Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam adalah unsur kimia yang memiliki sifat kuat, keras, liat yang
tergolong penghantar panas dan listrik baik. Benda logam pada awalnya
dibuat dari bijih logam, dimana bijih logam dapat diperolah dengan cara
menambang baik yang berupa bijih logam murni maupun yang bercampur
dengan materi lain. Bijih logam yang diambil dalam keadaan murni yakni
adalah emas, platina, perak dan lainnya, sedangkan bijih logam yang
bercampur dengan unsur lain, fosfor, silikon, karbon, serta pasir. Karena
logam dapat mengahantarkan panas ataupun listrik dengan baik maka logam
tergolong bahan yang bersifat konduktif.
Penghantar (konduktor) adalah zat atau bahan yang bersifat dapat
menghantarkan, baik listrik maupun kalor. Umumnya penghantar memiliki
sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor yang dapat berupa zat padat
dan cair. Konduktor adalah bahan yang di dalamnya banyak terdapat elektron
bebas yang mudah untuk bergerak. Tarikan antara elektron yang berada
dalam edaran paling luar dan intinya adalah sangat kecil, hingga dalam suhu
normal pun ada satu atau lebih elektron yang terlepas dari atomnya. Elektron
bebas ini bergerak-gerak secara acak dalam ruang di celah atom-atom.
Gerakan elektron-elektron ini dinamakan bauran (difusi). Bahan-bahan yang
bersifat konduktor ini biasanya digunakan untuk membuat alat-alat yang
sifatnya membutuhkan kecepatan transfer energi, misalnya panci, setrika,
kabel dan solder.
Bahan konduktor terdapat dua jenis yakni bahan konduktor listrik dan
bahan konduktor panas. Konduktor dalam bidang elektronika adalah bahan
yang mampu menghantarkan listrik dengan baik. Bahan penghantar
listrik berfungsi untuk mengalirkan arus listrik. Umumnya bahan yang baik
digunakan sebagai konduktor listrik adalah logam. Logam yang memiliki
sifat sebagai konduktor dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup adalah
besi, tembaga, seng, timah, aluminium, baja dan lainnya. Pemilihan logam

1
sebagai bahan konduktor tentu tidak sembarang namun terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan seperti daya hantar listrik, koefisien suhu tahanan,
daya hantar panas, kekuatan tegangan tarik dan berat total serta losses.
Dengan memperhatikan kriteria pemilihan bahan logam sebagai konduktor
tersebut diharapkan kita mampu memilih bahan logam yang tidak hanya
sekedar mampu menghantarkan listrik namun juga bersifat efektif serta
efisien secara teknis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dalam makalah
terdapat rumusan masalah yang terkaji yakni:
1.2.1 Bagaimanakah perbandingan penggunaan antara konduktor ACSR dan
konduktor ACCC/TW sebagai penghantar arus listrik?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memperoleh gambaran umum tentang pemilihan bahan logam sebagai
konduktor. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bahan logam dan sifat konduktor sehingga diharapkan
mampu meningkatkan pemahaman mengenai hal-hal tersebut.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini antara lain sebagai
berikut :
a. Untuk dapat mengetahui perbandingan penggunaan antara konduktor
ACSR dan konduktor ACCC/TW sebagai penghantar arus listrik.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoretis penyusunan makalah ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu refrensi ataupun pertimbangan dalam pemilihan
bahan logam sebagai konduktor sehingga logam yang dijadikan sebagai
konduktor tersebut tidak hanya sekedar mampu menghantarkan listrik
namun juga bersifat efektif serta efisien secara teknis.

2
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penyusunan makalah ini bermanfaat antara lain
sebagai berikut :
a. Agar dapat memahami perbandingan penggunaan antara konduktor
ACSR dan konduktor ACCC/TW sebagai penghantar arus listrik.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah sesuai dengan rumusan masalah serta
pembahasan yang disajikan yakni berupa perbandingan penggunaan antara
konduktor ACSR dan konduktor ACCC/TW sebagai penghantar arus listrik.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Bahan Logam

Logam adalah unsur kimia yang memiliki sifat kuat, keras, liat yang
tergolong penghantar panas dan listrik baik. Benda logam pada awalnya
dibuat dari bijih logam, dimana bijih logam dapat diperolah dengan cara
menambang baik yang berupa bijih logam murni maupun yang bercampur
dengan materi lain. Bijih logam yang diambil dalam keadaan murni yakni
adalah emas, platina, perak dan lainnya, sedangkan bijih logam yang
bercampur dengan unsur lain, fosfor, silikon, karbon, serta pasir. Logam yang
sudah memiliki sifat-sifat penggunaan teknis tertentu dan dapat diperoleh
dalam jumlah yang cukup adalah besi, tembaga, seng, timah, timbel nikel,
aluminium, magnesium. Kemudian tampil logam-logam lain bagi penggunaan
khusus dan paduan, seperti emas, perak, platina, iridium, wolfram, tantal,
molybdenum, titanium, vokalt, anti monium (metaloid), khrom, vanadium,
beryllium, dan lain-lain. Logam memiliki sifat-sifat tertentu yakni :
a. Penghantar listrik yang baik
Elektron valensi yang mudah bergerak memungkinkan muatan negatif
yang berasal dari luar mendorong lautan elektron, sehingga listrik dapat
mengalir melalui logam.
b. Penghantar panas yang baik
Bila bagian tertentu dari logam dipanaskan, maka elektron-elektron
pada logam tersebut akan menerima sejumlah energi, sehingga energi
kinetiknya bertambah dan gerakannya makin cepat. Elektron yang bergerak
cepat itu akan menyerahkan sebagian energi kinetiknya kepada elektron lain
sehingga seluruh bagian logam menjadi panas dan naik suhunya.
c. Dapat ditempa dan ditarik
Elektron valensi yang berada dalam logam mengelilingi ion logam yang
bermuatan positif secara simetris karena gaya tarik antar ion logam dan
elektron valensi sama ke segala arah. Sehingga bila ditempa, logam tidak
akan remuk, tetapi akan menggeser.

4
d. Mengkilap jika digosok atau terkena cahaya
Bila cahaya tampak jatuh pada permukaan logam, sebagian elektron
valensi yang mudah bergerak akan tereksitasi. Ketika elektron yang
tereksitasi kembali pada keadaan dasarnya, maka energi cahaya dengan
panjang gelombang tertentu akan dipancarkan kembali.
2.2 Konduktor
Penghantar (konduktor) adalah zat atau bahan yang bersifat dapat
menghantarkan, baik listrik maupun kalor. Umumnya penghantar memiliki
sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor yang dapat berupa zat padat
dan cair. Konduktor adalah bahan yang di dalamnya banyak terdapat elektron
bebas yang mudah untuk bergerak. Tarikan antara elektron yang berada
dalam edaran paling luar dan intinya adalah sangat kecil, hingga dalam suhu
normal pun ada satu atau lebih elektron yang terlepas dari atomnya. Elektron
bebas ini bergerak-gerak secara acak dalam ruang di celah atom-atom.
Gerakan elektron-elektron ini dinamakan bauran (difusi). Bahan-bahan yang
bersifat konduktor ini biasanya digunakan untuk membuat alat-alat yang
sifatnya membutuhkan kecepatan transfer energi, misalnya panci, setrika,
kabel dan solder.
Bahan konduktor terdapat dua jenis yakni bahan konduktor listrik dan
bahan konduktor panas. Konduktor dalam bidang elektronika adalah bahan
yang mampu menghantarkan listrik dengan baik. Bahan penghantar
listrik berfungsi untuk mengalirkan arus listrik. Emas, perak, tembaga,
alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki tahanan jenis yang makin besar
sehingga emas adalah penghantar yang paling baik, tetapi karena sangat
mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling
banyak digunakan. Bahan-bahan konduktor tersebut biasa kita jumpai pada
kabel ataupun lilitan dalam rangkaian listrik.
Dalam pelaksanaan penyaluran energi listrik memalui sebuah
konduktor dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berupa saluran udara dan
kabel tanah. Pada saluran Udara terutama hantaran udara telanjang biasanya
banyak menggunakan kawat penghantar yang terdiri atas kawat tembaga
telanjang (BCC, singkatan dari Bare Cooper Conduktor), Aluminium

5
telanjang (AAC, singkatan dari All Aluminium Conduktor), Campuran yang
berbasis aluminium (Al-Mg-Si), Aluminium berinti baja (ACSR, singkatan
dari Aluminium Conduktor Steel Reinforced) dan Kawat baja yang berisi
lapisan tembaga (Cooper Weld). Sedangkan pada saluran kabel tanah,
biasanya banyak menggunakan kabel dengan penghantar jenis tembaga dan
aluminium.
2.3 Kriteria Pemilihan Bahan Logam sebagai Konduktor
Konduktor dalam bidang elektronika adalah bahan yang mampu
menghantarkan listrik dengan baik. Bahan penghantar listrik berfungsi untuk
mengalirkan arus listrik. Umumnya bahan yang baik digunakan sebagai
konduktor listrik adalah logam. Pemilihan logam sebagai bahan konduktor
tentu tidak sembarang namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti daya hantar listrik, koefisien suhu tahanan, daya hantar panas,
kekuatan tegangan tarik dan timbulnya gaya elektro motoris termo. Dengan
memperhatikan kriteria pemilihan bahan logam sebagai konduktor tersebut
diharapkan kita mampu memilih bahan logam yang tidak hanya sekedar
mampu menghantarkan listrik namun juga bersifat efektif serta efisien secara
teknis.
a. Daya Hantar Listrik
Arus listrik yang mengalir dalam penghantar selalui mengalami
tahanan dari penghantar itu sendiri. Besarnya tahanan tergantung
bahannya, dan besarnya tahanan tiap meter dengan penampang 1 mm2
pada suhu 200C dinamakan tahanan jenis yang dihitung dengan
persamaan:

R= ρℓ …………………………………………………………….(2.1)
A
atau

ρ= RA …………………………………………………….............(2.2)

6
dimana R: besar tahanan salam satuan ohm, ℓ: panjang kawat dalam satuan
meter, A: penampang kawat dalam satuan m2, dan : tahanan jenis dalam
.m 2
satuan
m
Daya hantar jenis adalah kebalikan dari tahanan jenis, dirumuskan:

γ= 1 …………………………………………………………...(2.3)
ρ
S .m
satuan , dimana : gamma dan S: Siemens
m2

b. Koefisien Suhu Tahanan


Suatu bahan akan mengalami perubahan isi apabila terjadi
perubahan suhu, memuai jika suhu naik dan menyusut jika suhu dingin,
tentunya akan mempengaruhi besar nilai tahanannya, yang dapat dihitung
dengan persamaan :

R = R0 { 1 +  (t – t0) } ………………………………………………..(2.4)

Dengan R0: besar tahanan awal (Ω), R: besar tahanan akhir (Ω), t0: suhu
awal (0C), t: suhu akhir (0C), dan : koefiien suhu tahanan. Nilai tahanan
jenis, berat jenis dan titik cair dari bermacam-macam bahan dapat dilihat
pada table berikut:

7
Tabel 2.1: Nilai tahanan jenis, berat jenis dan titik cair

Nama Bahan Tahanan Jenis Berat Jenis Titik Cair


Perak 0,016 10,5 960
Tembaga 0,0175 8,9 1083
Cobalt 0,022 8,42 1480
Emas 0,022 19,3 1063
Aluminium 0,03 2,56 660
Molibdin 0,05 10,2 2620
Wolfram 0,05 19,1 3400
Seng 0,06 7,1 420
Kuningan 0,07 8,7 1000
Nikel 0,079 8,9 1455
Platina 0,1 21,5 1774
Nikeline 0,12
Timah putih 0,12 7,3 232
Baja 0,13 7,8 1535
Vanadium 0,13 5,5 1720
Bismuth 0,2 9,85 271
Mangan 0,21 7,4 1260
Timbel 0,22 11,35 330
Duraluminium 0,48 2,8
Manganin 0,48
Konstanta 0,5 8,9
Air raksa 0,958 13,56 – 38,9
(Sumber: http://titl.files.wordpress.com/2010/01/ilmu_bahan_listrik.pdf)
c. Daya Hantar Panas
Daya hantar panas ini menunjukkan jumlah panas yang melalui
lapisan bahan tiap satuan waktu dalam satuan kkal/m.jam, derajat. Pada
umumnya logam mempunyai daya hantar panas yang tinggi sedangkan
pada bahan-bahan bukan logam rendah.
d. Kekuatan Tegangan Tarik
Sifat mekanis ini penting untuk hantaran di atas tanah, maka bahan
yang dipakai harus diketahui kekuatannya lebih-lebih menyangkut
tegangan tinggi. Penghantar listrik dapat berbentuk padat, cair, atau gas.
Yang berbentuk padat umumnya logam, elektrolit dan logam cair (air

8
raksa) merupakan penghantar cair, dan udara yang diionisaikan dan gas-
gas mulia (neon), kripton, dan lainnya sebagai penghantar bentuk gas.

2.4 Bahan Logam yang Tergolong sebagai Konduktor


Penghantar (konduktor) adalah zat atau bahan yang bersifat dapat
menghantarkan, baik listrik maupun kalor. Umumnya penghantar memiliki
sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor. Konduktor dalam bidang
elektronika adalah bahan yang mampu menghantarkan listrik dengan baik.
Bahan penghantar listrik berfungsi untuk mengalirkan arus listrik. Umumnya
bahan yang baik digunakan sebagai konduktor listrik adalah logam. Berikut
adalah logam-logam yang tergolong sebagai konduktor yang baik dalam
menghantarkan arus listrik:
a. Aluminium
Aluminium murni mempunyai massa jenis 2,7 gr/cm3, -nya 1,4.
105, titik leleh 6580C dan tidak korosif. Daya hantar aluminium sebesar 35
m/ohm.mm2 atau kira-kira 61,4 % daya hantar tembaga. Aluminium murni
dibentuik karena lunak, kekuatan tariknya hanya 9 kg/mm2. Untuk itu jika
aluminium digunakan sebagai penghantar yang dimensinya cukup besar,
selalu diperkuat dengan baja atau paduan aluminium. Penggunaan yang
demikian misalnya pada: ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced),
ACAR (Aluminium Conductor Alloy Reinforced).

paduan
baja aluminium

aluminium

a. ACSR b. ACAR

Gambar 2.1: Penampang penghantar dari aluminium


(Sumber: http://titl.files.wordpress.com/2010/01/ilmu_bahan_listrik.pdf)
Penggunaan aluminium yang lain adalah untuk busbar, dan karena
alasan tertentu misalnya ekonomi, maka dibuat penghantar aluminium
yang berisolasi, seperti : ACSR – OW. Menurut ASA (American Standard
Association), paduan aluminium diberi tanda seperti tabel berikut:

9
Tabel 2.2: Penandaan paduan aluminium

Nama Bahan Penandaan

Aluminium (kemurnian minimum 99%) 1xxx

Paduan yang mayoritas terdiri dari :

Tembaga 2xxx

Mangan 3xxx

Silikon 4xxx

Magnesium 5xxx

Magnesium dan Silikon 6xxx

Seng 7xxx

Lain-lain 8xxx

Seri-seri yang tidak digunakan 9xxx

(sumber: Bahan-Bahan Listrik untuk Politeknik)

1. Penandaan 1045 untuk aluminium tempa, berarti :


a. 1xxx menunjukkan kemurnian 99 %
b. x0xx tidak ada pemeriksaan terhadap sisa pengotoran 1 % – 0,45 % =
55 %
c. xx45 menunjukkan 99,45 % bahan tersebut dari aluminium
2. Penandaan 6050 untuk aluminium tempa, berarti :
a. 6xxx menunjukkan aluminium dengan campuran mayoritas Si dan Si
b. x0xx tidak ada pemeriksaan terhadap pengotoran 1 % – 0,5 % = 5 %
c. xx45 menunjukkan bahan tersebut dari paduan magnesium dan
silicon 99,5 %
b. Tembaga
Tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi yaitu 57 
mm2/m pada suhu 200C. Koefisien suhu () tembaga 0,004 per 0C. Kurva
resistivitas tembaga terhadap suhu adalah tidak linier seperti gambar
berikut ini:

10
0, 20

0, 15
(mm2 )
M 0, 10

0, 05

0 400 600 120 160


T (00C) 0

Gambar 2.2: Kurva resistivitas tembaga sebagai fungsi dari suhu


(Sumber: http://titl.files.wordpress.com/2010/01/ilmu_bahan_listrik.pdf)

Pemakaian tembaga pada teknik listrik yang terpenting adalah


sebagai penghantar, misalnya: kabel (NYA, NYAF), kabel (NYM, NYY,
NYFGbY), busbar, lamel mesin dc, cincin seret pada mesin ac, dan lain-
lain. Tembaga mempunyai ketahanan terhadap korosi, oksidasi. Massa
jenis tembaga murni pada suhu 200C adalah 8,96 g/cm3, titik beku 10830C.
Kekuatan tarik tembaga tidak tinggi berkisar antara 20 hingga 40 kg/mm 2,
kekuatan tarik batang tembaga akan naik setelah batang tembaga
diperkecil penampangnya untuk dijadikan kawat berisolasi atau kabel.
Cara memper-kecil penampang batang tembaga menjadi kawat dengan
menggunakan penarik tembaga seperti gambar berikut:

Gambar 2.3: Penarikan batang tembaga menjadi kawat


(Sumber: http://titl.files.wordpress.com/2010/01/ilmu_bahan_listrik.pdf)

Untuk memperkecil penampang batang tembaga digunakan batu


tarik (die) yang besarnya beragam, makin ke ujung makin kecil
penampang rautannya. Makin kecil penampang kawat diperlukan, makin
banyak tahapan batu tarik yang digunakan. Bahan batu tarik untuk

11
pembuatan kawat yang cukup besar diameternya adalah wolfram-karbida,
sedangkan untuk pembuatan kawat yang diameternya kecil adalah intan.
Selama penarikan akan terjadi penambahan panjang. Untuk itu roda
tarik yang dipasang di belakang batu tarik putarannya atau diameternya
dibuat lebih besar. Sesudah diadakan penarikan terhadap batang tembaga
menjadi kawat, tembaga akan lebih lenting. Keadaan ini kurang baik

Gambar 2.4: Pemberian isolasi untuk kawat


(Sumber: http://titl.files.wordpress.com/2010/01/ilmu_bahan_listrik.pdf)

digunakan sebagai kawat berisolasi atau kabel. Agar tembaga menjadi


lunak kembali perlu diadakan pemanasan. Namun harus diusahakan
selama proses penarikan tidak terjadi oksidasi. Setelah proses pemanasan
selesai, maka proses pembuatan kawat berisolasi atau kabel dapat dimulai.
Untuk penghantar yang penampangnya lebih kecil dari 16 mm2 digunakan
penghantar pejal, sedangkan untuk penghantar yang penampangnya > 16
mm2 digunakan penghantar serabut yang dipilin. Pemberian isolasi pada
kawat berisolasi seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
Kawat dari gulungan A ditarik melalui alat ekstrusi B. Selanjutnya
pvc yang keluar dari C didinginkan pada bak pendingin D. Keluar dari D
kawat yang sudah terisolasi diuji dengan pengujian cetusan (spark testing)
E, ditarik dengan penarik F dan digulung dengan penggulung G.
c. Baja
Baja merupakan logam yang terbuat dari besi dengan campuran
karbon. Berdasarkan campuran karbonnya, baja dikategorikan menjadi tiga
macam, yaitu: baja dengan kadar karbon rendah (0–25%), baja dengan
kadar karbon menengah (0,25–0,55%), dan baja dengan kadar karbon
tinggi (diatas 0,55%). Meskipun konduktivitas baja rendah yaitu:

12
m
7 ,7 , tetapi digunakan pada penghantar transmisi yaitu ACSR,
.mm2
dimana fungsi baja dalam hal ini adalah untuk memperkuat konduktor
aluminium secara mekanis setelah digalvanis dengan seng. Keuntungan
dipakainya baja pada ACSR adalah menghemat pemakaian aluminium.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dibuat penghantar bimetal
(berbeda dengan termal bimetal pada pengaman) seperti gambar berikut.
baja

tembaga

Gambar 2.5: Penampang kawat bimetal


(sumber: Bahan-Bahan Listrik untuk Politeknik)

Keuntungan dari penghantar dengan menggunakan bimetal, antara


lain :
a. Pada arus bolak balik ada kecenderungan arus melalui bagian luar
konduktor (efek kulit)
b. Dengan melapisi baja menggunakan tembaga, maka baja sebagai
penguat penghantar terhindar dari korosi.
Pemakaian penghantar bimetal selain untuk kawat penghantar
adalah untuk busbar, pisau hubung, dan lain-lain.

d. Wolfram
Logam ini berwarna abu-abu keputih-putihan, mempunyai massa
jenis 20 g/cm3, titik leleh 34100C, titik didih 59000C,  =4,4.10– 6 per 0 C,
tahanan jenis 0,055 .mm2/m. Wolfram diperoleh dari tambang yang
pemisahannya dengan menggunakan magnetik atau proses kimia. Dengan
reaksi reduksi asam wolfram (H2WO4) dengan suhu 7000C diperoleh
bubuk wolfram. Bubuk wolfram kemudian dibentuk menjadi batangan
dengan suatu proses yang disebut metalurgi bubuk yang menggunakan
tekanan dan suhu tinggi (2000 atm, 16000C) tanpa terjadi oksidasi. Dengan
menggunakan mesin penarik, batang wolfram diameternya dapat
diperkecil menjadi 0,01 mm (penarikan dilakukan pada keadaan panas).
Penggunaan walfram pada teknik listrik antara lain untuk: filamen (lampu

13
pijar, lampu halogen, lampu ganda), elektroda, tabung elektronik, dan lain-
lain.
e. Molibdenum
Sifat logam ini mirip dengan wolfram, begitu pula cara
mendapatkannya. Molibdenum mempunyai massa jenis 10,2 g/cm3, titik
leleh 26200C, titik didih 37000C,  = 53. 10– 7
per 0
C, resistivitasnya
0,048 .mm2/m, koefisien suhu 0,0047 per 0 C. Penggunaan Molibdenum,
antara lain: tabung sinar X, tabung hampa udara, karena molibdenum dapat
membentuk lapisan yang kuat dengan gelas. Sebagai campuran logam
yang digunakan untuk keperluan yang keras, tahan korosi, dan bagian-
bagian yang digunakan pada suhu tinggi.
f. Platina
Platina merupakan logam yang berat, berwarna putih keabu-abuan,
tidak korosif, sulit terjadi peleburan dan tahan terhadap sebagian besar
bahan kimia. Massa jenisnya 21,4 g/cm3, titik leleh 17750C, titik didih
45300C,  = 9. 10– 6 per 0 C, resistivitasnya 0,1 .mm2/m, koefisien suhu
0
0,00307 per C. Platina dapat dibentuk menjadi filamen yang tipis dan
batang yang tipis-tipis.
Penggunaan platina pada teknik listrik antara lain untuk elemen
pemanas pada laboratorium tentang oven atau tungku pembakar yang
memerlukan suhu tinggi yaitu di atas 13000C, untuk termokopel platina-
rhodium (bekerja di atas 16000C), platina dengan diameter + 1 mikron
digunakan untuk menggantung bagian gerak pada meter listrik dan
instrumen sensitif lainnya, dan untuk bahan potensiometer. Berikut adalah
tabel konstanta untuk bahan penghantar :

14
Tabel 2.3: Konstanta bahan penghantar
Bahan Massa :0 – 100o Titik leleh Titik didih Konduk Kekuatan
jenis panas tivitas tarik
g/cm3
Aluminium 2,7 23,86 659,7 2447 0,57 20 – 30
Baja 7,7 10,5-13,2 1170-1530 - 0,11 37 – 64
Tembaga 8,96 16,86 1083 2595 0,944 40
Air raksa 13,55 61 -38,86 356,73 0,02 -
Molibdenu 10,22 54 2620 4800 0,33 100-250
m 19,27 4,5 3390 5500 0,31 420
Wolfram 21,5 9,09 1769 4300 0,17 34
Platina
(Sumber: http://titl.files.wordpress.com/2010/01/ilmu_bahan_listrik.pdf)
g. Air Raksa
Air raksa adalah satu-satunya logam berbentuk cair pada suhu
kamar. Resistivitasnya 0,95 .mm2/m, koefisien suhu 0,00027 per 0C.
Pada pemanasan di udara air raksa sangat mudah terjadi oksidasi. Air raksa
dan campurannya khusus uap air raksa adalah beracun. Penggunaan air
raksa antara lain: gas pengisi tabung elektronik, penghubung pada sakelar
air raksa, cairan pada pompa diffusi, elektroda pada instrumen untuk
mengukur sifat elektris bahan dielektrik padat. Logan lain yang juga
banyak digunakan pada teknik listrik, antara lain: tantalum dan niobium.
Tantalum dan niobium yang dipadukan dengan aluminium banyak
digunakan sebagai kapasitor elektrolitik.
h. Timah Hitam
Timah hitam mempunyai massa jenis 11,4 g/cm3, agak lunak,
meleleh pada suhu 3270C, titik didih 15600C, warna abu-abu dan sangat
mudah dibentuk, yang merupakan bahan yang tahan korosi dan
mempunyai konduktivitas 4,5 m/.mm2. Pemakaian timah hitam pada
teknik listrik antara lain: sel akumulator, selubung kabel tanah, disamping
digunakan sebagai pelindung pada industri nuklir. Timah hitam tidak tahan
terhadap pengaruh getaran dan mudah mengikat sisa asam. Untuk
pemakaian sebagai pelindung kabel tanah jika ditanam pada tempat

15
tersebut diperlukan pelin-dungan tambahan. Kapur basah, air laut, dan
semen baah dapat bereaksi dengan timah hitam. Itulah sebabnya disamping
timah hitam sebagai pelidung kabel tanah, juga digunakan paduan dari
timah hitam yang mempunyai struktur kristal yang lebih halus, lebih kuat,
dan lebih tahan getaran. Tetapi bahan ini adalah lebih mudah korosi dan
mengandung racun.
i. Bimetal
Setiap logam mempunyai muai panjang () yang berbeda-beda.
Hal ini berarti bila 2 logam dengan  berbeda dipanasi dengan suhu yang
sama, maka panjangnya akan berbeda. Apabila keduanya disatukan
menjadi bimetal (seperti gambar di bawah ini), maka apabila dipanasi
bimetal akan melengkung ke arah logam yang mempunyai  yang lebih
kecil.

2 1

1 < 2

Gambar 2. 6 : Penyimpangan bimetal


(sumber: www.wikipedia.org/wiki/bimetal)

Besarnya lengkungan (penyimpangan) a ditentukan oleh perbedaan


muai panjang (2 - 1), panjang (l), beda suhu (t2 – t1) dan ketebahalan (h)
dari kedua logam. Penyimpangan maksimum bimetal adalah:

3 (  1 )(t2  t1 ).l 2 ……………………………………(2.5)


a . 2
4 h

Bahan yang umum digunakan untuk bimetal adalah invar (63,1 % +


36,1 % Ni + 0,4 % Mn + 0,4 % Cu) sebagai logam yang mempunyai 
kecil yaitu 1,5 .10-6 per 0C untuk suhu 0 hingga 1000C. Sedangkan untuk
kedua logam dengan  yang lebih besar dapat digunakan : besi, nikel,
konstantan, tembaga dengan proses dingin, perunggu atau monel (66 % Ni
+ 28 % Cu + Fe, Mn) atau baja non magnetic.

16
Penggunaan bimetal pada teknik listrik adalah untuk rele termal,
seperti pada: Miniatur circuit Breaker (MCB), dan Over Load Relay
(OLR). Bimetal sebagai rele termal tidak selamanya dilewati arus, kecuali
arus yang tidak terlalu besar. Untuk memutuskan arus besar pada rele ada
lilitan pemanas khusus yang ditempatkan disekeliling bimetal. Pengaruh
panas dari lilitan inilah yang digunakan untuk mempengaruhi
pembengkokan bimetal.
j. Karbon
Peranan karbon dalam teknik listrik cukup penting jika dilihat
kegunaannya yakni sebagai sikat-sikat pada mesin listrik, resistor dan
rheostat, elektroda pada tungku pembakaran (tanur) busur kolam galvanis.
Untuk penggunaan karbon sebagai sikat pada mesin listrik, fungsinya
adalah sebagai jembatan yang harus dilalui arus. Untuk itu ukuran sikat-
sikat mesin listrik tergantung besarnya kapasitas mesin. Rapat arus untuk
karbon sebagai sikat pada mesin-mesin listrik juga perlu diperhitungkan
sesuai dengan daya mesin. Selain faktor kekerasan, koefisien kontak juga
perlu diperhatikan. Beberapa jenis yang digunakan sebagai sikat adalah :
karbon-grafit, elektro-grafit, grafit-tembaga dan grafit-kuningan. Gafit-
tembaga dan grafit-kuningan paling banyak digunakan karena
resistivitasnya rendah, tegangan anjlok pada persinggungan antara sikat
dengan komutator atau cincin seret adalah rendah.
Pada tungku pembakaran busur, elektrode yang digunkan
diantaranya adalah grafit dan karbon. Pertimbangan penggunaan karbon
atau grafit adalah karena tidak lumer, mengghantarkan listrik, sifat tidak
larut, kemurnian kimianya ,kekuatan mekanis dan tahan terhadap kejutan
termal. Secara kimia, karbon dan grafit adalah sama, tetapi secara fisis dan
elektris banyak perbedaannya. Karbon adalah berongga sedangkan grafit
tidak. Grafit diperoleh dengan cara memanasi karbon pada temperatur
yang tinggi. Resistivitas grafit adalah 0,25 resistivitas karbon sehingga
Kemampuan Hantar Arus (KHA) grafit adalah lebih basar daripada
karbon. Untuk itu tungku pembakaran yang besar yaitu 3 MVA ke atas,
tidak menggunakan karbon tetapi grafis sebagai elektroda.

17
k. Nikelin
Sebagai sikat pada bagian berputar ada mesin listrik, karbon
mempunyai kelebihan karena :
a. Tahan terhadap efek yang disebabkan oleh suhu tinggi. Hal ini karena
sikat karbon mampu menahan suhu hingga 30000 C.
b. Kepadatannya rendah. Karbon lebih ringan dibanding logan pada
umumnya (kecuali magnesium). Hal ini memudahkan adaptasi dengan
gerakan permukaan yang tidak beraturan.
c. Tidak terjadi pengelasan (menyatu) dengan logam pada kondisi yang
sama jika logam-logam menyatu satu sama lain, misalnya karena panas.
Untuk kebutuhan sikat sikat komutator atau slip-ring pada mesin listrik
bubuk karbon dicampur dengan bubuk konduktor antara lain : tembaga,
perunggu.

18
BAB III
ANALISIS
3.1 Perbandingan Penggunaan antara Konduktor ACSR dan Konduktor
ACCC/TW sebagai Penghantar Arus Listrik
Bahan konduktor terdapat dua jenis yakni bahan konduktor listrik dan
bahan konduktor panas. Konduktor dalam bidang elektronika adalah bahan
yang mampu menghantarkan listrik dengan baik. Bahan penghantar
listrik berfungsi untuk mengalirkan arus listrik. Emas, perak, tembaga,
alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki tahanan jenis yang makin besar
sehingga emas adalah penghantar yang paling baik, tetapi karena sangat
mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling
banyak digunakan. Salah satu contoh konduktor yang menggunakan
aliminium sebagai komponennya dan sudah umum digunakan adalah ACSR
(Aluminium Conductor Steel Reinforced) dan ACCC/TW (Aluminium
Conductor Composite Core/Trapezoidal Wires).
Konduktor ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari
aluminium berinti kawat baja. Kabel ini umumnya digunakan untuk saluran-
saluran transmisi tegangan tinggi. Jenis konduktor ACSR yang akan
digunakan dalam analisis ini ada jenis wood duck yang datanya dapat
dijabarkan sebagai berikut :
- Konduktor ACSR wood duck 307 mm2
Berat total = 1410 kg/km
Tegangan tarik = 13109 kN
Resistansi = 0,916 Ω/km
KHA = 774 A
Sedangkan konduktor ACCC/TW merupakan salah satu jenis konduktor
yang kini mulai digunakan sebagai saluran trasmisi sama halnya dengan
konduktor ACSR. Jenis konduktor ACCC/TW yang akan dianalisis untuk
dibandingkan dengan konduktor ACSR yakni jenis Helsinki yang datanya
dijabarkan sebagai berikut :

19
- Konduktor ACCC/TW Helsinki 160 mm2
Barat total = 479,6 kg/km
Tegangan tarik = 64 kN
Resistansi = 0,1861 Ω/km
KHA = 775 A
Analisis dilakukan mengacu pada besarnya kemampuan hantar arus
(KHA) yang sama antara konduktor ACSR wood duck dengan konduktor
ACCC/TW Helsinki dimana dapat dikatakan bahwa konduktor ACCC/TW
Helsinki lebih unggul dibandingkan konduktor ACSR wood duck jika ditinjau
dari segi nilai rugi-rugi daya yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Konduktor ACCC/TW Helsinki
∆P = I2 x R
= (775)2 x 0,1861
= 111776, 3125 W
= 111, 776 kW
- Konduktor ACSR wood duck
∆P = I2 x R
= (774)2 x 0,916
= 548753,616
= 548, 753 kW
Berdasarkan hasil analasis diatas maka dapat dikatakan bahwa
konduktor ACCC/TW Helsinki memiliki nilai rugi-rugi daya yang lebih kecil
jika dibandingkan konduktor ACSR wood duck karena konduktor ACCC/TW
tersebut memiliki nilai resistansi (R) yang lebih kecil dimana nilai resistansi
ini berbanding lurus dengan besarnya nilai rugi-rugi daya itu sendiri.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa konduktor ACCC/TW lebih baik
digunakan dalam saluran transimisi karena memiliki beberapa keunggulan
diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konduktor ACCC/TW dapat menyalurkan arus dua kali lipat dibanding
konduktor biasa atau konvensional.
b. Core atau inti yang lebih ringan memungkinkan penambahan luas
aluminium sampai 28 % tanpa penambahan berat.

20
c. Hybrid Carbon Composite Core lebih kuat dan lebih ringan dari steel core/
inti baja.
d. Lebih kuat dan dimensi yang stabil memungkinkan span lebih panjang.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis didapatkan konduktor ACCC/TW yang
memiliki KHA sebesar 775 A dengan besar diameter 160 mm2, berat total
479, 6 kg/km, dan losses sebesar 111, 776 kW jika dibandingkan dengan
konduktor ACSR wood duck dengan KHA sebesar 774 A, diameter 307 mm2,
berat total 1410 kg/km dan losses sebesar 548, 753 kW dengan perbandingan
losses antara konduktor ACCC/TW Helsinki dan konduktor ACSR wood
duck adalah 1 : 4,9 , perbandingan diameter 1 : 1,9 , perbandingan berat total
sebesar 1 : 2,9. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan konduktor
ACCC/TW Helsinki lebih unggul dibandingkan konduktor ACSR wood duck
dengan besar nilai KHA (kemampuan hantar arus) yang hampir sama.
4.2 Saran
Kami sebagai pihak penulis menyarankan bahwa dengan mengetahui
perbandingan antara konduktor ACSR dan konduktor ACCC/TW maka dapat
digunakan sebagai salah satu refrensi ataupun pertimbangan dalam pemilihan
bahan logam sebagai konduktor sehingga logam yang dijadikan sebagai
konduktor tersebut tidak hanya sekedar mampu menghantarkan listrik namun
juga bersifat efektif serta efisien secara teknis. Dimana konduktor yang kami
sarankan adalah ACCC/TW karena memiliki beberapa kelebihan sehingga
diharapkan mampu merancang sirkuit jaringan baru yang lebih baik.

22

Anda mungkin juga menyukai