Anda di halaman 1dari 29

BAB III

PENGAWASAN DAN DIREKSI PEKERJAAN

3.1 TUJUAN PENGAWASAN


Konsultan perencana pada proyek ini CV.REKA KARYA
KONSULTANadalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan. Tugas Konsultan perencana dalam
pelaksanaan konstruksi adalah :
1. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik
proyek (bisa pihak Swasta maupun Pemerintah).
2. Membuat gambar kerja pelaksanaan, membuat rencana kerja dan
syarat-syarat pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai pedoman
pelaksanaan.
3. Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB)
4. Memproyeksikan Keinginan – keinginan atau ide- ide pemilik proyek
kedalam desain bangunan.
5. Melkaukakn perubahan desain apabila terjadi penyimpangan
pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan untuk
dilaksanakam.
6. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi, kemudian proses pelaksanaannya diserahkan
kepada konsultan pengawas.

3.2 TUGAS PENGAWAS BALIK TEKNIS MAUPUN ADMINISTRATIF


Kegiatan pengawasan proyek dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar, sesuai dengan perencanaan, hasil yang didapatkan bisa
memenuhi target, dan terhindar dari aksi penyelewengan yang dilakukan oleh
pihak kontraktor. Dalam masa konstruksi, konsultan pengawas melaksanakan
pengawasan dan pemantauan terhadap pencapaian progres fisik proyek secara
terus - menerus di lapangan dan pengendalian proyek secara sistematis dengan
menggunakan metode-metode yang sudah baku guna mencapai sasaran agar
hasilnya tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu.

88
Pada proyek pembangunan FlyOver Kota Bandar Lampung pekerjaan
bored pile ini dilakukan pengawasan berupa hal-hal berikut:
1. Pemeriksaan dan persutujuan shop drawing
2. Memeriksa data titik – titik pengeboran
3. Penggunaan alat pelindung diri (APD) pada tenga kerja
4. Pemantauan kelayakan peralatan yang ada
5. Pengawasan pengujian mutu material
6. Pengasawan pekerjaan laboratorium
7. Pengawasan perakitan dan pengikatan tulang serta penempatan
tulangan
8. Pemeriksaaan lubang bor apakah lurus/vertikal
9. Pemeriksaan kedalaman lubang bor
10. Pemeriksaan kualitas beton dan pengujian nilai slump beton
11. Pengambilan sample silinder untuk pengujian kuat tekan beton
12. Pencatatan kondisi cuaca setiap hari
13. Pengawasan kejadian yang dapat mengakibatakan keterlambatan
14. Melkasanakan langkah – langkah solusi agar keterlambatan dapat
diminimalisir.

3.3 PENGENDALIAN PROYEK


3.3.1 .Pengendalian Mutu
Pengendalian Mutu adalah mengendalikan jalannya pelaksanaan proyek
agar mendapatkan mutu yang baik dan sesuai dengan syarat yang ditentukan
dalam kontrak.
Alat Pengendali MutuProyek yang harus dikuasai oleh Pengawas/Direksi
Pekerjaan adalah sebagai berikut:
1. Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS).
2. Metode Pelaksanaan (Pabrikan, RKS).
3. Gambar Kerja.
4. Hasil Tes bahan dari Laboratorium.
5. Peraturan-peraturan pemerintah.

89
6. Peraturan-peraturan khusus yang harus dikuti yang tercantum dalam
kontrak

Setiap Pengawas harus menguasai RKS/ Spesifikasi teknis dari pekerjaan yang
akan dilaksanakan maupun Metode pelaksanaan, gambarkerja, pembacaan hasi
ltes Laboratorium serta peraturan-peraturan yang harus diikuti.

3.3.2 Pengendalian Waktu Proyek


Suatu rencana monitoring harus merangkum masalah-masalah yang secara
aktif selalu diamati, dicatat dan dilaporkan selama berlangsungnya pelaksanaan.
Pada umumnya ada dua alat monitoring yang biasa digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan yaitu:
a. Jaringan Kerja (network planning).
b. Pengendalian Waktu dengan Jaringan Kerja (Network
Planning) 
Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan yang
menuju suatu sasaran tertentu, membutuhkan sarana dan waktu yang
terbatas. Bagi Supervisi (pengawas) pekerjaan pertama-tama adalah memahami
rencana urutan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pekerjaan yang sudah dibuat oleh
kontraktor, sedemikian rupa sehingga proyek bisa terlaksana sesuai dengan
rancangannya (desain), dalam waktu yang telah ditetapkan, mutu sesuai standar
dan biaya yang sudah direncanakan. Pada saat pelaksanaan perlu dilakukan
pengendalian atau pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek
tersebut, salah satu alat pengendali tersebut adala jaringan kerja (network
planning)

A. Peran Jaringan Kerja dalam pelaksanaan.


Network planning diciptakan sebagai alat perencanaan sekaligus
pengendalian suatu pekerjaan dilapangan. Walaupun ada dua versi
Network Planning yaitu PERT dan CPM, dalam kesempatan ini hanya
akan dibicarakan CPM. Program Evaluation and Review Technique
(PERT) yang cocok untuk proyek yang kegiatan-kegiatannya belum

90
pernah dilakukan (non-repetitif) atau proyek riset, sedangkan Critical Path
Method (CPM) cocok untuk proyek yang kegiatan-kegiatannya sudah
pernah dilakukan sehingga sifat dari kegiatan itu sudah diketahui dengan
pasti. Perencanaan dan pengendalian dengan CPM ditujukan untuk bisa
melaksanaakan pekerjaan sesuai dengan rancangan dalam waktu yang
telah ditentukan dan dengan biaya yang seekonomis mungkin. Untuk itu
perlu kita ketahui komponen-komponen apa saja yang menentukan
berhasilnya suatu proyek. Terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan
yaitu:
1. Waktu.
2. Kegiatan.(Activity)
3. Sarana (mesin-mesin, tenaga kerja, alat-alat dsb)
4. Biaya (material, tenaga kerja, spare parts, bahan-bahan
pembantu, dsb)
5. ManajemenProyek.

CPM sebagai alat pengendali dan pengawasan, ternyata secara


serentak dapat mengelola waktu kegiatan, sarana dan biaya dalam suatu
perencanaan yang terpadu (intergrated planning). Jaringan kerja
menggambarkan keseluruhan kegiatan - kegiatan Pengendalian
Proyek proyek kedalam simbol - simbol jaringan kegiatan, oleh karenanya
teknik ini juga disebut perencanaan jaringan kerja (network planning).
Dengan adanya perencanaan ini maka dapat diketahui hal-hal sebagai
berikut:
1. Pada setiap saat diketahui kegiatan – kegiatan apa saja yang
harus dilaksanakan
2. Berapa dana yang harus disediakan
3. Berapa tenaga kerja yang harus ada dengan keahlian apa
4. Jenis – jenis mesin dan peralatan yang dibutuhkan.
5. Apakah mungkin dilakukan perataan penggunaan tenaga kerja,
peralatan atau biaya

91
6. Kegiatan-kegiatan apa saja yang harus diawasi secara intensif
supaya proyek dapat selesai tepat pada waktunya.
7. Kegiatan-kegiatan mana saja yang harus dipercepat, kalau
proyek akan diselesaikan lebih cepat dari rencana semula,
sekaligus berapa biaya percepatannya, demikian pula bila
proyek akan diperpanjang waktunya.
8. Dapat pula diketahui waktu yang diizinkan untuk suatu
kegiatan tertentu yang boleh terlambat atau tertunda, (float time
activity) tanpa memperlambat selesainya proyek.

Agar manfaat teknik CPM ini dapat maksimal maka proyek harus
bersifat sebagai berikut:
a. Harus terdiri dari kumpulan – kumpulan kegiatan yang masing-
masing diketahui datanya dengan pasti (berapa lama kegiatan
itu, peralatan apa saja yang dibutuhkan, material yang
diperlukan dan sebagainya).
b. Masing-masing kegiatan harus jelas dan terpisah dengan
kegiatan lain.
c. Urut-urutan kegiatan harus sudah diketahui.
d. Setiap kegiatan yang telah dimulai harus berjalan, sampai
selesainya kegiatan itu.

3.3.3 Pengendalian Biaya Proyek


Pengendalian biaya dalam suatu kontrak/Surat perjanjian dimaksudkan
agar pengawas mengetahuidan mengendalikan agar biaya Proyek tidak melebihi
anggaran yang sudah direncanakan. Hal-hal yang harus` diketehui oleh Pengawas
adalah sebagai berikut:
1. Sumber Dana Proyek.
2. Progres pembayaran yang telah dilakukan dalam suatu pekerjaan
(kontrak) sesuai dengan yang direncanakan.
3. Tahapan-tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk Kontrak
lokal.

92
4. Pengendalian biaya atas setiap item pekerjaan yang ada didalam Bill of
Quantity.
5. Tahapan-tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk
Kontrak Internasional.
6. Pengendalian biaya atas rencana disburse / penyerapan dalam kontrak.
7. Pengawas harus mengetahui pembobotan masing-masing item
pekerjaan dalam suatu pekerjaan.
8. Dengan pembobotan pekerjaan tersebut diharapkan pengawas
dapat mengetahui prosentase dari masing-masing item pekerjaan yang
telah diselesaikan
9. Dengan mengetahui prosentase item pekerjaan yang telah
diselesaikan, maka diharapkan pengawas dapat mengetahui jumlah
biaya yang harus dibayarkan dalam setiap progres pekerjaan apakah
sesuai dengan yang diharapkan.

Pengawas harus mengetahui tahapan-tahapan/angsuran pembayaran yang


harus dilakukan sesuai dengan tahapan pembayaran yang ada dalam kontrak lokal.
Contoh Tahapan pembayaran kontrak lokal:
1. Tahapan pembayaran kontrak lokal berdasarkan kemajuan fisik
dilapangan:
a. Pembayaran Tahap Pertama sebesar 30% (tiga puluh persen)
dari Nilai kontrak apabila Fisik pekerjaan telah mencapai 40%
(empat puluh persen).
b. Pembayaran Tahap Kedua sebesar 30%(tiga puluh persen) dari
Nilai kontrak dilakukan apabila Fisik pekerjaan telah mencapai
70% (tujuh puluh persen)
c. Pembayaran Tahap Ketiga sebesar 35% (tiga puluh lima
persen) dari Nilai kontrak dilakukan apabila Fisik pekerjaan
telah mencapai 100% (seratus persen) dan setelah Serah Terima
Pekerjaan yang Pertama Kali.

93
d. Pembayaran Tahap Keempat sebesar 5% (lima persen) dari
Nilai kontrak dilakukan setelah Masa Pemeliharaan Tahap I
berakhir dan Serah Terima Pekerjaan yang Kedua.

Mengetahui beberapa jenis Kontrak antara lain :


1. Jenis Kontrak
Seperti kita ketahui bahwa setiap kontrak selalu dicantumkan jenis
kontrak pelaksanaan pekerjaan sebagai bahan pengendalian biaya.
Contohjenis kontrak yang seringdigunakansaatiniadalah :
a. Lump Sum Price
b. Unit Price
c. Gabungan Lump Sum Price dan Unit Price

Kontrak Lump Sum Price merupakan kontrak Jasa atas


penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dan tetap
sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.
Kontrak Unit Price merupakan kontrak dimana volume pekerjaan
yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan
diukur kembali sesuai dengan yang dilaksanakan.
Ada 5 faktor yang perlu diperhatikan dalam mengendalikan biaya proyek,
terutama dalam hal pelaksanaan proyek yaitu:
Mengetahui jenis kontrak yang akan dilaksanakan (Kontrak Lump
sum Price/Kontrak Unit Price dll). Mengetahui batasan presentase pekerjaan
tambah yang diizinkan sesuai yang tercantum dalam kontrak (misalnya ≤ 10%
dari nilai kontrak). Mengetahui cara perhitungan pembobotan masing - masing
item pekerjaan. Mengetahui cara mengukur/menghitung volume pekerjaan yang
telah dilaksanakan dilapangan dibandingkan dengan biaya pelaksanaan yang
telah dilkeluarkan (Curve’s”) Cash Flow Proyek (Lap keuangan yang
menggambarkan arus kas masuk dan keluar selama proyek berjalan).

94
3.4 Pengendalian Biaya Bahan
Pengendalian Biaya Bahan untuk kebutuhan proyek dilakukan untuk
menetukan kebutuhaan riil bahan atau material proyek guna mendukung
pelaksanaan proyek di lapangan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pengendalian biaya bahan adalah :
1. Menghitung Volume keseluruhan bahan pokok/utama berdasrkan
gambar.
2. Mencocokan dengan volume dalam RAB.
3. Membuat SPP (SuratPermintaanPembelian) bahansebesar max. 80%
dari total volume rencana, kecualiuntuk material import, agar dihitung
secara tepat dan dipesan 100%.

Untuk material yang perlu mendapatkan persetujuan Pemilik Proyek:


1. Mendapatkan contoh material yang harga satuannya lebih murah dari
RAP, tetapi masih bisa diterima spesifikasinya.
2. Mengajukan contoh, material tersebut untuk disetujui Pemilik Proyek.
3. MembuatPersetujuantertulis.
4. Melakukan harga dengan supplier dan menyiapkan Surat Pesanan /PO
Tahapan Pembelian terdahulu.
5. Membuat PO (Purchase Order) / Surat Pesanan bahan dengan volume
maksimum sebesar SPP dan harga satuan sesuai negosiasi.
6. Melampirkan dalam PO jadwal pengiriman bahan.
7. Membuat PO dengan kondisi Lumpsum Fixed Price dan pasal-pasal
sesuai kontrak-kontraktor dengan Pemilik Proyek.
8. Melakukan pengendalian periodik dilakukan atas realissasi penerimaan
bahan dan dengan memperhitungkan sisa pekejaan.

3.5 Pengendalian Biaya Upah


Adapun tahapan dalam pengendalian biaya upah yang bisa dilakukan
adalah:
1. Menghitung volume pekerjaan sesuai lingkup pekerjaan dalam
kontrak.

95
2. Mencocokkan dengan volume yang tertera dalam RAP (Rencana
Anggaran Pelaksanaan).
3. Melakukan negosiasi upah dengan pedoman standar upah dari proyek
lain yang sejenis sampai mencapai harga yang paling efisien.
4. Membuat SPK, yang semaksimal mungkin mencakup volume 80-90%
dari total volume pekerjaan.
5. Merinci nilai/biaya dalam SPK dengan jelas, mencakup semua jenis
pekerjaan yang mendukung dan masing-masing harganya, misalnya:
a. Pembersihan/Perapihan, Alat Bantu, dan Lembur.

3.6 Pengendalian Waktu


Masalah pengendalian waktu dapat menjadi tolok ukur keberhasilan suatu
proyek. Penggunaan waktu yang kurang efektif dan ekonomis akibat dari tidak
adanya perencanaan yang baik akan menyebabkan suatu pekerjaan tidak dapat
selesai tepat pada waktu. Sebagian dasar pengendalian waktu pelaksanaan
pekerjaa, disusun kurva S dan time schedule, yang bertujuan agar seluruh
pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang telah direncanakan
dan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Time schedule berbentuk
suatu diagram yang memuat tentang macam-macam pekerjaan yang ada serta
bobot volume masing-masing pekerjaan sudah ditentukan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cara estimasi dalam menetapkan jumlah
waktu yang dibutuhkan untuk satu jenis pekerjaan didasarkan pada jumlah tenaga
kerja yang ada dan volume pekerjaan.
Jadi time schedule merupakan analisis terhadap waktu yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan proyek dengan memanfaatkan waktu,
tenaga kerja dan biaya seefisien mungkin. Sering kali terjadi waktu yang
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan melampaui batas waktu yang telah
direncanakan, sehingga mengalami keterlambatan pekerjaan. Pemecahannya
adalah mengubah time schedule atau re-scheduling, sehingga keterlambatan dapat
segera diatasi.

96
3.7 Pengendalian Kualitas dan Kuantitas
Pengendalian adalah fungsi manajemen yang penting karena hasil
operasional yang sebenarnya tidak selalu sesuai dengan hasil yang diinginkan atau
diantisipasi. Bila hasil yang dicapai secara tidak memuaskan, kontrol
memfasilitasi penerapan tindakan korektif. Control adalah alat manajemen penting
bagimana kantor administratif yang biasanya memiliki berbagai tanggung jawab.
Tidak adanya control kemungkinan akan mengurangi efektivitas kegiatan kantor
banyak juga berpengaruh negative terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan.
Sementara manajer kantor administrasi memiliki akses kebeberapa jenis kontrol,
bab ini mencakup dua jenis penting pengendalian kualitas dan control kuantitas.
Dua jenis tambahan control anggaran dan pengendalian biaya dibahas dalam bab
berikut. Penjadwalan Kerja, walaupun tidak komponen pengendalian kualitas atau
kuantitas, adalah tanggung jawab manajemen sama pentingnya. Kecuali upaya
pengendalian tertentu diterapkan pada penyelesaian proyek, umumnya tidak
mungkin untuk memastikan bahwa proyek akan selesai tepat waktu. Sebuah
diskusi tentang penjadwalan kerja juga termasuk dalam bab ini. Kontrol, bila
digunakan untuk evaluasi kualitas dan kuantitas, melibatkan proses lima langkah
berikut ini:
Langkah 1: Definisi parameter kerja menjadi sasaran proses kontrol.
Langkah 2: penetapan hasil aktual.
Langkah 3: evaluasi hasil aktual.
Langkah 4: membandingkan hasil actual dengan hasil yang diharapkan.
Langkah 5: penerapan tindakan perbaikan bila diperlukan.

Karena hasil kontrol dalam penerapan tindakan perbaikan, itu dianggap


oleh beberapa orang untuk memiliki nada disiplin atau hukuman. Dari lima fungsi
manajemen. Fungsi control adalah mungkin dipandang paling negatif. Karena
manajer kantor administrative sering harus melakukan tindakan korektif, kualitas
pribadi seperti bijaksana, empati, dan menolong sangat penting untuk menjaga
hubungan yang efektif majikan - karyawan. Dilakukan pada saat adukan beton
akan dituang ke dalam concrete pump untuk mengetahui kekentalan adukan beton.

97
Test ini dilakukan satu kali untuk tiap concrete mixer truck. Nilai slump
yang diijinkan dalam proyek ini adalah 18 ± 21 cm. Langkah-langkah pelaksanaan
slump test adalah sebagai berikut:
1. Setelah concrete mixer truck sampai di lokasi pengecoran, adukan
beton dituang sedikit ke papan yang diletakkan di dekat lokasi
concrete pump.
2. Alat yang digunakan untuk slump test adalah berupa kerucut Abrams
yang berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm
dan bagian atas 10 cm dengan tinggi 30 cm yang diletakkan di atas plat
baja yang rata.
3. Permukaan kerucut Abrams yang akan digunakan dibersihkan dan
dibasahi dengan air.
4. Adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams sebanyak tiga
lapis dan tiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat baja diameter 16 mm,
panjang 60 cm sebanyak 25 kali.
5. Setelah kerucut terisi penuh dengan adukan beton kemudian bagian
atas kerucut diratakan dan didiamkan selama 30 detik.
6. Kerucut ditarik vertikal ke atas sehingga adukan beton di dalam
kerucut turun.
7. Tinggi penurunan yang terjadi adalah nilai slump yang diperoleh.

Meteran

BatangRojokan Baja

Kerucut Abram

Benda Uji

Gambar 3.1. Slump Test

98
A. Tes Kekuatan
Tes kekuatan ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dari adukan
beton yang digunakan pada saat pengecoran. Test kekuatan ini dilakukan dengan
mengambil sampel adukan beton sebelum adukan beton dituang ke concrete
pump. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm, jumlah benda uji yang diambil adalah 3 buah silinder untuk tiap 6
m³ adukan beton. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan benda uji adalah
cetakan silinder beton dan alasnya, tongkat baja untuk memadatkan, ember dan
cetok. Tes kekuatan pada proyek ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan
Bahan di Universitas Lampung dengan diawasi oleh wakil konsultan pengawas
dan wakil kontraktor pelaksana.
Langkah-langkah dalam pembuatan benda uji silinder beton tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Adukan beton yang telah dituang ke papan diambil dan dimasukkan ke
dalam cetakan silinder yang telah diolesi oli.
2. Adukan beton dimasukkan ke dalam silinder dan ditusuk-tusuk dengan
tongkat baja.
3. Silinder beton disimpan di tempat yang terlindung dari sinar matahari,
pada setiap benda uji diberi catatan tanggal pengecoran dan lokasi
pengecoran.
4. Benda uji dikirim ke laboratorium untuk diuji kuat tekannya.
Uji kuat tekan beton dilakukan dengan mesin uji tekan (compression testing
machine)

Gambar 3.2. Proses Pembuatan Sampel Uji Kekuatan

99
Uji kuat tekan beton dilakukan setelah benda uji mencapai umur 28 hari dimana
kuat tekan beton sudah mencapai 100 %. Kuat tekan beton (uniaksial) benda uji
kubus / silinder dihitung dengan rumus sebagai berikut :

dengan σ : kuat tekan beton benda uji kubus/silinder


P :beban maksimum saat runtuh
A :luas penampang benda uji kubus/silinder

3.8 Cara Mengevaluasi Kemajuan Pekerjaan oleh Pengawas


Untuk dapat mengetahui kebenaran pekerjaan, maka perlu dilakukan
beberapa evaluasi kemajuan pekerjaan. Keberhasilan pengawas ditentukan apabila
pekerjaan dapat selesai 100 % dengan tepat waktu dan kualitas baik. Setiap
pekerjaan akan dievaluasi kebenarannya berdasarkan :
a. Kualitas Material BahanKonstruksi
Kualitas material bahan konstruksi seperti semen, pasir, split, air,
dll harus dievaluasi apakah sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada
dalam kontrak kerja. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan
visual dan melakukan pengujian laboratorium. Struktur Konstruksi
Evaluasi struktur konstruksi dilakukan dengan cara pengamatan visual
untuk membandingkan dimensi dan penulangan dari kolom struktur, balok
struktur, dan pelat lantai apakah sesuai dengan gambar kerja yang telah
disepakati bersama.

b. Peralatan Dan PerlengkapanKerja


Penggunaan peralatan dan perlengkapan kerja akan mempengaruhi
kualitas pekerjaan.

100
3.9 Pengendalian Jadwal Pelaksanaan
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk
menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam
urutan serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus
dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis
(Callahan, 1992). Penjadwalan meliputi tenaga kerja, material, peralatan,
keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa macam
kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan
perselisihan.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penjadwalan antara lain :
1. Bagi pemilik :
a. Mengetahui waktu mulai dan selesainya proyek.
b. Merencanakan aliran kas.
c. Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan
biaya proyek.
2. Bagi kontraktor:
a. Memprediksi kapan suatu kegiatan yang spesifik dimulai dan
diakhiri.
b. Merencanakan kebutuhan material, peralalan, dan tenaga kerja.
c. Mengatur waktu keterlibatan sub-kontraktor.
d. Menghindari konflik antara sub-kontraktor dan pekerja.
e. Merencanakan aliran kas
f. Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan
biaya proyek.

3.10 PermasalahanPekerjaan di Lapangan


Dalam pelaksanaan konstruksi seringkali ditemukan beberapa problem
dalam setiap item pekerjaan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun
pengawasan yang bisa berpengaruh terhadap mutu, biaya, dan waktu.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam konstruksi tentu akan
mengganggu jalannya suatu proyek dan sedapat mungkin harus dihindari.

101
Dalam proyek pembangunan FlyOver ini pekerjaan pondasi bored pile
didapati analisa permasalahan yang terjadi pada perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan pondasi bored pile pada Proyek
Pembangunan FlyOver Bandar Lampung yaitu sebagai berikut:
Pada saat kegiatan proyek telah berlangsung dalam waktu hampir 1 tahun, masih
saja terjadi keterlambatan waktu karna sumberdaya manusia untuk pekerja kurang
maksimal dalam bekerja sehingga dapat memperlambat waktu pekerjaan.
Pada saat pekerjaan berlangsung lalu lintas sekitar kurang terkendali karna adanya
alat berat yang keluar masuk lokasi proyek ini.
Pelaksanaan pekerjaan pondasi bore pile pada proyek pembangunan
FlyOver kota Bandar Lampung ini bisa dikategorikan baik. Namun pada beberapa
pekerjaan ada yang tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga sedikit berdampak
pada biaya, mutu, dan waktu. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal yaitu
kerusakan alat, kurangnya koordinasi antar line organisasi, faktor cuaca, dan
ketidak disiplinan sumber daya manusia.
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak konsultan pada pekerjaan ini
secara umum bisa dikategorikan kurang maksimal. Beberapa proses pekerjaan
luput dari pihak pengawas sehingga terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan
yang mengakibatkan berkurangnya mutu dari pekerjaan pondasi bore pile pada
Proyek Pembangunan FlyOver Kota Bandar Lampung. Papan penyangga di
sekeliling yg teralu rendah dan ringan sehingga mudah jatuh dan rawan
mencelakai pengguna jalan yang lain. Skema lalu lintas yg kurang baik untuk di
rencanakan sehingga sering kali terjadi kemacetan lalu lintas.
Pekerjaan Bored Pile
Dalam pelaksanaan pekerjaan Bored Pile,Quality control dalam pekerjaan
ini harus dalam pengawasan penuhagar sesuai dengan spek yang tertuai dikontrak
dan gambar kerja.kemudian dalam hal pekerjaanpembangunanFlyOver ini peran
dari Konsultan pengawas dan Management Kontruksi harus berkontribusi penuh
dalam hal Pengawasan dan Quality Control, yang pertama mengenai Kedalaman
tiap titik yang akan dilakukan pengeboran, yang kedua pengrakitan dan
pemasangan besi Bored Pile serta slum tes beton yang sesuai dalam RAB proyek
ini.

102
Setelah pengrakitan dan pemasangan besi telah selesai pemasangan beton
deking dan selimut beton disetiap dinding lingkaran besi harus dipasang
dikarenakanpada saat rangakaian besi di masukkan kedalam lubang Bored Pile,
rangkaian besi tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tanah dan menghindari
terjadinya patah/retak di bagian dalam pada saat pengecoran telah selesai dan
kering. Hal ini diakibatkan oleh adanya besi yang bengkok dan rangkain besi
mengikuti kontur lubang Bored Pile saat dilakukannya pengecoran.
Sebelum melakukan pengecoran bored pile Konsultan Pengawas
Management konstruksi dan kami selaku mahasiswa KP melakukan slum test
beton yang akan dicor kedalam lubang pondasi bored pile. Pada Dalam proses
pekerjaan Bored Pile ini, pekerjaan ini sangat berpengaruh terhadap tahapan-
tahapan pekerjaan selanjutnya, pekerjaan ini sangat riskan danakan fatal akibatnya
apabila Quality Control pada pekerjaan ini tidak berjalan sesuai dengan prosedur.
Detail gambar pasangan besi Bored Pile berikut dapat menjelaskan
ukuranpanjang per-potongan,jumlah besi dalam 1 lubang Bored Pile,diameter
besi, dan Sengkang Ulir besi :

103
Gambar 2.4 panjang, jumlah dan diameter besi perpotongan

Adapun dalam pekerjaan pembangunan FlyOver ini sudah sesuai dengan


yang direncanakan, tetapi dalam proses pengeboran pasti ada keterlambatan waktu
dan kendala dalam pengeboran Bore Pile. satunya mesin bor tidak berkerja
dengan baik dikarenakan kondisi tanah banyak bebatuan sehingga harus
mengganti ganti jenis mata bor. sehingga menghambat pekerjaan pengeboran di
titik lain dikarenakan adanya kerusakan alat atau factor kontur tanah yang keras
dan berbatu sehingga tertunda dan memakan waktu yang cukup lama.
2.7 MATERIAL BANGUNAN
Bahan bangunan merupakan salah satu sumber daya yang sangat menentukan
mutu hasil pekerjaan. Kualitas bahan bangunan sangat memengaruhi kualitas dari
suatu bangunan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengawasan yang ketat
terhadap bahan bangunan yang digunakan. Bahan bangunan yang digunakan
dalam proyek pembangunan FlyOver ini adalah sebagai berikut :

2.7.1 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak,asam, alkali, garam – garam, bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain
yangmerusak beton dan baja tulangan. Sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.Air yang baik, yang tidak mengandung 3B : tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak berasa.

2.7.2 Beton Ready Mix


Beton Ready Mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat di pabrik
dengan mutu sesuai pesanan dan persyaratan yang ditetapkan. Beton Ready Mix
tersebut dipesan dari PT. Sang Bima Ratu dengan mutu beton yang diperlukan
adalah :
a. f’c = 30 MPa untuk pengecoran bored pile.

104
Beton Ready Mix dipilih karena pertimbangan ekonomi lebih
menguntungkan dan adanya efisiensi kerja dalam pelaksanaan, jaminan
keseragaman mutu beton, dan juga kecepatan waktu dalam pengecoran.
Pengujian campuran beton ready mix dilakukan dengan uji slump yang dilakukan
pada saat beton ready mix tiba di lokasi proyek dengan tinggi nilai slump 5 – 7 cm
Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian nilai slump pada beton ready mix
yang akan digunakan.

Gambar 2.7.2 Sample Beton Ready Mix dari uji SlumpTest

105
Gambar 2.6. Sample Beton Ready Mix dari alat ukur /meteran

2.7.3 Beton Decking (Beton Tahu)


Beton Decking (beton tahu) berfungsi untuk membuat sela atau jarak
antara permukaan bekisting dengan tulangan, sehingga pada waktu pengecoran
nanti tebal selimut beton sesuai dengan tebal yang diinginkan. Selain itu, beton
Decking juga berfungsi menjaga agar tulangan pada beton tidak berkarat (korosi).
Beton Decking (beton tahu) adalah beton yang dibentuk sesuai ukuran selimut
beton yang diinginkan. Beton Decking terbuat dari campuran mortar (semen,
pasir, dan air) yang dicetak dengan ukuran ketebalan selimut beton yang
direncanakan. Beton Decking yang digunakan pada pekerjaan Bore Pile ini
berbentuk silinder dengan ukuran diameter ± 7,5 cm.

Gambar 2.7. Beton Deckin (beton tahu)

2.7.4 Baja Tulangan


Baja tulangan yang digunakan pada proyek ini sesuai dengan pasangan
besi yang terkontrak di dalam rencana anggaran biaya dan gambar kerja,
khususnya Detail pekerjaan rangka besi bore pile. Yaitumenggunakan baja
tulangan ulir dengan panjang 12 m + 1 m SK. ulir D16 – 150 ke arah pile cap
dengan berdiameter lingkaran Ø 1000 mm . Pekerjaan tulangan besi utama bore
pile ini terbagi atas 4 jarak potongan panjang, jumlah sumbu potongan dengan

106
diameter besi 25 mm, serta sengkang(SK) ulir yang dimana jarak dan diameter
besinya bervariasi. Dengan tegangan leleh fy = 300 Mpa. Pada gambar di bawah
ini dapat menjelaskan detail dan foto pekerjaan baja tulangan besi bore pile :

2.7.5 Kawat Pengikat (Bendrat)


Kawat pengikat (bendrat) berfungsi sebagai pengikat tulangan, sehingga
membentuk rangkaian tulangan rangka elemen struktur beton yang siap di cor.

107
Gambar 2.10. Kawat Pengikat Tulangan

2.8 PERALATAN SURVEY


Peralatan survey merupakan alat-alat yang pada proyek ini digunakan
untuk pemetaan dan pengukuran lapangan, yang meliputi:

2.8.1 Theodolith
Theodolit merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as
bangunan dan titik – titik as kolom pada tiap – tiap lantai agar bangunan yang
dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah
dan elevasi tanah galian/timbunan. Cara operasionalnya dalah dengan mengatur
nouvo dan unting- unting dibawah theodolit, kemudian menetapkan salah satu
titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik – titik yang lain dengan patokan
titik awal yang ditetapkan tadi.

2.9 PERALATAN PABRIKASI


Peralatan pabrikasi yang dimaksud adalah peralatan - peralatan yang
berkaitan dengan pekerjaan proyek yang dilakukan secara berulang - ulang, dan
dilakukan pada tempat yang sama, serta output produk yang sama, tidak jauh
berbeda seperti perakitan rangkaian baja tulangan, pencetakan beton kerb. Berikut
peralatan pabrikasi yang digunakan di lapangan :

108
2.9.1 Mesin Las
Mesin las yang digunakan adalah mesin las listrik. Mesin ini
mampumenghasilkan listrik sendiri dengan generator diesel yang ter-includedi
dalam mesinlas listrik ini, listrik yang dihasilkan dipakai untuk proses pengelasan.

2.9.2 Bar Bender


Bar bender merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkantulangan
berdiameter besar, seperti pada pembengkokan tulangansengkang,
pembengkokanpadasambungan/ overlaptulangankolom, juga pada tulangan balok, plat, 
dan dinding geser.Bar bender danbar cutter haruslah ada dalam suatu proyek besar
karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu precast atau pasang di
tempat.

Gambar 2.14. Pekerjaan Pembengkokan Besi Tulangan denganBar Bender

2.9.3 Bar Cuter


Baja tulangan dipesan dengan ukuran – ukuran panjang standar. Saat diperlukan
tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang
ada. Gunting tulangan yang dioperasikan secara manual dengan menggunakan
tenaga manusia merupakan salah satu alat pemotong yang digunakab. Bar Cutter
merupakan alat pemotong besi tulanagan untuk mendapatkan panjang yang
diinginkan. Menurut tenaga penggeraknya, Bar Cutter ada 2 jenis yaitu :

109
1. Bar Cutter manual
Bar Cutter adalah alat pemotong baja tulangan menggunakan penggerak tenaga
manusia dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm
2. Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual
adalah Bar Cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan
diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping dapat
mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat
dilakukan sekaligus seperti tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan
pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah tulangan

2.10 PERALATAN PENGECORAN


2.10.1 Bekesting
Bekisting atau acuan atau perancah merupakan cetakan beton yang terbuat
daribahan kayu atau logam, atau gabungan dari keduanya, dimana campuran beton
akandituangkan pada bekisting ini, sehingga ketika beton mengeras akan
membentuk bekisting yang sudah direncanakan.Tekanan hidrostatis beton yang
masih basah tergantung pada kecepatanpengikatan dan pengerasan semen, suhu,
banyaknya semen dalam campurannya, dan faktor air/semennya (fas). Tekanan
hidrostatis teargantung pada perbedaan kecepatan pengecorandan pengikatan awal
serta pengerasan awal beton, oleh karena itu kecepatanpengecoran adalah hal
penting, terutama pada tiang / kolom dan dinding. (L.J.Murdock and K.M. Brook,
1986).Bekisting dapat digunakan berulangkali, namun bekisting harus
dibongkar,dirawat, disimpan dengan baik. Salah satu hal yang dapat dilakukan
oleh kontraktoruntuk memperpanjang usia bekisting adalah mengharuskan orang
yang sama untuk memasang dan membongkar bekisting tersebut.Bagian-bagian
bekisting kolom:
 Panel Playwood, berupa lembaran playwood dengan permukaan licin,
dimanabagian ini bersentuhan langsung dengan beton segar.
 Pengekang besi

110
 Peyangga dari besi, yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diatur
sehinggaacuan dapat berdiri tegak.

Gambar 2.15 Peyangga dari Besi


2.10.2 Pekerjaan Pile Cap
a. Pemasangan Bekisting Pile Cap
Pekerjaan pile cap dilaksanakan setelah bore pile. Untuk pekerjaan
pilecap sebelum pemasangan tulangan maka diperlukan bekisting yang
berupa tembok setinggi 1,3 m. Kemudian di rakit tulangan pile cap sesuai
drawing.

Gambar 2.16Pemasangan bekisting pile cap

b. Pemasangan Tulangan Pile Cap

111
Diameter tulangan yang digunakan untuk perakitan pilecap adalah
tulangan baja ulir D23 dan dirangkai dengan tulangan sengkang baja ulir
D16 dan D12. Panjang tulangan yang dirakit pada pile cap yaitu tulangan
memanjang sepanjang 10 m, melintang sepanjang 4 m dan tinggi 4,5 m
(elevasi pile cap sampai pilar). Kemudian di pasangan bekisting
multiplek.

Gambar 2.17 Pemasangan Tulangan Pile Cap


c. Pengecoran Pile Cap
Pengecoran pile cap dilakukan setelah pekerjaan bekisting.
Sebelum pengecoran dilakukan uji slum test yang berguna untuk
mengetahui mutu beton. Benda uji yang digunakan berupa silinder
diameter 150 mm, tinggi 300 mm. Setelah di isi penuh dan di tumbuk
selama 25 kali setiap 1/3 tinggi beton, ketika alat uji slumptest diangkat,
jika memenuhi persyaratan lewat 12 cm maka pile cap siap di cor. Jika
tidak maka akan dipulangkan lagi.

Gambar 2.18 Pengecoran Pile Cap

2.10.3 Pekerjaan Piers

112
a. Pemasangan Tulangan Pier
Diameter tulangan yang digunakan untuk perakitan pier adalah
tulangan baja ulir D23 dan dirangkai dengan tulangan sengkang baja ulir
D16 dan D12. Untuk mengatasi agar tulangan tetap lurus vertikal setelah
di cor yaitu dengan pemasangan sengkang.

Gambar 2.19 Pemasangan Tulangan Pier


b. Pemasangan Bekisting Pier
Pekerjaan pier dilaksanakan setelah pile cap. Untuk pekerjaan pier
sebelum pemasangan bekisting maka diperlukan tulangan sengkang.
Tulangan sengkang yang digunakan yaitu tulangan baja ulir D12, dan
tulangan utamanya adalah terusan dari tulangan pile cap yaitu tulangan
baja ulir D23. Setelah itu dirakit tulangan sengkang dan dipasang
bekisting.

Gambar 2.19 Pemasangan Bekisting Tulangan Pier

113
c. Pengecoran Pier
Pengecoran pier dilakukan setelah pekerjaan bekisting. Sebelum
pengecoran dilakukan uji slum test yang berguna untuk mengetahui
mutu beton. Beton uji yang dugunakan berupa silinder beton yang
dibuat dengan cetakan silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm.
Setelah di isi penuh dan di tumbuk selama 25 kali setiap 1/3 tinggi
beton, ketika alat uji slump test diangkat, jika memenuhi persyaratan
lewat 12 cm maka pier siap di cor. Jika tidak maka akan dipulangkan
lagi. Pada saat pengecoran pier khususnya kolom, agar tetap tegak lurus
dilakukan dengan cara pengamatan unting unting, yang dipasang pada
bekisting kolom. Dimana tulangan yang dirakit dan diberi sengkang
ditambahkan beton decking, sebagai penahan tulangan terhadap
bekisting sehingga tulangan tetap tegak lurus pada saat pengecoran.

Gambar 2.19 Pengecoran Tulangan Pier

2.10.4 Pekerjaan Pier Head


Pekerjaan pier head dilaksanakan setelah curing beton untuk pier sudah
mencapai batas waktu yang telah ditentukan. Untuk pekerjaan pier head ini pada
saat penyetelan tulangan maka bekisting deck telah terpasang di scaffolding pada
posisi benar setelah dilaksanakan pemeriksaan posisi horizontal dan vertical oleh
team survey. Ikatan bekisting deck ini kemudian dimatikan agar tidak bergerak
saat pekerja menyetel tulangan pier head. Setelah penyetelan besi selesai maka
dipasang bekisting dinding yang kemudian diperiksa kembali posisinya oleh tim

114
survey. Sebelum pengecoran dilaksanakan tim survey akan melakukan
pemeriksaan total baik elevasi maupun kevertikalan dari pier head. Kemudian
ikatan bekisting dimatikan. Pengecoran dibantu oleh concreet pump, bekisting
dinding dapat dilepaskan minimal 3 hari setelah pengecoran. Sedangkan bekisting
deck tetap terpasang minimal setelah 10 hari pengecoran. Segera scaffolding
dilepaskan kemudian dipindahkan pada lokasi pekerjaan pierhead lainnya.

2.10.5 Bucket
Umumnya proyek-proyek pembangunan gedung, digunakanconcrete pump
truck untuk memudahkan pada pekerjaan pengecoran dengan elevasi yang cukup tinggiseperti
pengecoran kolom maupun pelat lantai. Pada proyek ini, karena elevasipekerjaan
pengecoran tidak terlalu tinggi, maka digunakan alat bantu
berupabucket .Penggunaanbucket akan lebih ekonomis dan cukup efisien pada
proyek ini.Bucket merupakan alat bantu dalam pekerjaan pengecoran, yang
mampumembawa beton segar ,untuk diangkat sampai elevasi tertentu untuk
kemudiandituangkan.Bucket berbentuk seperti corong besar, yang dapat
menampung betonsegar dalam volume yang cukup besar, dan pada bagian bawahnya dibuat
lubang yangdapat dibuka dan ditutup sehingga dapat dilakukan proses
penuangan.Bucket digantungkan padacrane, sehinggabucket dapat diangkat pada
ketinggian tertentu dandipindahkan/diposisikan ke lokasi pekerjaan pengecoran.

2.10.6 Pipa Tremie.


Pipatremiemerupakan alat bantu pengecoran beton, berbentuk
pipaberpenampang bulat yang terbuat dari baja dengan panjang tertentu.
Umumnya pipatremieberupa segmen-segmen yang dapat disambung dan dilepas dengan
mudahsehingga dapat dipakai untuk pengecoran beton pondasi pada berbagai
kedalamantertentu. Pipatremiememiliki diameter 25 cm, dan panjang 4 meter tiap
segmennya,pada bagian atas segmen diameternya agak lebih besar, dan dilengkapi
kait sedangkanpada bagian bawah dilengkapi dengan jalur kait sehingga tiap-tiap
segmen dapatdisambung-sambung sesuai kedalaman pengecoran.
Keberhasilan dari operasi menggunakan pipatremieini tergantung
padapengamanan tutup yang rapat air di bawah pipatremie sedemikian sehingga

115
betontidak mengalami pelarutan pada permukaan mulainya pengecoran. Salah
satu carapenyumbatan pipatremieadalah dengan menyisipkan bola karet atau batu
bulat kedalam muluttremie. Bola karet ataupun batu akan terdorong ke bawah
dengan mengisibeton ke dalam ujung atas pipa, yang kemudian akan mendorong
udara dan lumpurkeluar pada dasarnya. Saat bola karet atau batu dipaksa keluar
dari dasar pipa, betonsegar akan mengikutinya turun dengan cepat antara
dasartremiedan pondasimembentuk sebuah gundukan bulat sekitar dasar pipatremie.
Aliran beton kemudiandiperiksa dengan menurunkan pita ukur kedalam ke
dasar pondasi, sementara pipadinaikkan secukupnya dari dasar untuk
memungkinkan aliran yang menerus dari beton.
2.10.7 Corong Cor
Corong cor merupakan corong yang digunakan sebagai alat bantu
dalampekerjaan pengecoran. Corong cor umumnya dipadukan dengan pipatremie,
yaknidengan dipasang di atas pipaTremie, kemudian beton segar dituangkan
melalui corongcor, lalu mengalir melalui pipatremiemengisi wadah
cor/bekisting.Ukuran corong cor yang ditemuidi lapangan
adalahDiamater atas = 85 cm
Diameter bawah = 25 cm

116

Anda mungkin juga menyukai