I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam
praktiknya harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan
mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam
kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan/kewajiban bagi individu dalam
melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang
sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan seimbang
dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan yang akan menimbulkan
gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Ada sebagian masyarakat yang merasa dirinya tidak tersentuh oleh pemerintah. Dalam
artian pemerintah tidak membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, tidak
memperdulikan pendidikan dirinya dan keluarganya, tidak mengobati penyakit yang
dideritanya dan lain sebagainya yang menggambarkan seakan-akan pemerintah tidak
melihat penderitaan yang dirasakan mereka.
Selain mereka yang merasa hak-haknya sebagai warga negara belum didapat, ada juga
orang-orang yang benar-benar hak mereka sebagai warga negara telah didapat, akan tetapi
mereka tidak mau menunaikan kewajibannya sebagai warga negara. Mereka tidak mau
membela negaranya dikala hak-hak negeri ini dirampas oleh negara seberang, mereka tidak
mau tahu dikala hak paten seni-seni kebudayaan Indonesia dibajak dan diakui oleh negara lain,
dan bahkan mereka mengambil dan mencuri hak-hak rakyat jelata demi kepentingan perutnya
sendiri.
Sungguh masih banyak sekali fenomena-fenomena yang menimpa negeri ini. Hal ini terjadi
karena masyarakat kurang paham tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Atau
mereka paham tetapi hawa nafsu telah menguasai akal pikiran mereka sehingga tertutup
kebaikan di dalam jiwa mereka.
Oleh karena itu, disusunlah makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara ini. Selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, penulisan makalah ini juga agar
pembaca dapat memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Warga Negara dan Penduduk?
2. Bagaimana Konsep Hak dan Kewajiban Warga Negara dan Negara di Indonesia?
3. Apa saja Hak dan Kewajiban Warga Negara dan Negara dalam UUD 1945?
4. Bagaimana Kedudukan dan Peran Warga Negara dalam Negara?
5. Apa yang dimaksud dengan Kewarganegaraan dan Pewarganegaraan?
6. Apa yang dimaksud dengan Asas Kewarganegaraan?
7. Apa saja Problem Status Kewarganegaraan?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian hak dan kewajiban warga negara.
2. Mengetahui asas-asas kewarganegaraan
3. Memahami hak dan kewajiban warga negara Indonesia.
4. Memahami hak dan kewajiban mahasiswa sebagai warga negara Indonesia.
5. Mampu membedakan antara konsep kewarganegaraan dan pewarganegaraan.
6. Mampu memahami kedudukan dan peran warga dalam negara.
7. Mampu memahami dan menjelaskan problem status kewarganegaraan sehingga mampu
menemukan solusi atas problem tersebut.
II
PEMBAHASAN
A. Konsep Warga Negara dan Penduduk
Seseorang diakui sebagai warga negara dalam suatu negara haruslah ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan dari negara yang bersangkutan. Peraturan perundang-undangan
inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk penentuan status kewarganegaraan seseorang.
Warga negara merupakan terjemahan kata citizens (bahasa Inggris) yang mempunyai arti;
warga negara, petunjuk dari sebuah kota, sesama warga negara, sesama penduduk,orang
setanah air; bawahan, atau kaula. Sementara kata warga negara sendiri mengandung arti
peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi atau perkumpulan. Warga negara artinya
warga atau anggota dari organisasi yang bernama negara. Pengertian lain menyatakan, bahwa
warga negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungan
negara (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007:117). Sementara dalam UU No. 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan RI dinyatakan dalam pasal 1 ayat 1, bahwa warga negara adalah
warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 26 ayat 1 UUD 1945 mengatur siapa saja yang termasuk warga negara Republik
Indonesia. Pasal ini dengan tegas menyatakan, bahwa yang menjadi warga negara adalah
orang-orang bangsa Indonesia dan orang-orang bangsa lain, misalnya peranakan Belanda,
Tionghoa, Arab yang bertempat tinggal di Indonesia, mengakui indonesia sebagai tanah airnya,
bersikap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan disahkan oleh undang-undang
sebagai warga negara. Pasal 26 ayat 3 UUD 1945 menyebutkan syarat-syarat untuk menjadi
warga negara Indonesia ditetapkan oleh undang-undang.
Dalam pasal 26 ayat 2 UUD 1945 dinyatakan bahwa penduduk ialah warga negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Berdasarkan pengertian warga
negara dan penduduk ini, dapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan antara warga negara
dan penduduk. Warga negara memerlukan penatapan/pengesahan dari peraturan perundang-
undangan agar disahkan sebagai warga negara, sementara penduduk tidak perlu penetapan
berdasarkan peraturan perundang-undangangan, hanya saja jika sudah bertempat tinggal di
indonesia, seseorang itu sudah dianggap sebagai penduduk Indonesia. Artinya, warga negara
sudah pasti penduduk, sebaliknya penduduk belum tentu warga negara.
Warga negara dan penduduk memiliki hak dan kewajiban yang sedikit berbeda. Dalam
UUD 1945 pasal 29 ayat 2 dinyatakan, bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu. Artinya, semua orang yang telah berdomisili di Indonesia dalam jangka
waktu yang lama dijamin kemerdekaanya oleh negara untuk memeluk agama sesuai
dengan keyakinannya. Di sisi lain, UUD 1945 menyebutkan hak-hak khusus untuk warga
negara, bukan hak penduduk. Dalam pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa “tiap-tiap
warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pasal 31
ayat 2 menyatakan bahwa, “tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran”. Meskipun
begitu, jika orang itu adalah merupakan penduduk Indonesia, namun belum ditetapkan secara
sah oleh peraturan perundang-undangan sebagai WNI, maka yang bersangkutan belum bisa
menerima hak untuk mendapatkan pekerjaan dan pengajaran seperti yang dinyatakan dalam
pasal 27 ayat 2 dan pasal 31 UUD 1945. Jadi, hak yang diperolehnya masih terbatas hak sebagai
penduduk, belum sebagai warga Negara.
Hal yang membuktikan bahwa seseorang menjadi warga Negara tercantum pada Keputusan
presiden yang disahkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 8 Juli 1996, Nomor 56 Tahun
1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia. Di pasal 4 butir 2 berbunyi “Bagi
warga negara Republik Indonesia yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau Kartu
Keluarga (KK), atau Akte Kelahiran, pemenuhan kebutuhan persyaratan tertentu tersebut
cukup menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau Kartu Keluarga (KK), atau Akte
Kelahiran tersebut.” artinya, untuk menjadi warga negara Indonesia harus memiliki dokumen-
dokumen seperti yang tercantum dalam pasal 4 butir 2 Keppres Nomor 56 Tahun 1996 tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, muncul suatu asumsi; di Indonesia masih ada rakyat yang belum
memiliki dokumen-dokumen tersebut sehingga status mereka hanya sebagai penduduk bukan
warga negara. Contohnya adalah masyarakat pedalaman di daerah yang masih belum tersentuh
pembangunan, seperti Suku Anak Dalam di provinsi Sumatera selatan, Suku Dayak di
Kalimantan, hingga Suku Asmat di Papua. Karena masyarakat ini masih hidup secara
tradisonal, termasuk saat proses melahirkan tanpa membuat akte kelahiran, proses pernikahan
melalui acara adat tanpa surat nikah, dsb.. artinya, mereka tidak memiliki dokumen-dokumen
yang dapat membuktikan bahwa mereka adalah warga negara sehingga, hak warga negara
belum bisa diperoleh, kecuali hanya hak sebagai penduduk Indonesia.
Selain istilah warga negara dan penduduk, terdapat juga istilah rakyat, bukan penduduk,
dan bukan warga negara/orang asing. Rakyat menunjuk pada orang-orang yang berada di
bawah suatu pemerintahan serta tunduk pada pemerintahan. Istilah rakyat biasanya merupakan
oposisi dari penguasa. Bukan penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal di suatu
wilayah negara hanya untuk sementara waktu (contoh; orang luar negeri yang sedang studi di
Indonesia, pekerja kontrak luar negeri yang bekerja di Indonesia, dsb.). Sementara, bukan
warga negara atau orang asing adalah mereka yang secara hukum tidak diakui atau bukan
menjadi warga negara tersebut (contoh; turis mancanegara).
Rakyat meliputi semua orang yang ada dalam sebuah negara. Penduduk dan bukan
penduduk merupakan bagian dari rakyat. Warga negara dan bukan warga negara (orang asing)
merupakan bagian dari penduduk, dan otomatis merupakan bagian dari rakyat.
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa penduduk, hukan penduduk, warga
negara dan bukan warga negara adalah rakyat Indonesia karena mereka berdiam diri di wilayah
Indonesia dan bersedia serta wajib tunduk pada hukum, aturan, dan pemerintahan yang berlaku
di Indonesia.
C. Hak dan Kewajiban Warga Negara dan Negara dalam UUD 1945
Dalam UUD 1945, hak dan kewajiban warga Negara Indonesia serta hak dan kewajiban
Negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 yang mencakup bidang
politik dan pemerintahan, sosial, keagamaan, pendidikan dan pertahanan. Berikut
penjabarannya:
1. Hak Warga Negara Indonesia
a. Pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)
b. Berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan (pasal 28)
c. Membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah (pasal 28B ayat
1)
d. Hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan kerkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan deskriminasi (pasal 28B ayat 2)
e. Mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, mendapat pendidikan dn
memperoleh manfaat dari IPTEK, seni dan budaya (pasal 28C ayat 1)
f. Memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya (pasal 28C ayat 2)
g. Pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
di hadapan hukum (pasal 28D ayat 1)
h. Bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja
(pasal 28D ayat 2)
i. Memperoleh kesmpatan yang sama dalam pemerintahan (pasal 28D ayat 3)
j. Status kewarganegaraan (pasal 28D ayat 3)
k. Memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali (pasal 28E ayat 1)
l. Kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya
(pasal 28E ayat 2)
m. Kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (pasal 28E ayat 3)
n. Berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak mencari memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (pasal 28F)
o. Perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari acaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi (pasal 28G ayat 1)
p. Bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari Negara lain (pasal 28G ayat 2)
q. Hidup sejatera lahir batin, bertempat tingal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (pasal 28H ayat 1)
r. Mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
sama guna mencapai persamaan dan keadilan (pasal 28H ayat 2)
s. Jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermatabat (pasal 28H ayat 3)
t. Mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-
wenang oleh siapapun (psal 28H ayat 4)
u. Hidup, tidak disiksa, kemerdekaan pikiran dan hati nurani, beragama, tidak diperbudak, diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (pasal
28 I ayat 1)
v. Bebas dari perlakuan yang bersikap deskriptif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersikap deskriptif itu (pasal 28i ayat 2)
w. Idetitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman
dan peradaban (pasal 28 I ayat 3)
x. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara (pasal 30 ayat 1)
y. Mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1)
Berkaitan dengan peran (role) warga negara, dapat dijelaskan bahwa peran warga negara
adalah sebagai berikut:
1. Peran pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap semua peraturan perundang – undangan
yang berlaku.
2. Peran aktif merupakan aktivitas warga negara untuk terlibat (berpatisipasi serta ambil bagian
dalam kehidupan bernegara, terutama dalam mempengaruhi keputusan publik.
3. Peran positif merupakan aktivitas warga negara untuk meminta pelayanan dari negara untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
4. Peran negatif merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campur tangan negara dalam
persoalan pribadi.
F. Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya penentuan kewarganegaraan dilihat dari segi kelahiran seseorang. Ada 2
(dua) macam asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran yaitu ius soli dan ius sanguinis.
Kedua istilah ini berasal dari bahasa Latin. Ius berarti hukum, dalil, atau pedoman.
Sedangkan soli berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah, atau daerah. Dengan
demikian, ius soli berarti pedoman yang berdasarkan tempat atau daerah. Dansanguinis berasal
dari kata sanguis yang berarti darah. Dengan demikian, ius sanguinisberarti pedoman yang
berdasarkan darah atau keturunan.
Penegasan Asas Kewarganegaraan dalam UU No. 12 Tahun 2006
Dalam Penjelasan Umum UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia, dijelaskan bahwa Indonesia menganut 4 (empat) asas umum, yaitu: asas ius
sanguinis (law of the blood), asas ius soli (law of the soil ), asas kewarganegaraan tunggal, dan
asas kewarganegaraan ganda terbatas.
Asas ius sanguinis tercermin dari ketentuan Pasal 4 yang menyatakan bahwa: “anak
yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia” (huruf
e), “anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan
ibu warga negara asing” (huruf c), “anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang
ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia” (huruf d), dan seterusnya. UU No.
12 Tahun 2006 juga mengakomodir asasius sanguinis terhadap anak yang lahir dari
perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tapi ayahnya tidak memiliki
kewarganegaraan (stateless) atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut (videPasal 4 huruf d).
Selanjutnya terkait dengan asas ius soli terbatas, UU No. 12 Tahun 2006 juga
mengakomodir setiap anak yang lahir di Indonesia dapat dikategorikan sebagai Warga Negara
Indonesia. Namun, dengan catatan (batasan) bahwa anak yang lahir di wilayah negara
Indonesia tersebut merupakan hasil dari perkawinan yang ayah dan ibunya tidak mempunyai
kewarganegaraan (stateless) atau tidak diketahui keberadaannya. Kemudian, asas
kewarganegaraan tunggal dan asas kewarganegaraan ganda terbatas. Kedua asas ini memiliki
korelasi, dimana pada prinsip nya UU No. 12 Tahun 2006 hanya menentukan asas
kewarganegaraan tunggal bagi setiap orang, yaitu Warga Negara Indonesia, baik itu diperoleh
berdasarkan asas ius sanguinis ataupun asas ius soli. Namun, bagi anak yang lahir dari
perkawinan campuran (kewarganegaraan) orang tuanya, yang kemudian mengakibatkan si
anak tersebut berkewarganegaraan ganda, maka setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau
sudah menikah, maka anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya
(vide Pasal 6).
Selain asas kewarganegaraan di atas, masih ada satu lagi cara untuk menentukan
kewarganegaraan seseorang, yaitu unsur pewarganegaraan (naturalisasi), di mana
kewarganegaraan seseorang dapat diminta / dimohonkan kepada negara yang diinginkan.
Artinya, jika ada orang asing yang ingin menjadi warga negara di suatu negara, maka ia harus
melakukan permohonan kepada negara yang bersangkutan untuk dijadikan sebagai warga
negara dan melepas kewarganegaraan asalnya.
Di Indonesia, bagi orang asing yang ingin menjadi WNI melalui proses naturalisasi diatur
dalam pasal 9 UU No. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan RI. Dalam pasal 9 tersebut
dinyatakan bahwa: permohonan perwaganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
b. Pada waktu mengajukan Replubik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut – turut atau
paling singkat 10 (sepuluh puluh) tahun tidak berturut – turut
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara pancasila dan Undang Undang Dasar
Negara Replubik Indinesia
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 1 (satu) tahun atau lebih
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Replubik Indonesia, tidak menjadi
Kewarganegaraan ganda.
g. Mempunyai pekerjaan dan / atau berpenghasilan tetap, dan
h. Membayar uang perwaganegaraan ke kas negara.
Di samping itu, seseorang warga negara Indonesia dapat kehilangan kewarganegaraan jika
terdapat hal-hal berikut:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
b. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu.
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh Presiden atas permohonannya sendiri.
d. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden.
e. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian dari negara asing tersebut.
f. Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
g. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat
diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya.
h. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama lima tahun berturut-turut
bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan
keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu lima tahun
tiu berakhir dan setiap lima tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan
ingin tetap menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan RI yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal perwakilan RI tersebut telah
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.
i. Perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga asing kehilangan
kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri
mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.
j. Laki-laki warga negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga asing kehilangan
kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami
mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut. Atau jika ingin tetap
menjadi warga negara RI dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada
pejabat atau perwakilan RI yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki
tersebut, kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Surat pernyataan
dapat diajukan oleh perempuan setelah tiga tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung.
k. Setiap orang yang memperoleh kewarga negaraan RI berdasarkan keterangan yang kemudian
hari dinyatakan palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau terjadi kekeliruan mengenai orangnya
oleh instansi yang berwenang, dinyatakan batal kewarganegaraannya.
A. Kesimpulan
Hak dan kewajiban warga negara berarti kekuasaan yang benar atas sesuatu dan yang
harus dilakukan oleh penduduk sebuah negara. Setiap negara mempunyai kebebasan dan
kewenangan untuk menentukan asas kewarganegaraan. Hak dan kewajiban Warga Negara
Indonesia ditetapkan dalam UUD 1945 yaitu tercantum di dalam pasal 27, pasal 28, pasal
29, pasal 30, dan pasal 31.
Sebagai agent of change mahasiswa berperan besar membawa perubahan dalam diri
bangsa Indonesia, untuk itu diperlukan generasi mahasiswa yang bertanggung jawab serta
memiliki kesadaran dan bisa mengimplementasikan hak dan kewajiban sebagai warga negara
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Juliardi, Budi. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.