Anda di halaman 1dari 11

Empat Pejuang Lingkungan Indonesia

Pemenang Goldman Prize

Hari ini, 41 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 22 April 1970, hari Bumi untuk pertama
kalinya diselenggarakan di Amerika Serikat, atas prakarsa seorang senator, Gaylord Nelson.
Embrio gagasan Hari Bumi dimulai sejak ia menyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969,
tentang desakan untuk memasukkan isu-isu kontroversial, dalam hal ini lingkungan hidup,
dalam kurikulum resmi perguruan tinggi mengikuti model teach in mengenai masalah anti
perang. Gagasan Nelson mendapat dukungan yang mencengangkan dari masyarakat sipil.

Dua tahun yang lalu yaitu, pada 22 April 2009, para pencinta lingkungan di penjuru dunia
telah menetapkan kampanye meluncurkan kampanye 'Generasi Hijau' dengan harapan semua
orang dari seluruh golongan akan berpartisipasi melestarikan lingkungan. Karena
sebelumnya, dalam kurun delapan tahun terakhir banyak yang mengabaikan masalah
perubahan iklim.

Tujuan kampanye Generasi Hijau ini sangat mulia, antara lain mengembangkan ekonomi
hijau, mengurangi penggunaan bahan bakar energi fosil, dan mempromosikan pola konsumsi
yang ramah lingkungan. Tujuan-tujuan itu dapat tercapai dengan usaha kecil seperti membeli
produk lokal, hingga melalui proyek raksasa seperti menanamkan modal dalam program
penelitian teknologi hijau.

Sejalan dengan semangat Gaylord pada tahun 1990 dibentuk sebuah Anugerah Lingkungan
Goldman oleh pemuka masyarakat dan filantrofis Richard N. Goldman dan almarhum
istrinya Rhoda H. Goldman. Para pemenang Anugerah Lingkungan Goldman dipilih oleh
dewan juri internasional yang menerima nominasi rahasia yang dimasukkan oleh sejumlah
jaringan organisasi lingkungan dan individu. Pemenang anugerah ini mengikuti acara tur
keliling San Francisco dan Washington, D.C. dengan rangkaian acara berupa upacara
penganugerahan, presentasi, konferensi pers, brifing media, dan pertemuan dengan pemuka
politik, pembuat kebijakan publik, tokoh finansial, dan pemimpin lingkungan.

Anugerah Lingkungan Goldman (Goldman Environmental Prize) adalah sebuah anugerah


yang diberikan setiap tahun kepada para aktivis lingkungan dari lingkup akar rumput dari
enam area geografis di dunia: Afrika, Asia, Eropa, Kepulauan dan Negara Kepulauan,
Amerika Utara, dan Amerika Selatan / Amerika Tengah. Anugerah ini berupa uang sejumlah
150.000 Dolar Amerika (pada tahun 2009).

Banyak aktivis lingkungan dunia telah menerima anugerah bergengsi ini. Dan sebuah
kebanggan bagi bangsa Indonesia. Hingga tahun 2011. Terdapat 4 Warga Negara Indonesia
yang telah menerima Anugerah Bergengsi ini. PRIGI ARISANDI (2011), YUYUN
ISMAWATI (2009), YOSEPHA ALOMANG (2001) dan LOIR BOTOR DINGIT (1997).

PRIGI ARISANDI (2011)

Tahun ini Aktivis lingkungan asal Jawa Timur, Prigi Arisandi, 11 April 2011 menerima The
Goldman Environmental bertempat di Oprah Theatre, San Francisco, Amerika Serika. Prigi
Arisandi initiated a local movement to stop industrial pollution from flowing into his citys
river that provides drinking water to three million people., tulis website resmi The Goldman
Environmental Prize.

Prigi Arisandi selama ini dikenal sebagai aktifis lingkungan yang getol memperjuangkan
kualitas air yang mengalir di Kali Surabaya. Dengan LSM Ecoton yang dibentuknya sejak
kuliah, Prigi terus mengajak berbagai pihak untuk menaruh kepedulian terhadap kualitas air
sungai yang menjadi bahan baku PDAM Surabaya yang dikonsumsi oleh 3 juta penduduk
Surabaya.

Prigi mendekati berbagai kalangan, mulai sesama aktifis lingkungan hingga pemerintah. Ia
tidak segan-segan memperkarakan industri yang membandel membuang limbahnya ke Kali
Surabaya. Bahkan Gubernur Jawa Timur pernah digugatnya karena dianggap lalai dalam
menjaga mutu Kali Surabaya

YUYUN ISMAWATI (2009)]

Pada tahun 2009 Aktivis lingkungan dari Denpasar, Bali, Yuyun Ismawati, menerima
Penghargaan Lingkungan Goldman 2009, Yuyun, adalah salah satu fellow dari Program
Leadership on Environment and Development (LEAD Programme) Indonesia.

Yuyun Ismawati, memulai karirnya sebagai insinyur pemerintah yang bekerja dengan
konsultan untuk merancang sistem suplai air wilayah pedesaan dan perkotaan. Merasa
keterampilannya dimanfaatkan bukan untuk warga miskin yang paling membutuhkan
pengelolaan sampah yang baik, Ismawati mengubah haluan karirnya. Sejak 1996, dibantu
oleh jaringan LSM, ia membagi keahlian teknik lingkungannya untuk membantu warga
miskin dalam merancang fasilitas pengelolaan sampah yang terkoordinasi dengan baik
dengan prioritas utama kesehatan lingkungan dan manfaat ekonomi bagi warga setempat.
Pada bulan Juni 2000, Ismawati mendirikan LSM-nya sendiri, Bali Fokus, untuk
menyebarluaskan program pengelolaan lingkungan perkotaan berbasis masyarakat hingga
mencapai taraf yang dapat diterapkan di seluruh Indonesia.

YOSEPHA ALOMANG (2001)


1303440463491539051
[/caption]

Yosepha Alomang atau Mama Yosepha menerima Penghargaan Lingkungan Goldman 2001.
Ia adalah seorang perempuan tokoh Amungme, Papua. Dan terkenal karena perjuangannya
membela hak-hak asasi manusia dan junga lingkungan hidup khususnya masyarakat di sekitar
PT Freeport Indonesia.

Pada 1991, Yosepha mengadakan aksi unjuk rasa selama tiga hari di bandar udara di Timika,
dengan memasang api di landasan udara, sebagai tanda protes atas penolakan Freeport dan
pemerintah Indonesia untuk mendengarkan keprihatinan rakyat setempat dan perlakuan buruk
yang berkelanjutan terhadap rakyat Papua.

perjuangannya melawan perusahaan itu tetap berlanjut. Pada akhir 2003, ketika sebuah
lubang penambangan runtuh di tambang Grasberg milik Freeport dan menewaskan 9 orang
buruh tambang, Yosepha kembali menyerukan agar Freepot menghentikan operasinya di
Indonesia, karena dituduh telah menyebabkan kecelakaan itu serta kerusakan lingkungan
hidup secara besar-besaran.

LOIR BOTOR DINGIT (1997).Loir Botor Dingit menerima Penghargaan Lingkungan


Goldman 1997. Tak usah disangsikan, bagi dunia internasional maupun lembaga swadaya
masyarakat, anak seorang kepala adat ini adalah seorang pahlawan. Julukan berbeda
didapatkannya dari pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Kalimantan Timur. Dengar
saja komentar Kaspoel Basran, Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kalimantan
Timur, mengenai dirinya, "Selama ini ia hanya dikenal sebagai tokoh masyarakat yang sering
melakukan perlawanan atas berbagai kebijakan pemerintah."

Melalui situs Goldman Prize Loir Botor Dingit digambarkan sebagai seorang pencetak
sejarah dalam perjuangan Masyarakat Adat Dayak Bentian. Dengan keuletan dan
kegigihannya, Pak Dingit mempersatukan dan mengorganisir Masyarakat Adat Dayak hingga
pada 1993 terbentuk satu kelompok yang bernama Sempekat Jato Rempangan (SJR) dan Loir
Botor Dingir diangkat menjadi ketuanya. Ia bersama SJR mulai berjuang untuk
mengembalikan ketenangan kehidupan masyarakat Bentian. Ketenangan kehidupan diartikan
sebagai hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam lingkungannya, dengan kata
lain selain pembela hak masyarakat adat, Pak Dingit adalah seorang pejuang lingkungan
hidup. Seperti yang diucapkannya dan dikutip dalam situs tersebut, Hutan dan Tanah Adat
adalah gantungan hidup dan harapan untuk kehidupan manusia dimuka bumi. Oleh
karena itu, kami sebagai masyarakat adat, akan selalu mempertahankannya sampai titik
darah penghabisan dan memutih tulang.
Tokoh Internasional

1. John Evelyn (1620-1706)

aktivis konservasi John Evelyn. Foto : wikipedia commons

John merupakan warga negara Inggris yang bertugas di komisi dan dewan kerajaan bawah
Raja Charles II. Penggemar berkebun ini merancang taman pertamanya pada usia 22. Selama
hidupnya, ia menulis sekitar 30 buku, termasuk salah satu buku paling berpengaruh tentang
kehutanan: Sylva, atau Wacana dari Hutan dan Propagasi Kayu (Sylva, or a Discourse of
Forest-trees, and the Propagation of Timber).

Sylva adalah studi komprehensif pertama tentang hutan di Inggris, sebagai hasil penelitian
untuk Royal Society, sebuah komunitas masyarakat ilmiah nasional di Inggris yang didirikan
pada 1662 dan diterbitkan sebagai buku 1664.

Buku ini menganjurkan untuk reboisasi setelah hutan Inggris rusak berat akibat peningkatan
produksi kayu untuk industrialisasi dan Perang Saudara. Buku ini juga memberikan deskripsi
rinci dari berbagai jenis pohon di Inggris, menjelaskan bagaimana mengolah dan katalogisasi
kayu hutan tersebut. Sylva menjadi buku paling laris dan berhasil mempengaruhi pemilik
tanah dan aristokrat kaya untuk menanam pohon demi reboisasi hutan.

2. Henry David Thoreau (1817-1862)

Ahli konservasi Henry


David Thoreau Foto : wikimedia commons

Henry David Thoreau merupakan seorang penulis dari Amerika dan filsuf terkenal dengan
bukunya yang terkenal pada 1854 yaitu Walden; or, Life in the Woods. Buku ini
menggambarkan pengalaman Henry tinggal sendirian di hutan selama lebih dari dua tahun
dan dianggap sebagai karya penulisan alam.

Pada saat buku ini diterbitkan, banyak rekannya menganggap Henry eksentrik, dan buku itu
tidak diterima dengan baik. Tetapi bagaimanapun sampai hari ini, Walden menjadi buku non-
fiksi abad ke-19 yang paling banyak dibaca dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa.

Hidup sederhana dan kerja sama dengan alam yang Henry jelaskan di Walden tercermin
dalam usaha advokasinya untuk pelestarian alam. Dalam tulisannya berjudul Walking, ia
menyatakan, alam liar merupakan pelestarian dunia, yang menunjukkan bahwa manusia
tidak bisa hidup tanpa alam.

Dia juga menganjurkan untuk kepemilikan hutan negara dan gunung untuk perlindungan dari
eksploitasi komersial. The National Wildlife Federation (NWF) mengukuhkan Henry masuk
dalam Conservation Hall of Fame mereka pada 1967, dan menyebutnya sebagai pelopor
konservasi.

3. Hugh Cleghorn (1820-1895)

Ahli konservasi Hugh Cleghorn. Foto : wikimedia commons

Hugh Cleghorn lahir di Madras, India dengan orang tua berasal dari Skotlandia. Dia pertama
kali bekerja sebagai asisten ahli bedah dari East India Company di Rumah Sakit Umum
Madras.

Cleghorn segera menjadi terpesona oleh botani, dan setelah mempelajari tanaman dan pohon
selama beberapa tahun, dia mulai memberikan pidato tentang kegagalan pertanian di India,
yang menjadi perhatian pemerintah India.

Dengan bantuan dari pemerintah, ia membantu mendirikan Departemen Kehutanan Madras,


yang sekarang dikenal sebagai Departeman Kehutanan Tamil Nadu, organisasi konservasi
hutan India pertama. Dia diangkat sebagai pengkonservasi hutan pada tahun 1856 dan duduk
sebagai komisaris bersama untuk konservasi hutan kemudian pada tahun 1867.
Melalui penelitian botaninya, Cleghorn menyadari bahwa kolonisasi Inggris di India telah
meningkatkan konsumsi kayu di wilayah tersebut, yang menyebabkan deforestasi. Dia
mencatat bahwa pembangunan rel kereta api baru oleh Inggris mengakibatkan konsumsi kayu
yang tidak lestari. Dia menyoroti budidaya kehutanan dari penjajah Inggris yang tidak efisien
dan berbahaya bagi lingkungan.

Aktivitas konservasinya tersebut berperan dalam melindungi hutan India, dan temuannya
mendorong pemerintah untuk mereformasi metode budidaya kayu mereka. Di antara
reformasi ini adalah pelarangan kumri, jenis budidaya yang Cleghorn gambarkan sebagai
sistem yang boros dan biadab.

Saat ini, Cleghorn dikenal sebagai bapak kehutanan ilmiah di India. Perannya dalam
mengembangkan program konservasi hutan di wilayah tersebut sangat penting dalam
melindungi sumber daya alam India dari eksploitasi.

4. John Muir (1838-1914)

Ahli konservasi John-Muir. Foto : perpustakaan konggres Amerika


John Muir, meski masih diperdebatkan, merupakan tokoh paling berpengaruh dalam sejarah
Amerika. Muir yang sering disebut sebagai Bapak Sistem Taman Nasional Amerika,
merupakan advokat untuk perlindungan dan pelestarian kawasan alam.

Dia menulis artikel tentang konservasi untuk berbagai majalah termasuk The Century, yang
menjelaskan kerusakan hutan dan padang rumput di pegunungan. Tulisan-tulisannya
mepengaruhi kongres untuk mendirikan sejumlah taman nasional, seperti Yosemite, Hutan
Petrified, Grand Canyon, Gunung Rainier, dan Sequoia.

Robert Underwood Johnson, editor The Century yang dibantu Muir di beberapa kampanye
lingkungannya, menyarankan Muir untuk membentuk sebuah organisasi untuk melindungi
Sierra Nevada dari degradasi. Pada tahun 1892, Muir mendirikan Sierra Club dengan
sekelompok pendukungnya. Organisasi itu bertujuan untuk membangun taman nasional yang
baru dan untuk meyakinkan pemerintah untuk lebih melindungi Yosemite. Saat ini, Sierra
Club adalah organisasi lingkungan akar tapak terbesar di dunia dengan lebih dari 2,4 juta
anggota.

Muir juga dikenal dalam momen berkemah tiga malam dengan Presiden Theodore Roosevelt
di Yosemite pada tahun 1903. Setelah membaca buku Muir 1901, Taman Nasional kami,
Roosevelt memutuskan untuk mengunjungi Muir di Yosemite, dan menyatakan, Saya ingin
menjatuhkan politik benar-benar selama empat hari dan hanya keluar di tempat terbuka
dengan Anda (Muir).

Selama kemah tersebut, Muir meyakinkan presiden untuk memperluas perlindungan lahan
milik pemerintah di dalam dan sekitar Taman Nasional Yosemite setelah memperlihatkan
eksploitasi sumber daya dan degradasi lahan di kawasan tersebut.

Momen tersebut sangat membekas bagi Roosevelt dan mengarahkannya untuk meningkatkan
program konservasi pada masa pemerintahannya.
5. Rachel Carson (1907-1964)

Aktivis konservasi Rachel Carson. Foto : Departemen Pertanian Amerika

Rachel Carson adalah seorang ahli biologi laut Amerika dan penulis dari buku terkenal tahun
1962, Silent Spring, yang menggambarkan bahaya pestisida kimia, terutama DDT.

Dalam bukunya itu, Rachel berpendapat bahwa penggunaan pestisida menjadi ancaman
serius bagi kehidupan ikan dan burung dan bisa memiliki efek berbahaya pada anak-anak.

Buku itu mendorong pemerintah Amerika Serikat untuk melarang DDT, dan Silent Spring
sering dianggap sebagai motor penggerak gerakan lingkungan modern dan pengembangan
Badan Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency/EPA) Amerika.

Sebelum menulis Silent Spring, Rachel bekerja untuk Badan Perikanan Amerika, kemudian
berganti nama menjadi Fish and Wildlife Service, akhirnya menjadi pemimpin editor dari
semua publikasi mereka pada tahun 1949.

Dia juga menulis sejumlah artikel tentang biologi kelautan untuk surat kabar dan majalah
serta menerbitkan tiga buku tentang laut, yaitu Under the Sea-Wind, The Sea Around Us dan
The Edge of the Sea.
Tulisan-tulisan Rachel mempengaruhi publik tentang lingkungan hidup dan banyak dari
mereka menyoroti dampak aktivitas manusia yang mengubah alam. Dan buku Silent Spring
mengukuhkannya sebagai salah satu pelestari lingkungan paling berpengaruh sepanjang
masa.

Setiap tahun pada bulan Agustus menjadi bulan penuh suka cita bagi Rakyat Indonesia.
Mengapa tidak karena pada bulan ini lah tepatnya pada 17 Agustus 1945 Rakyat Indonesia
merayakan Kemerdekaan yang ke 72 tahun setelah kurang lebih 350 tahun di jajah oleh
bangsa lain. Upacara memperingati Hari Kemerdekaan dilaksanakan tiap tahun, baik di
daerah maupun nasional.

Begitu juga dengan Pemerintah Kecamatan Kayangan yang terletak di Kabupaten Lombok
Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan Upacara Bendera di Lapangan Umum
Kecamatan Kayangan. Pada sesi akhir upacara Camat Kayangan memberikan Piagam
Penghargaan Tokoh Pembangunan di Kecamatan Kayangan.

Sejak Kecamatan Kayangan dibentuk tahun 1999/2000, ini pertama kalinya Pemerintah
memberikan Penghargaan kepada para tokoh pelopor pembangunan di tingkat Kecamatan.
Pemberian penghargaan kepada para tokoh ini merupakan inisiatif Bapak Husna Hadi
Albayani, S.S selaku Camat Kayangan dan Panitian HUT RI ke 72 tahun 2017. Tujuan
pemberian penghargaan ini agar tokoh pembangunan termotivasi dan lebih giat peduli
terhadap pembangunan di Kabupaten Lombok Utara khususnya Kecamatan Kayangan.

Salah satu dari tokoh tersebut adalah Abidin Tuarita yang merupakan Koordinator Wilayah di
NTB Konsorsium KpSHK KONSEPSI dalam Program Pengelolaan Sumber Daya Alam
Berbasis Masyarakat (PSDABM) yang didukung oleh MCA Indonesia. Abidin Tuarita
menerima piagam penghargaan sebagai Pelopor Lingkungan Hidup Kecamatan Kayangan.
Sebelumnya Abidin Tuarita mengaku bahwa dia tidak ada informasi apapun mengenai
pemberian penghargaan tersebut. Karena sehari sebelum Upacara Kemerdekaan, Camat
Kayangan hanya menelponnya untuk menghadiri Undangan Upacara Hari Kemerdekaan.
Saat Abidin Tuarita memperoleh penghargaan barulah ia menyadari maksud dari undangan
Pak Camat melalui telpon tersebut.

Menjadi Pelopor Lingkungan Hidup Kecamatan Kayangan diluar dugaan saya. Terlepas dari
itu penghargaan ini milik kita semua. Perhatian Pemerintah atas kerja nyata kita diwilayah
Desa Santong Kecamatan Kayangan menjadi catatan penting bagi saya dan bagi kita dalam
perjuangan Peningkatan Akses Kelola Perhutanan Sosial dan Layanan Ekosistem bagi
Masyaraka Pinggir Hutan secara Lestari. Semoga dapat menekan angka kemiskinan di
Wilayah Santong juga sekitarnya sesuai dengan Nawacita Jokowi JK dan RPJMD NTB,
kata Abidin Tuarita, Koorwil Lombok.

Ucapan selamat pun terus mengalir untuk Abidin Tuarita, termasuk dari Konsorsiun KpSHK.
Secara khusus Penanggung Jawab Program PSDABM Lead Konsorsium KpSHK
Mohammad Djauhari memberikan ucapan selamat kepada Abidin Tuarita atas
penghargaannya sebagai Pelopor Lingkungan Hidup Kecamatan Kayangan.

Atas nama Lembaga (KONSEPSI) dan Pribadi, saya mengucapkan selamat kepada Bapak
Abidin Tuarita atas penghargaan yang diperoleh. Ini merupakan bentuk pengakuan
Lingkungan terhadap kiprah dan kerja nyata Pak Abidin. Bagi saya Pak Abidin sangat
pantas menerimanya. Sekali lagi selamat dan semoga menjadi motivasi bagi teman-teman
yang lain, kata Moh. Taqiuddin (Direktur KONSEPSI).

Sumber: http://kpshk.org/2017/08/22/pelopor-lingkungan-hidup-kayangan/

Anda mungkin juga menyukai