan, teori-teori tersebut sering dianggap
sebagai teleologis.
2.1.5. Deontologi
Deontologi berbeda dari konsekuensialisme, dalam artian bahwa deontologis
berfokus pada kewajiban atau tugas memotivasi keputusan atau tindakan, bukan pada
konsekuensi dari tindakan. Etika deontologi mengambil posisi bahwa kebenaran
bergantung pada rasa hormat yang ditunjukkan dalam tugas, serta hak dan keadilan
yang dicerminkan dari tugas-tugas tersebut. Akibatnya, suatu pendekatan deontologis
mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan tugas, hak, serta pertimbangan keadilan
dan mengajarkan para mahasiswa untuk menggunakan standar moral, prinsip, dan
aturan-aturan sebagai panduan untuk membuat keputusan etis yang terbaik.
Penggunaan pendekatan yang sama juga dapat menghasilkan rasa hormat
terhadap hak asasi manusia dan perlakuannya yang adil bagi semua. Hal ini dapat
dicapai dengan mengadopsi posisi bahwa seseorang harus memenuhi kewajiban atau
tugas yang menghormati moral atau hak asasi manusia dan hukum atau kontrak.
Lebih jauh lagi, hal tersebut juga dapat dicapai jika para individu bertindak dengan
kepentingan pribadi yang terkendali daripada kepentingan pribadi semata. Di bawah
kepentingan pribadi yang terkendali, kepentingan individu juga diperhitungkan dalam
8
keputusan dimana kepentingan tersebut tidak dapat diabaikan atau dikesampingkan.
Individu dianggap sebagai akhir daripada sebagai sarana untuk mencapai akhir atau
tujuan.
Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat
orang tersebut menjadi manusia yang bermoral. Kebijaksanaan adalah kunci
kebajikan dalam menentukan pilihan yang tepat diantara pilihan-pilihan yang
ekstrem. Tiga kebajikan penting atau kebajikan cardinal lainnya adalah keberanian,
kesederhanaan, dan keadilan. Watak lain yang sering disebut sebagai kebajikan
meliputi: kejujuran, integritas, kepentingan, pribadi yang terkendai, belas kasih,
kesetaraan, ketidakberpihakan, kemurahan hati, kerendahan hati, dan kesedrhanaan.
9
beberapa mengklaim bahwa hal ini tidak mengarah pada prinsip-prinsip EDM yang
mudah digunakan. Kritik lainnya yang relevan, termasuk bahwa:
Seperti juga penafsiran dari apa yang dibenarkan atau yang benar.
Persepsi seseorang tentang apa yang benar pada tingkat tertentu dipengaruhi
oleh ego atau kepentingan pribadi.
2.2. Sniff Tests dan Aturan Praktis Umum – Tes Awal Etikalitas Sebuah
Keputusan
Pendekatan filosofi memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis dan
bantuan yang berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan professional
tidak menyadari bagaimana dan mengapa demikian.
Akankah sya merasa nyaman jika tindakan atau keputusan ini muncul
dihalaman depan surat kabar nasional besok pagi?
Apakah tindakan atau keputusan ini sesuai dengan misi dank ode etik
perusahaan?
10
Peraturan pengungkapan: jika anda merasa nyaman dengan tindakan atau
keputusan setelah bertanya pada diri sendiri apakah anda akan keberatan jika
semua rekan, teman, dan keluarga anda meyadari hal itu, maka anda harus
bertindak atau memutuskan.
Etika intuisi: lakukan apa yang “firasat anda” katakana untuk anda lakukan.
Etika profesi: lakukan hanya apa yang bisa anda jelaskan didepan komite dari
rekan-rekan professional anda.
11
pemegang saham, seperti karyawan, konsumen, pemasok, kreditor, pemerhati
lingkungan, masyarakat lokal, dan pemerintah yang memiliki kepentingan atau
interes dalam hasil keputusan atau pada perusahaan itu sendiri, telah diselaraskan
dengan status dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Asumsi dari kelompok pemegang saham monolitis yang hanya tertarik pada
keuntungan jangka pendek sedang mengalami perubahan karena perusahaan modern
menyatakan pemegang saham mereka juga terdiri atas orang-orang dan investor
institusi awal yang tertarik pada horizon waktu jangka panjanag dan bagaimana bisnis
dilakukan secara etis.
Investor etis dan investor lainnya, serta kelompok pemangku kepentingan,
cenderung tidak mau memaksa mengeluarkan laba tahun berjalan jik itu berarti
merugikan lingkungan atau hak-hak pemangkun kepentingan lainnya. Mereka
percaya pada pengelolaan perusahaan secara lebih luas dari pada keuntungan jangka
pendek. Biasanya, memaksimalkan keuntungan dalam jangka wakyu lebih dari satu
tahun membjutuhkan hubungan yang harmonis dengan sebagian besar kelompok
pemangku kepentingan dan kepentingan mereka. Eksekutif dan direktur yang melihat
jauh kedepan menginginkan kekhawatiran ini diperhitungkan sebelum pemangku
kepentingan yang tersinggung harus mengingatkan mereka. Perusahaan menemukan
bahwa di masa lalu mereka telah secara sah dan pragmatis bdertanggung jawab
kepada pemegang saham, tetapi mereka juga makin bertanggung jawab kepada para
pemangku kepentingan.
12
4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik-
baiknya.
Setelah fokus pada perbaikan telah beralih menjadi kekayaan, kebuthna untuk
menganalisis dampak keputusan dalam kaitannya dengan empat kepentingandasar
menjadi jelas. Keputusan yang tidak menunjukkan karakter, integritas, atau
keberanian yang diharapkan akan dicurigai(secara etis) oleh para pemangku
kepentingan. Akibatnya, keputusan yang diusulkan dapat dinyatakan tidak etis jika
tidak memberikan manfaat bersih, tidak adil, atau meninggung hak pemangku
kepentingan termasuk ekspetasi yang wajar untuk perilaku bajik. Pengujian terhadap
keputusan yang diusulkan dengan satu prinsip saja jelas picik, dan biasanya
menghasilkan diagnosis yang salah.
13
etis. Memang benar, bagaimanapun, bahwa keuntungan merupakan ukuran jangka
pendek, dan beberapa dampak penting tidak terungkap dalam penentuan laba. Kedua
kondisi ini dapat diperbaiki dalam bagian berikut.
2.3.3.2. Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba: Dapat Langsung Diukur
Ada dampak dari keputusan perusahaan dan kegiatan yang tidak dimasukkan
dalam penentuan laba perusahaan yang menyebabkan dampak. Sebagai contoh, ketika
sebuah perusahaan melakukan pencemaran, biaya pembersihan biasanya dikeluarkan
oleh individu, perusahaan, atau kota yang terletak di hilir atau arah angin. Biaya
tersebut disebut sebagai eksternalitas, dan dampaknya dapat diukur langsung oleh
biaya pembersihan yang dilakukan oleh orang lain.
Untuk melihat gambaran lengkap tentang dampak dari sebuah keputusan,
laba atau rugi yang muncul dari transaksi harus dimodifikasi oleh eksternalitas yang
ditimbulkannya. Sering kali, perusahaan yang mengabaikan eksternalitas menyadari
bahwa mereka telah meremehkan biaya sebenarnya dari keputusan saat muncul denda
dan biaya pembersihan, atau muncul pemberitaan yang kurang baik.
2.3.3.3. Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba: Tidak Dapat Langsung Diukur
Eksternalitas lain muncul ketika biaya tersebut dimasukkan dalam penentuan
laba perusahaan, tetapi ketika manfaatnya dinikmati oleh orang-orang diluar
perusahaan. Sumbangan atau beasiswa adalah contoh eksternalitas, dan tentunya akan
menarik untuk memasukkan perkiraan manfaat yang terlibat dalam keseluruhan
evaluasi keputusan yang diusulkan. Masalahnya adalah bahwa baik keuntungan
maupun biaya beberapa dampak negatif, seperti berkurangnya kesehatan yang
diderita orang karena menyerap polusi, dapat diukur secara langsung, tetapi mereka
harus dimasukkan dalam penilaian secara keseluruhan.
Meskipun tidak mugkin untuk mengukur eksternalitas tersebut secara
langsung, ada kemungkinan untuk mengukur dampak tidak langsung dengan
menggunakan alternatif pengganti atau bayangan cermin. Pada kasus beasiswa,
pengganti keuntungan dapat berupa peningkatan laba yang diperoleh oleh penerima.
14
Nilai kerugian dari berkurangnya kesehatan dapat diperkirakan sebagai pendapatan
yang hilang ditambah biaya perlakuan medis ditambah dengan produktivitas yang
hilang di tempat kerja sebagaimana diukur dengan biaya penambahan pekerja.
Keakuratan estimasi bergantung pada kemiripan ukuran dengan bayangan
cermin. Ada kemungkinan, bagaimanapun, bahwa perkiraan yang ada akan
mengecilkan dampak yang terlibat; dalam contoh sebelumnya, tidak ada perkiraan
yang dibuat untuk keuntungan intelektual dari pendidikan yang dibiayai oleh
beasiswa atau rasa sakit dan penderitaan yang dihadapi sebagai akibat dari hilangnya
kesehatan. Meskipun demikian, jauh lebih baik jika membuat estimasi yang akurat
secara umum, daripada membuat keputusan atas dasar tindakan langsung yang diukur
dengan tepat hanya sebagian kecil dari dampak keputusan yang diusulkan.
Niali Bersih Masa Kini = Nilai Keuntungan Bersih Masa Kini – Nilai Biaya Masa
Kini Usulan Tindakan
Sering kali, eksekutif yang telah belajar keras untuk tetap berfokus pada
keuntungan jangka pendek akan menolak gagasan untuk memasukkan eksternalitas
dalam analisis mereka. Bagaimanapun, apa yang dianjurkan di sini bukan berarti
mereka meninggalkan keuntungan jangka pendek sebagai sebuah ukuran, tetapi
mereka juga mempertimbangkan dampak bahwa eksternalitas saat ini memiliki
kesempatan besar dalam memengaruhi perusahaan baru di masa depan. Apa yang
diperkenankan pada analisis biaya-manfaat bagi pembuat keputusan adalah untuk
15
membawa manfaat dan biaya masa depan ke masa kini agar dapat dianalisis secara
lebih lengkap dari sebuah keputusan.
Nilai yang Diharapkan dari Manfaat Bersih atau yang = Nilai Masa Kini yang
Diharpkan - Nilai Masa Kini dari Biaya Masa Datang Disesuaikan dengan Risiko
16
bersihsekarang dapat dibuat peringkat sesuai dengan dampak yang dibuat pada
pemangku kepentingan yang terlibat. Peringkat pemangku kepentingan dan dampak
yang terjadi atas mereka bergantung pada ketahanan situasional mereka dalam
menahan dampak juga digunakan ketika dampak yang tidak bisa diukur sedang
dipertimbangkan.
Kekuatan keuangan yang relatif tidak hanya memberikan alasan untuk
membuat peringkat kepentingan para pemangku kepentingan. Bahkan, ada beberapa
alasan, termasuk dampak dari tindakan yang diusulkan pada kehidupan atau
kesehatan pemangku kepentingan, atau pada beberapa aspek flora, fauna, atau
lingkungan kita yang lebih berada pada ambang bahaya atau kepunahan. Biasanya,
masyarakat mempunyai prasangka buruk pada perusahaanyang mengambil
keuntungan atas kehidupan, kesehatan, atau habitat kita. Di samping itu, membuat isu
– isu ini sebagai prioritas utama sering kali justru akanmemicu adanya pemikiran
ulang terhadap tindakan yang menyinggung agar diperbaii dengan
menghilangkannya.
Mitchell, Agle, dan Wood (1997) menyatakan bahwa pemangku kepentingan
dan kepentingan mereka dinilai dalam tiga dimensi : legitimasi atau hak hukum
dan/atau moral untuk mempengaruhi organisasi; kekuatan untuk memengaruhi
organisasi melalui media, pemerintah atau cara yang lain; serta urgensi (urgensitas)
yang dirasakan nyata dari persoalan yang muncul. Analisis semacam ini memaksa
pertimbangan terhadap dampak yang dianggap sangat merusak (khususnya untuk
pemangku kepentingan eksternal) terdahulu, sehingga jika seorang eksekutif
memutuskan untuk terus maju dengan rencana suboptimal, setidaknya kerugian
potensial akan dikenali.
Logika menunjukkan bahwa klaim dari tiga lingkaran yang saling tumpang
tindih (yaitu sah dan/atau dianggap sah, darurat, dan dipegang oleh penguasa) akan
selalu menjadi yang paling penting. Namun, hal ini tidak selalu terjadi. Klaim yang
mendesak dari pemangku kepentingan lain dapat menjadi yang paling penting jika
mereka mengumpulkan lebih banyak dukungan dari penguasa dan mereka yang
mempunyai klaim yang sah, dan akhirnya dianggap mempunyai legitimasi.
17
Pendekatan untuk Mengukur Dampak yang Dapat Dihitung dari Keputusan yang
Diajukan
Kehidupan
Kesehatan dan Keselamatan
Perlakuan adil
Penggunaan hati nurani
Harga diri dan privasi
Kebebasan berbicara
18
Beberapa hak ini telah dilindungi undang – undang dan peraturan hukum,
sedangkan yang lain ditegakkan melalui hukum umum atau melalui sanksi publik
bagi yang melanggar. Sebagai contoh, karyawan dan konsumen dilindungi undang –
undang kesehatan dan keselamatan, sedangkan martabat dan privasi dilindungi
hukum umum, dan efek jera menjadi subjek dari sanksi publik.
19
Apakah keputusan itu ? Interes pemangku kepentingan yang di periksa
1. menguntungkan ? pemegang saham-biasanya jangka pendek
2. sah dimata hukum? masyarakat luas-hak yang dapat ditegakkan oleh hukum
3. adil? keadilan bagi semua
4. benar ? hak-hak lain bagi semua
5. mendukung pembangunan berkelanjutan lebih hak khusus
lanjut ?
20
Standar moral Pertanyaan dari keputusan yang diusulkan
utilitarian
memaksimalkan keuntungan bersih bagi apakah tindakan tersebut memaksimalkan manfaat sosial dan
seluruh masyarakat meminimalkan luka sosial ?
hak-hak individu
dihormati dan dilindungi
apakah tindakan tersebut konsisten dengan hak setiap orang ?
keadilan
distribusi manfaat dan beban yang adil apakah tindakan (tersebut) membawa (kita) pada sebuah distribusi
yang adil dari manfaat dan beban ?
Pada tabel di atas, hal ini agak lebih umum dari pada focus dari pendekatan 5
pertanyaan,dan mengarahkan pengambil keputusan untuk membuat analisis yang
berbasis lebih luas pada manfaat bersih bukan hanya profitabilitas,sebagai tantangan
pertama keputusan yang diusulkan. Akibatnya ,pendekatan ini menawarkan kerangka
kerja yang lebih sesuai dengan pertimbangan keputusan yang memiliki dampak yang
signifikan diluar perusahaan dari kerangka 5 pertanyaan.
21
etika kontrak social untuk menetukan cara bagaimana memindahkan batasan-batasan demi
menghapus kekhawatiran atau konflik
22
analisis biaya-manfaat dari pada keuntungan sebagai pertanyaan tingkat pertama.
Untungnya, anaisis biaya-manfaat dapat diganti atau ditambahkan untuk memperkaya
pendekatan tersebut. Mungkin pula, konsep etika aturan dasar dapat dipindahkan
kependekatan non-Pastin, jika diperlukan dalam keputusan yang berhubungan dengan
keadaan perusahaan. Harus hati-hati ketika memperluas dan menggabungkan
pendekatan yang ada. Namun, untuk memastikan bahwa masing-masing bidang
kebaikan, keadilan, dan dampaknya terhadap hak-hak individu telah diperiksa dalam
analisis yang komprehensif-jika tidak, keputusan akhir kemungkinan salah.
23
Namun, seperti yang terrlihat dalam skandal yang baru-baru ini terjadi, para
pengambil keputusan di masa lalu tidak mengenali pentingnya harapan pemangku
kepentingan akan kebajikan. Jika mereka mengenalinya, keputusan yang dibuat oleh
eksekutif perusahaan, akuntan m dan pengacara yang terlibat dalam Enron, arthur
andersen, WorldCom, Tyco, Adephia, dan lain-lain mungkin telah menghindari
tragedi pribadi dan organisasi yang terjadi. Beberapa eksekutif dimotivasi oleh
keserakahan , bukan oleh kepentingan pribadi yang berfokus pada kebaikan semua
orang.
Intinya adalah mereka lupa mempertimbangkan kebajikan (dan tugas )
secara tepat yang seharusnya mereka tunjukkan. Apabila suatu tugas fidusia
merupakan utang kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
dimasa depan .
Sifat karakter, seperti integritas, profesionalisme , keberanian , dan
seterusnya tidak diperhitungkan dengan pantas. Dalam peninjauan kembali
(retrospect), akan sangat bijaksana jika menyertakan penilaian etika kebajikan yang
diharapkan sebagai langkah terpisah dalam setiap proses EDM untuk memperkuat
tata kelola dan sistem manajemen risiko serta menjaga dari kepututsan tidak etis dan
berorientasi jangka pendek.
Dilihat pada karyawan yang terus-menerus membuat keputusan untuk alasan
yang salah, bahkan jika konsekuensi hasil adalah benar dapat menimbulkan risiko tata
kelola yang tinggi . Terdapat banyak contoh dimana eksekutif yang hanya termotifasi
oleh keserakahan tergelincir ke dalam praktik tidak etis, dan yang lainnya tersesat
oleh sistem insetif yang salah.
Motivasi yang didasarkan pada kepentingan pribadi yang terlalu sempit
dapat menghasilkan keputusan yang tidak etis ketika pedoman diri dan pengawasan
eksternal yang pantas tidak mencukupi. Pemantauan ekternal tidak mungkin
menangkap semua keputusan sebelum pelaksanaan, maka penting bagi semua
karyawan untuk memahami motibasi yang luas akan membela kepentingan diri dan
organisasi mereka dari perspektif pemangku kepentingan. Akibatnya para pembuat
keputusan harus mempertimbankan motivasi dan perilaku yang diharapkan oleh para
24
pemangku kepentingan dalam pendekatan EDM komperhensif, dan organisasi harus
meminta akuntabilitas dari karyawan atas harapan itu melalui mekanisme tata kelola.
25
pertanyaaan modifikasi atau analisis tucker, pendekatan standa moral yang
dimodifikasi, pendekatan pastin yang dimodifikasi, atau kombinasi turunan dari
pendekatan yang dimodifikasi.
26
boleh membiarkan kesempurnaan menjadi musuh kebaikan” – perbaikan yang harus
terus menerus sampai tidak ada kemajuan lebih lanjut yang dibuat seharusnya
menghasilkan solusi yang dianggap cukup baik dan bahkan optimal pada titik waktu
tersebut.
27
yang bukan pemegang saham) dari tindakan yang diusulkan adalah apa yang
akan terjadi di masa depan akan terlebih dahulu menimpa pemangku kepentingan
yang bukan pemegang saham. Hanya setelah kelompok-kelompok ini bereaksi
barulah pemegang saham menanggung biaya untuk kelakuan buruk mereka.
Sarana bagi pemikiran yang dangkal ini adalah untuk memastikan pandangan
yang tepat untuk melakukan analisis, dan untuk memperhitungkan eksternalitas
atas dasar biaya—dampak dari manfaat yang diukur pada awalnya dirasakan oleh
sekelompok non-pemegang saham.
Berfokus hanya pada legalitas. Banyak manajer hanya peduli dengan suatu
tindakan yang sah secara hukum. Mereka berpendapat, “Jika sah secara hukum,
maka tindakan tersebut etis.” Sayangnya, banyak ditemukan perusahaan yang
dikenai boikot konsumen, karyawan yang mundur, meningkatnya regulasi
pemerintah untuk menutup celah, dan denda. Beberapa tidak peduli karena
mereka hanya berniat untuk bekerja di perusahaan ini untuk sementara waktu.
Faktanya adalah undang-undang dan peraturan tidak seperti yang diinginkan
masyarakat, tetapi reaksi bisa datang jauh sebelum undang-undang dan peraturan
yang baru dibuat. Salah satu alasannya adalah bahwa perusahaan mencoba
memengaruhi perubahan aturan tersebut. Hanya karena tindakan yang diusulkan
sah secara hukum, tidak berarti itu membuatnya menjadi tindakan yang etis.
Batas keberimbangan. Terkadang, pengambil keputusan memiliki sikap bias atau
ingin bersikap adil hanya untuk kelompok yang mereka suka. Sayangnya, mereka
tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan opini publik dan biasanya
harus membayar kekeliruan mereka di akhir. Banyak eksekutif telah mengalah
pada organisasi-organisasi aktivis, tetapi juga belajar bahwa jika isu-isu
lingkungan diabaikan maka akan berbahaya bagi mereka. Sebuah kajian penuh
tentang keadilan untuk semua pemangku kepentingan adalah satu-satunya cara
untuk memastikan sebuah keputusan akan menjadi etis.
Batas untuk meneliti hak. Bias tidak terbatas pada keadilan saja. Para pembuat
keputusan harus meneliti dampak pada keseluruhan hak semua kelompok
28
pemangku kepentingan. Selain itu, para pembuat keputusan harus didorong untuk
mempertimbangkan nilai-nilai mereka sendiri saat membuat keputusan.
Konflik kepentingan. Bias yang didasarkan atas prasangka bukan satu-satunya
alasan penilaian keliru dari tindakan yang diusulkan. Penilaian dapat menutupi
kepentingan pribadi yang saling bertentangan—kepentingan pengambil
kepuutusan versus kepentingan terbaik perusahaan, atau kepentingan kelompok
dimana pembuat keputusan bersikap parsial versus kepentingan terbaik
perusahaan, keduanya dapat menyebabkan penilaian dan keputusan yang keliru.
Kadang-kadang, karyawan terjebak pada apa yang disebut dengan slippery slope,
dimana mereka mulai dengan keputusan kecil yang bertentangan dengan
kepentingan majikan mereka, diikuti oleh keputusan lain yang tumbuh secara
signifikan, dan akan menjadi sangat sulit untuk mengoreksi atau mengakui
keputusan yang mereka buat sebelumnya.
Keterkaitan di antara pemangku kepentingan. Sering kali, para pengambil
keputusan gagal mengantisipasi apa yang mereka lakukan untuk sau kelompok
akan berkontribusi memicu tindakan orang lain. Sebagai contoh, pencemaran
lingkungan di negara yang jauh dari perusahaan dapat menyebabkan reaksi
negatif dari pelanggan dalam negeri dan pasar modal.
Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok pemangku kepentingan.
Kebutuhan untuk mengidentifikasi semua kelompok pemangku kepentingan dan
kepentingan mereka sebelum menilai dampaknya pada masing-masing kelompok
merupakan bukti pribadi. Namun, hal ini merupakan langkah yang sering diambil
tanpa pemahaman, dengan hasil bahwa isu-isu penting menjadi tidak diketahui.
Pendekatan yang berguna untuk membantu masalah ini adalah untuk
berspekulasi pada kemungkinan buruk yang mungkin terjadi dari tindakan yang
diusulkan, dan mencoba untuk menilai bagaimana media akan bereaksi.
Kegagalan untuk membuat peringkat kepentingan tertentu dari para pemangku
kepentingan. Kecenderungan yang umum adalah untuk memperlakukan
kepentingan seluruh pemangku kepentingan menjadi sama pentingnya. Namun,
mereka yang mendesak biasanya menjadi yang terpenting. Mengabaikan hal ini
29
benar-benar picik, dan dapat menghasilkan keputusan yang suboptimal dan tidak
etis.
Mengacuhkan kekayaan, keadilan, atau hak. Seperti yang ditunjukkan
sebelumnya, keputusan etis yang komprehensif tidak bisa dilakukan jika salah
satu dari ketiga aspek ini ada yang terlupakan. Namun, berulang kali para
pembuat keputusan mengambil jalan pendek dan menderita akibatnya.
Kegagalan untuk mempertimbangkan motivasi untuk keputusan. Selama
bertahun-tahun, pengusaha dan profesional tidak khawatir tentang motivasi untuk
sebuah tindakan, selama konsekuensinya dapat diterima. Sayangnya, banyak
pengambil keputusan kehilangan kebutuhan untuk meningkatkan manfaat bersih
secara keseluruhan bagi semua (atau sebanyak mungkin orang), dan
mengambil/membuat keputusan yang dibuat untuk menguntungkan dirinya, aau
hanya beberapa di antaranya, yang bermanfaat dalam jangka pendek dan
merugikan orang lain pada jangka panjang. Keputusan picik ini, yang diambil
demi keuntungan pribadi pengambil keputusan, mencerminkan risiko tata kelola
yang tinggi bagi organisasi.
Kegagalan untuk mempertimbangkan kebajikan yang diharapkan untuk
ditunjukkan. Anggota dewan, eksekutif, dan akuntan profesional diharapkan
untuk bertindak dengan itikad baik dan melaksanakan tugas fidusia bagi orang-
orang yang bergantung pada mereka. Mengabaikan kebajikan yang diharapkan
dari mereka dapat menyebabkan ketidakjujuran, kurangnya integritas dalam
penyusunan laporan, kegagalan untuk bertindak atas nama pemangku
kepentingan, dan kegagalan untuk menunjukkan keberanian dalam menghadapi
orang lain yang terlibat dalam tindakan tidak etis, atau whistle-blowing saat
dibutuhkan. Akuntan profesional yang mengabaikan kebajikan yang diharapkan
dari mereka cenderung melupakan bahwa mereka diharapkan untuk melindungi
kepentingan umum.
30
2.7. Sebuah Kerangka Kerja Komprehensif Pengambilan Keputusan Etis
Pendekatan terbaik EDM akan bergantung pada sifat dari tindakan yang
diusulkan atau dilema etikan dan pemangku kepentingan yang terlibat . Sebagai cotoh
, sebuah masalah yang melibatkan dampak jangka pendek dan tidak ada eksternalitas
mungkin cocok untuk analisis 5 pertanyaan yang dimodifikasi , Masalah dengan
dampak jangka panjang dan ekternalitas ini mungkin lebih cocok dengan pendekatan
standar moral yang dimodifikasi, atau pendekatan pastin yang dimodifikasi . Masalah
signifikansi bagi masyarakat dari pada bagi perusahaan kemungkinan akan baik jika
dianalisis menggunakan pendekatan filosofis , atau pendekatan standar moral yang
dimodifikasi. Pendekatan EDM apaun yang digunakan , pembuat keptursan harus
mepertimbangkan semua isu yang diangkat .
31
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Analisis dampak pemangku kepentingan menawarkan cara formal dalam
membawa kebutuhan dari organisasi dan individu konsikuennya (masyarakat) kepada
sebuah keputusan. Perdagangan merupakan hal yang sulit dan dapat memperoleh
keuntungan dari kemajuan teknik semacam itu. Penting untuk tidak melupakan fakta
bahwa konsep analisis dampak pemangku kepentingan yang dibahas dalam makalah
ini perlu diterapkan bukan merupakan teknik tunggal, tetapi (teknik) bersama-sama
sebagai suatu perangkat. Hanya dengan begitulah suatu analisis yang komprehensif
akan dicapai dan keputusan etis dapat dibuat. Bergantung pada sifat dari keputusan
yang akan dihadapi, dan pemangku kepentingan yang akan terpengaruhi, analisis
yang tepat dapat didasarkan pada konsekuensialisme, deontologi, dan etika kebajikan
sebagai kumpulan, atau salah satu dari 5-pertanyaan yang dimodifikasi, standar
moral, atau pendekatan Pastin, dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya
masalah bersama yang timbul. Setiap pendekatan EDM yang komprehensif harus
menyertakan tidak hanya sebuah pemeriksaan dampak keputusan atau tindakan, tetapi
juga analisis gap dari motivasi kebajikan, dan sifat karakter yang terlihat.
Seorang akuntan profesional dapat menggunakan analisis pemangku
kepentingan dalam membuat keputusan tentang akuntansi, audit, hal-hal praktik, dan
harus siap untuk memperisapkan atau membantu majikan atau klien dalam analisi
tersebut seperti yang saat ini menjadi kasus di area lain. Meskipun banyak eksekutif
berorientasi angka dan akuntan waspada jika terlibat dengan analisi subjektif “lunak”
yang menggambarkan analisis kebijakan dan harapan para pemangku kepentingan,
mereka harus ingat bahwa dunia telah berubah dengan menempatkan nilai yang jauh
lebih tinggi pada informasi non-angka. Mereka harus berhati-hati menempatkan
bobot terlalu banyak dalam analisis numerik, jika tidak mereka jatuh ke dalam
32
perangkap ekonom, yang, sebagaimana dikatakan Oscar Wilde: “ketahuilah harga
dari segala sesautu dan nilai dari sesuatu yang sebenarnya tidak bernilai.”
Direksi, eksekutif, dan akuntan juga harus mengerti bahwa teknik-teknik yang
dibahas dalam makalah ini menawarkan pemahaman berarti yang lebih baik dalam
hal interaksi di antara organisasi mereka dan/atau profesi dan potensi pendukung.
Penilaian dampak terhadap pemangku kepentingan bila dikombinasikan dengan
peringkat kemampuan setiap pemangku kepentingan untuk melawan aksi akan
mengarah pada pencapaian sasaran strategis yang lebih baik berdasarkan pemangku
kepentingan yang puas. Operasi yang berhasil dalam jaringan pemangku kepentingan
global akan memerlukan tindakan di masa depan yang tidak hanya sah secara hukum,
tetapi juga dapat dipertahankan secara etis.
3.2. Saran
Diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat mengambil keputusan etis praktis yang baik dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam menjalankan usaha/bisnisnya, seorang pengusaha haruslah mengambil
keputusan yang etis. Melalui kasus diatas diharapkan pula memberikan kesadaran
yang jauh lebih besar dari masalah-masalah dan tren etika yang sedang berjalan,
termasuk konflik kepentingan dan kontrol kepentingan pribadi. Kita harus mampu
melakukan persaingan yang bebas dari segala bentuk kecurangan dan tidak hanya
untuk mencari keuntungan semata dengan menghalalkan segala cara atau perbuatan
setiap haruslah mencerminkan tata kelola dan etika yang ia junjung. Sebaiknya
usahanya memulai sebelum pengetahuan atau pelatihan dasar-dasar yang harus
dipatuhi seperti yang terdapat dalam kode menjadi landasan dasarnya.
33
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J dan Paul Dunn. 2011. Etika Bisnis & Profesi untuk Direktur,
Eksekutif, dan Akuntan. Jakarta; PT Salemba Empat.
34