Anda di halaman 1dari 4

Biografi Prof. Dr.

Emil Salim

Teladan Hidup Prof. Dr. Emil Salim


Prof. Dr. Emil Salim, seorang ahli ekonomi, cendekiawan, pengajar, dan politisi
Indonesia. Beliau lahir di Lahat, Sumatra Selatan, pada tanggal 8 juni 1930. Beliau
keponakan dari seorang tokoh Pahlawan Nasional Indonesia yang bernama Haji Agus Salim,
dan beliau putra dari Baay Salim dan Siti Syahzinan dari kota Nagari Koto Gadang,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Prof. Dr. Emil Salim memiliki istri, yang bernama
Roosminnie Roza dan memiliki satu anak perempuan yang bernama Amelia Farina dan satu
anak laki-laki yang bernaa Roosdinal Ramdhani. Prof. Emil salah satu di antara dari sedikit
tokoh Indonesia yang memiliki gelar Internasional. Beliau adalah tokoh lingkungan hidup
internasional yang pernah menerima The Laeder for the living planet award dari world wide
fund (WWF), suatu lembaga konservasi mandiri terbesar dan sangat berpengalaman di
penjuru dunia. Beliau juga penerima Blue Planet Prize pada tahun 2006 dari The Asahi Glass
Foundation. Kemudian beliau mendapatkan penghargaan dari World Wide Fund (WWF),
penghargaan tersebut sama seperti yang didapatkan oleh mantan Sekjen PBB Kofi Annan.
Emil beserta koleganya seperti Koesnadi Hardjasoemantr, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S.
Kismadi, dan Nono Anwar Makarim mendirikan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Yayasan
KEHATI), sebuah organisasi yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan.
Pendidikan
Beliau memulai pendidikan awalnya di Frobel School, Banjarmasin, Kalimantan
Selatan pada tahun 1935 sampai tahun 1936, kemudian beliau melanjutkan pendidikan
sekolah dasarnya di Europesche Lagere School, Banjarmasin pada tahun 1936 sampai tahun
1940 dan lanjut sekolah di Lahat pada tahun 1940 sampai tahun 1942, lalu beliau
melanjutkan pendidikannya di Dai Ichi Syo-Gakko, Palembang, Sumatera Selatan pada tahun
1942 sampai tahun 1944, setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah Menengah
Umum Pertama, di Palembang pada tahun 1945 sampai tahun 1948, selanjutnya beliau
melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Bogor, Jawa Barat dari tahun 1948 sampai tahun
1951, tetapi beliau melanjutkannya lagi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada
tahun 1951 sampai tahun 1958, pada akhirnya beliau melanjutkan pendidikan terakhirnya di
University of California, Berkeley, Amerika Serikat pada tahun 1959 sampai tahun 1964.

Karier
Beliau diangkat menjadi seorang penasihat Ekonomi Presiden pada tahun 1966,
kemuadian beliau diangkat menjadi angota tim penasihat Menteri Tenaga Kerja pada tahun
1967 sampai tahun 1968, lalu beliau dipindahkan menjadi anggota Tim Teknis Badan
Stabilitas Ekonomi pada tahun 1967 sampai tahun 1969 setelah itu, beliau diangkat menjadi
Deputi Ketua Bappenas pada tahun 1968 sampai tahun 1971. Kemudian beliau diangkat
menjadi Dosen Seskoad dan Seskoal pada tahun 1971 sampai tahun 1973, lalu beliau
diangkat menjadi Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara
merangkap Wakil kepala Bappenas, setelah diangkat menjadi Menteri Negara
Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur, beliau diangkat lagi menjadi Menteri
Perhubungan atau Kabinet Pembangunan II pada tahun 1973 sampai tahun 1978, beliau juga
anggota Majenis Wali Amanat Universitas Indonesia pada tahun 2007 sampai tahun 2012,
pada akhirnya sekarang beliau menjadi Dewan Pertimbangan President,Anggota Bidang
Lingkungan.

Jabatan
Beliau salah satu putra bangsa yang paling lama mengabdi menjadi menteri dan
mengambil beberapa jabatan lainnya. Sebelumnya, pada tahun 1994, setelah menyelesaikan
jabatan sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kependudukan, Emil beserta
anggotanya seperti Koesnadi Harjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Wiltoelar, M. S. Kismadi,
dan Nono Anwar Makarim, mendirikan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Yayasan
KEHATI), sebuah organisasi non-pemerintah yang bergerak di bagian bidang pelestarian
lingkungan. Beliau menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 10 April
2007, dan pada tanggal 25 Januari 2010, telah diresmikan kembali untuk masa kedua
sekaligus menjadi ketuanya. Prof. Emil telah beberapa kali menjabat sebagai menteri,
diantaranya Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara merangkap
Wakil Kepala Bappenas (1971-1973), Menteri Penghubungan (Kabinet Pembangunan II
1973-1978), Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Kabinet
Pembangunan III 1978-1983) dan Menteri Negara Pengawas dan Lingkungan Hidup (Kabinet
Pembangunan IV dan Kabinet Pembangunan V 1983-1993). Emil Salim tokoh paling senior
yang menjabat di pemerintahan.

Penghargaan
Prof. Dr. Emil Salim telah memenangkan banyak penghargaan seperti Bintang
Mahaputera Adiprandana,Golden ARK, Paul Getty Award, The Hamengkubuwono IX Award
dari Universitas Gajah Mada, the Zayed Prize for Environmental Action Leading to Positive
Change in Society, Mercu Buana University Award, The Blue Planet Asahi Prize Award serta
sarwono Indonesia Science Institute Award. Emil Salim juga mendapatkan kehormatan dari
Universitas Kebangsaan Malaysia dan Istitute Teknologi Bandung dan dipercayai menjadi
Ketua Delegasi UNFCCC. Peran Emil Salim dalam agenda pelestarian lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan telah mendunia, berpengaruh sampai di luar batas negaranya.
Emil anggota PBB untuk Komisi Dunia bagi Lingkungan dan Pembangunan, yang pertama,
wakil ketua PBB untuk UN High Level Advisory Council for Sustainable Development, yang
kedua, Ketua Komisi Dunia untuk Hutan dan Pembangunan Berkelanjutan, ketiga, Ketua
Komisi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan yang ke – 10 , yang keempat, Ketua Panitia
Persiapan World Summit, dan yang terakhir, ketua dari Konferensi Menteri-Menteri
Lingkungan Hidup ASEAN yang ke-3. Dengan semua posisi tersebut, Prof. Emil telah
memperjuangkan masalah-masalah lingkungan di Negara-negara Asia. Peran Prof. Dr. Emil
Salim sebagai Menteri Lingkungan Hidup sangat besar. Beliau telah berhasil
mengembangkan perhatian serius terhadap lingkungan mulai dari nol.
Karya Cipta
Prof. Dr. Emil Salim memiliki karya ciptanya sendiri, seperti collection of writings
(1969-1971), Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan (1974), Masalah
Pembangunan Ekonomi Indonesia (1976), Lingkukngan Hidup dan Pembangunan (1981),
Revolusi Berhenti Hari Minggu (2000), Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi (2010). Emil
Salim juga salah satu tokoh dunia yang telah memberikan kontribusi terhadap kebijakan
dunia di bidang pembangunan dan lingkungan. Dalam perannya sebagai salah satu anggota
United nation World Commission on Environmental and Development (WCED), yang juga
dikenal sebagai komisi Bruntland karena diketuai oleh mantan Perdana Menteri, yang
bernama Noerwegia Nyonya Gro Harlem Bruntland. Prof. Dr. Emil Salim mewakili Asia
bersama Mr. Saburo Okita dari Negara Jepang, Mr. Saleh A Al-Athel dari Negara Saudi
Arabia, Mr. Ma Shinjun dari Negara Cina, dan Nagendra Singh dari Negara India, pada
komisi yang anggotanya 21 orang, termasuk ketua dan wakil ketua, yang dibentuk pada tahun
1984 dan berakhir tugasnya pada tahun 1987 setelah diserahkan laporannya kepada General
Assembly yang kemudian dicetakan dengan judul “ Our Common Future “,dan diubah ke
bahasa-bahasa yang ada di dunia, seperti bahasa Indonesia, dengan judul “Hari Depan Kita
Bersama

Anda mungkin juga menyukai