1.1. Pendahuluan
Candaka Bali Exclusive International Airport adalah bandar udara
pertama yang dibangun dan dioperasikan oleh Badan Usaha
Bandar Udara swasta. Lokasi bandar udara yang akan dibangun
terletak di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten
Jembrana, Provinsi Bali dengan estimasi luas lahan yang terpakai
sekitar 60 hektar (untuk Phase I).
Fasilitas utama yang akan dibangun adalah:
Runway dengan panjang 1,400 m (akan diperpanjang menjadi
2.800 m pada tahap pembangunan berikutnya)
Taxiway, apron untuk parkir pesawat.
Helipad untuk mendarat/ terbang helikopter dan tempat
parkir helikopter.
6 (enam) hangar untuk pesawat fixed wing dan helikopter
Work shop untuk kegiatan pemeliharaan pesawat.
Lounge/Terminal untuk penumpang
dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk melayani
penerbangan pesawat.
2
1. Tahap Pra Desain
2. Tahap Desain
3. Tahap Penunjukan Pelaksana Konstruksi
4. Tahap Konstruksi
5. Tahap Pasca Konstruksi
6. Pelayanan Tambahan
3
Dengan demikian perusahaan Manajemen Konstruksi tersebut
mewakili pemilik dalam hal mengatur dan melaksanakan segala
fungsi manajemen termasuk dalam hal pengontrolan waktu
biaya dan kualitas dalam proyek yang akan dilaksanakan.
Terlihat pada bagan dibawah ini struktur organisasi proyek dari
mulai proyek tersebut masih dalam proses perencanaan sampai
terwujudnya proyek tersebut.
4
e. Pada tahap awal proyek tersebut akan mempersiapkan
jadwal perkembangan untuk semua kegiatan proyek dengan
pemilik, arsitek, para kontraktor dan dirinya sendiri.
f. Akan memonitor jadwal itu selama tahap rancangan dan
tahap konstruksi proyek.
1.3. Pendekatan
1.3.1. Batasan Wilayah Kerja
Rencana Pembangunan Bali Exclusive International Airport di
Provinsi Bali mencakup beberapa fasilitas yang rencananya akan
dibangun dan menjadi tahapan I (pertama). Luasan lahan yang
5
direncanakan dalan tahap I ini adalah seluas 60 ha yang meliputi
pembangunan:
a. Runway dengan panjang 1,400 m (akan diperpanjang
menjadi 2.800 m pada tahap pembangunan berikutnya)
b. Taxiway, apron untuk parkir pesawat.
c. Helipad untuk mendarat/ terbang helikopter dan tempat
parkir helikopter.
d. 6 (enam) hangar untuk pesawat fixed wing dan helikopter
e. Work shop untuk kegiatan pemeliharaan pesawat.
f. Lounge/Terminal untuk penumpang
g. dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk melayani
penerbangan pesawat.
1.3.2. Pendekatan
Pendekatan umum konsultan dalam layanan jasa konsultansi
manajemen Kontruksi (MK) melalui pendekatan pekerjaan dan
metodologi adalah sebagai berikut :
A. Pendekatan Permasalahan
Didalam pelaksanaan pekerjaan Jasa Konsultansi Manajemen
Konstruksi Pembangunan Bali Exclusive International
Airport, Bali tidak sedikit terjadi kesalahan-kesalahan yang
diakibatkan oleh kelalaian pihak pelaksana Kontraktor.
Akibatnya kualitas hasil pekerjaan menjadi tidak sesuai
dengan dokumen pelaksanaan bahkan sampai gagalnya
konstruksi. Maka Konsultan Manajemen Kontruksi guna
mengantisipasi atau mengurangi kesalahan-kesalahan yang
terjadi dilapangan perlu dilakukan tindakan untuk
mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dengan melakukan
Manajemen Kontruksi (MK) terhadap jalannya pelaksanaan
pekerjaan baik secara teknis maupun administratif.
6
dan sistem pelaporan untuk menjamin setiap pekerjaan yang
dilaksanakan konsutan perencana maupun kontraktor sesuai
dengan spesifìkasi yang ada. Pada sisi pengendalian mutu ini,
konsultan menentukan parameter yang digunakan untuk
mengukur tingkat ideal kualitas sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan kontraktor pada Dokumen Kontrak. Pada sisi lain,
konsultan memberikan perameter yang dapat digunakan pula
sebagai solusi dalam penyelesaian setiap masalah agar hasil
pekerjaan sesuai dengan spesifìkasi.
1.4. Metodologi
1. Umum
Pada pelaksanaan konsultan MK akan mengerahkan tenaga
manajemen kontruksi yang telah profesional dalam bidangnya.
7
Tugas Konsultan secara garis besar akan meliputi :
A. Pengendalian teknis
Bertindak untuk dan atas nama Pemberi Tugas mengendalikan
pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh kontraktor.
Lingkup pengendalian antara lain meliputi :
1) Aspek mutu hasil pekerjaan
2) Aspek volume pekerjaan
3) Aspek waktu penyelesaian pekerjaan
4) Aspek biaya keseluruhan pekerjaan
8
manfaat, yaitu kemungkinan kinerja jalan seperti yang
direncanakan, sedangkan apabila pengendalian mutu dilapangan
tidak baik akan memberikan kerugian besar. Untuk mencapai
keberhasilan pengendalian kualitas (mutu) dilapangan, ada
beberapa faktor yang harus dipenuhi antara lain :
a. Adanya spesifikasi Pengendalian Mutu yang Baik
Dengan adanya spesifikasi yang lengkap, isinya jelas dan sesuai
dengan standar yang berlaku, akan memberikan kemudahan
bagi kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dan bagi
pengawas dalam Manajemen Kontruksi (MK) dilapangan.
Tahap 2
Pengendalian mutu bahan olahan, yaitu hasil
pencampuran dari bahan baku seperti gradasi agregat,
campuran/ adukan beton dan lain-lain. Pengendalian
bahan mutu olahan dilaksanakan untuk memastikan
bahwa hasil bahan baku yang dihasilkan sesuai dan
memenuhi persyaratan yang disepakati. Apabila tahap 2
9
sudah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan
dilanjutkan dengan tahap 3.
Tahap 3
Pengendalian mutu hasil pekerjaan jadi dilaksanakan
untuk memastikan apakah hasil pekerjaan jadi dari bahan
olahan yang dihasilkan sudah sesuai dan memenuhi
persyaratan yang disepakati.
10
Kemampuan personil mengenai tahapan dan pelaksanaan
pemantauan serta kejujuran personil dalam pelaksanaan
sangat menentukan mengenai ke-valid-an dari hasil
pemantauan yang dilaksanakan.
Diagram alur ruang lingkup dan metodologi pekerjaan dapat
dilihat pada gambar-gambar berikut:
11
Gambar 4. Diagram Pelaksana (MK)
12
keperluan operasional pekerjaan, menetapkan prosedur rutin,
dan membuat format pelaporan serta dokumentasi proyek.
13
c. Perencanaan Kegiatan Lapangan
Perencanaan kegiatan ini pada awalnya dibuat secara global
yang kemudian akan selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan lapangan. Konsultan akan membantu
kontraktor untuk mempersiapkan jadwal kerja bulanan yang
akan memperlihatkan dan memprediksi kegiatan lapangan
selama satu bulan mendatang.
14
Konsultan MK dalam rangka melaksanakan tugas
pengendalian teknis berkewajiban mengendalikan proses
koordinasi yang perlu dilakukan oleh pihak lain (khususnya
pemberi tugas).
e. Inspeksi Akhir
Setelah seluruh pekerjaan diselesaikan, Pengendali Kegiatan
Fisik dan Unit Pengendali Lapangan dibantu oleh konsultan
melakukan inspeksi akhir guna memastikan bahwa seluruh
pekerjaan telah diselesaikan dengan baik sesuai dengan
spesifikasi dan syarat-syarat kontrak/volume terlaksana.
Apabila terdapat kesalahan atau kerusakan pada hasil
pekerjaan tersebut maka Pengendali Kegiatan atau Unit
Pengendali Lapangan dibantu konsultan akan memerintahkan
untuk mengganti atau memperbaiki pekerjaan tersebut dalam
jangka waktu tertentu.
f. Gambar Pelaksanaan
15
Gambar desain yang ada akan direvisi (review design) dan
disesuaikan dengan konstruksi yang dilaksanakan (As-Built
Drawing) ini menunjukkan atau membuktikan bahwa setiap
perubahan telah dibuat terhadap gambar desain tersebut.
16
Lingkup Manajemen Kontruksi (MK) pekerjaan fisik
Pembangunan Bali Exclusive International Airport-Bali antaralain:
Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi yang akan dijadikan dasar Manajemen Kontruksi
(MK) pekerjaan dilapangan;
Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metoda
pelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya
pekerjaan konstruksi;
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi
kualitas, kuantitas, dan laju pencapaian volume / realisasi
fisik.;
Mengumpulkan data dan informasi dilapangan untuk
memecahkan persoalan yang terjadi selama proses
pelaksanaan konstruksi;
Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala,
membuat laporan mingguan dan bulanan pekerjaan
Manajemen Kontruksi (MK) dengan masukan hasil-hasil rapat
lapangan, laporan harian, mingguan, dan bulanan pekerjaan
konstruksi yang dibuat oleh pemborong.
Menyusun berita acara kemajuan pekerjaan, pemeliharaan
pekerjaan, serah terima pertama dan serah terima kedua
pekerjaan konstruksi
Meneliti gambar-gambar yang telah sesuai dengan
pelaksanaan (As-Built Drawing) sebelum serah terima
pertama.
Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima
pertama, mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan
dan laporan akhir pekerjaan Manajemen Kontruksi (MK).
Menyampaikan surat teguran kepada pelaksana kegiatan
ketika terjadi keterlambatan pekerjaan dan/atau ditemukan
ketidak sesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan di
lapangan.
17
4. Monitoring (Pengawasan).
Fungsi pengawasan merupakan salah satu dari fungsi Manajemen
Konstruksi dimana kegiatan ini harus dilakukan secara terus
menerus atau secara berkala, selama proses pelaksanaan baerjalan
dalam rangka menentukan tingkat keberhasilan baik dalam
pelaksanaan maupun perencanaan.
Ada dua macam tugas konsultan supervisi :
a. Asistance Concept
Konsultan sebagai pembantu pemimpin proyek dan
memberikan advice untuk tindakan supervisi.
b. Task Concept
Sebagai Direksi/Engineer yang melakukan tugas supervisi
langsung kepada kontraktor, sebagaimana diatur dalam
kontrak.
Pada dasarnya pengawasan memiliki dua fungsi yang sangat
penting, yaitu :
a. Fungsi Pemantauan
Dengan pemantauan yang baik terhadap semua kegiatan
proyek akan memaksa unsur-unsur pelaksana untuk bekerja
secara cakap dan jujur. Pemantauan yang baik akan menjadi
motivasi utama untuk mencapai performa yang tinggi,
misalnya dengan memberi penjelasan kepada pekerja mengenai
apa saja yang harus mereka lakukan untuk mencapai performa
yang tinggi kemudian memberikan umpan balik terhadap
performa yang telah dicapainya, sehingga masing-masing
mengetahui sejauh mana prestasi yang telah dicapai.
b. Fungsi Manjerial
Pada proyek-proyek yang kompleks dan mudah terjadi
perubahan (dinamis) pemakaian pengendalian dan sistem
informasi yang baik akan memudahkan manajer untuk segera
mengetahui bagian-bagian pekerjaan yang mengalami
kejanggalan atau memiliki performa yang kurang baik. Dengan
18
demikian dapat segera dilakukan usaha untuk mengatasi atau
meminimalkan kejanggalan tersebut.
19
diambil akan lebih mengena sasaran. Ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan agar pengendalian dan sistem informasi
berlangsung baik, yaitu :
A. Ketepatan Waktu
Ketelambatan pemantauan hanya akan menghasilkan informasi
yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi.
D. Obyektifitas Data
Data yang diperoleh harus sesuai apa yang terjadi di lapangan.
Pemakaian asumsi kira-kira atau pendapat pribadi tidak boleh
dimasukkan sebagai data hasil pengamatan.
20
Gambar 6. Alur Kegiatan Pengendalian Proyek
21
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kerja
22
1.6. Kebutuhan Personil dan Pendukung
Berdasarkan metodologi dan pendekatan penanganan pekerjaan
sebagaimana telah diuraikan, maka disusun organisasi pelaksana
pekerjaan dalam rangka koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan
pengendalian pelaksanaan pekerjaan secara makmimal serta struktur
organisasi tim konsultan. Untuk itu, sistem koordinasi pekerjaan ini
dengan struktur organisasi seperti diperlihatkan pada Gambar 7, yang
mempunyai sasaran pokok sebagai berikut:
23