Spondylosis
Spondylosis
PENDAHULUAN
1
Pasien ankylosing spondylosis cenderung memiliki tubuh condong ke
depan, dan berpostur menekuk ke depan karena gravitasi. Pengobatan atau
perawatan pada spondilosis biasanya konservatif, yang paling sering
digunakan adalah obat anti inflamasi (NSAIDs), modalitas fisik, dan
modifikasi gaya hidup. Untuk tindakan pembedahan kadang- kadang
dilakukan. Tindakan pembedahan dianjurkan untuk radikulopaty servikal
pasien dengan klinis yang berat, gejala progresif, ataukegagalan dengan
terapi konservatif. Tulang belakang bisa dikoreksi melalui prosedur
pembedahan kompleks yang berisiko cedera neurologis (Lawrence, 2002).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondylosis
dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas
bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada
tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang
(osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang
posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus).
3
Recessus lateralis adalah bagian lateral dari canalis spinalis. Dimulai di pinggir
processus articularis superior dari vertebra inferior, yang merupakan bagian dari
facet joint. Di bagian recessus inilah yang merupakan bagian tersempit. Setelah
melengkung secara lateral mengelilingi pediculus, lalu berakhir di caudal di
bagian terbuka yang lebih lebar dari canalis spinalis di lateral, yaitu foramen
intervertebralis. Dinding anterior dari recessus lateralis dibatasi oleh discus
intervertebralis di bagian superior, dan corpus verterbralis di bagian inferior
Dinding lateral dibentuk oleh pediculus vertebralis. Dinding dorsal dibatasi oleh
processus articularis superior dari vertebra bagian bawah, sampai ke bagian kecil
dari lamina dan juga oleh ligamen kuning (lamina). Di bagian sempit recessus
lateralis, dinding dorsalnya hanya dibentuk oleh hanya processus lateralis, dan
perubahan degeneratif di daerah inilah mengakibatkan kebanyakan penekanan
akar saraf pada stenosis spinalis lumbalis.
Akar saraf yang berhubungan dengan tiap segmen dipisahkan dari kantong dura
setinggi ruang intervertebra lalu melintasi recessus lateralis dan keluar dari
canalis spinalis satu tingkat dibawahnya melalui foramina intervertebralis. Di
tiap-tiap titik ini dapat terjadi penekanan.
4
Gambar 1. Anatomi Vertebralis
2.3. Etiologi
lain tidak atau seseorang lebih cepat proses degenerasi pada tulangnya belum
dapat dipastikan. Tetapi ada beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau
a. Faktor usia
5
tulang khususnya pada tulang vertebra. Suatu penelitian otopsi
degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 tahun dan sekitar 98%
indeks massa tubuh, beban pada lumbal setiap hari (twisting, mengangkat,
membungkuk, postur jelek yang terus menerus), dan vibrasi seluruh tubuh
c. Peran herediter
6
d. Adaptasi fungsional
2.4. Gejala
Manifestasi gejala pada Spondylosis tergantung pada posisi dan bagian tulang
yang mengalami kelainan serta usia penderita. Bila degenerasi terjadi pada sendi
antar ruas-ruas tulang belakang, maka dapat terjadi penipisan sendi dan ruas
tulang merapat satu sama lain, sehingga tinggi badan bisa berkurang. Selain
itu juga jaringan yang terdapat di dalam sendi antar ruas tersebut bisa menonjol
keluar yang disebut hernia discus. Bila terjadi seperti ini maka penderita
spondylosis akan merasa nyeri di punggungnya akibat penekanan struktur
tersebut ke jaringan sekitarnya. Hernia discus juga dapat menekan ke dalam
sumsum tulang belakang sehingga menimbulkan gangguan saraf baik motorik,
sensorik, maupun otonomsehingga bisa saja bermanifestasi menjadi kelumpuhan,
gangguan sensori seperti kesemutan dan mati rasa, dan gangguan otonom seperti
gangguan berkeringat, gangguan buang air besar maupun kecil.
7
Gejala klinis Spondylosis dapat ringan sampai berat dan sangat tergantung pada
usia penderita. Gejala Spondylosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Foto X-ray polos dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique berguna untuk
menunjukkan lumbalisasi atau sakralisasi, menentukan bentuk foramina
intervertebralis dan facet joint, menunjukkan spondylosis, spondiloarthrosis,
retrolistesis, spondilolisis, dan spondilolistesis. Stenosis spinalis centralis atau
stenosis recessus lateralis tidak dapat ditentukan dengan metode ini.
Gambaran Radiologis
9
Gambar 2. Cervical spondylosis (pembentukan osteofit dan penyempitan diskus
intervertebralis).
10
Gambar 4. Spondylosis ; Gambar 5. Beberapa macam
Penyempitan DIV (panah putih) kelainan pada vertebrae
dan osteofit (bone spur, panah
hitam) disertai adanya sclerosis (3
tanda panah) pada facet joint
posterior.
11
Gambar 6. Penekanan akar saraf pada spondylosis
12
Gambar 8. Osteofit atau bone spur
CT Scan Vertebrae adalah metode terbaik untuk mengevaluasi penekanan osseus dan
pada saat yang sama juga nampak struktur yang lainnya. Dengan potongan setebal 3
mm, ukuran dan bentuk canalis spinalis, recessus lateralis, facet joint, lamina, dan
juga morfologi discuss intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum clavum juga
terlihat.
13
Gambar 7.Spondylosis Servikalis (Eric, 2011)
14
Gambar 9.Gambaran CT Scan (Eric, 2011)
MRI dengan jelas lebih canggih daripada CT Scan dalam visualisasi struktur non
osseus dan saat ini merupakan metode terbaik untuk mengevaluasi isi canalis
pemakaian MRI yang cepat yang merupakan metode non invasif, peranan MRI
15
Sangat penting bahwa semua gambaran radiologis berhubungan dengan gejala-
gejala, karena penyempitan asimptomatik yang terlihat pada MRI atau CT Scan
sering ditemukan baik stenosis dari segmen yang asimptomatik atau pasien yang
16
Gambar 10. Long TR (T2-weighted), fat-suppressed, sagittal image shows
increased signal in the pars interarticularis on the left at L5. This is an acute
ini biasanya merupakan reaksi stres akut dari tulang belakang lumbal. (Eric,
2011).
17
Gambar 12.Axial single-photon emission computed tomography bone scan with
increased activity seen in the region of the right and left pars interarticularis at
L5 (Eric, 2011)
2.6. Pencegahan
Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat
proses degenerasi terjadi pada tulang punggung kita, maka ada beberapa
hal yangdapat kita lakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya
spondylosis.Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
18
3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu lama.
Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerjadi depan
komputer, ataupun mengemudi.
5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu
mencegah terjadinya cedera bila ada trauma.
2.7. Penatalaksanaan
19
1. Tindakan Operasi: apabila ada gangguan berupa penekanan sarafatau akar saraf
yang progresif atau instabilitas yang hebat maka perlu pembedahan.
2. Obat-obatan: tujuan obat adalah untuk mengurangi nyeri dan kaku pada leher
dan lengan.
Terapi Fisik:
Terapi dingin digunakan hanya pada kondisi akut saja yaitu untuk mengurangi
nyeri dan proses peradangan. Setelah lewatfase akut baru dapat diberikan terapi
panas.
Terapi panas merupakan modalitas terapi fisik yang sering digunakan terutama
pada fase sub akut dan kronis serta bias digunakan sebelum dimulai terapi latihan.
Traksi cervical: traksi adalah suatu teknik yang menggunakan gaya tarikan,
digunakan untuk meregangkan jaringan ikat dan untuk memisahkan permukaan
sendi atau fragmen tulang.Macam kekuatan tarikan yang diberikan dapat bersifat
terus menerus (continous) atau terputus-putus (intermitens).
Terapi latihan: beberapa kasus memberikan respon yang baik terhadap program
latihan pada otot-otot leher, sehingga akan memperbaiki fungsi leher dan
mengurangi nyeri. Tujuan latihan ini adalah untuk relaksasi, mobilisasi sendi
danmemperkuat otot leher. Contoh: Latihan relaksasi, lingkup gerak sendi, dan
isometrik.
20
Terapi Okupasi: Terapis mengajarkan pasien melakukan segala aktifitas
kehidupan sehari-harinya dengan posture tubuh, terutama leher yang baik dan
benar.
21
Collar juga dapat dipakai pada saat aktifitas tertentu misalnya menyetir mobil atau
tidur. Collar Philadelphia dapat digunakan pada malam hari agar bisa memberikan
posisi yang lebih kaku, agar leher dicegahsupaya tidak ekstensi dengan demikian
membantu agar foramen intervertebralis tidak menyempit.
22
BAB III
KESIMPULAN
Imaging.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Anatomy of the Vertebral Column with Typical Cervical and Lumbar Vertebrae - Medical
Illustration_files. 2004. In http:atauatauwww.w3.orgatauTRatauhtml4atauloose.dtd. Access: 15
Desember 2012
Boushea DK, Sundstrom WR. The pleuropulmonary manifestation of ankylosing spondylitis Semin
Arthritis Rheum 1989; 18 : 277-81.
Graham DC, Smythe HA. The carditis and aortitis of ankylosing spondylitis.Bull Rheum Dis 1958;
:171-4.
Haslock I. Ankylosing spondylitis. In : Dippe PA, Bacon PA, Bamji AN, Watt1 Eds. Atlas of clinical
rheumatology. Gower Medical Publisher, London, NewYork : 1986 ; pp: 12.1-12,12.
Hanson JA, Mirza S. Predisposition for spinal fracture in ankylosing spondylitis. AJR Am J
Roentgenol. Jan 2000;174(1):150
Mander M, Sikupson JM, Mclellan A. Studies with an enthesis index as a method of clinical
assessment in ankylosing spondylitis. Ann Rheum M, 1987;46 : 197-202.
Parker CW. Seronegative HLA related arthritis. In : Parker CW Ed. ClinicalInununology Vol II.
Philadelphia, London, Toronto: WB Saunders 1980; pp :753-73
Van der Linden S, Khan MA, Rentsch HU. Chest pain without radiographicsacroiliitis in relatives of
patients with ankylosing spondylitis. J Rheumatol,1988; 15 : 836-9.
24