Anda di halaman 1dari 50

SKRINING

Pengertian
• Pemeriksaan orang-orang asimptomatik untuk
mengklarifikasikan mereka kedalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau diperkirakan tidak
mengidap penyakit (as likely or unlikely to have
the disease) yang menjadi objek skrining
• upaya mendeteksi/ mencari penderita dengan
penyakit tertentu dalam masyarakat dengan
melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala
yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk
memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan
sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan
pengobatan
• cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum
tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau
prosedur lain yang dapat dengan cepat
memisahkan antara orang yang mungkin
menderita penyakit dengan orang yang mungkin
tidak menderita.
• Skrining sama artinya dengan deteksi dini atau
pencegahan sekunder, mencakup pemeriksaan
(tes) pada orang-orang yang belum mempunyai
simptom-simptom penyakit untuk menemukan
penyakit yang belum terlihat atau pada stadium
praklinik (dr. H. K. Suheimi ).
• Bukan untuk mendiagnosis tapi untuk
menentukan apakah yang bersangkutan
memang sakit atau tidak kemudian bagi yang
diagnosisnya positif dilakukan pengobatan
intensif agar tidak menular

• Pada umumnya bukan merupakan uji


diagnostik dan oleh karenanya memerlukan
penelitian follow up yang cepat dan
pengobatan yang tepat
• Contoh uji skring antara lain pemeriksaan
radiologi , pemeriksaan sitologi, dan
pemeriksaan tekanan darah.
• Orang-orang dengan temuan positif atau
mencurigakan harus dirujuk ke dokter untuk
diagnosis dan pengobatannya
Dasar Pemikiran
• Fenomena gunung es
• Diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas
memudahkan kesembuhan
• Biasanya penderita datang mencari pengobatan
setelah timbul gejala atau penyakit telah berada
dalam stadium lanjut sehingga pengobatan
menjadi lebih sulit atau bahkan tidak dapat
disembuhkan lagi
• Penderita tanpa gejala memiliki potensi untuk
menularkan penyakit
Tujuan
• Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar
cepat terapi nya
• Mencegah meluasnya penyakit
• Mendidik masyarakat melakukan general
check up
• Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan
tentang suatu penyakit (waspada mulai dini)
• Memperoleh data epidemiologis, untuk
peneliti dan klinisi
Tingkatan Prevensi Penyakit
Sasaran
Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis
seperti :
• Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.)
• Infeksi Virus (Hepatitis)
• Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes
mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks, Ca
Prostat, Glaukoma)
• HIV-AIDS
Prinsip Pelaksanaan
Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap
kelompok penduduk yang dianggap
mempunyai resiko tinggi menderita
penyakit.
• Apabila hasil negatif, dianggap orang
tersebut tidak menderita penyakit.
• Apabila hasil positif dilakukan
pemeriksaan tahap 2
Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik
• Hasilnya positif maka dianggap sakit
dan mendapat pengobatan.
• Hasilnya negatif maka dianggap tidak
sakit (dilakukan pemeriksaan ulang
secara periodik).
Pemeriksaan tersebut harus dapat
dilakukan :
1. Dengan cepat dapat memilah sasaran
untuk pemeriksaan lebih lanjut
2. Tidak mahal
3. Mudah dilakukan oleh petugas
kesehatan
4. Tidak membahayakan bagi yang
diperiksa maupun yang memeriksa
Macam-macam Skrining
• Mass screening adalah skrining secara masal pada
masyarakat tertentu
• Multiple screening adalah skrining yang dilakukan
dengan menggunakan beberapa teknik uji
penyaringan pada saat yang sama
• Selective screening adalah skrining secara selektif
berdasarkan kriteria tertentu, contoh pemeriksaan
ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada
wanita yang sudah menikah
• Single disease screening adalah skrining yang
dilakukan untuk satu jenis penyakit
Kriteria Program Penyaringan
1. Sifat Penyakit
– Serius
– Prevalensi tinggi pada tahap praklinik
– Periode yang panjang diantra tanda-tanda pertama
sampai timbulnya penyakit
2. Uji Diagnostik
– Sensitif dan spesifik
– Sederhana dan murah
– Aman dan dapat diterima
– Reliebel
– Fasilitas adekuat
3. Diagnosis dan Pengobatan
– Efektif dan dapat diterima
– Pengobatan yang aman telah tersedia
Pertimbangan Program Penyaringan
• Penyakit yang dipilih merupakan masalah
kesehatan prioritas
• Tersedia obat potensial untuk terapi nya
• Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis
dan terapinya nya
• Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan
test khusus
• Skriningnya memenuhi syarat sensitivitas
dan spesivisitas
• Teknik dan cara skrining harus dapat
diterima oleh masyarakat
• Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui
dengan pasti
• Ada SOP tentang penyakit tersebut
• Biaya skrining harus seimbang (lebih
rendah) dengan resiko biaya bila tanpa
skrining
• Penemuan kasus terus menerus
Contoh Skrining
• Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
• Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
• Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi
hipertensi
• Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes
mellitus
• Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
• Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit
Jantung Koroner
Skrining hanya dilakukan bila :
1. Diagnosis dini dan terapi dapat bermanfaat untuk
memperbaiki perjalanan penyakit.
2. Penyakit-penyakit dengan fase laten lama
3. Diagnosa definitif / pasti dan terapi tersedia, baik
pada institusi yang melakukan penyaringan
ataupun dengan rujukan.
4. Kelompok yang akan dilakukan tes
merupakan kelompok risiko tinggi.
5. Prosedur penyaringan bersifat sahih / valid dan
reliabel / terandal.
Lokasi Skrining
Uji penyaringan dapat dilakukan di lapangan,
rumah sakit umum, rumah sakit khusus, pusat
pelayanan khusus , dll
• Lapangan : Uji Tapis TBC dengan pelayanan
foto mobil
• RSU : Pap smear
• RSK : Uji tapis Glaukoma pada rumah sakit
mata, RS jantung, RS kanker
Cara Melakukan Skrining
• Sebelum melakukan skrining, terlebih dahulu
harus ditentukan penyakit atau kondisi medis
apa yang akan dicari pada skrining
• Adapun kriteria untukmenentukan kondisi medis
yang akan dicari adalah :
– Efektivitas pengobatan yang akan diberikan apabila
hasil skrining positif
– Beban penderitaan yang ditimbulkan oleh kondisi
tersebut
– Akurasi uji skrining
Cara Melakukan Skrining
• Setelah menentukan kondisi medis yang akan
dicari, skrining dapat dilaksanakan dalam
bentuk :
– Pertanyaan anamnesis
– Bagian pemeriksaan fisik
– Prosedur
– Uji laboratorium
Efek Skrining
• Jika pengobatan dini tidak berpengaruh
terhadap perjalanan penyakit, usia saat
terjadinya stadium lanjut penyakit, atau
kematian tidak akan berubah, walaupun ada
perolehan lead time, yaitu periode dari saat
deteksi penyakit (dengan skrining) sampai
dengan saat diagnosis seharusnya dibuat jika
tidak ada skrining
Ilustrasi Aspek Riwayat Alamiah Penyakit
Validitas
• Validitas adalah kemampuan dari test
penyaringan untuk memisahkan mereka yang
benar sakit terhadap yang sehat
• Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan
setiap individu dalam keadaan yang
sebenarnya (sehat atau sakit)
• Validitas berguna karena biaya screening lebih
murah daripada test diagnostik
Komponen Validitas
SENSITIVITAS
– Sensitivitas (sensitivity) : kemampuan suatu tes
untuk mengidentifikasi individu dengan tepat,
dengan hasil tes positif dan benar sakit.
– Sensitivitas = a/a+c
SPESIFISITAS
– Spesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk
mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil
negatif dan benar tidak sakit.
– Spesivisitas = d/b+d
Hasil Skrining

Rumus
Sensitivitas: TP / (TP + FN)

Spesivisitas: TN / (TN + FP)


Contoh Soal

Hitung berapa sensitivitas dan spesivisitas test diatas?


Latihan
1. Hasil pemeriksaan screening terhadap 5000 orang
PSK dengan pemeriksaan HIV cara dipstik
didapatkaan hasil sebagai berikut: 100 orang hasil
test positif, diantaranya dikonfirmasi dengan Western
Blot positif 20, untuk yang dipstik negatif positif 1.
Hitung sensitivitas dan spesificitas alat tersebut
2. Pemeriksaan Hb terhadap 1000 MHS D3 Kebidanan
Stikes Sehat dengan cara Sahli didapatkan hasil yang
anemia 400 MHS, konfirmasi dengan alat HB meter
ternyata yang anemia 300 MHS, yang tidak anemia
dengan cara Sahli didapatkan 30 MHS anemia.
Hitung efektivitas dan spesifisitasnya
Reliabilitas
• Reliabilitas adalah kemampuan suatu test
memberikan hasil yang sama/ konsisten bila test
diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang
sama dan kondisi yang sama
Ada 2 faktor yg mempengaruhi;
• Variasi cara screening: stabilitas alat; fluktuasi
keadaan (demam)
• Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat
beda/ pengamat sama dengan hasil beda
Upaya Meningkatkan Reliabilitas
• Pembakuan/standarisasi cara screening
• Peningkatan ketrampilan pengamat
• Pengamatan yg cermat pada setiap nilai
pengamatan
• Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk
setiap pengamatan
• Memperbesar klasifikasi kategori yang ada,
terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi/
bertingkat
Bentuk Skrining
• Screening Seri adalah screening yang dilakukan 2
kali penyaringan dan hasilnya dinyatakan positif jika
hasil kedua penyaringan tersebut positif
• Bentuk screening seri akan menghasilkan positive
palsu rendah, negative palsu meningkat
• Screenig paralel adalah screening yang dilakukan 2
kali penyaringan dan hasilnya dinyatakan positif jika
hasil salah satu hasil penyaringan adalah positive
• Bentuk screening paralel akan menghasilkan
positive palsu meningkat; negative palsu lebih
rendah
Predictive Value
• Nilai Prediktif adalah besarnya kemungkinan
sakit terhadap suatu hasil tes
• Nilai prediktif positive adalah porsentase dari
mereka dengan hasil tes positive yang benar
benar sakit
• Nilai prediktif negative adalah porsentase dari
mereka dengan hasil tes negative yang benar
benar tidak sakit
Rumus predictive Value:
PPV: TP / (TP + FP)

NPV: TN / (TN + FN)


Latihan
1. Pemeriksaan terhadap 500 Napi untuk penyakit
HIV/AIDS dengan cara ELISA didapat hasil 50
Napi positif diantaranya yang benar menderita
HIV 5 Napi, dan diantara yang negative ada 1
Napi yang menderita HIV. Hitung PPV dan NPV

2. Pemeriksaan kehamilan dengan tes urine


terhadap 100 Ibu didapatkan hasil 40 ibu
positif, ternyata yang benar hamil 25, sedang
yang hasil urine negatif terdapat 2 ibu yang
benar hamil. Hitung PPV dan NPV
Derajat Screening (Yied)
• Yied adalah kemungkinan menjaring mereka
yang sakit tanpa gejala melalui screening,
sehingga dapat ditegakan diagnosis pasti serta
pengobatan dini
Faktor yg mempengaruhi:
• Derajat sensitivitas tes
• Prevalensi penyakit
• Frekuensi penyaringan
• Konsep sehat masyarakat sehari-hari
Uji Ganda
• Dalam keadaan tertentu , mis dibutuhkan uji
dengan sensitivitas atau spesifisitas tinggi,
namun yang tersedia adalah lebih dari satu uji
dengan sensititvi tas atau spesifisitas rendah,
maka dapat dilakukan uji ganda (multiple test),
dapat dilakukan dengan cara serial atau paralel.
• Pada uji paralel, subjek menjalani dua atau lebih
uji sekaligus . Hasil uji ganda dianggap positif
apabila sekurang 2nya satu diantara uji yang
dijalani memberi hasil positif
• Pada uji serial, tiap uji lanjutan hanya
dikerjakan apabila hasil uji terdahulu
posisitif. Hasil uji ganda dianggap positif
apabila seluruh uji yang dijalani memberi
hasil positif
• Uji serial akan meningkatkan spesifisitas
tetapi menurunkan sensitivitas
• Uji paralel meningkatkansensitivitas
namun menurunkan spesifisitas
Contoh
• Pemeriksaan lab utk mendeteksi penyakit
sifilis dapat dilakukan dengan pemeriksaan
VDRL (non treponemal) atau TPHA
(treponemal) . Pemeriksaan TPHA memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang lbh tinggi
daripada pemeriksaan VDRL namun biaya
pemeriksaan juga lbh tinggi. Selain itu
penggunaan TPHA secara langsung utk
skrining pada populasi akan menghasilkan jlh
kasus positif palsu yang cukup banyak
Untuk memperbaiki hasil skrining dilakukan uji
ganda secara serial dengan pemeriksaan VDRL
sebagai uji pertama dan TPHA sebagai uji
kedua
• Hitunglah sensitivitas dan
spesifisitasnya

Anda mungkin juga menyukai