Anda di halaman 1dari 9

1.

Korosi Retak Tegang (Stress Corrosion Cracking)


Korosi retak tegang merupakan suatu kegagalan material dengan
kombinasi antara lingkungan dan beban luar sehingga dapat
menyebabkan penyebaran retak. Korosi retak tegang dapat juga
dideskripsikan suatu kegagalan operasional pada material yang terjadi
oleh lingkungan secara perlahan-lahan yang disebabkan perambatan
retak. Perambatan retak merupakan hasil kombinasi dan interaksi
sinergis antara tegangan mekanik dan reaksi korosi. Korosi retak tegang
mempunyai penampakan patahan getas walaupun material bersifat ulet.
Faktor-faktor utama terjadi korosi retak tegang yaitu tegangan
luar, tegangan sisa material, kombinasi tegangan luar dan sisa, dan
keberadaan lingkungan korosif. Korosi retak tegang dapat terjadi di
lingkungan korosif melalui pembebanan material. Pergerakan retak
terjadi bila ada kombinasi dari interaksi tegangan dan reaksi kimia.
Tegangan kecil yang dibutuhkan agar terjadi korosi retak tegang
dibawah titik luluh (yield point) pada tegangan-regangan yang
disebabkan adanya tegangan sisa. Tegangan konstan (statis)
menyebabkan terjadi korosi retak tegang, bila terdapat lingkungan
korosif. Fenomena ini terjadi di daerah korosi yang terkena konsentrasi
tegangan dan akan menimbulkan korosi lebih banyak dibandingkan
dengan tanpa tegangan.
Faktor yang mempengaruhi jenis korosi ini yaitu :
1. Faktor lingkungan korosif
2. Material rentan korosif
3. Tegangan tarik luar
Faktor lingkungan memberikan pengaruh yang berbeda pada
masing-masing material. Faktor-faktor terjadinya perambatan retak
yaitu :
1. Faktor komposisi dan paduan
Setiap material memiliki kekuatan dan ketangguhan berbeda tergantung
komposisi material. Setiap material memiliki karakterisasi masing-
maing dan apabila dipadukan maka akan memiliki sifat kombinasi yang
baik.
2. Faktor tegangan
Korosi retak tegang terjadi apabila pengaruh intensitas tegangan
mendukung terjadinya inisiasi keretakan, yang selanjutnya akan
menyebabkan perambatan retak. Retak ini akan menjalar sesuai
intensitas tegangan semakin besar tegangan diberikan kemungkinan laju
kerusakan semakin tinggi dan korosi retak tegang semakin cepat.
Macam tegangan yang berpengaruh pada korosi retak tegang antara lain
tegangan pakai, tegangan sisa, panas dan lain-lain.
3. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan sekitar terhadap korosi retak tegang
merupakan suatu hubungan timbal balik. Korosi retak tegang terjadi di
berbagai lingkungan cairan. Kehadiran oksidizer sering mempengaruhi
tendensi terjadinga korosi retak tegang. Kehadiran oksigen membuat
kerentanan baja stainless austenitik terhadap retak di lingkungan klorida
semakin besar. Kadar oksigen menurun akan menyebabkan kerentanan
korosi retak tegang rendah. Korosi retak tegang semakin mudah terjadi
jika temperatur larutan kerja meningkat. Pengaruh ini dapat
menyebabkan inisiasi vibrasi antar atom-atom semakin tinggi sehingga
dapat memutuskan suatu ikatan antar atom. Baja stainless austenitik
sangat rentan terhadap lingkungan klorida (MgCl2 dan BaCl2), Larutan
NaCl-H2O2, air laut, asam sulfur (H2S), larutan NaOH- H2S, dan uap air
kondensat yang mengandung klorida. Pengaruh lainnya yaitu nilai pH
larutan.

Gambar 1. Kurva potensial vs rapat arus


Potensial elektrokimia memiliki pengaruh terhadap korosi
retak tegang di setiap logam. Daerah pasif merupakan daerah
dimana variasi nilai potensial bahan tidak mempengaruhi nilai rapat
arus sehingga lapisan oksida pasif akan terbentuk. Dalam kondisi
pasivasi, logam tidak terlihat tanda-tanda terjadinya korosi. Tetapi
saat melewati daerah pasif maka korosi akan terjadi dengan cepat.
Karakterisasi logam atau paduan secara umum terbagi tiga daerah,
aktif,pasif dan transpasif. Pada Gambar
2.3 terlihat laju korosi akan menurun pada daerah di atas titik kritis
Ep. Daerah antara Ep-Ep1 merupakan daerah terbentuknya lapisan
oksida pasif. Nilai laju korosi turun draktis saat terbentukanya
lapisan pasif. Saat melampaui titik Ep1, material mulai mengalami
korosi sumuran. Selama terjadi transisi dari daerah aktif ke pasif,laju
korosi logam akan menurun 103 hingga 106 di bawah laju korosi di
daeah aktif..
Pada baja stainless austenitik terjadi pembentukan lapisan
pasif protektif karena adanya unsur kromium dan udara luar. Adanya
dua komponen tersebut membentuk lapisan kromium oksida
(Cr2O3). Adanya kerapuhan lapisan oksida dapat menyebabkan
terjadinya korosi lokal antara lain korosi sumuran, korosi celah,dan
korosi retak tegang. Ion klorida dalam larutan akan menyebabkan
kenaikan rapat arus dan mengecilkan daerah ruang pasififasi pada
kurva potentiostatik.
4. Faktor metalurgis
Kerentanan korosi retak tegang diakibatkan oleh komposisi
kimia, orientasi butir, komposisi dan distribusi enadapan, interaksi
dislokasi dan tingkat tranformasi fasa (tingkat metastabil). Faktor-
faktor ini saling berinteraksi dengan lingkungan dan beban luar
untuk terjadinya korosi retak tegang
Gambar 2. Branched stressed corrosion crack

Gambar 3. Non-Branched stressed corrosion crack

1.A. Mekanisme Pengujian Pada SCC


Material ditekuk membentuk lekukan dengan holder sebagai penahan kemudian
material diekspos pada suatu lingkungan korosif seperti pada air laut. Alat dibuat
seperti slow strain sate testing. Metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 4. di
bawah ini.
Gambar 4. Metode pengujian pembebanan untuk korosi retak tegang. (a) U- bend (b) C-ring
(c) Bent-beam (d) Tensile.

Salah satu metode pengujian adalah metode bent-beam specimen. Pengujian ini
untuk korosi retak tegang pada lingkungan cair atau gas. Pengujian bent beam cocok
untuk produk yang datar seperti sheet, strip, atau plate. Untuk material plate,
spesimen bent beam lebih sulit untuk digunakan, karena spesimen holder yang kasar
harus dibuat untuk mengakomodasi spesimen. Karena tebal sudah ditentukan pada
ASTM G-39. Metode bent beam secara umum merupakan pengujian dengan regangan
yang konstan atau defleksi yang konstan. Saat retakan telah mulai, bagian ujung
retakan sama dengan bagian tidak retak, oleh karena itu nilai tegangan yang dihitung
pada metode ini dipakai hanya untuk tegangan sebelum terjadinya retak. Pengujian
dimulai pada saat tegangan diberikan pada spesimen sampai terlihat terjadi korosi dan
spesimen yang terkena tegangan diekspos di lingkungan korosif untuk mendapatkan
material yang korosi. Retak yang lebih diamati adalah bagian tengah, dimana
memiliki tegangan yang sangat besar karena gaya dorong ke arah kanan dan kiri akan
berpusat dan berkonsentrasi pada bagian tengah sampel.
Tegangan yang dipakai ditentukan dari ukuran spesimen dan defleksi lekukan.
Pada percobaan ini menggunakan panjang spesimen 10 inch dengan acuan ASTM G-
39. Spesimen kemudian diekspos ke lingkungan korosif dan ditentukan waktu yang
diperlukan untuk menghasilkan retak. Lingkungan tersebut ialah lingkungan air laut
(NaCl 3,5%). Waktu retak diukur dari ketahanan korosi retak tegang dari material
dalam lingkungan korosif pada tegangan yang digunakan. Setelah itu spesimen yang
terkorosi akan diamati dengan cara diambil bagian yang terkena korosi dan akan
diamati melalui metode pengamatan metalografi. Diamati korosi yang terjadi,
transgranular atau intergranular serta pitting yang terjadi.

Spesimen bent-beam didesain untuk pengujian pada tingkat tegangan di bawah


batas elstis dari paduan. Pengujian pada daerah plastis yang digunakan adalah metode
spesimen U-bend. Walau memungkinkan untuk menggunakan spesimen stress bent-
beam pada daerah plastis tetapi tegangannya tidak dapat dihitung untuk tegangan
plastis dengan menggunakan metode tiga dan empat titik pembebanan sebaik double
beam. Karena itu kegunaan bent-beam specimen dalam daerah plastis tidak
direkomendasikan.

Ada beberapa metode bent-beam specimen yaitu two point loaded speciment,
three point loaded speciment, four point laded speciment dan double-beam speciment
seperti Gambar 5.

Gambar 5. Skematik spesimen dan konfigurasi holder pada metode bent-beam specimen.

2. Korosi Temperatur Tinggi


Korosi kimia atau korosi kering atau korosi temperatur tinggi adalah proses
korosi yang terjadi melalui reaksi kimia secara murni yang terjadi tanpa elektrolit
atau bisa dikatakan tidak melibatkan air dengan segala bentuknya. Korosi kimia
biasanya terjadi pada kondisi temperatur tinggi atau dalam keadaan kering yang
melibatkan logam (M) dengan oksigen, b=nitrogen, sulfida. Proses oksidasinya
adalah sebagai berikut :

M M ² + 2e¯
½
O 2 + 2e¯O 2

M +½O2 MO
Pertumbuhan oksida :

1. Awal proses oksida adalah pembentukan oksida dimana terjadi penarikan


oksigen ke permukaan logam.
2. Reaksi antara oksigen dengan logam.
3. Oksidasi terbentuk di permukaan logam.
4. Proses berikutnya adalah pertumbuhan oksida yang telah terbentuk.
Gambar 6. Mekanisme pertumbuhan oksida

Penyebab korosi temmeperatur tinggi adalah berikut :


1. Oksidasi
Reaksi yang paling penting pada korosi temperatur tinggi, membentuk
lapisan oksida yang dapat menahan serangan dari peristiwa korosi yang lain bila
jumlah oksigen di lingkungannya cukup (jumlah oksigen dalam lingkungan disebut
oksigen potensial). Tetapi harus terkontrol dan oksidasinya terbentuk dari senyawa
dengan unsur-unsur yang menguntungkan.
2. Karburasi dan metal dusting
Terjadi dalam lingkungan yang mengandung CO, CH4, dan gas hidrokarbon
lain. Penguraian C ke permukaan logam mengakibatkan penggetasan dan degradasi
sifat mekanik lainnya.
3. Nitridasi
Terjadi pada lingkungan yang mengandung amonia, terutama pada potensial
oksigen yang rendah. Penyerapan nitrogen yang berlebihan akan membentuk
presipitat nitrida di batas butri dan menyebabkan penggetasan.
4. Korosi oleh Halogen
Senyawa halida akibat penyerapan halogen oleh logam dapat bersifat mudah
menguap atau mencair pada temperatur rendah. Kenyataan ini mengakibatkan
perusakan yang sangat parah.
5. Sulfidasi
Terjadi dalam lingkungan yang mengandung bahan bakar atau hasil
pembakaran yang mengandung sulfur. Dengan oksigen membentuk SO2 dan SO3 yang
bersifat pengoksidasi yang kurang agresif dibandingkan H2S yang bersifat pereduksi,
tetapi dapat terjadi efek penguatan dengan adanya Na dan K yang akan membentuk
uap yang kemudian akan mengendap kepermukaan logam pada temperatur yang lebih
rendah dan merudak permukaan

6. Korosi deposit abu dan garam


Deposit dapat mengakibatkan turunnya aktifitas oksigen dan menaikkan
aktifitas sulfur, sehingga merusak lapisan pasif dan mempersulit pembentukannya
kembali. Deposit biasanya mengandung S, Cl, Zn, Pb dan K

7. Korosi karena logam cair


Terjadi pada proses yang mempergunakan logam cair, misalnya heat treatment
dan refining process. Korosi terjadi dalam bentuk pelarutan logam dan oksidanya
akan semakin hebat dengan adanya uap air dan oksigen. Sedangkan korosi
elektrokimia atau korosi basah terjadi bila reaksinya berlangsung dalam suatu
elektrolit dan terjadi perpindahan elektron antara bahan-bahan yang bersangkutan.
Reaksi inilah yang banyak terjadi pada proses korosi.
MAKALAH TEKNIK KOROSI

Sinergi Korosi Tegangan dan Korosi Temperatur Tinggi

RAMLY MYZHAR (15050754088)


DIKY RIANSYAH (16050754092)

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Surabaya
2017

Anda mungkin juga menyukai