Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Muhammad Alfajri Ramadhan

NIM : 05101382025087
TOKOH-TOKOH YANG TELAH BERJASA DIBIDANG
PERTANIAN (DALAM ARTI LUAS) DIINDONESIA

Henry Saragih => Memperjuangkan tanah bagi petani sejak ia berstatus mahasiswa. Anak petani
itu kini memimpin Gerakan Petani Internasional (La Via Campesina) dengan lebih dari 200 juta anggota
di 70 negara. Bersama sejumlah rekannya, Henry mengusung Deklarasi Hak Asasi Manusia bagi petani
sejak 2001 untuk dijadikan salah satu kovenan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perjuangan itu memasuki
titik terang dan tinggal menunggu sikap Amerika Serikat serta sejumlah negara di Eropa. Agenda
kedaulatan pangan dengan konsep agroekologi yang diperjuangkan membuat dia dikukuhkan sebagai
satu di antara 50 orang yang bisa menyelamatkan bumi oleh harian Inggris The Guardian pada 2008. Ia
sejajar, di antaranya, dengan politikus Al Gore dan aktor Leonardo DiCaprio, pilihan anggota panel yang
terdiri dari ilmuwan, sastrawan, aktivis, birokrat, politikus, pemenang Nobel, dan kolumnis internasional.

Mukibat => Pak Mukibat adalah petani sederhana dari Kediri ini pada tahun 1950 menemukan sistem
penanaman singkong yang revolusioner. Beliau menempelkan batang ketela pohon karet yang daunnya
rimbun di atas ketela pohon biasa ( grafting ). Setelah di tanam hasilnya sangat luar biasa. Dengan sistem
pemanenan berulang, sebuah ketela pohon dapat memproduksi hingga 5 kali lipat dari yang biasanya.
Untuk menghormati sistem tempel pada ketela pohon saat ini secara internasional dinamai sistem
Mukibat, meskipun saat ini banyak orang mengaku – aku sebagai sistem mereka dengan sedikit
modifikasi dari aslinya.

Tjandramukti =>Peneliti pertanian tropis dan salah satu pelopor mixed farming yang mengabdikan
hampir seluruh hidupnya di desa ini, sekitar tahun 2000 berhasil menemukan varietas kedelai baru yang
memiliki produktifitas yang tinggi, mencapai 3,4 ton per hektar ( salah satu yang tertinggi di daerah
tropis secara internasional ), dibandingkan rata – rata nasional yang hanya 1,3 ton per hektar.

Kedelai ini memiliki ukuran besar, protein yang tinggi ( 43,9 % ), umur yang pendek ( 72 hari ), dan
memiliki kemampuan adaptasi yang baik di daerah tropis bila ditanam dengan best practice yang beliau
kembangkan. Hasil pemurnian bertahun- tahun dalam keadaan yang terkontrol, pada akhirnya
menghasilkan dua varietas kedelai unggul, yang pertama telah diserahkan kepada pemerintah daerah
dan di daftarkan menjadi benih kedelai unggul nasional dengan nama Kedelai Grobogan, sedang varietas
yang lain belum didaftarkan.

Selain kedelai, beliau juga menemukan konsep sumur resapan komunal untuk memanen air hujan di
lahan persawahan serta metode optimalisasi tanaman subtropis di daerah tropis seperti ketela pohon,
jagung, dan kedelai.

Prof. Dr. Sjarifuddin Baharsjah, M.
Prof. Dr. Sjarifuddin Baharsjah, M.Sc adalah seorang tokoh pertanian Indonesia serta akademisi
dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Karena dedikasi dan kontribusinya pada bidang pembangunan
pertanian dan pedesaan di Indonesia, Prof. Sjarifuddin Baharsjah menerima penghargaan
bergengsi Dioscoro L. Umali Achievement Award atau disebut juga Umali Award dalam bidang pertanian
dari SEARCA (Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture), dalam
acara yang dilangsungkan di New World Makati Hotel, Makati City, Manila, Filipina. Ia terpilih di antara
sekian banyak kandidat, tokoh dan ilmuwan pertanian di Asia Tenggara, dan merupakan orang Indonesia
pertama yang menerima penghargaan tersebut.

SEARCA adalah suatu lembaga yang didirikan pada tanggal 27 November 1966 oleh Dioscoro Luna
Umali, seorang tokoh Filipina yang terkemuka dalam bidang pertanian, yang juga dijuluki sebagai Bapak
Pengembangan Pertanian Filipina. Lembaga ini juga diberi mandat untuk memperkuat kapasitas
kelembagaan dalam pembangunan pertanian dan pedesaan di Asia Tenggara.

Ma Eroh atau Nyi Eroh 
Ma Eroh atau Nyi Eroh adalah seorang perempuan petani dari kampung Pasirkadu, Desa Santanamekar,
Cisayong, Tasikmalaya, yang terkenal karena keberhasilannya memapras bukit cadas di lereng gunung
Galunggung selama 40-an hari hanya dengan bermodal alat belencong dan cangkul demi mengalirkan air
menuju desanya yang kekeringan.

Setelah usahanya terdengar oleh Presiden Soeharto, Ma Eroh dianugerahi penghargaan Kalpataru pada


tahun 1988 dan kemudian juga mendapatkan Penghargaan Lingkungan Hidup dari PBB pada tahun
1989. Walaupun demikian, piala Kalpataru tidak pernah dimiliki Ma Eroh dan keluarganya karena
disimpan oleh Pemkab Tasikmalaya. Semenjak mendapatkan penghargaan tersebut, Ma Eroh sering
diundang pada acara peringatan Hari Lingkungan Hidup dan Hari Kartini yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Tugu untuk memperingati jasa Ma Eroh pun dibangun di alun-alun Tasikmalaya, bersama
dengan Abdul Rozak yang juga berjasa melakukan hal serupa

Suparjiyem
Suparjiyem adalah seorang perempuan petani asal Desa Wareng, Wonosari, Kabupaten
Gunungkidul dan seorang aktivis pangan yang mengampanyekan produksi dan konsumsi pangan lokal
non-beras, seperti tiwul dan gaplek. Ia juga membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) Menur yang
merupakan wadah bagi para perempuan petani untuk mengembangkan diri mereka, serta mempelajari
seluk-beluk budidaya umbi-umbian, seperti singkong, gembili, uwi, suweg dan garut. Selain itu, para
anggotanya juga diajari untuk mengolahnya menjadi berbagai macam penganan yang kemudian dijual di
warung, di antaranya seperti kripik singkong, ceriping tales, tepung gembili, tepung uwi, penyek kacang
hijau, krecek dari singkong dan tapolo

Beberapa penghargaan yang berhasil diraih Suparjiyem adalah:

 Perintis Penyelamat Lingkungan dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul (2015)


 Female Food Heroes Indonesia dari Oxfam (2013)
 Nominasi Kick Andy Heroes (2019)

Adnan Sutan Samik


Adnan Sutan Samik (lahir sekitar 1935) adalah seorang tokoh pertanian yang berasal dari Kamang
Hilir, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Pada dekade 1960an dan 1970an ia merintis pertanian jeruk di
Kamang Hilir yang menyebabkan kemajuan ekonomi di desa tersebut. Untuk kontribusinya tersebut ia
memperoleh Penghargaan Kalpataru dari Pemerintah Indonesia pada tahun 1984 untuk kategori
"Perintis Lingkungan", dan juga penghargaan "Petani Teladan" dari provinsi Sumatra Barat pada tahun
1977.

Anda mungkin juga menyukai