BANGUNAN OPERASI
1. PENGERTIAN
Dengan demikian dalam perencanaan bangunan operasi, harus ada koordinasi dengan
Direktorat - direktorat terkait seperti Direktorat Fasilitas Elektronik dan Elektronika serta
Direktorat Keselamatan Penerbangan, sehingga tercapai suatu bangunan operasi yang
ekonomis serta nyaman bagi penggunanya.
2. FUNGSI
3. JENIS
a. Konsep Perencanaan.
Luas bangunan yang dibutuhkan untuk Kantor Administrasi Bandar Udara akan
berbeda - beda tergantung kepada besarnya kegiatan bandar udara. Berdasarkan
standar Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Tata Bangunan mengenai
bangunan perkantoran, luas total Kantor Administrasi Bandar Udara yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
- Standar servis ( toilet, pantry, gudang ) serta sirkulasi : maksimum 40% dari luas
total.
112 X 35 m2 = 156,8 m2
25 m2
Pada kondisi tertentu, misalnya bila ada pendaratan darurat, bandar udara harus siap
dioperasikan selama 24 jam, maka alangkah baiknya jika pegawai - pegawai bandar
udara tinggal berdekatan dengan tempatnya bertugas.
Untuk itu perlu disediakan fasilitas tempat tinggal karyawan yang berdekatan dengan
lokasi bandar udara. Tempat tinggal ini berupa rumah dinas, artinya rumah tersebut boleh
ditempati oleh karyawan beserta keluarganya selama dia bertugas di bandar udara
tersebut.
Konsep perencanaan.
- Untuk kelancaran tugas, rumah dinas karyawan sebaiknya mempunyai jarak yang
relatif dekat dengan bandar udara.
- Bila rumah dinas karyawan akan di bangun didalam areal bandar udara, sebaiknya
diletakkan di sisi darat dan tidak mengganggu kegiatan operasional bandar udara.
Seperti pada rumah tinggal umumnya, perencanaan rumah dinas karyawan juga
harus memperhatikan syarat - syarat keamanan, kenyamanan dan kesehatan,
seperti :
• Arah orientasi rumah, sedapat mungkin seluruh ruangan mendapat sinar
matahari yang cukup.
• Adanya ventilasi yang baik dan hubungan dengan udara luar cukup.
• Sanitasi yang baik, dan sebagainya.
Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya No. 051/KPTS/CK/1984
tentang perumahan dinas, perhitungan luas lahan dan perumahan karyawan bandara
adalah sebagai berikut :
a. Kantor Keamanan
1) Konsep perencanaan.
Untuk kelancaran kegiatan pengawasan keamanan, kantor keamanan sebaiknya
:
- Dekat dengan sirkulasi utama tempat keluar / masuk bandar udara.
- Mempunyai kemudahan hubungan dengan fasilitas lain.
2) Lokasi Penempatan.
Pos penjagaan ditempatkan di pintu masuk dan pintu keluar area bandar udara
dan pada titik-titik yang dianggap rawan. Sedangkan untuk pusat operasinya
bisa ditempatkan di bangunan administrasi bandar udara.
b. K a n t i n.
Kantin disediakan untuk melayani kebutuhan akan makanan dan minuman bagi
karyawan maupun pengunjung bandar udara.
Konsep perencanaan.
- Kantin umum sebaiknya diletakkan di daerah publik yang mudah dilihat dan
mudah dicapai.
- Kantin sebaiknya mempunyai dapur tersendiri serta mempunyai tempat
pembuangan sampah dan limbah yang tersendiri pula.
- Karena perletakannya di daerah publik, maka tempat pembuangan sampah dan
limbah sebaiknya tertutup dan rapi, sehingga tidak terexpose dan tidak
menyebarkan bau yang dapat mengundang lalat dan hewan - hewan yang tidak
diinginkan.
BAB III
BANGUNAN OPERASIONAL
1. BANGUNAN PKP-PK
Karena keterkaitannya yang sangat erat, uraian tentang bangunan PKP-PK di bawah ini
juga memperhatikan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
SKEP/94/IV/98 tanggal 30 April 1998 tentang Persyaratan Teknis dan Operasional
Fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran.
1 0<a<9 1 -
2 9 ≤ a < 12 1 10
3 12 ≤ a < 18 1 10
4 18 ≤ a < 24 1 10
5 24 ≤ a < 28 1 20
6 28 ≤ a < 39 2 30
7 39 ≤ a < 49 2 -
8 49 ≤ a < 61 2 60
9 61 ≤ a < 76 3 80
10 76 ≤ a < 90 3 -
*Sumber ICAO, Annex 14, Aerodromes vol. I, ed, I, 1990.
1) Perletakan.
Lokasi bangunan PKP-PK harus dipertimbangkan untuk mempunyai akses
langsung ke landasan, taxiway dan apron.
Pada bandar udara yang besar, dapat disediakan bangunan PKP-PK lebih dari
satu unit, dimana setiap bangunannya mempunyai akses sedekat mungkin
dengan landasan sehingga dapat merespon kecelakaan dalam waktu yang
singkat.
2) Konstruksi.
Bangunan PKP-PK harus dilengkapi dengan bak penampungan air yang
kapasitasnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Air dalam bak penampungan tersebut harus tersedia minimal untuk pemadaman
api selama 2 jam.
Konstruksi bangunan PKP-PK harus disesuaikan dengan jenis, berat dan ukuran
(tinggi, panjang dan lebar) kendaraan yang dimiliki oleh bandar udara tersebut.
- Tempat memantau / mengawasi area - area di dalam dan sekitar bandar udara
yang telah ditentukan untuk diawasi, untuk menjaga keselamatan penerbangan.
- Tempat untuk memantau / mengawasi, memandu dan berkomunikasi dengan
pesawat udara baik yang sedang melakukan pendekatan ke bandar udara, yang
akan lepas landas, maupun yang sedang melakukan pergerakan di apron atau
taxiway.
1) Kabin
- Ruangan di dalam kabin harus cukup luas tetapi tidak perlu berlebihan,
karena ruangan yang terlalu luas dengan ketinggian jendela dan tepian/garis
atap yang berlebihan akan membatasi pandangan controller.
- Salah satu negara bagian di Amerika Serikat menyarankan kabin yang
berbentuk poligon dengan dimensi sebagai berikut :
2) Shaft
Fungsi shaft pada menara kontrol adalah :
- Sebagai pendukung kabin.
- Menyediakan akses ke kabin berupa tangga atau lift.
- Sebagai sarana penempatan kabel, pipa utilitas dan sanitasi.
- Menyediakan ruang untuk menampung kegiatan-kegiatan penunjang
kegiatan utama, misalnya kantor, gudang, toilet dan ruang istirahat.
3. STASIUN METEOROLOGI
b. Peletakan
- Pada bandar udara kecil sebaiknya di letakkan didekat kantor operasional dan
pada akses yang dilewati crew pesawat udara.
- Lokasi stasiun opservasi harus :
• Mempunyai pandangan jelas ke bandar udara.
• Mempunyai aksesbilitas yang tinggi.
• Bila bandar udara mempunyai dua landasan, maka diletakkan diantara
kedua landasan.
c. konsep
2. GEDUNG NDB
Sebelum membahas tentang gedung NDB, ada baiknya dijelaskan tentang fungsi NDB itu
sendiri. NDB (Non Directional Beacon) memancarkan gelombang listrik ke pesawat udara
untuk menunjukkan arah stasiun NDB tersebut.
Gedung NDB berfungsi sebagai tempat meletakkan dan melindungi peralatan NDB
dari pengaruh luar seperti hujan, angin, kelembaban, pencurian dan sebagainya.
b. Jenis NDB
2) Berdasarkan lokasi :
- Enroute NDB menunjukkan jalur penerbangan yang telah ditentukan.
- Terminal NDB, membantu pesawat yang akan melakukan pendekatan ke
landasan (approach).
- ILS Compass Locator (comlo)/locator, menuntun pesawat ke arah ILS.
c. Lokasi NDB
Enroute NDB : Pada jalur penerbangan yang ditentukan atau pada suatu
bandar udara.
Terminal NDB : Di dalam atau disekitar bandar udara.
Lokator : Di lokasi middle atau outer maker.
d. Standar Tapak.
1) Luas lahan
- High range : 100 m X 100 m.
- Medium range : 100 m X 100 m.
- Low range : 100 m X 100 m.
2) Tidak boleh ada struktur metal pada radius ≤ 300 m dari titik tengah lahan NDB,
yang melebihi ketinggian 3° dari titik tengah dasar antena NDB.
3) Lahan harus rata dan bebas penghalang.
Berdasarkan seminar tentang Aerodrome oleh pemerintah Jepang tahun 1984 :
- Radius tapak ≥ tinggi antena.
- Tidak boleh ada struktur metal pada radius ≤ 50 m dari antena.
Berdasarkan FAA, dalam FAA Advisory Circular AC 150/5.300-2D/3/10/80. :
a) Luas lahan
- Untuk antena vertikal : 8 m X 8 m
- Untuk antena tipe T : 105 m X 45 m
b) Tidak boleh ada struktur metal pada radius ≤ 30 m dari antena.
c) Lahan harus rata dan berdrainase baik.
e. Kebutuhan Ruang
Ruang peralatan dan ruang generator merupakan ruang yang mutlak harus berada
dalam gedung NDB. Ruangan-ruangan lainnya merupakan ruang-ruang sekunder
sesuai dengan kebutuhan, misalnya bila letak gedung NDB berjauhan dengan
fasilitas-fasilitas lain yang ada di bandar udara, maka diperlukan ruangan-ruangan
penunjang seperti ruang teknisi, toilet, gudang dan sebagainya.
Besarnya luasan gedung NDB tergantung dari besarnya peralatan dan generator
yang akan ditempatkan di gedung tersebut. Beberapa standar luasan bangunan NDB
yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara antara lain 24
m2, 48 m2, 96 m2.
Bila NDB difungsikan untuk Enroute maka Gedung NDB ditempatkan pada jalur
penerbangan yang telah ditentukan. Untuk terminal NDB bisa diletakkan di dalam
atau disekitar bandar udara. Area bebas yang diperlukan untuk lokasi dan bangunan
NDB minimal seluas 100 X 100 m dan bebas dari bangunan tinggi setinggi 30° dari
kaki antena serta tidak boleh ada struktur metal pada radius ≤ 50 m dari antena.
3. GEDUNG VOR
a. Fungsi VOR
Fungsi VOR (Very High Frequency Omni Range) adalah memancarkan sinyal radio
yang memberikan informasi mengenai titik lokasi pesawat udara.
b. Jenis VOR
1) Berdasarkan penggunaan :
- Enroute VOR
Adalah VOR yang lokasinya sedemikian rupa sehingga ketinggian terbang
minimum pada jalur yang dilayani oleh VOR tersebut juga dapat dilayani
oleh VOR bandar udara sekitarnya.
- Terminal VOR
VOR yang lokasinya di dalam atau disekitar bandar udara.
c. Lokasi VOR
Lokasi VOR terutama dipilih pada titik-titik perpanjangan garis tengah landasan pacu,
atau tempat yang ditentukan bagi keselamatan operasi penerbangan. Untuk
menentukan hal ini perlu koordinasi dengan Direktorat Fasilitas Elektronika dan
Listrik, dan Direktorat Keselamatan Penerbangan.
d. Standar Tapak
2) Sekeliling VOR harus rata dan bebas penghalang (bangunan maupun benda
tumbuh).
Menurut FAA dalam FAA Advisory Circular, AC 150/5300-2D, 3/10/80, untuk T-
VOR :
- Jarak antara T-VOR dengan :
• Garis tengah landasan, minimum 150 meter.
• Garis tengah jalan pesawat, minimum 45 meter.
• Struktur metal, minimum 150 meter.
• Jaringan listrik dan telephone, minimum 360 meter.
• Pohon, minimum 300 meter.
- Pada jarak 300 meter ~ 600 meter tidk boleh ada pohon melebihi ketinggian
2° dihitung dari dasar antena T-VOR.
- Lahan harus rata pada radius minimum 60 meter. Pada radius 60 meter ~
300 meter diijinkan kemiringan menurun maksimum 4 %.
e. Kebutuhan Ruang.
Secara garis besar, ruang-ruang yang dibutuhkan dalam gedung VOR antara lain :
- Ruang peralatan.
- Ruang genset.
- Ruang battery.
- Ruang kerja/kantor.
- Ruang-ruang penunjang seperti toilet, gudang, dan sebagainya.
Antara ruang peralatan, ruang genset, ruang battery dan ruang tenaga mempunyai
hubungan yang sangat erat, karena terkait satu dengan yang lain. Yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan adalah adanya saluran-saluran kabel dibawah
lantai yang menghubungkan ruang-ruang tersebut. Untuk itu dalam merencanakan
pembangunan gedung VOR, koordinasi dengan Direktorat yang terkait sangatlah
diperlukan, dalam hal ini adalah koordinasi dengan Direktorat Fasilitas Elektronika
dan Listrik.
6. GEDUNG DME
a. Fungsi DME
DME (Distance Measuring Equipment) adalah alat bantu navigasi udara yang secara
terus menerus dan akurat memberikan informasi jarak (slant range distance) ke
pesawat udara yang dilengkapi peralatan DME dari lokasi stasiun di darat.
Sistem DME terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu :
- Komponen yang ditempatkan di pesawat udara yang disebut dengan interogator.
- Komponen yang ditempatkan di darat yang disebut dengan transponder.
b. Lokasi DME
Untuk dapat memberikan informasi yang akurat secara terus menerus mengenai
posisi pesawat udara maka DME sebaiknya ditempatkan pada lokasi yang sama (co-
located) dengan VOR dan memenuhi ketentuan-ketentuan seperti berikut :
- Coxial co-location dimana antena VOR dan antena DME ditempatkan pada
sumbu vertikal yang sama.
- Ofset location.
Apabila VOR dan DME itu digunakan di wilayah terminal untuk prosedur pendekatan
(approach) atau prosedur lain yang membutuhkan ketepatan tinggi bagi posisi
pesawat udara, pemisahan antena VOR dan DME tidak lebih dari 30 meter kecuali
pada Doppler VOR dimana DME merupakan peralatan lain, pemisahan antena dapat
dilakukan dengan jarak lebih dari 30 meter tetapi tidak melebihi 80 meter. Apabila
VOR dan DME digunakan untuk kebutuhan lain, pemisahan antena tidak melebihi
600 meter.
2) Persyaratan
Secara umum persyaratan ruang DME sama dengan ruang VOR. Oleh sebab
itu, seperti persyaratan teknis di atas maka gedung DME bisa digabung menjadi
satu dengan gedung VOR.
BAB IV
BANGUNAN TEKNIK / PENUNJANG
1. POWER HOUSE ( PH )
a. Fungsi.
Fungsi Power House (PH) adalah tempat beroperasinya generator listrik atau pusat
pembangkit tenaga listrik bandar udara. PH sendiri disediakan apabila disuatu
bandar udara tidak dijangkau oleh listrik dari PLN atau apabila listrik dari PLN (power
generator), mengalami pemadaman sehingga listrik yang dipakai diperoleh dari
genset yang ada di PH tersebut (standby generator).
b. Lokasi Penempatan.
PH ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak ada jalur kabel pelayanan yang
terlalu panjang. Disamping itu apabila sewaktu-waktu terjadi kerusakan atau
pemadaman listrik oleh PLN, lokasi PH tersebut dengan cepat dapat dicapai oleh
teknisi listrik sehingga tidak sampai terlalu lama mengganggu aktifitas dari bandar
udara yang dilayani.
c. Konsep Perencanaan.
Apabila ruangan genset dibuat terpisah dengan ruang penunjang lainnya, maka
luasan dari ruang PH yang direncanakan adalah sebagai berikut :
Tabel IV – 2 : LUAS RUANG PH TANPA RUANG PENUNJANG
a. Fungsi
Gedung DPPU berfungsi sebagai tempat penerimaan dan penyimpanan bahan bakar
untuk diisi ke pesawat udara. Bentuk dari pada stasiun bahan bakar pesawat udara
ini tergantung dari sistem pengisian bahan bakar ke pesawat udara.
b. Lokasi Penempatan.
Oleh sebab itu penempatan lokasi stasiun bahan bakar perlu dilakukan penelitian
terhadap lingkungan dimana stasiun bahan bakar tersebut akan dibangun seperti
misalnya pemukiman, arah angin, curah hujan, air tanah, dan sebagainya.
Untuk menghindari adanya polusi terhadap lingkungan sekitar terutama polusi akibat
pembuangan kotoran pada waktu pembersihan dapat dipecahkan dengan
pembuatan pengolahan limbah dari stasiun bahan bakar sehingga tidak sampai
mengganggu lingkungan di sekitarnya.
Untuk bahan bangunan stasiun bahan bakar ini harus menggunakan bahan-bahan
yang tahan terhadap api/kebakaran.
DAFTAR PUSTAKA
4. Kepala Sub Direktorat Bangunan dan Prasarana Sisi darat, Presentasi Direktorat
Teknik Bandar Udara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen
Perhubungan, Jakarta, 23 Maret 1995.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
1. KONSEP ARSITEKTUR 35
2. KONSEP STRUKTUR 41
3. KONSEP MEKANIKAL ELEKTRIKAL 41
4. KONSEP PENGEMBANGAN 44
5. FAKTOR UMUR EKONOMIS BANGUNAN 44
6. PENDAPATAN NON AERO-NAUTIKA 45
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR TABEL DAN MATRIKS
Halaman
Tabel II - 1 : Konsep Bangunan Terminal Penumpang . 10
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II - 1 : Pembangunan Terminal Baru 5
iv
BAB I
UMUM
Terminal penumpang adalah penghubung utama antara sistem transportasi darat dan
sistem transportasi udara yang bertujuan untuk menampung kegiatan-kegiatan transisi
antara akses dari darat ke pesawat udara atau sebaliknya ; pemprosesan penumpang
datang, berangkat maupun transit dan transfer serta pemindahan penumpang dan
bagasi dari dan ke pesawat udara. Terminal penumpang harus mampu menampung
kegiatan operasional, administrasi dan komersial serta harus memenuhi persyaratan
keamanan dan keselamatan operasi penerbangan, disamping persyaratan lain yang
berkaitan dengan masalah bangunan.
Terminal Penumpang merupakan salah satu fasilitas pelayanan dalam suatu bandar
udara, yang mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Operasional
Yaitu kegiatan pelayanan penumpang dan barang dari dan ke moda transportasi
darat dan udara.
Yang termasuk dalam fungsi operasional antara lain :
HAL. 1
penumpang dan kemudian mempertemukannya kembali. Fungsi ini terjadi
dalam kawasan Terminal penumpang.
b. Fungsi Komersial
Bagian atau ruang tertentu di dalam Terminal Penumpang yang dapat disewakan,
antara lain untuk : restoran, toko, ruang pamer, iklan, pos giro, telepon, bank dan
asuransi, biro wisata dan lain-lain.
c. Fungsi Administrasi
Bagian atau ruang tertentu di dalam Terminal Penumpang yang diperuntukkan
bagi kegiatan manajemen terminal.
HAL. 2
pemeriksaan sekuriti, sedangkan pemeriksaan dokumen dilakukan di
terminal penumpang.
2). Terminal V I P
Yaitu terminal penumpang yang diperuntukkan bagi kegiatan pelayanan
tertentu seperti pejabat tinggi negara dan tamu negara.
Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan pada penumpang umum.
Perencanaan bangunan terminal VIP dapat terpisah atau menyatu dengan
bangunan terminal penumpang umum.
HAL. 3
BAB I I
RENCANA TAPAK TERMINAL PENUMPANG
Terminal Penumpang adalah salah satu fasilitas pokok yang ada di dalam bandar udara,
yang keberadaannya perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga fungsi dan peranannya
di dalam bandar udara efektif dan efisien.
Kebutuhan lahan untuk Terminal Penumpang dihitung dan direncanakan untuk dapat
menampung luas dan bentuk terminal tersebut berdasarkan besarnya jumlah penumpang
yang akan dilayani.
2). Fasilitas yang mempunyai keterkaitan tidak langsung adalah fasilitas yang
menampung kegiatan administrasi dan bukan bersifat operasional terminal.
b. Dalam tata letak terminal diusahakan agar sirkulasi bagi pelayanan umum diatur
secara efisien, jelas arahnya, mudah pencapaiannya dan menjamin keselamatan
bagi pengendara mobil maupun pejalan kaki.
HAL. 4
Jalan umum dan jalan penunjang harus direncanakan dengan hati-hati untuk
menghindari terjadinya kemacetan disekitar bangunan terminal penumpang. Arus
lalu lintas untuk daerah fasilitas penunjang di bandar udara sebaiknya ditempatkan
terpisah, sehingga arus lalu lintas kendaraan berat dapat dipisahkan dari jalan
utama yang dipergunakan bagi bangunan terminal penumpang.
Seluruh jalan umum harus dilengkapi dengan petunjuk arah. Petunjuk arah yang
dapat dilihat dengan baik, pada jalan maupun daerah curb side, harus
ditempatkan sebelum daerah tujuan, sehingga pengemudi dapat mengarahkan
kendaraannya tanpa mengganggu arus lalu lintas. Petunjuk tersebut harus
dilengkapi dengan penerangan pada malam hari dan menggunakan bentuk huruf
dan warna yang mudah dilihat dan jelas. Pesan yang dituliskan harus mudah
dikenali dan mudah dimengerti. Direkomendasikan untuk menggunakan warna
yang berbeda untuk tiap fasilitas.
c. Disamping hal tersebut diatas, juga perlu diperhitungkan kondisi lahan, lingkungan
lahan sekitarnya dan utilitas.
HAL. 5
Secara skematik tata letak terminal dapat dijelaskan pada gb. II-1(a,b,c) dan gb. II-2 :
Gb II – 1
Keterangan :
A/P = Apron P = Parkir Mobil
T/P = Terminal Penumpang B/B = Bahan Bakar
C = Cargo P/N = Peralatan Navigasi
A = Administrasi P/P = Perawatan Pesawat
HAL. 6
KONSEP PERLUASAN TERMINAL PENUMPANG
Gb II - 2
HAL. 7
a. Tahap 1 ( 120 m² )
b. Tahap 2 ( 240 m² )
HAL. 8
c. Tahap 3 ( 600 m² )
HAL. 9
2. KONSEP BENTUK BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
Perencanaan bangunan terminal dibuat sesuai dengan jumlah penumpang yang harus
dilayani dan sistem pelayanan yang diterapkan, sehingga dapat memperlancar
pelayanan penumpang dan barang bawaannya.
Desain terminal penumpang harus mempertimbangkan sistem runway/taxiway,
konfigurasi apron dan akses bandar udara. Pengembangan dan lokasi tersebut
ditentukan di dalam Rencana Induk Bandar Udara.
- Orientasi yang jelas bagi pengunjung untuk dapat mencapai bangunan terminal,
dengan arus sirkulasi dan penunjuk arah yang jelas dan berskala manusia.
- Jarak capai sesingkat mungkin dari halaman parkir kendaraan ke bangunan
terminal, dan dari fasilitas pemprosesan penumpang dan barang ke pesawat.
- Perbedaan tinggi lantai seminimal mungkin di bangunan terminal.
- Menghindari pertemuan silang dalam sirkulasi penumpang.
- Jarak yang sesingkat mungkin bagi transportasi penumpang dan barang (bagasi)
antara bangunan terminal dengan posisi parkir pesawat.
- Fasilitas-fasilitas yang ada mudah dikombinasikan/fleksible terhadap karakteristik
dari beberapa type pesawat yang dilayani.
- Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan pengembangan, atau terhadap
perubahan kebijakan/peraturan, perlu direncanakan desain bangunan yang
modular.
- Kondisi lahan ;
- Kapasitas penumpang ;
- Karakteristik penumpang ;
- Sistem pelayanan ;
- Persyaratan keselamatan penerbangan ;
- Kebijaksanaan dari perusahaan penerbangan ;
- Transportasi darat menuju dan dari terminal ;
- Nilai ekonomis yang hendak dicapai ;
HAL. 10
- Aspek lainnya yang membentuk bangunan terminal.
Secara umum sistem pelayanan tersebut mempengaruhi konsep bentuk bangunan
terminal penumpang.
Sistem pelayanan yang diterapkan di dalam bangunan terminal didasarkan pada sistem
pelayanan terpusat maupun tersebar.
a. Terpusat
Yaitu terminal penumpang yang memberikan pelayanan penumpang dan barang
bawaannya dalam satu tempat, termasuk ruang keberangkatan, ruang
kedatangan dan transit. Semua perusahaan penerbangan melakukan pelayanan
kepada penumpang untuk segala jurusan penerbangan, dalam satu tempat .
b. Tersebar
Yaitu terminal penumpang dimana pelayanan penumpang dan barang bawaannya
dilakukan pada beberapa tempat. Pengelompokan pelayanan dapat dilakukan
berdasarkan nama perusahaan penerbangan, jurusan penerbangan atau
kombinasi dari keduanya.
Konsep bangunan terminal penumpang dapat dijelaskan seperti dalam tabel II - 1 dan
gambar II - 3 ( a - f ).
HAL. 11
Tabel II - 1 : KONSEP BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
2. Konsep LINIER Pesawat Udara parkir dlm Menyebar / - Apron harus luas
satu garis di depan Memusat - Memudahkan orien-
koridor/ruang terbuka tasi penumpang
penghubung dengan fung- - Untuk penumpang
si lain di terminal. transit/transfer me-
merlukan jarak tem-
puh yang panjang.
4. Konsep SATELIT Pesawat udara parkir me- Memusat Dengan luas apron mi-
ngelilingi bangunan peng- nimum, jumlah pesawat
hubung dengan terminal udara parkir bisa
utama melalui koridor banyak
ruang terbuka di atas / di
bawahnya.
HAL. 12
KONSEP TERMINAL DAN KOMBINASI / VARIASINYA
a. Konsep SEDERHANA
gb. II - 3a
gb. II - 3b
gb. II - 3c
HAL. 13
d. Konsep SATELIT
gb. II - 3d
e. Konsep TRANSPORTER
gb. II - 3e
f. Konsep HYBRID
gb. II - 3f
HAL. 14
BAB III
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TERMINAL
PENUMPANG
HAL. 15
menerapkan persyaratan keselamatan operasi penerbangan, bangunan terminal
dibagi dalam tiga kelompok ruangan, yaitu :
a. Ruangan umum
Yaitu ruangan yang berfungsi untuk menampung kegiatan umum, baik
penumpang, pengunjung maupun karyawan bandara. Untuk memasuki ruangan
ini tidak perlu melalui pemeriksaan keselamatan operasi penerbangan.
§ Perencanaan fasilitas umum ini bergantung pada kebutuhan ruang dan
kapasitas penumpang dengan memperhatikan :
− Fasilitas-fasilitas penunjang seperti toilet harus direncanakan berdasarkan
kebutuhan minimum;
− Harus dipertimbangkan fasilitas khusus, misalnya untuk orang cacat;
− Aksesibilitas setiap fasilitas tersebut direncanakan semaksimal mungkin
dengan kemudahan pencapaian bagi penumpang dan pengunjung;
− Di dalam ruangan ini biasanya dilengkapi dengan ruang konsesi meliputi
Bank, Salon, Cafetaria, Money Changer, P3K, Informasi, Gift Shop, Asuransi,
Kios Koran/majalah, Toko Obat, Nursery, Kantor Pos, Telepon, Restoran dan
lain-lain.
c. Ruangan steril
Yaitu ruangan yang disediakan bagi penumpang yang akan naik ke pesawat
udara. Untuk memasuki ruangan ini harus melalui pemeriksaan yang cermat
dari petugas keselamatan operasi penerbangan. Di dalam ruangan ini tidak
diperbolehkan ada Ruang Konsesi.
HAL. 16
2. KONSEP TATA RUANG BANGUNAN TERMINAL
Untuk menganalisa suatu sistem lalu lintas di dalam bangunan, dapat dilakukan
dengan cara matriks hubungan ruang seperti pada matriks hubungan ruang di bawah
ini :
HAL. 17
MATRIKS HUBUNGAN RUANG
BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
HAL. 18
Beberapa fasilitas utama yang terdapat di dalam bangunan terminal penumpang antara
lain :
1). Sentralisasi
Pelayanan pelaporan penumpang dan bagasi di proses di check-in counter
yang terpusat di area keberangkatan.
Pengendalian sistem operasi pelayanan dilakukan oleh satu unit kerja,
dengan pembagian counter check-in sebagai berikut :
− direncanakan sesuai dengan jumlah airline atau jumlah penerbangan.
− atau alternatif lain adalah membebaskan setiap penumpang untuk
melapor pada setiap counter check in yang ada. Alternatif ini
memerlukan penanganan sortir barang bawaan yang baik; terutama
untuk bandara besar akan memerlukan penanganan khusus dan
biaya yang relatif besar.
Sistem pelayanan pelaporan sentralisasi ini menguntungkan pihak
pengelola karena efisien dan efektif.
2) Desentralisasi
Pelayanan pelaporan Desentralisasi adalah kebalikan dari sentralisasi, yaitu
menyebarkan pelayanan pelaporan di beberapa tempat. Biasanya pengelola
fasilitas pelayanan ini adalah perusahaan angkutan udara atau “airline” ,
dengan beberapa tipe penempatan check-in :
HAL. 19
a). Split Check - In
HAL. 20
Perusahaan angkutan udara memproses penumpang dan barang bawaan yang
telah diperiksa pada fasilitas pelayanan pelaporan / check-in yang terdiri atas
meja check-in yang dilengkapi dengan ban berjalan untuk pengiriman bagasi.
Fasilitas pelaporan tersebut dapat berupa tipe “frontal” ataupun tipe “pulau”
(island type). Diantara kedua tipe ini, terdapat beberapa variasi dari kedua tipe
tersebut.
o Tipe “frontal” digunakan pada daerah yang luas dengan bentuk linear yang
memungkinkan penumpang langsung meninggalkan meja lapor setelah
diproses.
HAL. 21
Ruang tunggu ini dilengkapi dengan kursi tunggu, walaupun dapat diasumsikan
bahwa tidak semua penumpang akan duduk. Untuk terminal penumpang dengan
ukuran kecil yang tidak memiliki fasilitas transit atau tidak dilengkapi dengan area
komersial, dapat diasumsikan bahwa 2/3 jumlah penumpang akan duduk diruang
tunggu dan 1/3 jumlah penumpang akan berdiri.
Sedangkan untuk terminal penumpang yang memiliki fasillitas transit dan area
komersial, maka diasumsikan bahwa 1/3 jumlah penumpang akan duduk serta
2/3 penumpang lainnya berdiri atau berjalan-jalan memanfaatkan area komersial.
Pada bandara tertentu dimana pengaturan operasional dan keamanannya sudah
baik, maka ruang tunggu keberangkatan didalam bangunan terminalnya, juga
berfungsi sebagai jalur keluar untuk penumpang datang. Sehingga besaran ruang
yang dibutuhkan selain dapat menampung penumpang yang akan berangkat
berikut sirkulasinya, juga ditambah dengan jalur keluar penumpang datang untuk
menuju ketempat pengambilan bagasi atau “bagage claim area”.
HAL. 22
udara. Sistem penanganan bagasi ini harus dapat pemroses sejumlah besar
bagasi dalam waktu singkat dengan keakuratan yang dapat diandalkan. Untuk
mengantisipasi type pesawat dengan kapasitas yang lebih besar pada masa
mendatang, otomatisasi penanganan bagasi menjadi salah satu sistem penting
didalam bangunan terminal.
Sistem penanganan bagasi yang akan dipasang harus dipikirkan pada tahapan
awal proses desain. Ada beberapa konsep sistem terminal yang memerlukan
sistem yang sangat otomatis dan mahal, tetapi juga ada yang hanya memerlukan
ban berjalan yang murah dan sederhana. Apabila otomatisasi distribusi dan
sistem sortir/pemilahan memerlukan perhatian yang khusus, maka sebaiknya
penyedia jasa dan barang sistem pananganan bagasi dilibatkan pada tahapan
awal desain. Hal tersebut akan memberikan kesempatan kepada penyedia jasa
dan barang untuk berpartisipasi pada proses desain , untuk mengantisipasi
terjadinya revisi desain yang menghabiskan biaya dan keterlambatan didalam
pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian bandar udara.
Dibawah ini dapat dilihat prinsip yang dapat membentuk sistem penanganan
bagasi yang efisien :
− Aliran bagasi harus lancar dan cepat dengan jumlah penanganan
operasional yang minimum.
− Penataan fasilitas penanganan bagasi didalam bangunan harus konsisten
dengan bentuk apron serta jenis dan volume arus bagasi.
− Perbedaan tinggi atau belokan dalam sistem penanganan bagasi haruslah
seminimum mungkin
o Aliran bagasi tidak menggangu/memotong arus penumpang, barang ,
petugas maupun kendaraan
− Tersedianya fasilitas untuk tranfer bagasi ke daerah pemilahan bagasi
kedatangan
− Arus pada daerah apron tidak boleh terganggu oleh adanya kegiatan fisik
bagasi
− Tersedianya fasilitas untuk pemeriksaan bagasi.
− Tersedianya fasilitas bagi bagasi dengan ukuran ekstra besar
− Sistem penanganan bagasi harus mempunyai sistem cadangan apabila
sistem tersebut tidak bekerja / dalam keadaan darurat.
Ruang pengambilan bagasi disediakan dekat dengan hall umum kedatangan atau
kerb kedatangan. Pada terminal - terminal kecil dimana aktifitasnya rendah,
HAL. 23
proses pengambilan bagasi dapat dilakukan pada sebuah meja / counter bagasi.
Sedangkan untuk terminal yang lebih besar dimana aktifitasnya tinggi, maka
penanganan bagasinya menggunakan peralatan mekanis seperti conveyor belt
dan gravity roller.
Jumlah dan jenis peralatan ditentukan oleh jumlah dan type pesawat pada waktu
sibuk, jumlah penumpang datang, jumlah bagasi serta cara pengangkutan bagasi
dari pesawat ke ruang pengambilan bagasi atau ” baggage handling ”.
Pada perencanaan yang ideal, pemakaian satu baggage claim sebaiknya tidak
digunakan oleh dua pesawat yang datang pada waktu bersamaan.
Pada umumnya, para penumpang datang yang barang bawaannya masuk dalam
bagasi, harus menunggu dahulu diruang pengambilan bagasi sebelumbarang
bawaannya datang. Hal ini disebabkan karena waktu yang dibutuhkan
penumpang untuk berjalan dari pesawat keruang pengambilan bagasi lebih cepat
dari pada waktu yang dibutuhkan untuk proses barang dari pesawat ke ruang
pengambilan bagasi. Dengan demikian, dalam merencanakan lobby
kedatangan harus dapat menampung penumpang datang sementara barang -
barang diproses.
Untuk pengamanan bagasi penumpang, perlu suatu sistem pemeriksaan bagasi
dengan mencocokkan nomor bagasi dan barang yang diambil penumpang.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pintu keluar ruang kedatangan.
HAL. 24
Fasilitas penerbangan Internasional yang bersifat operasional langsung berada di
bangunan terminal, sedang yang bersifat tidak langsung seperti kantor,
administrasi dan penyimpanan bisa berada di dalam bangunan terminal atau bisa
juga berada pada bangunan tersendiri.
§ Kantor Imigrasi
− Fungsi
Untuk mengurusi segala hal yang berhubungan dengan
keimigrasian yang dilaksanakan di bandar udara.
b) Peletakan
Dekat dengan areal sirkulasi penumpang terutama yang berhubungan
dengan hal keimigrasian, baik pada area keberangkatan maupun area
kedatangan.
c) Konsep
Untuk kantor pengelola masalah keimigrasian.
§ Kantor Karantina
a) Fungsi
Sebagai tempat pelaksanaan segala kegiatan yang berhubungan
dengan masalah kekarantinaan baik karantina kesehatan
maupun pertanian ( meliputi : tumbuhan, hewan, dan ikan ).
b) Peletakan
HAL. 25
Dekat dengan areal sirkulasi penumpang untuk kemudahan
pemantauan dan pemeriksaan serta kemudahan hubungan dengan
fasilitas lain.
c) Konsep
Penyediaan fasilitas untuk kegiatan pemeriksaan dan karantina.
Ruangan untuk menampung kegiatan petugas karantina.
e. Fasilitas-fasilitas lain
Selain ruang-ruang utama diatas, bangunan terminal juga dilengkapi dengan
ruang-ruang yang dapat menampung kegiatan yang disesuaikan dengan
kebutuhan operasional dan pelayanan penumpang di bandar udara tersebut yaitu
HAL. 26
Common Use Terminal Equipment (CUTE) adalah istilah dasar yang
digunakan oleh industri airline untuk fasilitas yang dapat digunakan /
diakses secara individual melalui komputer yang dimilikinya.
Ide dasar konsep CUTE ini adalah agar penyelenggara angkutan udara di
bandar udara dapat berbagi fasilitas pelayanan terminal penumpang. Hal
tersebut mencakup meja lapor utama dan meja lapor yang berada di pintu
masuk pesawat yang berdasarkan pada pengunaan bersama, sehingga
penyelenggara angkutan udara dapat menggunakan komputer EDP yang
dimilikinya untuk mengontrol kedatangan pesawat, pemesanan tiket, pas
masuk dan tanda bagasi pada meja lapor tersebut seperti halnya yang
dapat dilakukan pada kantor mereka.
3) Sistem Informasi
HAL. 27
Idealnya, bentuk bangunan terminal penumpang itu sendiri dapat
dibaca/dimengerti oleh penumpang, sedangkan pada tempat yang memang
diperlukan diberikan tambahan informasi yang menuju tempat tujuan.
Kegunaan utama sistem petunjuk informasi bandar udara ini adalah untuk
mempermudah pergerakan pada daerah umum melalui jalan atau koridor
dengan menggunakan sistem yang mudah dimengerti yang mengandung
petunjuk, inforrmasi , peraturan, dan pesan identifikasi.
HAL. 28
memanfaatkan fasilitas ini tanpa mengganggu arus lintas penumpang
di dalam terminal.
HAL. 29
Dengan memperhatikan kemungkinan pengembangan, maka lokasi fasilitas
penunjang di dalam Rencana Induk harus direncanakan dengan baik.
Fasilitas ini disediakan bagi para penumpang penyandang cacat fisik, orang
sakit dan orang lanjut usia yang berupa penyediaan aksesibilitas dan
prasarana terminal, seperti :
− Lift untuk orang lumpuh dengan kursi roda, atau dapat juga digunakan
bersama dengan penumpang lain.
− Ramp untuk jalur kursi roda dengan kemiringan maksimal ( 1 : 14 ).
− Toilet untuk penyandang cacat dengan desain yang khusus, seperti :
− lebar pintu, ketinggian handle pintu, ketinggian lavatory, railling di
dinding.
− Kursi tunggu di ruang check-in dan bagage claim untuk tempat
menunggu bagi orang lanjut usia dan ibu yang sedang hamil tua.
− Telepon Umum dengan ketinggian yang sesuai untuk penyandang
cacat / pengguna kursi roda.
− Parkir khusus untuk penyandang cacat yang diletakkan dekat dengan
pintu masuk terminal, jauh dari jalur utama lalu lintas dan diberi tanda
yang cukup jelas.
Tempat parkir ini memungkinkan pengguna kursi roda atau tongkat
penopang ( crutch ) untuk dapat keluar/masuk kendaraan mencapai
ketinggian lantai bangunan.
− Check-in counter dengan ketinggian yang rendah atau meja khusus
agar pengguna kursi roda atau penumpang sakit dan orang lanjut usia
dapat duduk sewaktu dilayani.
− Proses pemeriksaan sekuriti bagi pengguna kursi roda, dengan
menggunakan hand-check facility.
3. SIRKULASI PENUMPANG
HAL. 30
Kedua kegiatan tersebut terpisah satu sama lain namun tetap berada dalam satu
bangunan baik penerbangan Domestik maupun Internasional. Apabila kegiatan
penerbangan Domestik dan Internasional tidak dilayani dalam satu bangunan
maka masing - masing kegiatan tersebut terpisah satu dengan yang lain.
Secara umum sirkulasi penumpang dapat dijelaskan pada gambar III.1 dan distribusi
vertikal aktivitas di bangunan terminal dapat dilihat pada gambar III.2. :
SIRKULASI PENUMPANG
Gb. III - 1
HAL. 31
DISTRIBUSI VERTIKAL AKTIVITAS DI BANGUNAN TERMINAL
Gb. III - 2
HAL. 32
d. 1 level jalan ( 2 jalur ) / 2 level terminal
Gb. III - 2
Keterangan :
: Keberangkatan penumpang
: Kedatangan penumpang
HAL. 33
Blok Tata Ruang Domestik
Gb. III - 3
HAL. 34
Blok Tata Ruang Internasional
Legenda :
Q : Quarantina
I : Imigrasi
BC : Bea Cukai
Gb. III - 4
HAL. 35
BAB I V
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERENCANAAN BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
1. ARSITEKTUR
Bangunan Terminal Penumpang sebagai salah satu fasilitas pokok dalam bandar
udara, mempunyai fungsi sebagai penghubung utama antara moda transportasi
darat dengan moda transportasi udara yang menampung kegiatan pelayanan
penumpang pesawat udara dan barang atau bagasinya.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penghubung antar moda, bangunan terminal
penumpang harus dapat memperlihatkan perannya sebagai bangunan umum, yang
penampilan bangunannya menggambarkan falsafah dan karakter Bangunan
Terminal Penumpang.
Karakter suatu bangunan terjadi karena bentuk bangunan, bahan bangunan yang
dipakai, keberadaan / kondisi bangunan sekelilingnya dan landscaping sekitarnya.
Walaupun karakter yang terjadi sifatnya subyektif, akan tetapi dipilih jenis karakter
yang bersifat umum, dengan tinjauan :
Bagian terminal penumpang yang terlihat dari luar daerah sisi udara adalah :
− Koridor penghubung antara ruang tunggu keberangkatan dan gang /
lorong jembatan penghubung ke pesawat, biasanya berada di lantai
dua.
− Daerah servis pendaratan dan bongkar muat pesawat, serta ruang
tunggu keberangkatan.
HAL. 35
Perencanaan ruang keberangkatan dan koridor tersebut harus memperhatikan
kriteria sebagai berikut :
− Penumpang didalam bangunan dijaga agar terhindar dari gangguan
cuaca/iklim, seperti angin yang keras, hujan, dan sinar matahari,
panasnya apron serta silaunya panas matahari yang menimpa apron.
− Semburan dan bau gas buangan serta bisingnya suara pesawat di apron.
− Sterilnya penumpang yang telah berada di daerah ruang tunggu
keberangkatan dan koridor harus dijaga, agar tidak tercemar oleh
kegiatan dari luar.
Sedangkan yang sulit untuk dihindari adalah kotornya apron oleh minyak
bahan bakar pesawat, dan berjajarnya peralatan untuk membantu sandar dan
bongkar muat pesawat. Namun dengan kemajuan teknologi mekanikal dan
biaya yang cukup besar maka daerah apron / parkir pesawat akan tampak
bersih dan rapih, dengan dibangunnya / dibuatnya :
− Penarik dan pendorong otomatik untuk pesawat yang akan sandar
ataupun yang akan tinggal sandar dari tempatnya parkir, untuk persiapan
menyalakan mesinnya dengan peralatan yang tersembunyi di dalam
apron.
− Lantai basement untuk menyimpan peralatan bongkar/muat pesawat.
− Peralatan pengarah pendaratan otomatis, yang terlihat jelas oleh pilot
pesawat.
Sedangkan bagian terminal penumpang yang terlihat dari luar daerah sisi darat
(land side) adalah curb side atau publik hall di area keberangkatan dan
kedatangan penumpang.
HAL. 36
− Curb side harus direncanakan dengan cukup lebar di depan area
keberangkatan dan kedatangan untuk dapat menampung dan memberi
kenyamanan bagi penumpang dan pengunjung lain.
− Petunjuk arah dengan rambu-rambu yang informatif, yaitu jelas, mudah
dibaca dan dimengerti baik bagi penumpang maupun pengunjung
lainnya.
− Material lantai dipergunakan dari jenis yang tidak licin dan mudah
dibersihkan.
Falsafah dari terminal penumpang dilihat dari sisi luar adalah agar dapat
memberi kesan-kesan :
− Dapat mempunyai identitas terminal penumpang suatu daerah/negara,
karena terminal penumpang adalah “gate” / pintu gerbang suatu
daerah/negara.
− Pada waktu penumpang berada di dalam pesawat, dapat merasakan
kesan mengundang dan kemegahan, kerapian, kebersihan dan
keteraturan dari bandara.
− Pada waktu penumpang berada di daerah parkir kendaraan, dapat
menikmati keteduhan tanaman pelindung dan kemegahan serta kesan
mengundang dari curb side.
Dari kesan ruang luar yang terjadi tersebut diatas, diperoleh karakter
arsitektural yang dapat terjadi pada bangunan terminal penumpang, yaitu :
1) Modern
HAL. 37
Untuk bangunan terminal penumpang, dari bidang-bidang tampak yang
menghadap ke sisi udara diharapkan penumpang dapat melihat kegiatan
apron/pesawat, maka bagian bangunan pada sisi ini banyak terdiri dari
bahan kaca tinted tampered minimal 12 mm, sehingga kesan tertutup
tetapi transparant terlihat dominan sekali. Untuk memberi kesan megah,
biasanya dibuat deretan kolom yang diolah dengan baik.
2) Tradisional
HAL. 38
Antara lain yang perlu dicegah adalah terjadinya :
− Penyelundupan warga negara asing atau warga negara yang tidak boleh
pergi keluar negeri.
− Penyelundupan ajaran komunis, obat-obatan dan narkotika.
− Pemasukan hama binatang dan tanaman serta wabah penyakit.
− Penyelundupan senjata api dan barang-barang yang terlarang untuk
diperjual belikan, seperti barang purbakala dan sebagainya.
− Penyelundupan barang yang seharusnya dibayar bea dan cukainya.
HAL. 39
Elemen asitektur daerah tersebut dapat diterapkan atau dimodifikasikan pada
elemen-elemen bangunan terminal penumpang. Baik pada bentuk atap,
maupun pada elemen-elemen bangunan lain yang menyatakan bentuk karya
seni daerah. Elemen-elemen arsitektur tersebut berfungsi sebagai elemen
estetika ruang yang memberi kesan asri, indah dan penambah kenyamanan.
1) Fungsi Ruang
Ruang-ruang tertentu pada bangunan terminal penumpang yang cocok
untuk penerapan elemen-elemen arsitektur/karya seni daerah, seperti
public hall, ruang tunggu keberangkatan, ruang tunggu kedatangan dan
lain-lain.
2) Makna simbolik
Dalam tiap unsur arsitektur/karya seni daerah memiliki tujuan dan makna
atau arti, sehingga dalam penempatannya harus sesuai dengan jenis
ruang.
Misal : penempatan ornamen Patra Punggel ( Bali ) pada bagian atau
pintu masuk.
HAL. 40
juga harus memperhatikan syarat-syarat keselamatan penerbangan
(obstacle dan lain-lain).
2. STRUKTUR
3. MEKANIKAL ELEKTRIKAL
HAL. 41
a. Pengelompokan peralatan terminal
1) Mekanikal
Semua peralatan yang berkaitan dengan mesin sebagai sistem
penggeraknya, yaitu:
− Sistem tata udara ( air conditioning )
− Sistem transportasi vertikal ( eskalator, elevator / lift )
− Sistem plumbing
− Sistem pemadam kebakaran
− Sistem transportasi barang ( conveyor belt )
− Sistem timbang bagasi
− Sistem garbarata ( rampway passenger, avio bridge )
2) Elektrikal
Semua peralatan yang berkaitan dengan listrik sebagai sistem
penggeraknya, seperti :
− Sistem instalasi listrik dan penerangan
− Sistem tata suara
− Sistem komunikasi
− Sistem fire alarm
− Building Automation System
HAL. 42
Fungsi umum dari peralatan didalam bangunan terminal penumpang adalah :
HAL. 43
Yang harus diperhatikan dalam perencanaan bangunan terminal
penumpang yang berkaitan dengan Mekanikal Elektrikal antara lain :
4. PENGEMBANGAN.
HAL. 44
− Menambah luas bangunan secara horisontal ke sisi kanan, kiri atau sisi darat
bangunan terminal yang ada
− Menambah luas bangunan ke arah vertikal dengan menambah jumlah lantai
bangunan
− Menambah bangunan dengan sistim modul, dimana terminal pertama
berfungsi sebagai terminal keberangkatan, sedangkan terminal perluasan
berfungsi sebagai terminal kedatangan atau sebaliknya tergantung letak
bangunan terhadap lahan.
Untuk bandara-bandara kecil seperti bandara perintis atau satuan kerja (satker),
biasanya fasilitas bandaranya masih belum lengkap, misalnya hanya mempunyai
landasan pacu saja tanpa apron. Dengan asumsi bahwa bila bandara tersebut
berkembang dan fasilitasnya semakin lengkap dengan adanya apron dan lain-lain,
maka bangunan terminal lama akan dibongkar dan diganti dengan bangunan
terminal yang lebih permanen.
HAL. 45
Para penumpang yang akan berangkat, menghabiskan waktu yang relatif lama di
dalam bangunan terminal, baik waktu untuk memproses dokumen perjalanan
maupun waktu untuk menunggu. Dalam kenyataannya, waktu yang dibutuhkan
penumpang dalam memproses dokumennya, relatif lebih kecil dibandingkan dengan
waktu yang dihabiskan untuk menunggu keberangkatan pesawat. Dengan demikian,
bangunan terminal penumpang direncanakan sedemikian rupa sehingga menarik
para penumpang untuk menghabiskan waktu menunggunya di area komersial,
seperti restoran, toko-toko, kios, bar dan konsesi lainnya.
Pemasukan keuangan dari sisi non aeronautika yang berhubungan dengan area
konsesi di dalam bangunan terminal penumpang, memberi kontribusi yang cukup
signifikan terhadap struktur pendapatan bandar udara.
HAL. 46
perjalanan, adakalanya para penumpang ini tergoda dan tertarik juga untuk
membeli barang lain yang ditawarkan dan dipamerkan di dalam toko atau kios.
− Maskapai atau perusahaan penerbangan / airlines, yang selain memerlukan
ruangan kantor administrasi, fasilitas check-in, first class and business class
lounges, juga memerlukan ruangan untuk gudang, catering, air crew office dan
lain-lain.
− Pegawai bandar udara, yaitu mereka yang bekerja di dalam bandar udara
sebagai pegawai airlines, pegawai bandara, konsesioner dan lain-lain. Mereka
memanfaatkan jam istirahat untuk berbelanja keperluan sehari-hari di tempat
yang berdekatan dengan tempat mereka bekerja.
− Airlines crews, seperti pilot, pramugari dan lain-lain, yang menggunakan jam
istirahat mereka di darat / bandara untuk memanfaatkan jasa dry cleaning,
shoe repair, salon dan lain-lain.
− Pengantar dan penjemput, yang memanfaatkan waktunya menunggu teman
atau keluarga yang berangkat atau datang, dengan berbelanja di toko-toko
dan restoran yang ada di area komersial.
− Para pengunjung bandara, yang datang ke bandara dengan maksud untuk
berjalan-jalan, rekreasi dan melihat-lihat barang-barang yang dijual dan
dipamerkan di toko souvenir dan lain-lain dalam suasana yang bersih, sejuk,
nyaman dan barang-barang yang dibutuhkanpun tersedia di area komersial
atau para pelajar yang melakukan studi lapangan di bandara.
− Para pengusaha / businessmen, yang dapat memanfaatkan fasilitas
perkantoran, ruang rapat atau pertemuan di area komersial dan dapat bertemu
dengan rekan bisnis dari luar kota dan melakukan transaksi bisnis di bandar
udara.
HAL. 47
BAB V
KEBUTUHAN LUAS TERMINAL PENUMPANG
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan standar luas terminal adalah
faktor tingkat pelayanan. Tingkat pelayanan pada dasarnya relatif tidak sama
bagi setiap orang, masing - masing mempunyai penilaian sendiri - sendiri
terhadap kondisi suatu tingkat pelayanan. Namun dalam perencanaan terminal
setidak -tidaknya ditetapkan pendekatan secara umum, untuk suatu tingkat
pelayanan.
HAL. 48
− Buruk.
Kondisi ini menunjukkan pelayanan operasional dan penyediaan fasilitas
kebutuhan penumpang / pemakai jasa kurang terpenuhi, kenyamanan dan
sarana yang adapun dirasa tidak memadai.
Dibawah ini dapat dilihat faktor penting yang menjadi penilaian penumpang dan
penyelenggara angkutan udara didalam menilai satu bandar udara pada umumnya
dan bangunan-bangunan terminal pada khususnya :
− Akses yang mudah dari dan menuju bandar udara dengan menggunakan jalan
raya maupun kereta.
− Jarak yang dekat dari curb side ke meja check-in , dan dari meja check in ke
pintu masuk pesawat dan dengan perubahan tinggi lantai yang seminimal
mungkin. Demikian pula dari pintu keluar pesawat menuju tempat pengambilan
bagasi dan dari bea-cukai menuju ke curb side dan tempat parkir kendaraan
umum (Bis ataupun kereta api).
− Arsitektur dan lansekap yang atraktif / menarik, yang dapat menimbulkan
suasana yang nyaman, menyenangkan dan menenangkan.
− Antrian yang pendek, untuk pemeriksaan keamanan maupun dokumen
perjalanan.
− Kinerja ketepatan waktu dari perusahaan angkutan udara / airlines.
− Proses pengambilan bagasi yang cepat serta kemudahan untuk mendapatkan
alat bantu angkut dorong / trolley.
− Informasi dan Petunjuk arah yang jelas dan tepat.
− Penjual barang yang baik dan bervariasi.
− Ruang tunggu khusus komersial / CIP (Commercially Important Passengers)
yang atraktif dan dekat dengan pintu masuk pesawat.
HAL. 49
− Tersedianya fasilitas makanan dengan jenis yang bervariasi dan harga yang
terjangkau.
− Rencana induk dengan lokasi fasilitas pokok yang optimal dan memungkinkan
pengembangan secara bertahap dan teratur.
− Komposisi dan tata letak landas pacu / runway yang memaksimalkan kapasitas
landas pacu dan tetap menyediakan ruang yang cukup untuk mengantisipasi
pengembangan apron dan bangunan terminal.
− Tata letak landas pacu / runway yang meminimalkan jarak pesawat untuk
melakukan taxiing.
− Bentuk apron yang dilengkapi dengan peralatan listrik darat yang efisien dan
mencukupi serta lokasi yang tepat untuk menaikkan/menurunkan bagasi,
penumpang, barang dan peralatan penunjang, dengan bentuk yang tidak
tertutup yang akan menyulitkan pergerakan pesawat.
− Tempat kerja yang atraktif untuk menarik staf perusahaan angkutan
udara/airline, yang mengutamakan kebutuhan operasional dan fungsional
serta menyediakan ruang yang mencukupi dan tepat bagi akomodasi
perusahaan angkutan udara, disamping memperhatikan estetika dan
keindahan arsitektural.
− Bangunan Terminal Penumpang yang menyediakan sistem penanganan sortir
bagasi yang efisien.
− Bangunan Terminal Penumpang yang dapat menampung kurang lebih 90%
penumpang dengan menggunakan garbarata, dan sisanya menggunakan bus
pada area remote.
− Pertokoan yang baik, yang tidak mengganggu aliran penumpang dari area
check in menuju pintu masuk pesawat, dan dapat memberi pemasukan
pendapatan bagi penyelenggara Bandar Udara yang diharapkan dapat
membantu menurunkan besaran tarif pelayanan bagi perusahaan angkutan
udara.
− Bandar udara yang menerapkan tarif pelayanan dengan nilai yang wajar.
− Penyelenggara bandar udara yang mempunyai visi dan dapat melihat
keuntungan timbal balik untuk bekerja sama dengan perusahaan angkutan
udara didalam perencanaan pengembangan bandar udara.
HAL. 50
2. STANDAR LUAS BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
Standarisasi bangunan terminal penumpang ini dibuat sebagai salah satu pedoman
dalam program perencanaan bangunan terminal penumpang suatu bandar udara.
Besaran dalam standar luas bangunan terminal penumpang ini merupakan besaran
minimal yang memenuhi persyaratan operasional keselamatan penerbangan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan dan kenyamanan penumpang, seperti
ruang-ruang komersial besaran dalam standar ini dapat diperbesar.
CATATAN :
− Untuk menghitung luas bangunan terminal penumpang, dapat menggunakan Daftar
Standar Luas Terminal Penumpang yang dapat dilihat pada Tabel V-1 dan V-2.
− Untuk menghitung luas bangunan terminal penumpang secara lebih detail dapat
menggunakan Daftar perhitungan Kebutuhan Ruang yang dapat dilihat pada tabel V-3.
HAL. 51
Tabel V - 1 :
STANDAR LUAS TERMINAL PENUMPANG DOMESTIK
STANDAR LUAS
JUMLAH TERMINAL
NO. PENUMPANG / M2/JML CATATAN
TAHUN PENUMPANG TOTAL/M2
WAKTU SIBUK
1. ≤ 10.000 - 100
2. 10.001 - ≤ 25.000 - 120
3. 25.001 - ≤ 50.000 - 240 Standar luas
4. 50.001 - ≤ 100.000 - 600 terminal ini
5. 100.001 - ≤ 150.000 10 - belum memper-
6. 150.001 - ≤ 500.000 12 - hitungkan ke-
7. 500.001 - ≤ 1.000.000 14 - giatan komersial
8. > 1.000.000 Dihitung lebih -
detail
Tabel V - 2 :
STANDAR LUAS TERMINAL PENUMPANG INTERNASIONAL
STANDAR LUAS
JUMLAH TERMINAL
NO. PENUMPANG / M2/JML CATATAN
TAHUN PENUMPANG TOTAL/M2
WAKTU SIBUK
Standar luas
1. ≤ 200.000 - 600 terminal ini
belum memper-
2. > 200.000 17 - hitungkan ke-
giatan komersial
Catatan : Hasil Perhitungan Sub Direktorat Bangunan dan Prasarana Sisi Darat, Direktorat Teknik
Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara.
HAL. 52
Tabel V.3 :
PERHITUNGAN KEBUTUHAN RUANG
HAL. 53
DAFTAR PUSTAKA
4. Kepala Sub Direktorat Bangunan dan Prasarana Sisi Darat, Presentasi Sub
Direktorat Teknik Bandara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen
Perhubungan, Jakarta 23 Maret 1995.
6. Technical Guide Line, “Passenger Terminal Planning and Design Standard for
Airport Engineering Facilities”, Directorate of Airport Engineering Directorate
General of Air communication, 1995.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I FASILITAS PENUNJANG BANDAR UDARA 1
1. PENGERTIAN 1
2. FUNGSI 1
3. JENIS 1
DAFTAR PUSTAKA
Hal. i
DAFTAR TABEL
Halaman
Hal. ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Hal. iii
BAB I
FASILITAS PENUNJANG BANDAR UDARA
1. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan fasilitas penunjang bandar udara adalah fasilitas prasarana
sisi darat khususnya jalan, parkir, air bersih dan limbah dengan fasilitas
pendukungnya yang bertujuan untuk menunjang kelancaran dan keselamatan
operasional bandar udara. Dengan tersedianya fasilitas penunjang ini akan
meningkatkan kinerja bandar udara serta memberikan pelayanan yang terbaik
terhadap pengguna jasa bandar udara.
2. FUNGSI
Fasilitas penunjang bandar udara berfungsi untuk :
− Menampung dan menyalurkan fungsi - fungsi utilitas (air bersih dan kotor),
persampahan yang dihasilkan dari setiap kegiatan bandar udara.
− Memberikan rasa aman, memperjelas batas - batas bandar udara dan batas
fungsi antar bangunan.
− Menciptakan suasana nyaman dan asri bagi karyawan, pengguna jasa bandar
udara sehingga menjadikan bandar udara ramah terhadap lingkungan.
3. JENIS
Fasilitas penunjang bandar udara secara khusus terdiri dari :
HAL.1
− Fasilitas air bersih dan limbah
Fasilitas air bersih merupakan fasilitas vital dalam menunjang kegiatan bandar
udara. Mendapatkan sumber air dengan kwalitas air yang dibutuhkan baik
kebutuhan air minum, mandi ,cuci atau kebutuhan teknis lainnya seperti
pemadaman kebakaran ( PKP-PK ) perlu diteliti dan direncanakan dengan cermat.
Disamping itu pengolahan limbah diantaranya limbah cair dan limbah padat perlu
mendapatkan perhatian khusus agar bandar udara benar - benar bersih terbebas
dari pencemaran terhadap air, tanah, udara dan tidak mengganggu lingkungan
hidup disekitar bandar udara. Untuk itu analisa dampak lingkungan perlu
dilakukan sebelum dan sesudah pembangunan suatu Bandar Udara
dilaksanakan.
HAL.2
BAB II
JALAN, PARKIR DAN FASILITAS PENDUKUNGYA
- Bahu jalan
Adalah bagian kiri dan kanan jalan atau keliling areal parkir yang membatasi jalur
gerak kendaraan dan dapat dilengkapi dengan pasangan kanstin ( curb ) dan
kanstin belakang ( backup curb ).
Bahu jalan terdiri dari :
• Trotoar
Adalah jalan yang diperuntukan khusus pejalan kaki dikiri dan dikanan jalan
atau bagian yang direncanakan pada areal parkir.
Konstruksi trotoar dapat berupa pasangan conbloc atau cor beton rabat
• Drainase
Adalah sistim pengeringan dengan cara pengaliran yang terarah yang
berfungsi mencegah kerusakan jalan atau parkir dari genangan air.
- Median
Adalah bagian jalan yang membatasi jalan antara jalur kanan dan jalur kiri dapat
berupa jalur hijau ( pertaman ) dan trotoar.
HAL.3
a. Perencanaan Jalan
Jenis - jenis jalan di dalam bandar udara terdiri dari :
• Jalan masuk bandara / acces road
• Jalan inspeksi / check road
• Jalan operasi
• Jalan servis / service road
• Jalan lingkungan
HAL.4
2) Jalan Inspeksi / check road
Jalan Inspeksi / check road dibangun sekeliling batas bandar udara dan
digunakan untuk pemeriksaan fasilitas dasar bandar udara secara rutin,
disamping itu, jalan ini juga digunakan untuk kendaraan - kendaraan darurat
seperti pemadam kebakaran PKP-PK.
Jalan inspeksi yang dihubungkan oleh jalan operasi dengan landas pacu
yang berjarak kurang lebih 500 m harus dibuat dengan mempertimbangkan
tempat kedudukan reservoir PKP-PK hidran (lihat gambar II-2).
3) Jalan Operasi
Jalan operasi dibangun untuk lintas kendaraan PKP-PK pada kendaraan
darurat dan dapat pula digunakan untuk jalan inspeksi fasilitas dasar bandar
udara (lihat gambar II-3).
AS
Jalan Servis
Jalan servis merupakan jalan yang digunakan untuk melayani kendaraan
yang mengangkut kebutuhan rutin suatu bandar udara. Misalnya jalan yang
mengbubungkan terminal penumpang dengan bangunan operasi. (lihat
gambar II-4a dan II-4b ).
HAL.5
Gambar II - 4a Jalan Servis Umum
5) Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan berada di dalam area perumahan / komplek yang
digunakan untuk melayani kendaraan pemilik perumahan, jalan ini juga
mampu melayani kendaraan PK-PPK (lihat gambar II-5).
HAL.6
Penempatan fasilitas jalan di bandar udara yang tersebut diatas dapat dilihat
pada gambar II-6.
BANG. OPERASI
JALAN SERVIS
Fungsi dan dimensi jalan termasuk lebar bahu jalan dan drainage di kiri kanan
jalan dapat dilihat pada tabel II - 1 di bawah ini.
HAL.7
Disain geometrik jalan tergantung pada beberapa faktor, misalnya volume
lalu-lintas, muatan standar , desain kecepatan dan kondisi lokasi atau
daerah. Kondisi daerah dapat digolongkan pada :
HAL.8
Tabel II-2 Jari - jari minimum tanpa Superelevasi
HAL.9
Lengkung vertikal berpengaruh pada biaya konstruksi maka kemiringan
yang memenjang harus diperhitungkan lebih hati - hati. Panjang kritis
yang dapat dipergunakan dan maksimum disain tanjakan jalan dapat
ditentukan pada tabel II - 4 dan tabel II - 5 dibawah ini.
Landai % 3 4 5 6 7 8 10 12
0-1 52 47 30 23 20
1-2 300 47 30 23 20
2-3 650 300 50 23 20
3-4 900 430 160 23 20
4 -5 > 1000 550 225 50 20
5-6 > 1000 650 275 85 20
6-7 > 1000 790 325 120 20
7-8 > 1000 900 380 145 25
8-9 > 1000 > 1000 440 160 40
9 - 10 > 1000 > 1000 550 170 55
HAL.10
D2A
L=
200 ( V h1 + V h2 ) 2
dimana :
L = Panjang lengkung vertikal ( m )
D = Jarak pandang ( m )
A = Perbedaan kemiringan ( dalam persen )
h1 = Tinggi penglihatan diatas jalan = 1,15 m
h2 = Tinggi objek diatas jalan
= 1,15 m apabila berada dikendaraan yang lain.
= 0,2 m apabila objek berada diatas tanah
150 + 3.5D
L = 2D = ( meter )
A
− Dimana panjang lengkung lebih besar dari jarak pandang yang
dibutuhkan
2
AD
L = 2D = ( meter )
150 + 3.5D
0-1 45 35 30 23 18
1-2 45 35 30 23 18
2-3 46 35 30 23 18
3-4 53 35 30 23 18
4 -5 102 60 37 23 18
5-6 133 78 48 23 18
6-7 155 93 58 35 18
7-8 180 110 68 42 18
8-9 205 125 75 45 32
9 - 10 230 143 85 55 38
HAL.11
P.t
DETAIL . A
HAL.12
b. Perencanaan Parkir
Dalam memenuhi kebutuhan akan luas daerah parkir perlu diperhatikan
pertumbuhan lalu lintas pada jalan penghubung antara bandar udara dengan
kota yang dilayani.
Untuk hal tersebut perlu dilakukan studi perbandingan dengan bandar udara lain
yang memiliki karakteristik yang mirip dengan bandar udara yang direncanakan.
Pengaturan parkir sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan terminal atau
kawasan lain yang dilayani. Selain itu struktur dalam lokasi daerah parkir perlu
diperhatikan kaitan antara keberadaan daerah parkir tersebut dengan fasilitas
lain dan keselamatan operasional bandar uadara.
Luas lahan yang dibutuhkan untuk pelataran parkir ditentukan dari ruang parkir:
- Terminal penumpang - Taxi pool dan taxi stand
- Terminal VIP - Perkantoran.
- Terminal Cargo
1) Persyaratan Umum.
Kebutuhan luas lahan untuk peletaran parkir harus memenuhi persyaratan
umum yaitu :
- Kapasitas minimum harus dapat memenuhi kebutuhan nominal dari
bandar udara.
- Memenuhi syarat - syarat keamanan dan syarat - syarat dampak
lingkungan.
- Memiliki kehandalan dan perpaduan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan bandar udara dalam memberi pelayanan secara prima.
HAL.13
• Menghitung distribusi (per jam) kendaraan yang masuk dan
keluar bandar udara untuk mengetahui waktu parkir rata - rata.
Untuk keperluan ini dibutuhkan data lalu lintas angkutan darat di
bandar udara berdasarkan hasil survai.
Banyaknya jumlah kendaraan yang akan parkir adalah :
E1 = jumlah penumpang pada jam sibuk.
HAL.14
Tabel II - 7
Perencanaan Perletakan Parkir
Sumber : 1. A Guide to side and Enviroment Planning, Harvey, M. Rubenstien, John wileyand sons, Inc. USA
2. Planning and Design of Airport, Robert Hoojeff, Mc. Graw. Hill book Compny, USA
HAL.15
Untuk parkir bus dan taksi disarankan menggunakan sistim parkir dengan sudut 0°atau
sistem paralel.
HAL.16
HAL.17
HAL.18
PROSES PERENCANAAN PERPARKIRAN
E. Kebutuhan ruang
parkir
C x D
F. Ketersediaan
lahan
G. Rencana
perparkiran
HAL.19
c. Lapisan Konstruksi Jalan dan Parkir
Petunjuk perencanaan perkerasan jalan diperhitungkan berdasarkan metode
perkerasan lentur. Pada umumnya susunan perkerasan terdiri dari 3 lapisan,
yaitu :
- Lapisan bawah (sub base course)
- Lapisan pondasi (base course)
- Lapisan permukaan (surface course)
Bahan - bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan tahan
sehingga dapat menahan beban - beban roda.
Sebelum menentukan suatu bahan untuk dapat digunakan sebagai bahan
lapis pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik -
baiknya sehubungan dengan memperhatikan persyaratan teknik. Bermacam-
macam bahan alam / bahan setempat (CBR ≥ 50% PI ≤ 4%) dapat digunakan
sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah, stabilisasi
tanah dengan semen atau kapur.
HAL 20
3) Lapis Permukaan (Surface course)
Fungsi lapis permukaan antara lain :
Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda.
− Sebagai lapisan rapat untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat
cuaca.
Bahan untuk lapisan permukaan umumnya adalah sama dengan bahan lapis
pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi.
Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapis dapat bersifat kedap air dan
menambah tegangan tarik.
Penjelasan tentang lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan
dijelaskan pada Gambar II - 7
3%-5%
HAL 21
Tabel II - 8
Lapis konstruksi jalan Bandar Udara
A. Lapisan Permukaan
5 5 5 5 5
B. Lapisan Pondasi
10 - 15 10 10 10 5-8
. ( Batu Pecah 3/5 )
C. Lapisan Pondasi
15 - 20 15 15 15 10
. ( Batu Pecah 5 / 7 )
D. Lapisan Bawah
20 20 20 20 20
(Sirtu)
Catatan : Ukuran ketebalan lapisan konstuksi jalan / parkir dapat berubah apabila kondisi site
/lapangan tidak dalam keadaan normal yang harus dilaksanakan secara khusus.
HAL 22
Pedoman perencanaan Sistim rigid meliputi :
− Lapisan bawah plat terdiri dari bahan butiran keras setebal plat itu sendiri,
dapat berupa pasir, batu hancuran dan dipadatkan dengan
menggilingnya.
− Beton harus kering dan dibasahi selama 7 hari dan tidak boleh dibebani
sampai beton berusia 21 hari.
HAL 23
Tabel II - 9 Fungsi dan Plat Rigid Pavment
TEBAL POSISI
PENGGUNAAN TANAH PLAT PENULANGAN
( CM )
Mobil penumpang kering dan mantap 10 diatas
dan pejalan kaki. (sampai
memerlukan pemadatan dasar 11 diatas
400 kg/m2)
Mobil Industri kering dan mantap 13 diatas
ringan dan komersial
Truk kecil memerlukan pemadatan dasar 15 diatas
( sampai 800 kg/m2 )
Gudang - gudang dan kering dan mantap 15 diatas
pengerasan jalan untuk
diatas
Truk memerlukan pemadatan dasar 20
( sampai 1200 kg/m2 ) dibawah
HAL 24
Tabel II - 10. Koefisien lalu - lintas
Untuk tanah dengan CBR < 3%, perlu dilakukan perbaikan tanah dengan
alternatif sebagai berikut :
- Perbaikan tanah dengan mengganti tanah yang jelek.
- Perbaikan tanah dengan cerucuk.
- Perbaikan tanah dengan stabilisasi.
Disain untuk tanah dengan CBR < 3% harus dikonsultasikan dengan
Direktorat Teknik Bandar Udara.
Selanjutnya desain disesuaikan dengan alternatif - alternatif berikut untuk
tanah dengan CBR > 3%.
Untuk kelas jalan dengan muatan cukup berat, misalnya pada jalan PK-PPK
atau DPPU, tebal lapis pondasi bawah dengan sirtu dan dengan lapis
permukaan penetrasi aspal dengan kolakan atau beton aspal adalah sebagai
berikut :( lihat tabel II -11 dan tabel II -12 ).
Tabel II - 11
Untuk CBR Tanah Dasar ( 3 - 5% )
Tebal lapis pondasi bawah untuk kelas jalan dengan muatan berat.
UNTUK CBR TANAH DASAR ( 3 - 5% )
LHR 25 50 100 200
PONDASI BAWAH Sirtu Sirtu Sirtu Sirtu
PENETRASI ASPAL 25 30 37,50 42,50
KOLAKAN 20,50 27,50 35 37,50
BETON ASPAL 15 25 30,50 37,50
MUATAN MAKSIMUM (10-20) ton 30 ton 40 ton 40 ton
Tabel II - 12
Untuk CBR Tanah Dasar> 5%
UNTUK CBR TANAH DASAR > 5%
PENETRASI ASPAL 20 22,50 30 35
KOLAKAN 15 20,50 27,50 32,50
BETON ASPAL 15 7,50 22,50 30
HAL 25
Catatan :
- LHR ( Lintasan Harian Rata - rata )
- Tebal rata - rata lapis permukaan 5 cm
- Tebal rata - rata lapis pondasi 15 cm
- Untuk parkir tebal perkerasan ditambah 10%
Seluruh kelas jalan dengan muatan ringan misalnya jalan inspeksi atau jalan
lingkungan, tebal lapis pondasi dengan sirtu dan lapis permukaan penetrasi aspal
atau kolakan atau beton aspal adalah sebagai berikut : ( tabel II-13, II-14 )
.
Tabel II - 13
Untuk CBR tanah dasar ( 3 - 5% )
Tebal lapis pondasi bawah untuk kelas jalan dengan muatan ringan
UNTUK CBR TANAH DASAR (3-5%)
LHR 25 50 100 200
PONDASI BAWAH Sirtu Sirtu Sirtu Sirtu
PENETRASI ASPAL 20 25 30 35
KOLAKAN 15 20,50 25,50 32,50
BETON ASPAL 15 15 20 25,50
Tabel II - 14
Untuk CBR Tanah Dasar > 5%
UNTUK CBR TANAH DASAR >5%
PENETRASI ASPAL 15 20 22.50 30
KOLAKAN 15 15 20 25
BETON ASPAL 15 15 15 20
Catatan :
- LHR ( Lintasan Harian Rata - rata )
- Tebal rata - rata lapis permukaan 5 cm
- Tebal rata - rata lapis pondasi 15 cm
- Untuk parkir tebal perkerasan ditambah 10%
Tabel II - 15
Tebal Standart perkerasan jalan
LAPIS PERMUKAAN Rata - rata 5 cm
LAPIS PONDASI Rata -rata 15 cm – 20 cm
LAPIS PONDASI BAWAH Sirtu
HAL 26
3) Konstruksi Interbloc
Selain penggunaan bahan Aspal, lapis permukaan dapat juga dari bahan
Semen Stabilisasi atau Con Block dimana lapis pondasinya hampir sama
dengan konstruksi untuk lapis permukaan menggunakan aspal.
Penggunaan bahan Con Block hanya digunakan pada daerah tertentu saja
dengan pertimbangan :
- Kondisi tanah ( Sub Grade ) cukup baik.
- Mempunyai sistem drainage yang baik.
- Pemilihan penggunaan bahan Con Block yang cocok, terlebih dahulu
diperhitungkan jenis kendaraan yang melintas.
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan bahan Con Block atau semen
stabilisasi antara lain :
- Mempunyai kemampuan menahan beban yang lebih berat.
- Umur teknis yang lebih panjang.
- Total biaya yang lebih rendah.
Untuk jalan dan parkir digunakan Con Block tebal 10 cm - 12 cm ( lihat tabel
II -16, gambar II-10 ).
Tabel II-16
Dimensi Con Bloc untuk Jalan/Parkir
A.....Interbloc
B.....Sand Bedding
C.....Base Course
D.....Sub Base
Fasilitas pendukung jalan dan parkir adalah fasilitas pelengkap yang berfungsi
untuk melindungi jalan/ parkir dari kerusakan yang disebabkan oleh cuaca dan
menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pemakai jalan/parkir.
• Median
HAL 28
2. JEMBATAN
Daya muat jembatan untuk jalan kabupaten yang diijinkan oleh Bina Marga adalah
seperti berikut ( lihat tabel II -18 ) :
Tabel II - 18.
Daya muat jembatan
( BEBAN )
3000 - 500 70% BM JEMBATAN PERMANEN
500 - 200 70% BM JEMBATAN PERMANEN / KAYU
200 - 50 50% BM JEMBATAN KAYU
< 50 50% BM JEMBATAN KAYU
CATATAN :
Guna memperoleh standard drawing untuk jembatan dan gorong -
gorong untuk didiskusikan secara terperinci ( misalnya : model, ukuran,
konstruksi, dan lain-lain ) dengan Direktorat Teknis Bandar Udara.
HAL 29
Gambar II - 12 . Potongan melintang jembatan
Jumlah jalur lalu lintas pada Jembatan untuk lebar B m ( lihat Tabel II-19 )
Tabel. II - 19
Jumlah jalur Lalu lintas
Jumlah jalur
Lebar lantai kendaraan
Lalu Lintas
B
5.50 m - 8.25 m 2
8.25 m - 11.25 m 3
11.25 m - 15.00 m 4
15.00 m - 18.75 m 5
18.75 m - 32.50 m 6
HAL 30
3. SALURAN
Perencanaan saluran harus memenuhi syarat - syarat dan dasar pertimbangan yang
meliputi :
− Volume air pembuangan.
− Komposisi site plan, termasuk daerah tangkapan air.
− Kondisi level tanah yang direncanakan.
− Lokasi saluran induk yang telah ada.
− Kemiringan saluran.
− Saluran harus bisa menampung dan mengalirkan debit limpasan dan pada
kondisi tertentu mampu menampung debit aliran dari luar bandar udara.
− Lintas aliran air direncanakan sependek mungkin.
− Perencanaan saluran tidak terlalu jauh merubah saluran alam yang telah ada.
− Kemiringan saluran sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan.
− Ruas-ruas saluran harus kuat terhadap erosi dan sendimentasi.
Perencanaan penampang saluran untuk saluran samping jalan dilakukan dengan
menggunakan ( lihat tabel II - 20 dan tabel II - 21 ) berbagai panjang saluran
kemiringan.
HAL. 31
1) Saluran terbuka dengan penampang tanpa pasangan.
Ketentuan untuk menentukan dimensi saluran tanpa pasangan antara lain :
- Luas minimum penampang adalah 9,5 m2
- Tinggi minimum saluran ( T ) adalah 50 cm.
Tabel II - 20
Dimensi Saluran Tanpa Pasangan
Untuk lebar dasar saluran ( D ) dan kemiringan saluran yang berbeda, tabel II - 20 dapat
digunakan dengan catatan luas penampang dari hasil tabel II - 20 dan ketentuan - ketentuan
umum untuk menentukan dimensi saluran tetap terpenuhi ( lihat gambar II - 13 )
1 1.
variabel 1 1
D min = 50 cm
HAL. 32
2) Saluran terbuka dengan penampang saluran menggunakan pasangan
Ketentuan umum menentukan dimensi saluran dengan pasangan:
- Luas minimum pasangan adalah 0,50 m2
- Tinggi minimal saluran ( T ) adalah 50 cm
Berdasarkan asumsi untuk mendapatkan debit air dan ketentuan - ketentuan
umum untuk mendapatkan dimensi saluran dengan pasangan, maka dapat
dihitung penampang saluran samping.
Saluran ini dapat berupa :
- Saluran pasangan batu kali
- Saluran Beton
- Saluran Pasangan Batu Bata
Tabel II - 21
Dimensi Saluran Dengan Pasangan
Gambar II - 14
Saluran dengan pasangan tegak
T
D
HAL. 33
3) Saluran tertutup atau gorong - gorong pipa beton
Untuk menentukan ukuran gorong-gorong dan saluran kecil atau ukuran
jembatan yang mempunyai bentang 12 m, pembuka saluran tidak lebih 30 m2
dapat menggunakan rumus Talbot.
− Galian gorong-gorong lebih besar 25 cm dari setiap sisi luar ukuran gorong-
gorong agar material timbunan dapat disebarkan / di hamparkan dan
dipadatkan dengan baik.
− Bila tanah dasar terlalu lunak maka harus diganti dengan tanah urug atau
memasang cerucuk berjarak 3 X ∅ bambu dan tinggi ± 2 m.
− Lantai kerja beton dengan ketebalan 30-50 cm dan ditambah dengan mortar
( lihat gambar II-3 ).
HAL. 34
Catatan :
Dengan menggunakan mutu pipa beton yang baik, dapat dilakukan
pengecoran dengan mortar pada sambungan - sambungan saja dengan
ukuran panjang 30 cm.
penimbunan max 20 cm
Variabel Penimbunan
pemadatan/layer max 20 cm
25 Variabel 25
HAL. 35
A)
Variabel h h b
Lantai kerja
B)
HAL. 36
4. TURAP
Turap adalah struktur penahan tekanan tanah dan tekanan air untuk memperkokoh
dinding tanah, mencegah terjadinya longsor.
Struktur turap terdiri dari :
− Struktur dengan pasangan batu
• Pasangan Batu kali
• Basangan Batu bata
• Batu Beronjong
− Struktur kayu
− Struktur Baja
− Struktur Beton
-. Beton bertulang
-. Beton tanpa tulangan
Untuk merencanakan konstruksi penahan yang baik terlebih dahulu dilakukan
perhitungan secara analisis dengan langkah - langkah sebagai berikut :
Untuk mengarahkan gaya Fah dari arah horizontal menuju tanah, diperlukan
penggabungan dengan sebuah gaya vertikal yang diberikan oleh berat sendiri G dinding
sehingga diperoleh resultan R. Gambar samping diperlihatkan kondisi grafisnya.
a. Komponen vetikal R :
Rv = Σ gaya-gaya vertikal = G
b. Komponen horizontal R :
RH = Σ gaya-gaya horizontal = Eah
HAL.37
c. Posisi Xr nya RV ditinjau dari titik A dihitung dengan :
MA = RV . Xr - Rh . a
= Σ V . X - ΣH . a
= G . X - E ah . a
G . X - E ah . a MA
MA = =
RV RV
besarnya eksentrisitas RV :
B
E = Xr
2
Gaya - gaya yang bekerja pada permukaan turap ditinjau dari titik beratnya ialah :
• Gaya normal terhadap permukaan :
N = RV
• Gaya sejajar terhadap permukaan :
T = Rh
• Momen terhadap titik pusat :
M = RV . a
HAL.38
Dimensi tentative (ancer-ancer ukuran) pada perencanaan dinding penahan :
D ≅ H/6
≥ 0,20
0,4 - 0,7 H
HAL.39
Drainase pada dinding - dinding turap dengan diameter lubang = 2 inci dengan jarak 2 - 8
m2 pada ujung saluran sisi dalam dilapisi dengan lapisan kerikil dan lapisan ijuk.
HAL.40
n Untuk pembatasan bangunan khusus, misalnya DPPU ( tinggi = 2.15 m )
Alternatif pagar adalah sebagai berikut :
- Pagar wire mesh rangka besi
- Kawat harmonika rangka kayu
- Kawat harmonika rangka besi
- Wire mesh rangka besi ( tinggi panel 190 cm )
HAL.41
- Galian lubang tanah.
Tanah digali 60 x 60 cm, tanah galian dipisahkan antara lapis atas dan lapis
bawah tanah dicampur dengan pupuk kandang dan dicampur pada lapis atas
tanah bagian atas sebanyak 20 % dari volume lubang.
- Pemindahan tanaman dijaga tetap basah dan terlindung dari sinar matahari
dan tiupan angin.
- Penyiraman Tanaman.
Penyiraman secara terus menerus dan teratur sangat diperlukan bagi
kelangsungan hidupnya suatu tananam.
Penyiraman dilakukan sebanyak 2 ( dua ) kali yaitu pagi dan sore hari,
kecuali bila turun hujan maka penyiraman dapat dikurangi.
Jangan menyiram terlalu banyak yang dapat menyebabkan genangan air
dipermukaan, yang dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk.
- Pemupukan Tanaman.
Untuk mempertahankan kesuburan perlu diberikan pupuk secara periodik
- Pemangkasan Tanaman.
Pemangkasan tanaman dilakukan apabila tanaman telah terlalu tinggi.
- Penyiangan Tanaman.
Dalam hal ini penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman dari
rumput liar yang mengganggu tanaman pokok. Ini dapat dilakukan dengan
jalan mencabut atau memotong.
- Peremajaan Tanaman.
Apabila dalam masa pemeliharaan tanaman selama 3 bulan ada tanaman
yang mati dan rusak, harus diganti tanaman yang baru.
HAL.42
c. Sistem Penerangan Jalan
Sistem penerangan jalan direncanakan untuk membantu pengendara agar dapat
mengamati route, rambu-rambu, marka-marka jalan pada malam hari. Perencanaan
ini menggunakan metode penerangan rata-rata pada acces road dengan tingkat
penerangan 7 lux – 10 lux.
Analisa jumlah lampu dihitung dengan formula :
O.n.d
E = -----------------------
W.s
Dimana :
E = tingkat penerangan rata – rata (lux)
O = Flux cahaya ( lumen )
n = Efisiensi luminaaire
d = Panjang jalan ( meter )
W = Lebar jalan ( meter )
s = Jarak antar lampu ( meter )
Untuk jalan dengan dua arah mengunakan median penempatan penerangan jalan
pada median jalan dan untuk jalan satu jalur penerangannya pada sisi luar jalan.
HAL.43
BAB III
AIR BERSIH DAN LIMBAH
1. AIR BERSIH
Sumber air di bandar udara berasal dari :
− Sumur dalam
HAL. 44
Untuk sumber air danau dan sungai perlu dilakukan penanganan / pengolahan air
secara khusus sehingga diperoleh air yang memenuhi standar pemakaian.
− Golongan A
Air bersih yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu. Golongan ini sumber airnya harus berkualitas
tinggi.
− Golongan B
Air baku yang baik untuk air bersih dan rumah tangga dan dapat
dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk golongan A.
Untuk keperluan air baku bagi Perusahaan Air Minum ( PAM ) dengan
mempergunakan instalasi pengolahan dengan kualitas air yang lebih rendah
dari golongan A.
− Golongan C
Air yang baik untuk Perikanan dan Peternakan dan dapat dimanfaatkan untuk
keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan golongan A atau B.
Untuk keperluan perikanan dibutuhkan kualitas air yang lebih sensitip
terhadap unsur tertentu dibandingkan dengan untuk pertanian, tetapi
golongan air untuk peternakan digolongkan sama untuk perikanan.
− Golongan D
Air yang baik untuk pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha
perkotaan, industri listrik dan lain - lain, tetapi tidak sesuai untuk keperluan
golongan A,B dan C. Penggolongan kualitas air harus sesuai dengan guna
dan pemanfaatannya tersebut tidak membatasi penggunaan sumber air
pemanfaatan untuk golongan lain.
HAL. 45
− Golongan E
Air yang tidak sesuai untuk keperluan tersebut diatas dalam golongan A,B,C
dan D. Masih banyak sumber air yang belum/tidak dimanfaatkan untuk
golongan A,B,C dan D maka, industri dan pertambangan dapat
memanfaatkan sumber air tersebut untuk menampung bahan buangannya
dengan persyaratan yang paling ringan.
Walaupun demikian sumber air tersebut harus dilindungi untuk menjaga
kelestarian tempat sumber air tersebut bermuara.
Kriteria air baku untuk diolah menjadi air bersih (golongan B) lihat tabel III - 1
lebih ringan dari pada peryaratan golongan A, kualitas yang di usulkan masih
dapat di olah dengan menggunakan instalasi pengolahan air bersih secara
konvensional untuk mengolah air tersebut menjadi golongan A.
HAL. 46
Kriteria air bagi Perikanan peternakan (golongan C ) mempertimbangkan dengan
membatasi bahan - bahan yang bersifat racun, yang diambil dari literatur - literatur
ilimiah.
Kriteria untuk pertanian, usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air, lintas air
(golongan D) lihat tabel III - 2, banyak memperhatikan persyaratan air untuk
tanaman dengan pertimbangan bahan untuk usaha perkotaan, listrik tenaga air,
dan lintas air tidak memerlukan persyaratan yang ketat sehingga dapat
menggunakan kriteria air pertanian.
Penyusunan kriteria air golongan E yang pemanfaatannya sebagai penampung /
penyalur air buangan dapat lebih ringan dari golongan yang lain dengan
memperhatikan segi estetika dan kelestarian sumber air.
Sesuai dengan penerapan kriteria kualitas air berdasarkan pemanfaatan
( penggolongan ) , maka penerapan kriteria kualitas air tersebut dapat dilakukan
sebagai berikut :
• Kriteria kualitas air ditetapkan sebagai dasar persyaratan untuk golongan
pemanfaatan air A,B,C,D dan E. Sumber air ditetapkan pemanfaatannya
sehingga persyaratan kriteria yang berlaku untuk sumber air tersebut
disesuaikan pula dengan golongan A,B,C,D dan E. Dalam hal ini persyaratan
kriteria sumber air tidak permanen dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan dan pemanfaatannya, sehingga perubahan pemanfaatan
sungai tidak memerlukan pembuatan standar yang baru, tetapi cukup
merubah kriteria golongan pemanfaatan sumber air tersebut, Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka cara penetapan ini dianggap paling mungkin
dilaksanakan pada saat ini.
Standart minimum kebutuhan air bersih di bandar udara yang digunakan
adalah golongan B.
HAL. 47
Tabel III – 1. Kriteria Kualitas Air Bersih
GOLONGAN B
Air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga dan dapat dimanfaatkan untuk
keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk Golongan A.
Fisika
o
Temperatur C Suhu air normal Suhu air normal
Residu terlarut mg/l 500 1500
Ph mg/l 5-9 5-9
Barium Ba mg/l 0 0,05
beesi total Fe mg/l 0,1 1
Mangan total Mn mg/l 0 0,5
Tembaga Cu mg/l 0 1
Seng Zn mg/l 1 15
Crom Crhaksavalen Cr mg/l 0 0,05
Kadmium Cd mg/l 0 0,01
Raksa total Hg mg/l 0,0005 0,001
Timbal Pb mg/l 0,05 0,1
Arsen As mg/l 0 0,05
Selenium Se mg/l 0 0,01
Sianida Cn mg/l 0 0,05
Sulvida S mg/l 0 0
Flourida F mg/l - 1,5 Minimum 0,5
Clorida Cl mg/l 200 600
Sulfat S04 mg/l 200 400
Amoniak N-NH3 mg/l 0,01 0,5
Mitrad N03 mg/l 20 44
Nitrid N02 mg/l 0 0 Air permukaan
oksigen terlarut D0 mg/l 6 Do = 6 air tanah
tidak disyaratkan
Kebutuhan oksigen
Biologi B0D mg/l 6
Kebutuhan oksigen
Kimia C0D mg/l 10
Senyawa aktif biru metilen mg/l 0 0,5
Fenol mg/l 0,001 0,002
Minyak&lemak mg/l 0 0
Carbon Kloroform Ekstra mg/l 0,04 0,5
PCB mg/l 0,04 0
Bakteriologi
Caliform group NPN / 100 10000
ml
Caliform tinja NPN / 100ml 2000
Radio aktifitas
aktifitas B total pCi/l - 100
Strontium-60 pCi/l - 2
radium-226 pCi/l - 1
Pestisida
HAL. 48
Tabel III - 2
Kriteria kualitas air untuk PK-PPK dan penyiraman
GOLONGAN D
HAL. 49
• Kebocoran dalam distribusi = 20 %.
• Untuk bandar udara tanpa Hanggar
A / 8 x 60 liter / menit
C = b / 8 x 60 liter /menit
A / 1000 m3
B / 1000 m3
A s umsI
• Kebutuhan air = 150 liter / orang / hari
• Sebuah rumah dinas dihuni oleh 6 orang
• Kebocoran dalam distribusi = 20 %
• Pompa air bekerja selama 8 jam.
HAL. 50
Kebutuhan air untuk sebuah rumah dinas.
Tabel III - 3
Standart Kebutuhan Air untuk PK-PPK
2 10 90 80
3 10 135 270
4 10 135 270
5 20 180 360
6 30 225 450
7 - - -
8 60 450 900
9 80 450 900
HAL. 51
• Distribusi air
Untuk bandar udara yang tidak mempunyai instlasi dari perubahan air
minum (PAM) perlu dibuat jaringan distribusi air tersendiri. alternatif
sistem distribusi air:
Alternatif I
Alternatif II
2. LIMBAH
Pengolahan air limbah dan persampahan mengacu kepada kriteria syarat - syarat
antara lain :
HAL. 52
a. Limbah cair
Pengertian limbah cair adalah semua jenis air buangan dari hasil kegiatan
manusia yang berbentuk cair.
Berdasarkan sumbernya air limbah terdiri dari :
Pelayanan dan penanganan air limbah dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
− Sistem On Site
Pengumpulan dilakukan dilokasi, misalnya dengan dibuatnya septictank
V = Volume penampungan
V = 20 X 3 M X r n
− Pengumpulan
n Sistem riol yaitu : limbah dialirkan menuju penampungan dengan melalui
pemipaan.
HAL. 53
n Sistem Komunal : Petugas mengambil dari tempat-tempat pengumpul
individu yang telah disediakan seperti septiktank dengan mengguna truk
tanki
− Pengangkutan
Untuk pengangkutan air limbah diperlukan alat pengangkutan berupa Truk
tanki.
SUMBER LIMBAH
PENAMPUNG
SISTEM
SISTEM PENGANGKUTAN
RIOOLERING KOTA MOBIL TANKI
PENGUMPULAN
INSTALASI PENGOLAHAN
AIR LIMBAH
BY PASS
WATER TREATMENT PLANT
HAL. 54
b. Limbah Padat ( Persampahan )
Limbah padat merupakan hasil sampingan kegiatan manusia berbentuk padat
yang dianggap tidak berguna.
Jenis Sampah di Bandara terdiri dari :
− Sampah organik
− Sampah kering
− Sampah logam
− Sampah bahan logam
− Sampah abu dan debu
− Sampah konstruksi
− Sampah belahan
− Sampah berbahaya ( B - 3 )
−
Sistem penanganan limbah padat yaitu melalui proses :
− Penampungan
• Penampungan tetap.
Berupa bak sampah terbuka / tertutup, penempatannya tidak
menghambat operasional, letak bak tersebut minimal 200 m dari
bangunan utama.
• Penampungan tidak tetap,
Berupa kantong plastik dengan penutup, keranjang dll. Penempatannya,
cepat, mudah dan higienis.
− Pengumpulan
• Sistim individu : petugas mengambil dari sumber sampah.
• Sistim Komunal : Petugas mengambil dari tempat yang telah
disediakan / ditentukan.
HAL. 55
Gambar III - 2. Skematik penanganan sampah
SUMBER
TIMBUNAN SAMPAH
PENYIMPANAN
PENAMPUNGAN
PENGUMPULAN
PEMBUANGAN AKHIR
HAL. 56
GAMBAR III - 3. SKEMA PENANGANAN AIR KOTOR BANDARA
Bangunan Terminal
Bengkel/Hanggar
RIOOLERING
HAL. 57
DAFTAR PUSTAKA
2. Kepala Sub Direktorat Bangunan dan Prasarana Sisi Darat, “Presentasi dalam
rangka Konsultasi Teknik Kebandar Udaraan”, Direktorat Teknik Bandar Udara
- Departemen Perhubungan , Jakarta 23 Maret 1995.
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
TERMINAL KARGO
1. PENGERTIAN
Terminal Kargo adalah salah satu fasilitas pokok pelayanan di dalam bandar udara yang
bertujuan untuk kelancaran proses kargo baik keluar maupun kedalam dan memenuhi
persyaratan keamanan dan keselamatan penerbangan.
Perencanaan terminal kargo, saat ini maupun untuk perencanaan dimasa yang akan
datang, harus didasarkan pada prakiraan permintaan jasa angkutan kargo udara yang
akurat.
Kemampuan adaptasi dan ekpansi dari terminal kargo menjadi hal penting yang perlu
diperhatikan, untuk mengantisipasi peningkatan lalu lintas kargo yang cepat, penemuan
pesawat berkapasitas besar (yang dapat menampung unit kargo ukuran besar dalam
jumlah yang banyak), dan perkembangan metode penanganan kargo, termasuk
penggunaan kontainer dan peralatan otomatik.
]
2. FUNGSI
Fungsi terminal kargo adalah untuk memproses pengiriman dan penerimaan muatan
udara, domestik maupun internasional, agar memenuhi persyaratan keselamatan
penerbangan dan persyaratan lain yang ditentukan, dan alih moda transportasi dari moda
darat menjadi udara atau sebaliknya.
3. JENIS
Berdasarkan jenis barang yang diproses, secara sederhana Terminal kargo dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
− Terminal Barang (Freight terminal)
− Terminal Pos (Airmail terminal)
Didalam pelaksanaannnya, kedua terminal kargo tersebut diatas dapat dikelola dan
mempunyai konfigurasi penggunaan seperti dibawah ini, yaitu :
− Pengelolaan
• Terminal kargo yang dikelola oleh Ekspedisi Muatan Pesawat Udara (EMPU)
Sistem sirkulasi pada terminal kargo ini sangat sederhana. Didalam bangunan
terminal kargo terjadi proses pemeriksaan, penyortiran dan penyimpanan barang
yang dilakukan langsung oleh pihak EMPU atau perusahaan penerbangan.
Bentuk pengelolaan model ini paling banyak diadopsi/digunakan pada Terminal
kargo di Indonesia.
• Terminal kargo yang dikelola oleh pengelola Bandara atau dapat bekerjasama
dengan swasta.
Sistem sirkulasi pada jenis terminal kargo ini lebih panjang, dimana EMPU tidak
langsung menangani proses pemeriksaan, penyortiran dan penyimpanan
barang. EMPU hanya melayani penerimaan dan/atau pengeluaran barang di sisi
darat, sedangkan proses di sisi udara dilakukan oleh pengelola terminal kargo
atau perusahaan penerbangan. Untuk memudahkan pengoperasian model
pengelolaan ini, bangunan yang melayani disisi darat dan sisi udara dibuat
terpisah secara fisik.
− Konfigurasi penggunaan
• Terminal kargo dengan pengguna tunggal.
Terminal kargo jenis ini hanya mengakomodasi satu pemakai saja, baik untuk
kargo Internasional maupun kargo domestik. Secara fisik, pengembangan
terminal ini akan lebih mudah karena tidak memerlukan ijin dari pemakai lain.
• Terminal kargo dengan pengguna ganda / majemuk.
Terminal kargo jenis ini dapat mengakomodasi sejumlah pemakai , baik untuk
penanganan kargo internasional maupun kargo domestik. Untuk mengantisipasi
dan mengakomodasi perkembangan dimasa datang biasanya pengguna yang
terbesar ditempatkan pada bagian paling pinggir. Hal ini akan memudahkan
pengembangan secara fisik terminal sesuai dengan kebutuhan.
BAB I I
RENCANA TAPAK TERMINAL KARGO
Dalam merencanakan tata letak terminal kargo, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan sebagai berikut :
− Kompabilitas
Terminal kargo harus mempunyai kesesuaian dengan dengan fasilitas-fasilitas lain
yang terdapat di dalam rencana induk bandar udara. Apabila dalam peramalan
angkutan kargo menunjukkan informasi bahwa mayoritas kargo akan lebih banyak
diangkut oleh pesawat penumpang, maka letak terminal kargo harus
memperhatikan dan mempertimbangkan kaitannya dengan terminal penumpang,
untuk memudahkan pergerakan kargo diantara apron terminal penumpang dengan
apron terminal kargo
− Aksesibilitas
Lokasi terminal Kargo harus mudah dicapai dari jalur tranportasi eksisting maupun
jalur transportasi dimasa yang akan datang. Selain itu, jarak antara terminal kargo
dan terminal penumpang untuk pesawat melakukan taxiing harus sedekat mungkin.
Diantara kedua terminal tersebut juga harus disediakan akses, yang akan lebih baik
apabila akses tersebut diperuntukkan khusus untuk kendaraan bandar udara.
Untuk memperjelas uraian mengenai tata letak terminal kargo, dibawah ini dapat dilihat
beberapa ilustrasi Bandar udara sederhana dimana di dalamnya terdapat fungsi terminal
(kargo dan penumpang) dan fungsi penunjang lainnya yang diletakkan dengan
memperhatikan kaitan fungsinya dalam beberapa tahapan pengembangan.
Terminal kargo mempunyai aktifitas yang cukup tinggi. Tingginya aktivitas ini
meningkatkan resiko terjadinya perbuatan illegal, seperti masuk tanpa ijin,
pencurian/pemindahan barang tanpa ijin dan lainya, yang secara langsung
berpengaruh pada keselamatan penerbangan.
Secara umum keamanan yang berkaitan dengan kargo meliputi tiga daerah
pengamanan, yaitu :
− Lingkungan terminal kargo
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah daerah diluar bangunan terminal
kargo, baik sisi darat maupun sisi udara. Sebagai contoh adalah lahan parkir
dan apron. Keamanan di lingkungan ini pada dasarnya telah menjadi bagian
dari sistem keamanan Bandar Udara secara keseluruhan.
− Terminal kargo
Hal yang menjadi perhatian adalah kendaraan pengangkut / bukan pengangkut dan
personel yang bergerak keluar dan masuk terminal.
− Kargo
Selain kedua hal tersebut diatas, yang juga penting adalah keamanan kargo
itu sendiri yang berkaitan dengan prosedur dan teknis pemeriksaan, sistem
labeling dan pengepakan (sesuai dengan jenis kargo yang diangkut).
Dalam implementasi hal tersebut diatas, sedikitnya ada dua faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu yang berkaitan dengan prosedur dan sistem / alat.
− Prosedur
• Identifikasi
Semua personel yang memiliki akses masuk kedalam terminal kargo
karus didentifikasi dan dilengkapi dengan tanda pengenal (security pass)
• Keamanan dari pintu dan jendela
Alarm harus dipasang pada tiap pintu / jendela, dan akan memberi peringatan
apabila pintu / jendela dibiarkan terbuka. Apabila pintu atau jendela harus
dibiarkan dalam keadaan terbuka maka perlu dilengkapi dengan teralis.
• Kontrol akses
Penjaga keamanan harus memeriksa semua orang yang keluar-masuk
kedalam terminal. Pejalan kaki tidak diperbolehkan untuk menggunakan
akses kendaraan. Semua kendaraan dan personel yang melewati pintu
(entry point) harus diperiksa oleh petugas keamanan.
untuk Terminal kargo dengan volume dan utilisasi yang tinggi (high utilization)
perlu ditambahkan :
• Pengadaan ruang bertekanan
untuk mencegah bahan peledak yang diaktifkan oleh picu bertekanan.
• Pengadaan ruang bawah tanah
untuk mengisolasi kargo yang dicurigai memuat bahan peledak.
• Pengadaan alat keamanan kantor
Ditujukan untuk mengamankan data, manual operasi dan peta atau dokumen
penting lain dan rahasia yang berada di ruang kantor.
Dibawah ini dapat dilihat sebuah contoh sederhana denah terminal yang
mencerminkan konsep tata ruang seperti yang tersebut diatas.
gambar III.1 (contoh tampak atas konsep tata ruang bangunan terminal kargo)
3. SISTEM OPERASI
Selain kedua konsep diatas, perlu juga untuk diketahui sirkulasi lainnya yang
berkaitan erat dengan kargo yaitu alur dokumen yang merupakan kelengkapan
administrasi kargo dan alur / sirkulasi dari kargo itu sendiri.
Alur dokumen, yang dikirim / bersirkulasi diantara ruang pemrosesan dan ruang
administrasi dari terminal kargo, akan mempengaruhi bentuk terminal. Walaupun
alur dokumen ini tidak harus bersamaan dengan sirkulasi kargo, kargo harus tetap
dapat diawasi dan dikontrol.
Dibawah ini dapat dilihat alur tipikal dokumen dan barang.
Alur tipikal dokumen dan barang - keberangkatan (ekspor)
No Dokumen Tugas Kargo
1. Surat instruksi / Deklarasi ekspor SHIPPER kepada agen pengiriman / EMPU atau ke daerah
penerimaan gudang perusahaan penerbangan
2. Penerbitan AWB / pengisian lengkap deklarasi AGEN/ pemeriksaan berat, pengepakan dan labelling.
ekspor. AIRLINE
3. Pemeriksaan contoh barang terhadap BEA CUKAI/ Pengambilan contoh barang untk diperiksa pada
deklarasi ekspor. AGEN/ daerah pemeriksaan bea cukai.
AIRLINE
4. Pemeriksaan akhir kelengkapan isi AWB dan AIRLINE Pengepakkan di daerah gudang sesuai dengan
distribusi salinan AWB. tujuan penerbangan.
5. Doumen pelepasan akhir/ pengisian manifest / AIRLINE pemuatan kargo ke carts/ pallet sesuai dengan
distribusi salinan daftar pemuatan
1. Pembuatan dokumen Surat Muatan Udara AIRLINE Dimasukkan kedalam area penerimaan berikat
(SMU) (Air Way Bill {AWB} /Manifest) kepada (bonded area)
kantor kargo Pemeriksaan jumlah
Pengecekan kelengkapan dokumen
2. Pemilahan dan distribusi AWB dan salinan AIRLINE Pembongkaran dan pemisahan antara kargo
manifest impor dan kargo tranfer
4. Pengisian lengkap AWB dengan keterangan AIRLINE / pemeriksaan kecocokan antara barang impor
nama airline, nomer penerbangan dan tanggal BEA CUKAI dengan isi dokumen AWB / Copy load list /
pengiriman. Customs list .
5. Pemisahan dokumen AWB untuk diproses AIRLINE Penyimpanan / pengepakan di kawasan berikat
(untuk brokers / Special cargo dan lainnya). sesuai dengan consignee dan jenis kargo ( kargo
Pemberitahuan kepada consignee / khusus / barang mudah busuk / barang yang
pengiriman dokumen AWB kepada brokers. memerlukan pendingin dan lainnya).
6. Pengisian dokumen pemerikasaan contoh BROKER/ Pengambilan contoh barang untuk dibawa ke
barang oleh Bea cukai. AIRLINE/ daerah pemeriksaan.
BEA CUKAI
7. Pembuatan dokumen pelepasan untuk AIRLINE/ Pengambilan barang dari kawasan berikat ke
pengiriman. BEA CUKAI daerah bebas oleh consignee dibawah
pengawasan bea cukai
Dibawah ini dapat dilihat skema dari aliran yang terjadi pada bangunan terminal
kargo :
Pintu keluar Pintu keluar Pintu masuk Pintu masuk
Jalur
ekspor ekspor impor impor
pesawat pesawat tranfer pesawat peswat kargo
penumpang kargo penumpang
Area Area
Pengiriman penyimpanan
check in
sementara
Penimbangan Pemeriksaan
Pengukuran Bea dan cukai
Pelabelan
Sesuai dengan bahasan pada bab sebelumnya, apron kargo ini diperlukan apabila
volume dan tingkat pergerakan (turn-over) kargo sangat tinggi. Untuk pelayanan kargo
dengan volume dan pergerakan yang sedang / rendah, biasanya mempergunakan apron
terminal penumpang.
Secara umum, semua persyaratan dan ketentuan tentang apron harus digunakan pada
apron kargo ini, karena pada prinsipnya tidak banyak perbedaan antara apron terminal
kargo dengan apron lainnya, sebagai contoh apron terminal penumpang. Akan tetapi ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar apron tersebut dapat digunakan secara
maksimal bersama dengan terminal kargo.
Cara parkir pesawat menghadap kedepan (nose-in) ataupun menghadap kebelakang
(tail-in) yang dilengkapi dengan sistem pemuatan mekanikal terpasang/tetap akan
meminimalkan ukuran apron kargo. Metoda pemuatan kargo yang membutuhkan banyak
alat di area apron akan memperbesar ukuran yang diperlukan untuk parkir pesawat
(aircraft -stand).
Untuk keperluan penanganan pelayanan pesawat di darat, harus disediakan ruang yang
cukup untuk menampung peralaan yang digunakan. Apabila penanganan muatan dan
penanganan perawatan pesawat (ground-handling) dilakukan bersama-sama, sangat
penting untuk meminimumkan jumlah peralatan yang beroperasi di-apron. Hal ini
dilakukan agar dapat tetap mempertahankan luas apron yang optimum dan
memaksimalkan jumlah pesawat yang dapat di parkir dekat dengan terminal kargo.
Apron kargo harus merupakan bagian dari terminal kargo, agar dapat berfungsi dengan
efisien. Pemuatan/penurunan barang akan lebih baik apabila dilakukan tepat di depan
terminal kargo, selain itu perlu disediakan lahan yang memungkinan apron tersebut
diperluas dimasa datang untuk mengantisipasi beroperasinya pesawat dengan ukuran
yang lebih besar dengan karakteristik yang berbeda.
Tata letak apron dan analisis sistem penanganan kargo harus mempertimbangkan hal
yang tersebut dibawah ini :
− Jenis pesawat yang dipergunakan di dalam prakiraan kebutuhan jasa angkutan kargo
(forecast).
− waktu penanganan yang diperlukan di darat oleh perusahaan penerbangan.
− jadwal keberangkatan pesawat.
− pertimbangan perusahaan penerbangan terhadap modal peralatan dan upah tenaga
kerja.
− tenaga kerja dan lahan yang tersedia.
Dari pengalaman negara lain dapat diambil rata-rata luas yang diperlukan ssebagai
berikut :
• ± 2400 m2 / pesawat berbadan kecil (narrow body)
• ± 5000 m2 - 6500 m2 / pesawat berbadan lebar (wide body)
sebagai pendekatan perancangan (planning factor) dapat digunakan luasan sebesar
± 4000 m2 / pesawat
− Fasilitas penyimpanan
• Ruang pendingin (Cold storage)
• Ruang yang diperlukan untuk tempat alat penyimpanan dengan suhu rendah
seperti vaksin, bahan makanan atau sistem pendinginan lain yang diperlukan
oleh perusahaan penerbangan
• Ruang brankas (Vault)
• Ruang peyimpanan bagi barang berharga seperti emas batangan, permata dan
lainnya
• Ruang penyimpanan bagi jasad manusia
• karena adanya fasilitas ini, maka bangunan terminal kargo harus dilengkapi
dengan prosedur dan sarana pendukung untuk mengantisipasi adanya upcara
penjemputan bagi jenazah , sehingga tidak mengganggu kegiatan pengiriman
dan penerimaan kargo.
• Akomodasi dan ruang sementara yang didesain khusus untuk menangani kargo-
hidup (live -stock)
• Ruang penyimpanan untuk barang yang berbahaya
− Area penyimpanan
• Tempat untuk meyimpan pallets atau kontainer yang kosong dan lain sebagainya
• Parkir dan tempat penyimpanan bagi alat pemuatan dan alat lainnya.
• Ruang kerja untuk alat penanganan kargo termasuk fasilitas untuk mengisi ulang
baterai.
Desain dan kontruksi dari bangunan terminal maupun apron kargo harus dapat
memberikan keamanan maksimum (lihat Bab III A. ) bagi kargo dari perampokan,
pencurian ataupun pemindahan tanpa ijin. Hal yang sama berlaku untuk pemasangan
alat mekanik dan peralatan elektronik yang sesuai dengan prosedur keamanan kargo
terbaru.
3. AKSESIBILITAS
Di dalam perencanaan sistem jalan raya yang berhubungan dengan kompleks terminal
kargo, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
− sistem jalan harus dapat menampung seluruh kegiatan dari terminal (pengiriman
maupun pengambilan) pada saat jam sibuk termasuk pengguna lainnya. Apabila
volume kargo udara diperkirakan akan padat, maka akses untuk kendaraan barang
harus dipisahkan dari akses kendaraan bagi penumpang.
− jalan mempunyai kekuatan, tinggi dan lebar bebas yang cukup untuk digunakan oleh
kendaraan pengangkut barang yang beroperasi saat ini maupun dimasa yang akan
datang.Jalan sedikitnya mempunyai dua jalur dengan lebar minimal 10 meter.
− Seluruh pola lalu lintas harus di pelajari dan diatur agar untuk memudahkan akses
dari jalan raya utama ke dalam lingkungan bandar udara.
− Jalan yang menghubungkan antara terminal kargo dan penumpang tidak boleh
mengganggu jalan servis (service road)
Selain hal tersebut diatas, perlu diberikan perhatian bagi kendaraan yang beroperasi di
sisi udara seperti yang dituliskan dibawah ini.
− Disediakannya jaringan jalan antara terminal perawatan dengan terminal kargo yang
digunakan khusus untuk kendaraan servis bandar udara. Jaringan jalan ini harus
mampu untuk menampung kebutuhan operasi peralatan pengangkut kontainer
antara terminal kargo dengan parkir pesawat yang mempunyai kapasitas besar /
tinggi.
− Konstruksi yang kuat, ketinggian bebas yang cukup, dan jarak putar bebas yang
memadai untuk menampung kendaraan servis jalan dan peralatan penunjang
landasan, termasuk kendaraan pemandu pesawat.
− Adanya jarak aman bagi personil, peralatan dan kendaraan dari semburan jet akibat
pergerakan pesawat di landas pacu (run way), taxi-way atau area lainnya.
4. PARKIR
Parkir terminal kargo yang berada pada sisi darat harus mempunyai kapasitas yang
cukup agar terminal kargo dapat berfungsi secara efisien dan efektif. Tata letak dan
konfigurasi parkir ini harus dapat mengantisipasi kebutuhan parkir sesuai dengan
perkembangan volume kargo.
Parkir terminal kargo dibagi menjadi 2 kategori , yaitu parkir operasional bagi kendaraan
yang mengambil dan mengirim kargo, dan parkir karyawan yang sebaiknya diletakkan
sedekat mungkin dengan area kerja.
• Parkir tunggu
Parkir ini diperuntukkan bagi kendaraan yang menunggu giliran untuk menaikkan
atau menurunkan muatan. Lokasi parkir ini sebaiknya dekat / berada disekitar
tempat untuk pemuatan / penurunan terminal kargo.
• Parkir servis
Parkir ini diperuntukkan bagi para agen, broker, pegawai pemerintahan dan
diletakkan disekitar terminal kargo.
− Parkir karyawan
Parkir yang diperuntukkan bagi karyawan dan diletakkan dekat dengan tempat kerja.
Sebagai pendekatan perancangan dapat digunakan data dimensi / ukuran sebagai
berikut :
• 7 parkir truk / 1000 m2 gudang
• 2 - 5 parkir tamu / 1000 m2 gudang
Untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di bandar udara dan kebutuhan ruang bagi
kargo, beberapa kegiatan yang berkaitan dengan proses kargo dapat dilakukan diluar
bandara. Keadaan ini, yang dapat berbeda dari satu negara dengan negara lain, harus
diperhatikan karena dapat mempengaruhi bentuk dan operasionalisasi dari sistem
transport.
− Kolom bangunan
• Bangunan terminal dengan bentang lebar (tanpa kolom ) sesuai dengan volume
rencana merupakan hal yang ideal. Sebagai pendekatan, jarak antar kolom
sebesar 15 meter dapat digunakan dan dianggap cukup memadai.
− Lantai
• ketinggian lantai haruslah sama, mulai dari sisi udara hingga kesisi darat, hal ini
untuk memudahkan kendaraan pengangkut kargo bergerak secara efektif dan
efisien.
• lantai yang berdekatan dengan pintu / titik masuk harus dilengkapi dengan
saluran keluar air (floor drain) untuk mencegah air masuk kedalam terminal
• Kekuatan lantai harus dapat menopang pergerakan kendaraan pengangkut kargo
dengan beban maksimum dan dapat menampung berat setempat rak
penumpukkan barang. Beban design (design load) sebesar 5.000 kg per m2
persegi dapat dipergunakan sebagai pendekatan. Adapun kekuatan yang
diperlukan sesuai kebutuhan harus dihitung kembali oleh perancang.
− Pencahayaan / penerangan
• Pencahayaan pada daerah sisi udara harus memungkinkan para operator
mengoperasikan kendaraan pengangkut barang dengan baik, dan pencahayaan
tersebut tidak mengganggu awak pesawat untuk mengoperasikan pesawatnya.
• Pencahayaan pada daerah dok truk harus memungkinkan para pekerja untuk
dapat melihat keterangan / label dari barang dan juga cukup terang untuk proses
pemeriksaan keamanan.
• Didalam terminal pencahayaan keseluruhan (general lighting) harus
memungkinkan operasi penanganan kargo dan lalu lintas kargo dapat berjalan
dengan normal dan baik.
• Penerangan tambahan diperlukan pada area bekerja dan area penyimpanan
untuk memungkinkan pembacaan keterangan / label dari kargo.
• Semua pencahayaan yang dipergunakan harus dapat dipergunakan untuk
melihat warna asli (true color reading)
• Secara umum tingkat penerangan pada daerah lantai adalah sekitar 200-300 lux
• Penerangan kantor harus sesuai dengan peraturan yang diterbikan pemerintah
daerah.
• Kantor dan bangunan terminal harus didesain sedemikian rupa sehingga
memungkinkan cahaya luar masuk secara maksimal untuk tujuan penghematan
energi.
− Utilitas
• Sedikitnya utilitas air dan listrik dan telepon harus disediakan.
• Utilitas listrik harus dilengkapi dengan cadangan daya untuk memelihara segi
keamanan dan pelayanan, sesuai dengan sifat barang (sebagai contoh ruang
pendingin)
• Dilengkapi dengan saluran, penampungan dan pengelolaan limbah (apabila
dimungkinkan)
untuk keperluan tertentu dapat ditambahkan utilitas lain seperti fasilitas gas.
BAB V
KEBUTUHAN LUAS TERMINAL KARGO
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari pengoperasian terminal kargo maka
sangat perlu untuk memperhatikan luas terminal yang akan dibangun, karena hal
tersebut berkaitan dengan biaya konstruksi yang ditanamkan dan biaya operasional.
Penentuan luas terminal kargo ini bervariasi bergantung pada kondisi lokal, namun
secara umum langkah-langkah dan data yang diperlukan dapat dilihat dibawah ini :
− Prakiraan aktivitas dan jenis pesawat (Aircraft Fleet and Flight Activity)
• Persentase dari tiap jenis pesawat
• Tipe operasi : murni kargo (all cargo / Freight), Kombinasi (combination) atau
kargo penumpang (belly loads)
• Frekuensi operasi
• Rencana jumlah pesawat yang dapat dilayani di apron kargo
• Jenis pesawat yang beroperasi
− Kapasitas Perancangan
• Area keseluruhan
• Posisi pembangunan
• Area penyimpanan pallet dan Container
• Tempat penampungan sampah
• Pintu masuk dan keluar sisi udara dan sisi darat
− Konsep Penangan Kargo
• Padat karya; sedikit penggunaan peralatan mekanis.
• semi otomatis; mempergunakan tenaga terlatih, dengan menggunakan
peralatan pengangkatan yang bersifat mobil.
• Otomatis; menggunakan peralatan transfer (Transvers Vehicle {TVs}) dan
peralatan angkat (Elevating vehicle {ETVs}) yang bersifat tetap.
− Pemilihan lokasi
• Dimensi dari rencana terminal, apron dan area akses sisi darat.
• Tata letak dan derajat keterpisahan antara kendaraan kargo dan kendaraan
penumpang.
• Kemudahan dan keragaman dari sisi udara ke arah apron penumpang.
• Tata letak dan kapasitas dari jalan servis sisi udara.
• Ketersediaan utilitas.
− Arsitektur / Struktur
• Ketinggian lantai utama.
• Ketinggian dok antara sisi udara dan darat.
• Ketinggian bangunan bebas, yang memperhitungkan penggunaan ETVs
.dimasa datang
• Bahan dan jenis konstruksi.
• Kemampuan untuk pengembangan dimasa datang.
• Fleksibilitas untuk menampung perubahan tipe pengangkutan dan cara
penanganan.
• Lantai yang mempunyai kemampuan untuk naik dan turun dalam areal
pemuatan dan pembongkaran.
− Fasilitas pokok
• Fasilitas pemeliharaan dan penunjang
• Bea dan cukai
• Kargo hidup : kandang, air, makanan dll
• Fasilitas penyimpanan untuk barang berbahaya
• Fasilitas pendingin
− Persyaratan desain
• Keamanan : kemudahan akses menuju area terminal dan lokasi strategis
untuk petugas keamanan dan sistem TV pengamat.
• Kesehatan dan keamanan : sesuai dengan ketentuan lokal yang berkaitan
dengan kesehatan dan keamanan untuk lingkungan kerja dan pekerja, tingkat
kebisingan, prosedur pengoperasian
• Pencegahan bahaya kebakaran : sprinklers, detektor asap dll
• Konstruksi dan material bangunan : konstruksi dan material harus sesuai
dengan metoda penanganan barang. konstruksi atau material tersebut harus
dapat diperbaiki dengan mudah dan cepat apabila terjadi kerusakan.
Secara umum koeffisien luas 0.1m2/ ton/ tahun (inbound ) & 0.11m2/ ton/ tahun
(outbound) atau 0.09 - 0.24 m2/ ton/ tahun, dapat diterima sebagai pendekatan
perancangan.
Ukuran diatas dipergunakan sebagai faktor perancangan, untuk ukuran yang lebih
tepat maka sebaiknya dilaksanakan prosedur perencanaan seperti yang telah
disebutkan diatas sebelumnya.
Pada bagan alir sederhana dibawah ini, dapat dilihat alur perhitungan kebutuhan luas
terminal kargo.
Alur Perhitungan Luas Terminal Kargo
Volume kargo
tahunan
N
(ton/tahun)
Volume tahunan kargo P
1.000 ton 2.0 ton/m2
Volume kargo tahunan/ 2.000 ton 3.3
unit luasan gudang 5.000 ton 6.8
p 10.000 ton 11.5
(ton/m2) 50.000 ton 15.0
S (S=QXr)
m2
Bentuk Gudang Airline Gudang Agen kargo
Kedalaman standar
t Menyatu 15 – 20 m
terminal kargo
Terpisah 15 – 30 m 10 – 15 m
Lebar terminal kargo
U ( U = (Q + S) / t )
m
Airline-Agen kargo
Kedalaman standar sisi Terpisah Gudang 40 m
Bentuk
v Sisi darat 15 m
darat
Menyatu Sisi darat 20 – 25 m
International Civil Aviation Organisation, “Facilitation”, Annex 9, Second Edition, July 1989
International Civil Aviation Organisation, “Security”, Annex 17, Second Edition, July 1989.
International Civil Aviation Organisation, “The Safe Transport of Dangerous Goods by Air”,
Annex 18, Second Edition, July 1989.
Surat Kepututusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara NO. SKEP/ 40/ II/ 1995, “Petunjuk
Pelaksanaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 14 Tahun 1989 tentang
Penertiban Penumpang, Barang dan Kargo yang Diangkut Pesawat Udara Sipil”,
Departemen Perhubungan , 1995.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
1. KONSEP ARSITEKTUR 35
2. KONSEP STRUKTUR 41
3. KONSEP MEKANIKAL ELEKTRIKAL 41
4. KONSEP PENGEMBANGAN 44
5. FAKTOR UMUR EKONOMIS BANGUNAN 44
6. PENDAPATAN NON AERO-NAUTIKA 45
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR TABEL DAN MATRIKS
Halaman
Tabel II - 1 : Konsep Bangunan Terminal Penumpang . 10
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II - 1 : Pembangunan Terminal Baru 5
iv
BAB I
UMUM
Terminal penumpang adalah penghubung utama antara sistem transportasi darat dan
sistem transportasi udara yang bertujuan untuk menampung kegiatan-kegiatan transisi
antara akses dari darat ke pesawat udara atau sebaliknya ; pemprosesan penumpang
datang, berangkat maupun transit dan transfer serta pemindahan penumpang dan
bagasi dari dan ke pesawat udara. Terminal penumpang harus mampu menampung
kegiatan operasional, administrasi dan komersial serta harus memenuhi persyaratan
keamanan dan keselamatan operasi penerbangan, disamping persyaratan lain yang
berkaitan dengan masalah bangunan.
Terminal Penumpang merupakan salah satu fasilitas pelayanan dalam suatu bandar
udara, yang mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Operasional
Yaitu kegiatan pelayanan penumpang dan barang dari dan ke moda transportasi
darat dan udara.
Yang termasuk dalam fungsi operasional antara lain :
HAL. 1
3). Pertukaran tipe Pergerakan
Yaitu proses perpindahan penumpang dan atau barang / bagasi dari dan ke
pesawat.
b. Fungsi Komersial
Bagian atau ruang tertentu di dalam Terminal Penumpang yang dapat disewakan,
antara lain untuk : restoran, toko, ruang pamer, iklan, pos giro, telepon, bank dan
asuransi, biro wisata dan lain-lain.
c. Fungsi Administrasi
Bagian atau ruang tertentu di dalam Terminal Penumpang yang diperuntukkan
bagi kegiatan manajemen terminal.
HAL. 2
2). Terminal V I P
Yaitu terminal penumpang yang diperuntukkan bagi kegiatan pelayanan
tertentu seperti pejabat tinggi negara dan tamu negara.
Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan pada penumpang umum.
Perencanaan bangunan terminal VIP dapat terpisah atau menyatu dengan
bangunan terminal penumpang umum.
HAL. 3
BAB I I
RENCANA TAPAK TERMINAL PENUMPANG
Terminal Penumpang adalah salah satu fasilitas pokok yang ada di dalam bandar
udara, yang keberadaannya perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga fungsi dan
peranannya di dalam bandar udara efektif dan efisien.
Kebutuhan lahan untuk Terminal Penumpang dihitung dan direncanakan untuk dapat
menampung luas dan bentuk terminal tersebut berdasarkan besarnya jumlah
penumpang yang akan dilayani.
b. Dalam tata letak terminal diusahakan agar sirkulasi bagi pelayanan umum
diatur secara efisien, jelas arahnya, mudah pencapaiannya dan menjamin
keselamatan bagi pengendara mobil maupun pejalan kaki.
HAL. 4
Jalan umum dan jalan penunjang harus direncanakan dengan hati-hati
untuk menghindari terjadinya kemacetan disekitar bangunan terminal
penumpang. Arus lalu lintas untuk daerah fasilitas penunjang di bandar
udara sebaiknya ditempatkan terpisah, sehingga arus lalu lintas kendaraan
berat dapat dipisahkan dari jalan utama yang dipergunakan bagi bangunan
terminal penumpang.
Seluruh jalan umum harus dilengkapi dengan petunjuk arah. Petunjuk arah
yang dapat dilihat dengan baik, pada jalan maupun daerah curb side, harus
ditempatkan sebelum daerah tujuan, sehingga pengemudi dapat
mengarahkan kendaraannya tanpa mengganggu arus lalu lintas. Petunjuk
tersebut harus dilengkapi dengan penerangan pada malam hari dan
menggunakan bentuk huruf dan warna yang mudah dilihat dan jelas. Pesan
yang dituliskan harus mudah dikenali dan mudah dimengerti.
Direkomendasikan untuk menggunakan warna yang berbeda untuk tiap
fasilitas.
HAL. 5
2). Perluasan / PengembanganTerminal.
Perluasan terminal dilakukan bila terjadi peningkatan jumlah
penumpang / barang, peningkatan kebutuhan akan fasilitas
terminal, kondisi terminal yang sudah tidak mampu lagi
mengakomodasi kegiatan yang ada dan masih memungkinkan untuk
memperluas bangunan terminal yang ada.
Dalam perluasan terminal ini tata letak pada terminal terikat pada
gedung terminal eksisting, sehingga penataannya tidak bebas.
Secara skematik tata letak terminal dapat dijelaskan pada gb. II-1(a,b,c) dan gb.
II-2 :
Gb II – 1
HAL. 6
Keterangan :
A/P = Apron P = Parkir Mobil
T/P = Terminal Penumpang B/B = Bahan Bakar
C = Cargo P/N = Peralatan Navigasi
A = Administrasi P/P = Perawatan Pesawat
HAL. 7
Gb II - 2
a. Tahap 1 ( 120 m² )
b. Tahap 2 ( 240 m² )
HAL. 8
c. Tahap 3 ( 600 m² )
HAL. 9
2. KONSEP BENTUK BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
Perencanaan bangunan terminal dibuat sesuai dengan jumlah penumpang yang harus
dilayani dan sistem pelayanan yang diterapkan, sehingga dapat memperlancar
pelayanan penumpang dan barang bawaannya.
Desain terminal penumpang harus mempertimbangkan sistem runway/taxiway,
konfigurasi apron dan akses bandar udara. Pengembangan dan lokasi tersebut
ditentukan di dalam Rencana Induk Bandar Udara.
- Orientasi yang jelas bagi pengunjung untuk dapat mencapai bangunan terminal,
dengan arus sirkulasi dan penunjuk arah yang jelas dan berskala manusia.
- Jarak capai sesingkat mungkin dari halaman parkir kendaraan ke bangunan
terminal, dan dari fasilitas pemprosesan penumpang dan barang ke pesawat.
- Perbedaan tinggi lantai seminimal mungkin di bangunan terminal.
- Menghindari pertemuan silang dalam sirkulasi penumpang.
- Jarak yang sesingkat mungkin bagi transportasi penumpang dan barang (bagasi)
antara bangunan terminal dengan posisi parkir pesawat.
HAL. 10
- Fasilitas-fasilitas yang ada mudah dikombinasikan/fleksible terhadap karakteristik
dari beberapa type pesawat yang dilayani.
- Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan pengembangan, atau terhadap
perubahan kebijakan/peraturan, perlu direncanakan desain bangunan yang
modular.
- Kondisi lahan ;
- Kapasitas penumpang ;
- Karakteristik penumpang ;
- Sistem pelayanan ;
- Persyaratan keselamatan penerbangan ;
- Kebijaksanaan dari perusahaan penerbangan ;
- Transportasi darat menuju dan dari terminal ;
- Nilai ekonomis yang hendak dicapai ;
- Aspek lainnya yang membentuk bangunan terminal.
Secara umum sistem pelayanan tersebut mempengaruhi konsep bentuk bangunan
terminal penumpang.
Sistem pelayanan yang diterapkan di dalam bangunan terminal didasarkan pada sistem
pelayanan terpusat maupun tersebar.
a. Terpusat
Yaitu terminal penumpang yang memberikan pelayanan penumpang dan barang
bawaannya dalam satu tempat, termasuk ruang keberangkatan, ruang
kedatangan dan transit. Semua perusahaan penerbangan melakukan pelayanan
kepada penumpang untuk segala jurusan penerbangan, dalam satu tempat .
b. Tersebar
Yaitu terminal penumpang dimana pelayanan penumpang dan barang bawaannya
dilakukan pada beberapa tempat. Pengelompokan pelayanan dapat dilakukan
berdasarkan nama perusahaan penerbangan, jurusan penerbangan atau
kombinasi dari keduanya.
HAL. 11
Konsep bangunan terminal penumpang dapat dijelaskan seperti dalam tabel II - 1 dan
gambar II - 3 ( a - f ).
2. Konsep LINIER Pesawat Udara parkir dlm Menyebar / - Apron harus luas
satu garis di depan Memusat - Memudahkan orien-
koridor/ruang terbuka tasi penumpang
penghubung dengan fung- - Untuk penumpang
si lain di terminal. transit/transfer me-
merlukan jarak tem-
puh yang panjang.
4. Konsep SATELIT Pesawat udara parkir me- Memusat Dengan luas apron mi-
ngelilingi bangunan peng- nimum, jumlah pesawat
hubung dengan terminal udara parkir bisa
utama melalui koridor banyak
HAL. 12
ruang terbuka di atas / di
bawahnya.
a. Konsep SEDERHANA
gb. II - 3a
HAL. 13
gb. II - 3b
gb. II - 3c
d. Konsep SATELIT
gb. II - 3d
e. Konsep TRANSPORTER
HAL. 14
gb. II - 3e
f. Konsep HYBRID
gb. II - 3f
HAL. 15
BAB III
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TERMINAL
PENUMPANG
HAL. 15
menerapkan persyaratan keselamatan operasi penerbangan, bangunan terminal
dibagi dalam tiga kelompok ruangan, yaitu :
a. Ruangan umum
Yaitu ruangan yang berfungsi untuk menampung kegiatan umum, baik
penumpang, pengunjung maupun karyawan bandara. Untuk memasuki ruangan
ini tidak perlu melalui pemeriksaan keselamatan operasi penerbangan.
§ Perencanaan fasilitas umum ini bergantung pada kebutuhan ruang dan
kapasitas penumpang dengan memperhatikan :
− Fasilitas-fasilitas penunjang seperti toilet harus direncanakan berdasarkan
kebutuhan minimum;
− Harus dipertimbangkan fasilitas khusus, misalnya untuk orang cacat;
− Aksesibilitas setiap fasilitas tersebut direncanakan semaksimal mungkin
dengan kemudahan pencapaian bagi penumpang dan pengunjung;
− Di dalam ruangan ini biasanya dilengkapi dengan ruang konsesi meliputi
Bank, Salon, Cafetaria, Money Changer, P3K, Informasi, Gift Shop, Asuransi,
Kios Koran/majalah, Toko Obat, Nursery, Kantor Pos, Telepon, Restoran dan
lain-lain.
c. Ruangan steril
Yaitu ruangan yang disediakan bagi penumpang yang akan naik ke pesawat
udara. Untuk memasuki ruangan ini harus melalui pemeriksaan yang cermat
dari petugas keselamatan operasi penerbangan. Di dalam ruangan ini tidak
diperbolehkan ada Ruang Konsesi.
HAL. 16
2. KONSEP TATA RUANG BANGUNAN TERMINAL
Untuk menganalisa suatu sistem lalu lintas di dalam bangunan, dapat dilakukan
dengan cara matriks hubungan ruang seperti pada matriks hubungan ruang di bawah
ini :
HAL. 17
MATRIKS HUBUNGAN RUANG
BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
HAL. 18
Beberapa fasilitas utama yang terdapat di dalam bangunan terminal penumpang antara
lain :
1). Sentralisasi
Pelayanan pelaporan penumpang dan bagasi di proses di check-in counter
yang terpusat di area keberangkatan.
Pengendalian sistem operasi pelayanan dilakukan oleh satu unit kerja,
dengan pembagian counter check-in sebagai berikut :
− direncanakan sesuai dengan jumlah airline atau jumlah penerbangan.
− atau alternatif lain adalah membebaskan setiap penumpang untuk
melapor pada setiap counter check in yang ada. Alternatif ini
memerlukan penanganan sortir barang bawaan yang baik; terutama
untuk bandara besar akan memerlukan penanganan khusus dan
biaya yang relatif besar.
Sistem pelayanan pelaporan sentralisasi ini menguntungkan pihak
pengelola karena efisien dan efektif.
2) Desentralisasi
Pelayanan pelaporan Desentralisasi adalah kebalikan dari sentralisasi, yaitu
menyebarkan pelayanan pelaporan di beberapa tempat. Biasanya pengelola
fasilitas pelayanan ini adalah perusahaan angkutan udara atau “airline” ,
dengan beberapa tipe penempatan check-in :
HAL. 19
a). Split Check - In
HAL. 20
Perusahaan angkutan udara memproses penumpang dan barang bawaan yang
telah diperiksa pada fasilitas pelayanan pelaporan / check-in yang terdiri atas
meja check-in yang dilengkapi dengan ban berjalan untuk pengiriman bagasi.
Fasilitas pelaporan tersebut dapat berupa tipe “frontal” ataupun tipe “pulau”
(island type). Diantara kedua tipe ini, terdapat beberapa variasi dari kedua tipe
tersebut.
o Tipe “frontal” digunakan pada daerah yang luas dengan bentuk linear yang
memungkinkan penumpang langsung meninggalkan meja lapor setelah
diproses.
HAL. 21
Ruang tunggu ini dilengkapi dengan kursi tunggu, walaupun dapat diasumsikan
bahwa tidak semua penumpang akan duduk. Untuk terminal penumpang dengan
ukuran kecil yang tidak memiliki fasilitas transit atau tidak dilengkapi dengan area
komersial, dapat diasumsikan bahwa 2/3 jumlah penumpang akan duduk diruang
tunggu dan 1/3 jumlah penumpang akan berdiri.
Sedangkan untuk terminal penumpang yang memiliki fasillitas transit dan area
komersial, maka diasumsikan bahwa 1/3 jumlah penumpang akan duduk serta
2/3 penumpang lainnya berdiri atau berjalan-jalan memanfaatkan area komersial.
Pada bandara tertentu dimana pengaturan operasional dan keamanannya sudah
baik, maka ruang tunggu keberangkatan didalam bangunan terminalnya, juga
berfungsi sebagai jalur keluar untuk penumpang datang. Sehingga besaran ruang
yang dibutuhkan selain dapat menampung penumpang yang akan berangkat
berikut sirkulasinya, juga ditambah dengan jalur keluar penumpang datang untuk
menuju ketempat pengambilan bagasi atau “bagage claim area”.
HAL. 22
udara. Sistem penanganan bagasi ini harus dapat pemroses sejumlah besar
bagasi dalam waktu singkat dengan keakuratan yang dapat diandalkan. Untuk
mengantisipasi type pesawat dengan kapasitas yang lebih besar pada masa
mendatang, otomatisasi penanganan bagasi menjadi salah satu sistem penting
didalam bangunan terminal.
Sistem penanganan bagasi yang akan dipasang harus dipikirkan pada tahapan
awal proses desain. Ada beberapa konsep sistem terminal yang memerlukan
sistem yang sangat otomatis dan mahal, tetapi juga ada yang hanya memerlukan
ban berjalan yang murah dan sederhana. Apabila otomatisasi distribusi dan
sistem sortir/pemilahan memerlukan perhatian yang khusus, maka sebaiknya
penyedia jasa dan barang sistem pananganan bagasi dilibatkan pada tahapan
awal desain. Hal tersebut akan memberikan kesempatan kepada penyedia jasa
dan barang untuk berpartisipasi pada proses desain , untuk mengantisipasi
terjadinya revisi desain yang menghabiskan biaya dan keterlambatan didalam
pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian bandar udara.
Dibawah ini dapat dilihat prinsip yang dapat membentuk sistem penanganan
bagasi yang efisien :
− Aliran bagasi harus lancar dan cepat dengan jumlah penanganan
operasional yang minimum.
− Penataan fasilitas penanganan bagasi didalam bangunan harus konsisten
dengan bentuk apron serta jenis dan volume arus bagasi.
− Perbedaan tinggi atau belokan dalam sistem penanganan bagasi haruslah
seminimum mungkin
o Aliran bagasi tidak menggangu/memotong arus penumpang, barang ,
petugas maupun kendaraan
− Tersedianya fasilitas untuk tranfer bagasi ke daerah pemilahan bagasi
kedatangan
− Arus pada daerah apron tidak boleh terganggu oleh adanya kegiatan fisik
bagasi
− Tersedianya fasilitas untuk pemeriksaan bagasi.
− Tersedianya fasilitas bagi bagasi dengan ukuran ekstra besar
− Sistem penanganan bagasi harus mempunyai sistem cadangan apabila
sistem tersebut tidak bekerja / dalam keadaan darurat.
Ruang pengambilan bagasi disediakan dekat dengan hall umum kedatangan atau
kerb kedatangan. Pada terminal - terminal kecil dimana aktifitasnya rendah,
HAL. 23
proses pengambilan bagasi dapat dilakukan pada sebuah meja / counter bagasi.
Sedangkan untuk terminal yang lebih besar dimana aktifitasnya tinggi, maka
penanganan bagasinya menggunakan peralatan mekanis seperti conveyor belt
dan gravity roller.
Jumlah dan jenis peralatan ditentukan oleh jumlah dan type pesawat pada waktu
sibuk, jumlah penumpang datang, jumlah bagasi serta cara pengangkutan bagasi
dari pesawat ke ruang pengambilan bagasi atau ” baggage handling ”.
Pada perencanaan yang ideal, pemakaian satu baggage claim sebaiknya tidak
digunakan oleh dua pesawat yang datang pada waktu bersamaan.
Pada umumnya, para penumpang datang yang barang bawaannya masuk dalam
bagasi, harus menunggu dahulu diruang pengambilan bagasi sebelumbarang
bawaannya datang. Hal ini disebabkan karena waktu yang dibutuhkan
penumpang untuk berjalan dari pesawat keruang pengambilan bagasi lebih cepat
dari pada waktu yang dibutuhkan untuk proses barang dari pesawat ke ruang
pengambilan bagasi. Dengan demikian, dalam merencanakan lobby
kedatangan harus dapat menampung penumpang datang sementara barang -
barang diproses.
Untuk pengamanan bagasi penumpang, perlu suatu sistem pemeriksaan bagasi
dengan mencocokkan nomor bagasi dan barang yang diambil penumpang.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pintu keluar ruang kedatangan.
HAL. 24
Fasilitas penerbangan Internasional yang bersifat operasional langsung berada di
bangunan terminal, sedang yang bersifat tidak langsung seperti kantor,
administrasi dan penyimpanan bisa berada di dalam bangunan terminal atau bisa
juga berada pada bangunan tersendiri.
§ Kantor Imigrasi
− Fungsi
Untuk mengurusi segala hal yang berhubungan dengan
keimigrasian yang dilaksanakan di bandar udara.
b) Peletakan
Dekat dengan areal sirkulasi penumpang terutama yang berhubungan
dengan hal keimigrasian, baik pada area keberangkatan maupun area
kedatangan.
c) Konsep
Untuk kantor pengelola masalah keimigrasian.
§ Kantor Karantina
a) Fungsi
Sebagai tempat pelaksanaan segala kegiatan yang berhubungan
dengan masalah kekarantinaan baik karantina kesehatan
maupun pertanian ( meliputi : tumbuhan, hewan, dan ikan ).
b) Peletakan
HAL. 25
Dekat dengan areal sirkulasi penumpang untuk kemudahan
pemantauan dan pemeriksaan serta kemudahan hubungan dengan
fasilitas lain.
c) Konsep
Penyediaan fasilitas untuk kegiatan pemeriksaan dan karantina.
Ruangan untuk menampung kegiatan petugas karantina.
e. Fasilitas-fasilitas lain
Selain ruang-ruang utama diatas, bangunan terminal juga dilengkapi dengan
ruang-ruang yang dapat menampung kegiatan yang disesuaikan dengan
kebutuhan operasional dan pelayanan penumpang di bandar udara tersebut yaitu
HAL. 26
Common Use Terminal Equipment (CUTE) adalah istilah dasar yang
digunakan oleh industri airline untuk fasilitas yang dapat digunakan /
diakses secara individual melalui komputer yang dimilikinya.
Ide dasar konsep CUTE ini adalah agar penyelenggara angkutan udara di
bandar udara dapat berbagi fasilitas pelayanan terminal penumpang. Hal
tersebut mencakup meja lapor utama dan meja lapor yang berada di pintu
masuk pesawat yang berdasarkan pada pengunaan bersama, sehingga
penyelenggara angkutan udara dapat menggunakan komputer EDP yang
dimilikinya untuk mengontrol kedatangan pesawat, pemesanan tiket, pas
masuk dan tanda bagasi pada meja lapor tersebut seperti halnya yang
dapat dilakukan pada kantor mereka.
3) Sistem Informasi
HAL. 27
Idealnya, bentuk bangunan terminal penumpang itu sendiri dapat
dibaca/dimengerti oleh penumpang, sedangkan pada tempat yang memang
diperlukan diberikan tambahan informasi yang menuju tempat tujuan.
Kegunaan utama sistem petunjuk informasi bandar udara ini adalah untuk
mempermudah pergerakan pada daerah umum melalui jalan atau koridor
dengan menggunakan sistem yang mudah dimengerti yang mengandung
petunjuk, inforrmasi , peraturan, dan pesan identifikasi.
HAL. 28
memanfaatkan fasilitas ini tanpa mengganggu arus lintas penumpang
di dalam terminal.
HAL. 29
Dengan memperhatikan kemungkinan pengembangan, maka lokasi fasilitas
penunjang di dalam Rencana Induk harus direncanakan dengan baik.
Fasilitas ini disediakan bagi para penumpang penyandang cacat fisik, orang
sakit dan orang lanjut usia yang berupa penyediaan aksesibilitas dan
prasarana terminal, seperti :
− Lift untuk orang lumpuh dengan kursi roda, atau dapat juga digunakan
bersama dengan penumpang lain.
− Ramp untuk jalur kursi roda dengan kemiringan maksimal ( 1 : 14 ).
− Toilet untuk penyandang cacat dengan desain yang khusus, seperti :
− lebar pintu, ketinggian handle pintu, ketinggian lavatory, railling di
dinding.
− Kursi tunggu di ruang check-in dan bagage claim untuk tempat
menunggu bagi orang lanjut usia dan ibu yang sedang hamil tua.
− Telepon Umum dengan ketinggian yang sesuai untuk penyandang
cacat / pengguna kursi roda.
− Parkir khusus untuk penyandang cacat yang diletakkan dekat dengan
pintu masuk terminal, jauh dari jalur utama lalu lintas dan diberi tanda
yang cukup jelas.
Tempat parkir ini memungkinkan pengguna kursi roda atau tongkat
penopang ( crutch ) untuk dapat keluar/masuk kendaraan mencapai
ketinggian lantai bangunan.
− Check-in counter dengan ketinggian yang rendah atau meja khusus
agar pengguna kursi roda atau penumpang sakit dan orang lanjut usia
dapat duduk sewaktu dilayani.
− Proses pemeriksaan sekuriti bagi pengguna kursi roda, dengan
menggunakan hand-check facility.
3. SIRKULASI PENUMPANG
HAL. 30
Kedua kegiatan tersebut terpisah satu sama lain namun tetap berada dalam satu
bangunan baik penerbangan Domestik maupun Internasional. Apabila kegiatan
penerbangan Domestik dan Internasional tidak dilayani dalam satu bangunan
maka masing - masing kegiatan tersebut terpisah satu dengan yang lain.
Secara umum sirkulasi penumpang dapat dijelaskan pada gambar III.1 dan distribusi
vertikal aktivitas di bangunan terminal dapat dilihat pada gambar III.2. :
SIRKULASI PENUMPANG
Gb. III - 1
HAL. 31
DISTRIBUSI VERTIKAL AKTIVITAS DI BANGUNAN TERMINAL
Gb. III - 2
HAL. 32
d. 1 level jalan ( 2 jalur ) / 2 level terminal
Gb. III - 2
Keterangan :
: Keberangkatan penumpang
: Kedatangan penumpang
HAL. 33
Blok Tata Ruang Domestik
Gb. III - 3
HAL. 34
Blok Tata Ruang Internasional
Legenda :
Q : Quarantina
I : Imigrasi
BC : Bea Cukai
Gb. III - 4
HAL. 35
BAB I V
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERENCANAAN BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
1. ARSITEKTUR
Bangunan Terminal Penumpang sebagai salah satu fasilitas pokok dalam bandar
udara, mempunyai fungsi sebagai penghubung utama antara moda transportasi
darat dengan moda transportasi udara yang menampung kegiatan pelayanan
penumpang pesawat udara dan barang atau bagasinya.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penghubung antar moda, bangunan terminal
penumpang harus dapat memperlihatkan perannya sebagai bangunan umum, yang
penampilan bangunannya menggambarkan falsafah dan karakter Bangunan
Terminal Penumpang.
Karakter suatu bangunan terjadi karena bentuk bangunan, bahan bangunan yang
dipakai, keberadaan / kondisi bangunan sekelilingnya dan landscaping sekitarnya.
Walaupun karakter yang terjadi sifatnya subyektif, akan tetapi dipilih jenis karakter
yang bersifat umum, dengan tinjauan :
Bagian terminal penumpang yang terlihat dari luar daerah sisi udara adalah :
− Koridor penghubung antara ruang tunggu keberangkatan dan gang /
lorong jembatan penghubung ke pesawat, biasanya berada di lantai
dua.
− Daerah servis pendaratan dan bongkar muat pesawat, serta ruang
tunggu keberangkatan.
HAL. 35
Perencanaan ruang keberangkatan dan koridor tersebut harus memperhatikan
kriteria sebagai berikut :
− Penumpang didalam bangunan dijaga agar terhindar dari gangguan
cuaca/iklim, seperti angin yang keras, hujan, dan sinar matahari,
panasnya apron serta silaunya panas matahari yang menimpa apron.
− Semburan dan bau gas buangan serta bisingnya suara pesawat di apron.
− Sterilnya penumpang yang telah berada di daerah ruang tunggu
keberangkatan dan koridor harus dijaga, agar tidak tercemar oleh
kegiatan dari luar.
Sedangkan yang sulit untuk dihindari adalah kotornya apron oleh minyak
bahan bakar pesawat, dan berjajarnya peralatan untuk membantu sandar dan
bongkar muat pesawat. Namun dengan kemajuan teknologi mekanikal dan
biaya yang cukup besar maka daerah apron / parkir pesawat akan tampak
bersih dan rapih, dengan dibangunnya / dibuatnya :
− Penarik dan pendorong otomatik untuk pesawat yang akan sandar
ataupun yang akan tinggal sandar dari tempatnya parkir, untuk persiapan
menyalakan mesinnya dengan peralatan yang tersembunyi di dalam
apron.
− Lantai basement untuk menyimpan peralatan bongkar/muat pesawat.
− Peralatan pengarah pendaratan otomatis, yang terlihat jelas oleh pilot
pesawat.
Sedangkan bagian terminal penumpang yang terlihat dari luar daerah sisi darat
(land side) adalah curb side atau publik hall di area keberangkatan dan
kedatangan penumpang.
HAL. 36
− Curb side harus direncanakan dengan cukup lebar di depan area
keberangkatan dan kedatangan untuk dapat menampung dan memberi
kenyamanan bagi penumpang dan pengunjung lain.
− Petunjuk arah dengan rambu-rambu yang informatif, yaitu jelas, mudah
dibaca dan dimengerti baik bagi penumpang maupun pengunjung
lainnya.
− Material lantai dipergunakan dari jenis yang tidak licin dan mudah
dibersihkan.
Falsafah dari terminal penumpang dilihat dari sisi luar adalah agar dapat
memberi kesan-kesan :
− Dapat mempunyai identitas terminal penumpang suatu daerah/negara,
karena terminal penumpang adalah “gate” / pintu gerbang suatu
daerah/negara.
− Pada waktu penumpang berada di dalam pesawat, dapat merasakan
kesan mengundang dan kemegahan, kerapian, kebersihan dan
keteraturan dari bandara.
− Pada waktu penumpang berada di daerah parkir kendaraan, dapat
menikmati keteduhan tanaman pelindung dan kemegahan serta kesan
mengundang dari curb side.
Dari kesan ruang luar yang terjadi tersebut diatas, diperoleh karakter
arsitektural yang dapat terjadi pada bangunan terminal penumpang, yaitu :
1) Modern
HAL. 37
Untuk bangunan terminal penumpang, dari bidang-bidang tampak yang
menghadap ke sisi udara diharapkan penumpang dapat melihat kegiatan
apron/pesawat, maka bagian bangunan pada sisi ini banyak terdiri dari
bahan kaca tinted tampered minimal 12 mm, sehingga kesan tertutup
tetapi transparant terlihat dominan sekali. Untuk memberi kesan megah,
biasanya dibuat deretan kolom yang diolah dengan baik.
2) Tradisional
HAL. 38
Antara lain yang perlu dicegah adalah terjadinya :
− Penyelundupan warga negara asing atau warga negara yang tidak boleh
pergi keluar negeri.
− Penyelundupan ajaran komunis, obat-obatan dan narkotika.
− Pemasukan hama binatang dan tanaman serta wabah penyakit.
− Penyelundupan senjata api dan barang-barang yang terlarang untuk
diperjual belikan, seperti barang purbakala dan sebagainya.
− Penyelundupan barang yang seharusnya dibayar bea dan cukainya.
HAL. 39
Elemen asitektur daerah tersebut dapat diterapkan atau dimodifikasikan pada
elemen-elemen bangunan terminal penumpang. Baik pada bentuk atap,
maupun pada elemen-elemen bangunan lain yang menyatakan bentuk karya
seni daerah. Elemen-elemen arsitektur tersebut berfungsi sebagai elemen
estetika ruang yang memberi kesan asri, indah dan penambah kenyamanan.
1) Fungsi Ruang
Ruang-ruang tertentu pada bangunan terminal penumpang yang cocok
untuk penerapan elemen-elemen arsitektur/karya seni daerah, seperti
public hall, ruang tunggu keberangkatan, ruang tunggu kedatangan dan
lain-lain.
2) Makna simbolik
Dalam tiap unsur arsitektur/karya seni daerah memiliki tujuan dan makna
atau arti, sehingga dalam penempatannya harus sesuai dengan jenis
ruang.
Misal : penempatan ornamen Patra Punggel ( Bali ) pada bagian atau
pintu masuk.
HAL. 40
juga harus memperhatikan syarat-syarat keselamatan penerbangan
(obstacle dan lain-lain).
2. STRUKTUR
3. MEKANIKAL ELEKTRIKAL
HAL. 41
a. Pengelompokan peralatan terminal
1) Mekanikal
Semua peralatan yang berkaitan dengan mesin sebagai sistem
penggeraknya, yaitu:
− Sistem tata udara ( air conditioning )
− Sistem transportasi vertikal ( eskalator, elevator / lift )
− Sistem plumbing
− Sistem pemadam kebakaran
− Sistem transportasi barang ( conveyor belt )
− Sistem timbang bagasi
− Sistem garbarata ( rampway passenger, avio bridge )
2) Elektrikal
Semua peralatan yang berkaitan dengan listrik sebagai sistem
penggeraknya, seperti :
− Sistem instalasi listrik dan penerangan
− Sistem tata suara
− Sistem komunikasi
− Sistem fire alarm
− Building Automation System
HAL. 42
b. Fungsi peralatan terminal
HAL. 43
Yang harus diperhatikan dalam perencanaan bangunan terminal
penumpang yang berkaitan dengan Mekanikal Elektrikal antara lain :
4. PENGEMBANGAN.
HAL. 44
Pengembangan bangunan terminal dapat dilakukan dengan :
− Menambah luas bangunan secara horisontal ke sisi kanan, kiri atau sisi darat
bangunan terminal yang ada
− Menambah luas bangunan ke arah vertikal dengan menambah jumlah lantai
bangunan
− Menambah bangunan dengan sistim modul, dimana terminal pertama
berfungsi sebagai terminal keberangkatan, sedangkan terminal perluasan
berfungsi sebagai terminal kedatangan atau sebaliknya tergantung letak
bangunan terhadap lahan.
Untuk bandara-bandara kecil seperti bandara perintis atau satuan kerja (satker),
biasanya fasilitas bandaranya masih belum lengkap, misalnya hanya mempunyai
landasan pacu saja tanpa apron. Dengan asumsi bahwa bila bandara tersebut
berkembang dan fasilitasnya semakin lengkap dengan adanya apron dan lain-lain,
maka bangunan terminal lama akan dibongkar dan diganti dengan bangunan
terminal yang lebih permanen.
HAL. 45
6. PENDAPATAN NON AERO-NAUTIKA
Para penumpang yang akan berangkat, menghabiskan waktu yang relatif lama di
dalam bangunan terminal, baik waktu untuk memproses dokumen perjalanan
maupun waktu untuk menunggu. Dalam kenyataannya, waktu yang dibutuhkan
penumpang dalam memproses dokumennya, relatif lebih kecil dibandingkan dengan
waktu yang dihabiskan untuk menunggu keberangkatan pesawat. Dengan demikian,
bangunan terminal penumpang direncanakan sedemikian rupa sehingga menarik
para penumpang untuk menghabiskan waktu menunggunya di area komersial,
seperti restoran, toko-toko, kios, bar dan konsesi lainnya.
Pemasukan keuangan dari sisi non aeronautika yang berhubungan dengan area
konsesi di dalam bangunan terminal penumpang, memberi kontribusi yang cukup
signifikan terhadap struktur pendapatan bandar udara.
HAL. 46
surat kabar, majalah, buku, rokok dan lain-lain. Selain membeli keperluan
perjalanan, adakalanya para penumpang ini tergoda dan tertarik juga untuk
membeli barang lain yang ditawarkan dan dipamerkan di dalam toko atau kios.
− Maskapai atau perusahaan penerbangan / airlines, yang selain memerlukan
ruangan kantor administrasi, fasilitas check-in, first class and business class
lounges, juga memerlukan ruangan untuk gudang, catering, air crew office dan
lain-lain.
− Pegawai bandar udara, yaitu mereka yang bekerja di dalam bandar udara
sebagai pegawai airlines, pegawai bandara, konsesioner dan lain-lain. Mereka
memanfaatkan jam istirahat untuk berbelanja keperluan sehari-hari di tempat
yang berdekatan dengan tempat mereka bekerja.
− Airlines crews, seperti pilot, pramugari dan lain-lain, yang menggunakan jam
istirahat mereka di darat / bandara untuk memanfaatkan jasa dry cleaning,
shoe repair, salon dan lain-lain.
− Pengantar dan penjemput, yang memanfaatkan waktunya menunggu teman
atau keluarga yang berangkat atau datang, dengan berbelanja di toko-toko
dan restoran yang ada di area komersial.
− Para pengunjung bandara, yang datang ke bandara dengan maksud untuk
berjalan-jalan, rekreasi dan melihat-lihat barang-barang yang dijual dan
dipamerkan di toko souvenir dan lain-lain dalam suasana yang bersih, sejuk,
nyaman dan barang-barang yang dibutuhkanpun tersedia di area komersial
atau para pelajar yang melakukan studi lapangan di bandara.
− Para pengusaha / businessmen, yang dapat memanfaatkan fasilitas
perkantoran, ruang rapat atau pertemuan di area komersial dan dapat bertemu
dengan rekan bisnis dari luar kota dan melakukan transaksi bisnis di bandar
udara.
HAL. 47
BAB V
KEBUTUHAN LUAS TERMINAL PENUMPANG
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan standar luas terminal adalah
faktor tingkat pelayanan. Tingkat pelayanan pada dasarnya relatif tidak sama
bagi setiap orang, masing - masing mempunyai penilaian sendiri - sendiri
terhadap kondisi suatu tingkat pelayanan. Namun dalam perencanaan terminal
setidak -tidaknya ditetapkan pendekatan secara umum, untuk suatu tingkat
pelayanan.
HAL. 48
− Buruk.
Kondisi ini menunjukkan pelayanan operasional dan penyediaan fasilitas
kebutuhan penumpang / pemakai jasa kurang terpenuhi, kenyamanan dan
sarana yang adapun dirasa tidak memadai.
Dibawah ini dapat dilihat faktor penting yang menjadi penilaian penumpang dan
penyelenggara angkutan udara didalam menilai satu bandar udara pada umumnya
dan bangunan-bangunan terminal pada khususnya :
− Akses yang mudah dari dan menuju bandar udara dengan menggunakan jalan
raya maupun kereta.
− Jarak yang dekat dari curb side ke meja check-in , dan dari meja check in ke
pintu masuk pesawat dan dengan perubahan tinggi lantai yang seminimal
mungkin. Demikian pula dari pintu keluar pesawat menuju tempat pengambilan
bagasi dan dari bea-cukai menuju ke curb side dan tempat parkir kendaraan
umum (Bis ataupun kereta api).
− Arsitektur dan lansekap yang atraktif / menarik, yang dapat menimbulkan
suasana yang nyaman, menyenangkan dan menenangkan.
− Antrian yang pendek, untuk pemeriksaan keamanan maupun dokumen
perjalanan.
− Kinerja ketepatan waktu dari perusahaan angkutan udara / airlines.
− Proses pengambilan bagasi yang cepat serta kemudahan untuk mendapatkan
alat bantu angkut dorong / trolley.
− Informasi dan Petunjuk arah yang jelas dan tepat.
− Penjual barang yang baik dan bervariasi.
− Ruang tunggu khusus komersial / CIP (Commercially Important Passengers)
yang atraktif dan dekat dengan pintu masuk pesawat.
HAL. 49
− Tersedianya fasilitas makanan dengan jenis yang bervariasi dan harga yang
terjangkau.
− Rencana induk dengan lokasi fasilitas pokok yang optimal dan memungkinkan
pengembangan secara bertahap dan teratur.
− Komposisi dan tata letak landas pacu / runway yang memaksimalkan kapasitas
landas pacu dan tetap menyediakan ruang yang cukup untuk mengantisipasi
pengembangan apron dan bangunan terminal.
− Tata letak landas pacu / runway yang meminimalkan jarak pesawat untuk
melakukan taxiing.
− Bentuk apron yang dilengkapi dengan peralatan listrik darat yang efisien dan
mencukupi serta lokasi yang tepat untuk menaikkan/menurunkan bagasi,
penumpang, barang dan peralatan penunjang, dengan bentuk yang tidak
tertutup yang akan menyulitkan pergerakan pesawat.
− Tempat kerja yang atraktif untuk menarik staf perusahaan angkutan
udara/airline, yang mengutamakan kebutuhan operasional dan fungsional
serta menyediakan ruang yang mencukupi dan tepat bagi akomodasi
perusahaan angkutan udara, disamping memperhatikan estetika dan
keindahan arsitektural.
− Bangunan Terminal Penumpang yang menyediakan sistem penanganan sortir
bagasi yang efisien.
− Bangunan Terminal Penumpang yang dapat menampung kurang lebih 90%
penumpang dengan menggunakan garbarata, dan sisanya menggunakan bus
pada area remote.
− Pertokoan yang baik, yang tidak mengganggu aliran penumpang dari area
check in menuju pintu masuk pesawat, dan dapat memberi pemasukan
pendapatan bagi penyelenggara Bandar Udara yang diharapkan dapat
membantu menurunkan besaran tarif pelayanan bagi perusahaan angkutan
udara.
− Bandar udara yang menerapkan tarif pelayanan dengan nilai yang wajar.
− Penyelenggara bandar udara yang mempunyai visi dan dapat melihat
keuntungan timbal balik untuk bekerja sama dengan perusahaan angkutan
udara didalam perencanaan pengembangan bandar udara.
HAL. 50
2. STANDAR LUAS BANGUNAN TERMINAL PENUMPANG
Standarisasi bangunan terminal penumpang ini dibuat sebagai salah satu pedoman
dalam program perencanaan bangunan terminal penumpang suatu bandar udara.
Besaran dalam standar luas bangunan terminal penumpang ini merupakan besaran
minimal yang memenuhi persyaratan operasional keselamatan penerbangan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan dan kenyamanan penumpang, seperti
ruang-ruang komersial besaran dalam standar ini dapat diperbesar.
CATATAN :
− Untuk menghitung luas bangunan terminal penumpang, dapat menggunakan Daftar
Standar Luas Terminal Penumpang yang dapat dilihat pada Tabel V-1 dan V-2.
− Untuk menghitung luas bangunan terminal penumpang secara lebih detail dapat
menggunakan Daftar perhitungan Kebutuhan Ruang yang dapat dilihat pada tabel V-3.
HAL. 51
Tabel V - 1 :
STANDAR LUAS TERMINAL PENUMPANG DOMESTIK
STANDAR LUAS
JUMLAH TERMINAL
NO. PENUMPANG / M2/JML CATATAN
TAHUN PENUMPANG TOTAL/M2
WAKTU SIBUK
1. ≤ 10.000 - 100
2. 10.001 - ≤ 25.000 - 120
3. 25.001 - ≤ 50.000 - 240 Standar luas
4. 50.001 - ≤ 100.000 - 600 terminal ini
5. 100.001 - ≤ 150.000 10 - belum memper-
6. 150.001 - ≤ 500.000 12 - hitungkan ke-
7. 500.001 - ≤ 1.000.000 14 - giatan komersial
8. > 1.000.000 Dihitung lebih -
detail
Tabel V - 2 :
STANDAR LUAS TERMINAL PENUMPANG INTERNASIONAL
STANDAR LUAS
JUMLAH TERMINAL
NO. PENUMPANG / M2/JML CATATAN
TAHUN PENUMPANG TOTAL/M2
WAKTU SIBUK
Standar luas
1. ≤ 200.000 - 600 terminal ini
belum memper-
2. > 200.000 17 - hitungkan ke-
giatan komersial
Catatan : Hasil Perhitungan Sub Direktorat Bangunan dan Prasarana Sisi Darat, Direktorat Teknik
Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara.
HAL. 52
Tabel V.3 :
PERHITUNGAN KEBUTUHAN RUANG
HAL. 53
DAFTAR PUSTAKA
4. Kepala Sub Direktorat Bangunan dan Prasarana Sisi Darat, Presentasi Sub
Direktorat Teknik Bandara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen
Perhubungan, Jakarta 23 Maret 1995.
6. Technical Guide Line, “Passenger Terminal Planning and Design Standard for
Airport Engineering Facilities”, Directorate of Airport Engineering Directorate
General of Air communication, 1995.
ii