88
Pada proyek pembangunan FlyOver Kota Bandar Lampung pekerjaan
bored pile ini dilakukan pengawasan berupa hal-hal berikut:
1. Pemeriksaan dan persutujuan shop drawing
2. Memeriksa data titik – titik pengeboran
3. Penggunaan alat pelindung diri (APD) pada tenga kerja
4. Pemantauan kelayakan peralatan yang ada
5. Pengawasan pengujian mutu material
6. Pengasawan pekerjaan laboratorium
7. Pengawasan perakitan dan pengikatan tulang serta penempatan
tulangan
8. Pemeriksaaan lubang bor apakah lurus/vertikal
9. Pemeriksaan kedalaman lubang bor
10. Pemeriksaan kualitas beton dan pengujian nilai slump beton
11. Pengambilan sample silinder untuk pengujian kuat tekan beton
12. Pencatatan kondisi cuaca setiap hari
13. Pengawasan kejadian yang dapat mengakibatakan keterlambatan
14. Melkasanakan langkah – langkah solusi agar keterlambatan dapat
diminimalisir.
89
6. Peraturan-peraturan khusus yang harus dikuti yang tercantum dalam
kontrak
Setiap Pengawas harus menguasai RKS/ Spesifikasi teknis dari pekerjaan yang
akan dilaksanakan maupun Metode pelaksanaan, gambarkerja, pembacaan hasi
ltes Laboratorium serta peraturan-peraturan yang harus diikuti.
90
pernah dilakukan (non-repetitif) atau proyek riset, sedangkan Critical Path
Method (CPM) cocok untuk proyek yang kegiatan-kegiatannya sudah
pernah dilakukan sehingga sifat dari kegiatan itu sudah diketahui dengan
pasti. Perencanaan dan pengendalian dengan CPM ditujukan untuk bisa
melaksanaakan pekerjaan sesuai dengan rancangan dalam waktu yang
telah ditentukan dan dengan biaya yang seekonomis mungkin. Untuk itu
perlu kita ketahui komponen-komponen apa saja yang menentukan
berhasilnya suatu proyek. Terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan
yaitu:
1. Waktu.
2. Kegiatan.(Activity)
3. Sarana (mesin-mesin, tenaga kerja, alat-alat dsb)
4. Biaya (material, tenaga kerja, spare parts, bahan-bahan
pembantu, dsb)
5. ManajemenProyek.
91
6. Kegiatan-kegiatan apa saja yang harus diawasi secara intensif
supaya proyek dapat selesai tepat pada waktunya.
7. Kegiatan-kegiatan mana saja yang harus dipercepat, kalau
proyek akan diselesaikan lebih cepat dari rencana semula,
sekaligus berapa biaya percepatannya, demikian pula bila
proyek akan diperpanjang waktunya.
8. Dapat pula diketahui waktu yang diizinkan untuk suatu
kegiatan tertentu yang boleh terlambat atau tertunda, (float time
activity) tanpa memperlambat selesainya proyek.
Agar manfaat teknik CPM ini dapat maksimal maka proyek harus
bersifat sebagai berikut:
a. Harus terdiri dari kumpulan – kumpulan kegiatan yang masing-
masing diketahui datanya dengan pasti (berapa lama kegiatan
itu, peralatan apa saja yang dibutuhkan, material yang
diperlukan dan sebagainya).
b. Masing-masing kegiatan harus jelas dan terpisah dengan
kegiatan lain.
c. Urut-urutan kegiatan harus sudah diketahui.
d. Setiap kegiatan yang telah dimulai harus berjalan, sampai
selesainya kegiatan itu.
92
4. Pengendalian biaya atas setiap item pekerjaan yang ada didalam Bill of
Quantity.
5. Tahapan-tahapan/angsuran pembayaran yang dilakukan untuk
Kontrak Internasional.
6. Pengendalian biaya atas rencana disburse / penyerapan dalam kontrak.
7. Pengawas harus mengetahui pembobotan masing-masing item
pekerjaan dalam suatu pekerjaan.
8. Dengan pembobotan pekerjaan tersebut diharapkan pengawas
dapat mengetahui prosentase dari masing-masing item pekerjaan yang
telah diselesaikan
9. Dengan mengetahui prosentase item pekerjaan yang telah
diselesaikan, maka diharapkan pengawas dapat mengetahui jumlah
biaya yang harus dibayarkan dalam setiap progres pekerjaan apakah
sesuai dengan yang diharapkan.
93
d. Pembayaran Tahap Keempat sebesar 5% (lima persen) dari
Nilai kontrak dilakukan setelah Masa Pemeliharaan Tahap I
berakhir dan Serah Terima Pekerjaan yang Kedua.
94
3.4 Pengendalian Biaya Bahan
Pengendalian Biaya Bahan untuk kebutuhan proyek dilakukan untuk
menetukan kebutuhaan riil bahan atau material proyek guna mendukung
pelaksanaan proyek di lapangan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pengendalian biaya bahan adalah :
1. Menghitung Volume keseluruhan bahan pokok/utama berdasrkan
gambar.
2. Mencocokan dengan volume dalam RAB.
3. Membuat SPP (SuratPermintaanPembelian) bahansebesar max. 80%
dari total volume rencana, kecualiuntuk material import, agar dihitung
secara tepat dan dipesan 100%.
95
2. Mencocokkan dengan volume yang tertera dalam RAP (Rencana
Anggaran Pelaksanaan).
3. Melakukan negosiasi upah dengan pedoman standar upah dari proyek
lain yang sejenis sampai mencapai harga yang paling efisien.
4. Membuat SPK, yang semaksimal mungkin mencakup volume 80-90%
dari total volume pekerjaan.
5. Merinci nilai/biaya dalam SPK dengan jelas, mencakup semua jenis
pekerjaan yang mendukung dan masing-masing harganya, misalnya:
a. Pembersihan/Perapihan, Alat Bantu, dan Lembur.
96
3.7 Pengendalian Kualitas dan Kuantitas
Pengendalian adalah fungsi manajemen yang penting karena hasil
operasional yang sebenarnya tidak selalu sesuai dengan hasil yang diinginkan atau
diantisipasi. Bila hasil yang dicapai secara tidak memuaskan, kontrol
memfasilitasi penerapan tindakan korektif. Control adalah alat manajemen penting
bagimana kantor administratif yang biasanya memiliki berbagai tanggung jawab.
Tidak adanya control kemungkinan akan mengurangi efektivitas kegiatan kantor
banyak juga berpengaruh negative terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan.
Sementara manajer kantor administrasi memiliki akses kebeberapa jenis kontrol,
bab ini mencakup dua jenis penting pengendalian kualitas dan control kuantitas.
Dua jenis tambahan control anggaran dan pengendalian biaya dibahas dalam bab
berikut. Penjadwalan Kerja, walaupun tidak komponen pengendalian kualitas atau
kuantitas, adalah tanggung jawab manajemen sama pentingnya. Kecuali upaya
pengendalian tertentu diterapkan pada penyelesaian proyek, umumnya tidak
mungkin untuk memastikan bahwa proyek akan selesai tepat waktu. Sebuah
diskusi tentang penjadwalan kerja juga termasuk dalam bab ini. Kontrol, bila
digunakan untuk evaluasi kualitas dan kuantitas, melibatkan proses lima langkah
berikut ini:
Langkah 1: Definisi parameter kerja menjadi sasaran proses kontrol.
Langkah 2: penetapan hasil aktual.
Langkah 3: evaluasi hasil aktual.
Langkah 4: membandingkan hasil actual dengan hasil yang diharapkan.
Langkah 5: penerapan tindakan perbaikan bila diperlukan.
97
Test ini dilakukan satu kali untuk tiap concrete mixer truck. Nilai slump
yang diijinkan dalam proyek ini adalah 18 ± 21 cm. Langkah-langkah pelaksanaan
slump test adalah sebagai berikut:
1. Setelah concrete mixer truck sampai di lokasi pengecoran, adukan
beton dituang sedikit ke papan yang diletakkan di dekat lokasi
concrete pump.
2. Alat yang digunakan untuk slump test adalah berupa kerucut Abrams
yang berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm
dan bagian atas 10 cm dengan tinggi 30 cm yang diletakkan di atas plat
baja yang rata.
3. Permukaan kerucut Abrams yang akan digunakan dibersihkan dan
dibasahi dengan air.
4. Adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams sebanyak tiga
lapis dan tiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat baja diameter 16 mm,
panjang 60 cm sebanyak 25 kali.
5. Setelah kerucut terisi penuh dengan adukan beton kemudian bagian
atas kerucut diratakan dan didiamkan selama 30 detik.
6. Kerucut ditarik vertikal ke atas sehingga adukan beton di dalam
kerucut turun.
7. Tinggi penurunan yang terjadi adalah nilai slump yang diperoleh.
Meteran
BatangRojokan Baja
Kerucut Abram
Benda Uji
98
A. Tes Kekuatan
Tes kekuatan ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dari adukan
beton yang digunakan pada saat pengecoran. Test kekuatan ini dilakukan dengan
mengambil sampel adukan beton sebelum adukan beton dituang ke concrete
pump. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm, jumlah benda uji yang diambil adalah 3 buah silinder untuk tiap 6
m³ adukan beton. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan benda uji adalah
cetakan silinder beton dan alasnya, tongkat baja untuk memadatkan, ember dan
cetok. Tes kekuatan pada proyek ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan
Bahan di Universitas Lampung dengan diawasi oleh wakil konsultan pengawas
dan wakil kontraktor pelaksana.
Langkah-langkah dalam pembuatan benda uji silinder beton tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Adukan beton yang telah dituang ke papan diambil dan dimasukkan ke
dalam cetakan silinder yang telah diolesi oli.
2. Adukan beton dimasukkan ke dalam silinder dan ditusuk-tusuk dengan
tongkat baja.
3. Silinder beton disimpan di tempat yang terlindung dari sinar matahari,
pada setiap benda uji diberi catatan tanggal pengecoran dan lokasi
pengecoran.
4. Benda uji dikirim ke laboratorium untuk diuji kuat tekannya.
Uji kuat tekan beton dilakukan dengan mesin uji tekan (compression testing
machine)
99
Uji kuat tekan beton dilakukan setelah benda uji mencapai umur 28 hari dimana
kuat tekan beton sudah mencapai 100 %. Kuat tekan beton (uniaksial) benda uji
kubus / silinder dihitung dengan rumus sebagai berikut :
100
3.9 Pengendalian Jadwal Pelaksanaan
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk
menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam
urutan serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus
dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis
(Callahan, 1992). Penjadwalan meliputi tenaga kerja, material, peralatan,
keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa macam
kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan
perselisihan.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penjadwalan antara lain :
1. Bagi pemilik :
a. Mengetahui waktu mulai dan selesainya proyek.
b. Merencanakan aliran kas.
c. Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan
biaya proyek.
2. Bagi kontraktor:
a. Memprediksi kapan suatu kegiatan yang spesifik dimulai dan
diakhiri.
b. Merencanakan kebutuhan material, peralalan, dan tenaga kerja.
c. Mengatur waktu keterlibatan sub-kontraktor.
d. Menghindari konflik antara sub-kontraktor dan pekerja.
e. Merencanakan aliran kas
f. Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan
biaya proyek.
101
Dalam proyek pembangunan FlyOver ini pekerjaan pondasi bored pile
didapati analisa permasalahan yang terjadi pada perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan pondasi bored pile pada Proyek
Pembangunan FlyOver Bandar Lampung yaitu sebagai berikut:
Pada saat kegiatan proyek telah berlangsung dalam waktu hampir 1 tahun, masih
saja terjadi keterlambatan waktu karna sumberdaya manusia untuk pekerja kurang
maksimal dalam bekerja sehingga dapat memperlambat waktu pekerjaan.
Pada saat pekerjaan berlangsung lalu lintas sekitar kurang terkendali karna adanya
alat berat yang keluar masuk lokasi proyek ini.
Pelaksanaan pekerjaan pondasi bore pile pada proyek pembangunan
FlyOver kota Bandar Lampung ini bisa dikategorikan baik. Namun pada beberapa
pekerjaan ada yang tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga sedikit berdampak
pada biaya, mutu, dan waktu. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal yaitu
kerusakan alat, kurangnya koordinasi antar line organisasi, faktor cuaca, dan
ketidak disiplinan sumber daya manusia.
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak konsultan pada pekerjaan ini
secara umum bisa dikategorikan kurang maksimal. Beberapa proses pekerjaan
luput dari pihak pengawas sehingga terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan
yang mengakibatkan berkurangnya mutu dari pekerjaan pondasi bore pile pada
Proyek Pembangunan FlyOver Kota Bandar Lampung. Papan penyangga di
sekeliling yg teralu rendah dan ringan sehingga mudah jatuh dan rawan
mencelakai pengguna jalan yang lain. Skema lalu lintas yg kurang baik untuk di
rencanakan sehingga sering kali terjadi kemacetan lalu lintas.
Pekerjaan Bored Pile
Dalam pelaksanaan pekerjaan Bored Pile,Quality control dalam pekerjaan
ini harus dalam pengawasan penuhagar sesuai dengan spek yang tertuai dikontrak
dan gambar kerja.kemudian dalam hal pekerjaanpembangunanFlyOver ini peran
dari Konsultan pengawas dan Management Kontruksi harus berkontribusi penuh
dalam hal Pengawasan dan Quality Control, yang pertama mengenai Kedalaman
tiap titik yang akan dilakukan pengeboran, yang kedua pengrakitan dan
pemasangan besi Bored Pile serta slum tes beton yang sesuai dalam RAB proyek
ini.
102
Setelah pengrakitan dan pemasangan besi telah selesai pemasangan beton
deking dan selimut beton disetiap dinding lingkaran besi harus dipasang
dikarenakanpada saat rangakaian besi di masukkan kedalam lubang Bored Pile,
rangkaian besi tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tanah dan menghindari
terjadinya patah/retak di bagian dalam pada saat pengecoran telah selesai dan
kering. Hal ini diakibatkan oleh adanya besi yang bengkok dan rangkain besi
mengikuti kontur lubang Bored Pile saat dilakukannya pengecoran.
Sebelum melakukan pengecoran bored pile Konsultan Pengawas
Management konstruksi dan kami selaku mahasiswa KP melakukan slum test
beton yang akan dicor kedalam lubang pondasi bored pile. Pada Dalam proses
pekerjaan Bored Pile ini, pekerjaan ini sangat berpengaruh terhadap tahapan-
tahapan pekerjaan selanjutnya, pekerjaan ini sangat riskan danakan fatal akibatnya
apabila Quality Control pada pekerjaan ini tidak berjalan sesuai dengan prosedur.
Detail gambar pasangan besi Bored Pile berikut dapat menjelaskan
ukuranpanjang per-potongan,jumlah besi dalam 1 lubang Bored Pile,diameter
besi, dan Sengkang Ulir besi :
103
Gambar 2.4 panjang, jumlah dan diameter besi perpotongan
2.7.1 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak,asam, alkali, garam – garam, bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain
yangmerusak beton dan baja tulangan. Sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.Air yang baik, yang tidak mengandung 3B : tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak berasa.
104
Beton Ready Mix dipilih karena pertimbangan ekonomi lebih
menguntungkan dan adanya efisiensi kerja dalam pelaksanaan, jaminan
keseragaman mutu beton, dan juga kecepatan waktu dalam pengecoran.
Pengujian campuran beton ready mix dilakukan dengan uji slump yang dilakukan
pada saat beton ready mix tiba di lokasi proyek dengan tinggi nilai slump 5 – 7 cm
Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian nilai slump pada beton ready mix
yang akan digunakan.
105
Gambar 2.6. Sample Beton Ready Mix dari alat ukur /meteran
106
diameter besi 25 mm, serta sengkang(SK) ulir yang dimana jarak dan diameter
besinya bervariasi. Dengan tegangan leleh fy = 300 Mpa. Pada gambar di bawah
ini dapat menjelaskan detail dan foto pekerjaan baja tulangan besi bore pile :
107
Gambar 2.10. Kawat Pengikat Tulangan
2.8.1 Theodolith
Theodolit merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as
bangunan dan titik – titik as kolom pada tiap – tiap lantai agar bangunan yang
dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah
dan elevasi tanah galian/timbunan. Cara operasionalnya dalah dengan mengatur
nouvo dan unting- unting dibawah theodolit, kemudian menetapkan salah satu
titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik – titik yang lain dengan patokan
titik awal yang ditetapkan tadi.
108
2.9.1 Mesin Las
Mesin las yang digunakan adalah mesin las listrik. Mesin ini
mampumenghasilkan listrik sendiri dengan generator diesel yang ter-includedi
dalam mesinlas listrik ini, listrik yang dihasilkan dipakai untuk proses pengelasan.
109
1. Bar Cutter manual
Bar Cutter adalah alat pemotong baja tulangan menggunakan penggerak tenaga
manusia dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm
2. Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual
adalah Bar Cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan
diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping dapat
mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat
dilakukan sekaligus seperti tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan
pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah tulangan
110
Peyangga dari besi, yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diatur
sehinggaacuan dapat berdiri tegak.
111
Diameter tulangan yang digunakan untuk perakitan pilecap adalah
tulangan baja ulir D23 dan dirangkai dengan tulangan sengkang baja ulir
D16 dan D12. Panjang tulangan yang dirakit pada pile cap yaitu tulangan
memanjang sepanjang 10 m, melintang sepanjang 4 m dan tinggi 4,5 m
(elevasi pile cap sampai pilar). Kemudian di pasangan bekisting
multiplek.
112
a. Pemasangan Tulangan Pier
Diameter tulangan yang digunakan untuk perakitan pier adalah
tulangan baja ulir D23 dan dirangkai dengan tulangan sengkang baja ulir
D16 dan D12. Untuk mengatasi agar tulangan tetap lurus vertikal setelah
di cor yaitu dengan pemasangan sengkang.
113
c. Pengecoran Pier
Pengecoran pier dilakukan setelah pekerjaan bekisting. Sebelum
pengecoran dilakukan uji slum test yang berguna untuk mengetahui
mutu beton. Beton uji yang dugunakan berupa silinder beton yang
dibuat dengan cetakan silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm.
Setelah di isi penuh dan di tumbuk selama 25 kali setiap 1/3 tinggi
beton, ketika alat uji slump test diangkat, jika memenuhi persyaratan
lewat 12 cm maka pier siap di cor. Jika tidak maka akan dipulangkan
lagi. Pada saat pengecoran pier khususnya kolom, agar tetap tegak lurus
dilakukan dengan cara pengamatan unting unting, yang dipasang pada
bekisting kolom. Dimana tulangan yang dirakit dan diberi sengkang
ditambahkan beton decking, sebagai penahan tulangan terhadap
bekisting sehingga tulangan tetap tegak lurus pada saat pengecoran.
114
survey. Sebelum pengecoran dilaksanakan tim survey akan melakukan
pemeriksaan total baik elevasi maupun kevertikalan dari pier head. Kemudian
ikatan bekisting dimatikan. Pengecoran dibantu oleh concreet pump, bekisting
dinding dapat dilepaskan minimal 3 hari setelah pengecoran. Sedangkan bekisting
deck tetap terpasang minimal setelah 10 hari pengecoran. Segera scaffolding
dilepaskan kemudian dipindahkan pada lokasi pekerjaan pierhead lainnya.
2.10.5 Bucket
Umumnya proyek-proyek pembangunan gedung, digunakanconcrete pump
truck untuk memudahkan pada pekerjaan pengecoran dengan elevasi yang cukup tinggiseperti
pengecoran kolom maupun pelat lantai. Pada proyek ini, karena elevasipekerjaan
pengecoran tidak terlalu tinggi, maka digunakan alat bantu
berupabucket .Penggunaanbucket akan lebih ekonomis dan cukup efisien pada
proyek ini.Bucket merupakan alat bantu dalam pekerjaan pengecoran, yang
mampumembawa beton segar ,untuk diangkat sampai elevasi tertentu untuk
kemudiandituangkan.Bucket berbentuk seperti corong besar, yang dapat
menampung betonsegar dalam volume yang cukup besar, dan pada bagian bawahnya dibuat
lubang yangdapat dibuka dan ditutup sehingga dapat dilakukan proses
penuangan.Bucket digantungkan padacrane, sehinggabucket dapat diangkat pada
ketinggian tertentu dandipindahkan/diposisikan ke lokasi pekerjaan pengecoran.
115
betontidak mengalami pelarutan pada permukaan mulainya pengecoran. Salah
satu carapenyumbatan pipatremieadalah dengan menyisipkan bola karet atau batu
bulat kedalam muluttremie. Bola karet ataupun batu akan terdorong ke bawah
dengan mengisibeton ke dalam ujung atas pipa, yang kemudian akan mendorong
udara dan lumpurkeluar pada dasarnya. Saat bola karet atau batu dipaksa keluar
dari dasar pipa, betonsegar akan mengikutinya turun dengan cepat antara
dasartremiedan pondasimembentuk sebuah gundukan bulat sekitar dasar pipatremie.
Aliran beton kemudiandiperiksa dengan menurunkan pita ukur kedalam ke
dasar pondasi, sementara pipadinaikkan secukupnya dari dasar untuk
memungkinkan aliran yang menerus dari beton.
2.10.7 Corong Cor
Corong cor merupakan corong yang digunakan sebagai alat bantu
dalampekerjaan pengecoran. Corong cor umumnya dipadukan dengan pipatremie,
yaknidengan dipasang di atas pipaTremie, kemudian beton segar dituangkan
melalui corongcor, lalu mengalir melalui pipatremiemengisi wadah
cor/bekisting.Ukuran corong cor yang ditemuidi lapangan
adalahDiamater atas = 85 cm
Diameter bawah = 25 cm
116