Anda di halaman 1dari 9

PENELUSURAN UJI STATISTIKA

PENELUSURAN UJI STATISTIKA korelasi, (b) hubungan dalam arti perbedaan, dan (c) hubungan
dalam arti melukiskan mekanisme sebab akibat.
Bagaimana halnya jika peneliti tidak merusukan hipotesis?
Menghadapi hal yang demikian, ada dua kemungkinan. Pertama,
penelitian yang dilakukan termasuk suatu penelitian "deskriptif murni"
sehingga tidak diperlukan pengujian dengan statistika inferensial lagi.
Dasar Penelusuran
Kemungkinan kedua, masih termasuk penelitian analitik (bukan
deskriptif), tetapi tidak cukup informasi teoritik (penelitian terdahulu)
Sebelum diuraikan lebih lanjut cara melakukan penelusuran atau
untuk dapat dikembangkan suatu hipotesis. Dalam hal yang terakhir
pemilihan uji statistika, perlu dikemukakan beberapa hal yang dapat
ini, penelitian dapat mencari jawaban pertama di atas dengan melihat
dijadikan pegangan untuk melakukan pengujian tersebut. Untuk
pada kerangka teori yang digunakan dalam penelitian. Seorang
memudahnya, berikut ini dikemukakan beberapa pertanyaan kunci, yang
peneliti yang baik biasanya mampu merumuskan kerangka teori
dengan pertanyaan tersebut kita dapat acuan untuk memilih uji statistika
sedemikian rupa sehingga hubungan antar variabel dapat diketahui
yang dikehendaki.
dengan jelas.
1. Uji hipotesis apa yang dikehendaki?
Korelasi ?
2. Bagaimana sampel diperoleh ? bebas (random) atau tidak?
Perbedaan ?
Pertanyaan kedua ini dengan mudah dapat dijawab dengan
Pertanyaan pertama ini berkaitan dengan jalur pokok analisis
melihat cara pemilihan yang dilakukan peneliti, apakah dengan cara
statistika yang akan dicari. Seperti yang akan terlihat selanjutnya,
random atau dengan cara non random. Sebagaimana dketahui salah
pendekatan pengelompokan yang dilakukan dalam tulisan ini ialah
satu syarat dilakukan uji statistika parametrik adalah bahwa sampel
dengan membagi uji statistika menjadi dua jalur pokok yaitu uji
penelitian harus dipilih secara bebas/acak (random). Pertanyaan
perbedaan dan uji korelasi. Bagiamana seorang peneliti memilih jalur
kedua ini akan menggiring kita apakah akan dipilih jalur uji parametrik
pada pertanyaan pertama ini?
ataukah non-parametrik. Hal ini terutama sekali jika kita berhadapan
Untuk itu peneliti perlu kembali melihat pada rumusan hipotesis
dengan dara yang memenuhi persyaratan parametrisiitas lainnya
yang dikemukakan. Dalam hipotesis tersebut kita akan dengan
(misalnya: tingkat pengukurannya interval atau rasio, distribusi
mudah menemukan jawaban kita, pakah kita akan melakukan uji
populasinya mendekati normal).
perbedaan atau penaksiran ataukah akan dilakukan uji korelasi.
Bagaimana halnya bila dari hipotesis belum dapat dieksplorasi
3. Apa tingkat pengukuran (level of measurement) variabel tergantung
jawaban tersebut? Dalam hal demikian, berarti rumusan hipotesis
yang dianalisis?
yang dibuat peneliti belum operasional sifatnya. Hal ini berarti secara
Nominal ?
metodologi perlu disempurnakan rumusan hipotesisnya menjadi lebih
Ordinal ?
operasional. Operasional di sini berarti variabel-variabel penelitian
Interval?
terumuskan dengan jelas dan hubungn antar variabel juga terlukiskan
Rasio?
dengan jelas. Hipotesis yang opersional, dengan demikian,
Bagaimana jenjang urutan (time ordering)-nya?
memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap variabel penelitian
Mana yang merupakan variabel bebas?
(measureble) dan hubungan antar variabel memungkinkan dilakukan
Mana yang merupakan variabel tergantung?
pengujian (prvable). Istilah "hubungan antar variabel" dalam kaitan ini
Mana yang merupakan variabel perantara?
mempunyai makna ganda, yaitu: (a) hubungan dalam arti sempit atau
Mana yang merupakan variabel pendahulu?

ACHMAD RIDWAN – P2P UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENELUSURAN UJI STATISTIKA

Mana yang merupakan variabel prakondisi? tergantung/terikat akan dikelompokkan sejumlah hasil perkalian
Mana yang merupakan variabel luar (kontrol)? jumlah kelas atau kategori variabel-variabel bebas tersebut.

Pertanyaan ketiga menyangkut tingkat pengukuran (level 0f 5. Jika dua atau lebih, apakah sampel berhubungan (berasal dari satu
measurement) variabel tergantung/terikat yang akan dianalisis. kelompok subjek = related sampel = sama subjek), ataukah tidak (lain
Darimana kita mengetahui hal ini? Bagi seorang peneliti, adalah subjek = independent sample)?
merupakan suatu kompetensi untuk secara otomatis dapat mengenal
tingkat mengukuran variabel yang dihadapinya. kArena pada saat ia Pertanyaan kelima berhubungan dengan sifat pengelompok-an
melakukan operasionalisasi hipotesis (menjabarkan hipotesis dalam variabel tergantung. Dalam hal ini kita menghadapi dua kemungkinan
variabel-variabel penelitian), seorang peneliti disamping harus jawaban. Pertama, kita berhadapan dengan data yang berasal dari
mendeskripsikan gambaran hipotesisnya (definis operasional individu yang sama (sama subjek = related samples). Kemungkinan
variabel), juga harus menggambarkan tingkat pengukuran variabel kedua, kita berhadapan dengan kelompok data yang berasal dari
tersebut. individu yang berbeda (lain subjek = independent samples).
Mengenai jenjang urutan (time ordering) variabel, juga dengan Sebagai contoh misalnya, jika kita akan mencoba obat tidur A dan B,
mudah diketahui dari rumusan hipotesis dan kerangka teori yang untuk mengetahui perbedaan khasiatnya. Peneliti mencobakan obat
diajukan dalam penelitian. Dengan mengetahui kedudukan variabel- A pada sepuluh sukarelawan pada suatu hari, kemudian dicatat
variabel tersebut, seorang peneliti dapat dengan tepat "meletakkan" selang waktu antara minum obat dengan saat tidur. Pada hari lain
suatu variabel penelitiansebagai variabel yang harus diperhitungkan, terhadap kesepuluh orang yang sama dicobakan obat B, kemudian
ataukah perlu dikendalikan. Jika suatu variabel memang dilakukan pengukuran dengan cara yang sama. Dalam hal ini, kita
diperhitungkan, apakah yangingin diketahui pengaruhnya, ataukah akan mempunyai dua kelompok data "kecepatan tidur" yang berasal
yang terpengaruh. dari individu yang sama. Iniberarti kita menghadapi kelompok
observasi sama subjek = related samples.
4. Berapakah jumlah kelompok observasi? Apabila untuk menguji perbedaan tersebut kita menggunakan dua
Satu ? puluh orang, yaitu sepuluh orang dicobakan obat A dan sepuluh
Dua ? yanglainnya obat B, maka kita mempunyai dua kelompok data
Tiga atau lebih? "kecepatan tidur" yang berasal dari individu yang berbeda. Ini berarti
kita menghadapi kelompok observasi lain subjek atau independent
Pertanyaan keempat berkaitan dengan jumlah kelompok samples).
observasi yang dihadapi. Dengan dapatnya diidentifikasi mana Dalam praktek, ke dalam istilah sama subjek (relatied samples) juga
variabel bebas (pengaruh), mana variabel terikat/tergantung, dengan dimasukkan data yang berpasangan, yang berasal dari lain subjek
mudah kita dapat melihat jumlah kelompok observasi (variabel tetapi kondisinya identik atau hampir identik. Dara berasal dari lain
terikat/tergantung). Jumlah kelompok observasi ini tergantung pada; subjek yang kondisinya sama atau yang dibuat sama. Sebagai
kelas, katagori atau tingkatan variabel bebas (berskala nominal atau contoh, individu kembar (kondisi memang sama) dan dua kelompok
ordinal) yang diperhitungkan. Variabel jenis kelamin misalnya, akan yang di "match" secara ketat sekali pada banyak variabel. Dengan
menjadi kelompok observasi menjadi dua (laki-laki dan wanita), sendirinya, berbeda dengan data yang berasal dari lain subjek (yang
sementara variabel tingkat pendidikan dapat membagi kelompok dapat berbeda jumlahnya antara satu keompok dengan kelompok
observasi lebih dari dua, tergantung cara pengelompokan yang lain), untuk data berpasangan jumlah anggota kelompok harus sama.
dilakukan peneliti. Persoalan selanjutnya ialah bagaimana kita Secra praktis, kita akan menggunakanistilah di atas secara
menghadapi lebih dari satu variabel bebas? Dalam hal ini variabel berganti-ganti. Data berpasangan berarti data sama subjek atau data

ACHMAD RIDWAN – P2P UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENELUSURAN UJI STATISTIKA

lain subjek yang dianggap sama atau dibuat sama, sementara data PENELUSURAN UJI STATISTIKA
mandiri berarti data lain subjek.

Untuk melakukan penelusuran uji statistika perlu diketahui terlebih


6. Apakah dalam rancangan penelitian ada pengamatan ulang dahulu secara umum berbagai pilihan uji statistika yang dimungkinkan,
terhadapsuatu variabel? baik berupa uji perbedaan atau penafsiran maupun uji korelasi; baik yang
parametrik maupun yang non parametrik.
Pertanyaan keenam berkaitan dengan ada tidaknya pengamatan Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai berbegai jenis uji
ulang pada data yang akan dianalisis. Istilah pengamatan ulang yang statistika, di bawah ini digambarkan matriks uji dan sekaligus kodel
dimaksud ialah bahwa terhadap subjek yang sama yang telah satatistika pokoknya. Kode ini akan dipakai terus-menerus dalam
dilakukan satu perlakuan tertentu efeknya diamati lebih dari sekali. pengupasan lebih lanjut, baik dalam pembahasan aplikasi statistika
Pengertian amatan ulang harap jangan dikaburkan dengan maupun dalam penjelasan tentang teorinya. Dengan demikian
pengertian sama subjek di atas, berhubung keduanya berhadapan pemahaman kode oleh pembaca merupakan suatu hal yang amat penting
dengandata dari subjek yang sama. Jika pada sama subjek untuk dapat lebih mudah memahami buku ini.
pengamatan dilakukan sekali saja terhadap setiap efek perlakuan. Kode terdiri dari tiga petunjuk pokok, yaitu mengenai jenis analisis,
Karena perlakuannya dua kali (atau lebih), maka kelompok variabel yang dihadapi, dan jumlah serta kedudukan kelompok data yang
pengamatannya lebih dari satu. Pada amatan ulang perlakuannya dihadapi. Petunjuk tentang jenis analisis, ada dua yaitu: (B) menunjukkan
hanya dekali saja, namun efek dimonitor (diukur) beberapa kali, uji perbedaan atau penaksiran dan (K) uji korelasi. Petunjukkan kedua
sehingga kita mempunyai lebih dari satu kelompok data. tentang tingkat pengukuran variabel yang dihadapi, yaitu: (N) untuk data
berskala nominal, (O) untuk data berskala ordinal, (IR) untuk data
7. Apakah pada uji yang dikehendaki dilakukan pengendalian terhadap berskala interval atau rasio. Petunjuk ketiga (hanya khusus unuk uji
variabel (variabel-variabel) tertentu? perbedaan) menyangkut jumlah dan kedudukan kelompok data yang
dihadapi, terdiri atas dua sub bagian. Pertama, angka arab (1, 2, dan 3)
Pertanyaan ketujuh berkaitan dengan apakah dalam analisis kita menunjukkan jumlah kelompok data yang dihadapi, kecuali untuk angka
menghendaki pengendalian terhadap suatu atau sejumlah variabel (3) berarti tiga kelompok atau lebih. Kedua, petunjuk tentang kedudukan
atau tidak. Istilah pengendalian ini mempunyai pengertian bahwa kita data, apakah berpasangan atau berasal dari subjek yang sama (tanda S)
meniadakan pengaruh (dalam perhitungan) sautu variabel terhadap ataukah mandiri atau berasal dari lain subjek (tanda: L). Ketiga kelompok
variabel tergantung yang dihadapi. Dengan demikian, hasil petunjuk tersebut ditulis diantara tanda kurung. Di belakang tanda kurung
perhitung-an statistika yang dilakukan benar-benar hanya menguji kadang-kadang ada petunjuk lain. Petunjuk ini memperjelas variasi uji
pengaruh variabel bebas yang dikehendaki terhadap variabel saja dan akan dijelaskan kemudian. Variasi juga dilakukan pada bagian
tergantung, karena peneliti telah meniadakan pengaruh variabel yang ketiga petunjuk (jumlah dankedudukan kelompok data), tertutama untuk
pengaruhnya tidak dikehendaki. Sebagaimana telah dikemukakan di kotal-kotak matriks (B-IR-2S), (B-IR-2L), (B-IR-3S) dan (B-IR-3L), lihat
muka, variabel yang dikendalikan ini diistilahkan sebagai variabel bawah.
luar.

ACHMAD RIDWAN – P2P UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENELUSURAN UJI STATISTIKA

Skema 1. Skema penelusuran uji perbedaan


MATRIKS DAN SIMBOL UJI PERBEDAAN:

NOMINAL ORDINAL INTERVAL/RASIO NOMINAL 1 KEL. PENGAMATAN UJI BINOMIAL (B-N-1)a


1 KEL OMPOK B-N-1 B-O-1 B-IR-1
2 SS B-N-2S B-O-2S B-IR-2S * UJI 2 (B-N-1)b.
KELOMPOK LS B-N-2L B-O-2L B-IR-2L *
3 SS B-N-3S B-O-3S B-IR-3S *
KELOMPOK LS B-N-3L B-O-3L B-IR-3L *

2 KEL. PENGAMATAN SS UJI McNEMAR


* Dikembangkan dalam bentuk: (B-IR-ANA) dan (B-IR-AKV) (B-N-2S)

LS UJI EKSAK FISHER


(B-N-2L)a

MATRIKS DAN SIMBOL UJI KORELASI UJI 2 (B-N-2L)b

NOMINAL ORDINAL INTERVAL/RASIO


NOMINAL K-N.N K-N.O K-N.IR 3 KEL. PENGAMATAN SS UJI COCHRAN
(B-N-3S)
ORDINAL K-O.O K-O-IR
INTERVAL/RASIO K-IR-IR LS UJI 2 (B-N-3L)

Dengan menggunakan bekal tujuh pertanyaan di atas, pembaca Dari skema tersebut diketahui bahwa peneliti perlu mengidentifikasi
dapat memiih uji atau analisis statistika yang tepat untuk data yang berapa kelompok pengamatan (variabel tergantung) yang dihadapi.
tersedia Apabila yang dihadapi satu kelompok pengamatan, maka uji yang dapat
digunakan umumnya berangkat dari hipotesis mengenai penaksiran
keadaan sampel terhadap populasi tertentu, suatu uji kecocokan
(goodness of fit). Tergantung pada keadaan data yang dihadapi, peneliti
PENELUSURAN UJI BEDA dapat menggunakan uji binomial atau chi kuadrat untuk satu kelompok
pengamatan.
Apabila peneliti menghadapi dua kelompok pengamatan, maka ia
 Penelusuran uji perbedaan data berskala nominal perlu mengidentifikasi lagi, apakah kelompok data yang dihadapi bersifat
mandiri (lain subjek) ataukah berpasangan (sama subjek). Jika yang
dihadapi data sama subjek (SS), maka dapat dipilih uji McNemar,
Apabila peneliti inginmenguji perbedaan data (variabel tergantung) sementara jika yang dihadapi adalah data lain subjek (LS), maka peneliti
yang berskala nominal, maka skema alur penelusuran berikut dapat dapat menggunakan uji eksak Fisher atau uji chi kuadrat untuk dua
digunakan: kelompok pengamatan.
Apabila peneliti mengahadapi tiga kelompok pengamatan atau lebih,
maka ia perlu mengidentifikasi, apakah kelompok data yang dihadapi
bersifat berpasangan (sama subjek) atau mandiri (lain subjek). Jika yang

ACHMAD RIDWAN – P2P UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENELUSURAN UJI STATISTIKA

dihadapi data sama subjek (SS), maka dapat dipilih uji Cochran, digunakan umumnya berangkat dari hipotesis mengenai penaksiran
sementara jika yang dihadapi adalah data lain subjek (LS), maka peneliti keadaan sampel terhadap populasi tertentu, suatu uji kecocokan
dapat menggunakan uji chi kuadrat untuk k kelompok pengamatan. (goodness of fit). Tergantung pada keadaan data yang dihadapi, peneliti
dapat menggunakan uji Kolomogorov Smirnov (KS) untuk satu kelompok
pengamatan atau uji Wilcoxon untuk satu kelompok pengamatan.
Apabila peneliti menghadapi dua kelompok pengamatan, maka ia
 Penelusuran uji perbedaan data berskala ordinal.
perlu mengidentifikasi lagi, apakah kelompok data yang dihadapi bersifat
mandiri (lain subjek) ataukah berpasangan (sama subjek). Jika yang
dihadapi data sama subjek (SS), maka dapat dipilih uji Tanda atau uji
Apabila peneliti ingin menguji perbedaan data (variabel tergantung)
Wilcoxon untuk dua kelompok pengamtan, sementara jika yang dihadapi
yang berskala ordinal, maka skema alur penelusuran berikut dapat
adalah data lain subjek (LS), maka peneliti dapat menggunakan uji
digunakan.
Kolmogorov Smirnov untuk dua kelompok pengamatan atau uji Median
untuk dua kelompok pengamatan.
Skema 2. Skema penelusuran uji perbedaan data berskala ordinal Apabila peneliti mengahadapi tiga kelompok pengamatan atau lebih,
maka ia perlu mengidentifikasi, apakah kelompok data yang dihadapi
bersifat berpasangan (sama subjek) atau mandiri (lain subjek). Jika yang
ORDINAL 1 KEL. PENGAMATAN UJI KOLMOGOROV- (B-O-1)a
dihadapi data sama subjek (SS), maka dapat dipilih uji analisis varians
SMIRNOV (KS) Friedman, sementara jika yang dihadapi adalah data lain subjek (LS),
UJI WILCOXON (B-O-1)b. maka peneliti dapat menggunakan uji Kruskal-Wallis atau uji Median
untuk k kelompok pengamatan.

2 KEL. PENGAMATAN SS UJI TANDA


(B-O-2S)
 Penelusuran uji perbedaan data berskala interval atau rasio
LS UJI WILCOXON
(B-O-2L)a

UJI KOLMOGOROV- Apabila peneliti ingin menguji perbedaan data (variabel tergantung)
SMIRNOV. (B-O-2L)b yang berskala interval atau rasio, maka skema alur penelusuran yang
3 KEL. PENGAMATAN SS UJI ANOVA FRIEDMAN dihadapi lebih kompleks (skema dihalaman berikut).
(B-O-3S) Dari skema tersebut diketahui bahwa peneliti terlebih dahulu perlu
mengidentifikasi apakah data yang dihadapi memenuhi persyaratan
LS UJI KRUSKAL WALLIS parametrisitas. Apabila ternyata ia berhadapan dengan data yang tidak
(B-O-3L)a
memenuhi syarat parametrisitas, maka ia dapat memilih uji Walsh atau uji
UJI MEDIAN (B-O-3L)b Randomisasi untuk data berpasangan, jika datanya bersifat sama subjek
(SS), atau menggunakan uji Randomisasi untuk data mandiri, jika
datanya bersifat lain subjek (LS).
Dari skema tersebut diketahui bahwa peneliti perlu mengidentifikasi Apabila peneliti berhadapan dengan data yang memenuhi
berapa kelompok pengamatan (variabel tergantung) yang dihadapi. persyaratan parametrisitas, maka berikutnya ia perlu mengidentifikasi
Apabila yang dihadapi satu kelompok pengamatan, maka uji yang dapat

ACHMAD RIDWAN – P2P UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENELUSURAN UJI STATISTIKA

Skema 3. Skema penelusuran uji perbedaan data berskala interval/ apakah harus dilakukan pengendalian atau tidak. Apabila tidak perlu
rasio dilakukan pengndalian, maka perlu diidentifikasi lebih lanjut berapa
kelompok pengamatan (variabel tergantung) yang dihadapi. Apabila yang
INTERVAL/RASIO dihadapi satu kelompok pengamatan, maka uji yang dapat digunakan
umumnya berangkat dari hipotesis mengenai penaksiran keadaan sampel
Memenuhi syarat parametrisitas? terhadap populasi tertentu, suatu uji kecocokan (goodness of fit).
Tergantung pada keadaan data yang dihadapi, apakah variasi (sd)
YA TIDAK UJI NON-PARAMETRIK populasi diketahui atau tidak, peneliti dapat menggunakan uji -Z atau uji-t
SS UJI WALSH (B-IR-2S)a
untuk satu kelompok pengamatan.
Apabila peneliti menghadapi dua kelompok pengamatan, maka ia
UJI RANDOMISASI (B-IR-2S)b perlu mengidentifikasi lagi, apakah kelompok data yang dihadapi bersifat
mandiri (lain subjek) ataukah berpasangan (sama subjek). Jika yang
LS UJI RANDOMISASI (B-IR-2L)a
UJI PARAMETRIK (B-IR-2L)b
dihadapi data sama subjek (SS), maka dapat dipilih uji-t untuk data
berpasangan (amatan ulang), sementara jika yang dihadapi adalah data
lain subjek (LS), maka peneliti dapat menggunakan uji-t untuk data
TANPA PENGENDALIAN mandiri.
Apabila peneliti mengahdapi tiga kelompok pengamatan atau lebih,
1 KEL. PENG- SD. POP. DIKETAHUI UJI-Z (B-IR-1)a
AMATAN. maka perlu diidentifikasi berapa jumlah variabel bebas yang membagi
SD. POP. TIDAK DI - subjek menjadi kelompok observasi. Perlu diingatkan bahwa variabel
KETAHUI. UJI-t (B-IR-1)b bebas di sini mesti berskala nominal atau ordinal.
2 KEL. PENG- SS UJI-t RANCANG ULANG (B-IR-2S)c
Apabila dihadapi data dengan satu variabel bebas, maka berikutnya
AMATAN. perlu diidentifikasi apakah data merupakan amatan ulang atau ber-
LS UJI-t (B-IR-2L)c pasangan (sama subjek). Untuk uji amatan ulang dapat dipilih analisis
varian b jalan ranul, sementara untuk uji data mandiri dapat dipilih
3 KEL. PENG- 1 VAR. BEBAS SS ANAVA SATU JALAN
analisis varian b jalan.
AMATAN. RANUL (B-IR-ANA)1s
Apabila peneliti menghadapi data yang menghendaki pengendalian
LS ANAVA SATU JALAN variabel luar, maka ia perlu mengidentifikasi tingkat pengukuran yang
(B-IR-ANA) dikendalikan tersebut, apakah nominal, ordinal, interval atau rasio. Jika
yang dikendalikan variabel berskala nominal atau ordinal, maka perlakuan
2 VAR. BEBAS SS ANAVA b JALAN
. RANUL (B-IR-ANA)bs variabel kendali (k) tersebut sebagai variabel bebas, sehingga ia akan
menggunakan analisis varian (b+k) jalan. Dalam hal ini peneliti perlu
LS ANAVA b JALAN diingatkan bahwa dalam hasil analisis varians tersebut F-interaksi antara
(B-IR-ANA)b
variabel kendali dengan variabel bebas yang ingin diketahui pengaruhnya
DENGAN PENGENDALIAN harus tidak bermakna. Apabila ternyata hasilnya bermakna, maka ia
harus melakukan analisis terpilah (breakdown analysis), yaitu data
disendiri-sendirikan dahulu menurut katagori variabel kendali (sampel
(b VAR. BEBAS; k VAR KEND NOM/ORD) ANAVA (b+k) JALAN
(B-IR-ANA)b
dibagi-bagi dalam sub-sampel), kemudia masing-masing dianalisis
dengan menggunakan analisis varians (b) jalan biasa.
(b VAR. BEBAS; k VAR KEND INT/RASIO) ANAKOVA b JALAN k KOV.
(B-IR-AKV)

ACHMAD RIDWAN – P2P UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENELUSURAN UJI STATISTIKA

Jika yang dikendalikan variabel berskala interval/rasio, maka perlu Dari skema tersebut diketahui bahwa uji korelasi apa yang digunakan
diidentifikasi berapa jumlah variabel kendali yang dihadapi (k), kemudian tergantung pada tingkat pengukuran variabel yang dikorelasi-kan dengan
dapat dipilih analisis kovarians b jalan k kovariabel. variabel nominal tersebut. Jika yang dihadapi data berskala nominal,
Bagiamana halnya jika peneliti menghadapi variabel kendali maka peneliti dapat menggunakan uji korelasi koefisien kontijensi atau
campuran antara variabel berskala nominal atau ordinal (k1) dengan koefisien Phi.
variabel berskala interval atau rasio (k2)? Untuk itu, peneliti Jika variabel yang dikorelasikan dengan variabel nominal berskala
menggunakan analisis kovarians (b+k1) jalan (k2) kovariabel. Sejalan ordinal, maka peneliti dapat menggunakan uji korelasi eta-kuadrat.
dengan Anava (b+k) di atas, peneliti perlu diingatkan bahwa dalam hasil Disamping itu peneliti juga dapat menominalkan data ordinal tersebut
analisis tersebut F-interaksi antara variabel kendali (k1) dengan variabel (mengganggap bahwa tingkatan variabel sebagai kategori yang diskrit),
bebas yang ingin diketahui pengaruhnya harus tidak bermakna. Apabila maka peneliti dapat menggunakan uji korelasi koefisien kontijensi atau
ternyata hasilnya bermakna, maka harus dilakkan analisis terpilah koefisien Phi. Dalam hal yang terakhir yang ditempuh, peneliti perlu
(breakdown analyisis), yaitu data disendiri-sendirikan terlebih dahulu memasukkan unsur korelasi kontinuitas Yates dalam perhitungan.
menurut katagori variabel kendali yang berskala nominal atau ordinal (k1), Jika variabel yang dikorelasikan dengan variabel nominal berskala
kemudia masing-masing dianalisis dengan menggunakan analisis interval/rasio, maka peneliti dapat menggunakan uji korelasi point
kovarians (b) jalan (k2) kovariabel. serial. Di samping itu, peneliti dapat mengordinalkan data interval/rasio
tersebut, maka peneliti dapat menggunakan uji eta kuadrat.

PENELUSURAN UJI KORELASI


 Penelusuran uji korelasi data berskala ordinal.
 Penelusuran uji korelasi data berskala nominal.
Apabila peneliti akan menguji korelasi antara variabel ordinal dengan
Apabila peneliti akan menguji korelasi antara variabel nominal variabel lain, maka skema alur penelusuran berikut dapat digunakan.
dengan variabel lain, maka skema alur penelusuran berikut dapat
digunakan. Skema 5. Skema penelusuran korlasi data berskala ordinal

Skema 4. Skema penelusuran korlasi data berskala nominal. ORDINAL

VS 1 ORDINAL KORELASI SPERAMAN (K-O.O)a


NOMINAL
KORELASI KENDALL TAU (K-O.O)b1
VS NOMINAL KOEFISIEN KONTIJENSI (K-N.N)a
VS 2 ORDINAL KORELASI KENDALL- (K-O.O)b2
KOEFISIEN PHI (K-N.N)b
KONKORDAN
*
VS 2 ORDINAL KORELASI KENDALL - (K-O.O)b3
VS ORDINAL KOEFISIEN ETA KUADRAT (K-N.O)
DGN PENGEN- PARSIAL
DALIAN.
**
VS INTERVAL KOEFISIEN POINT SERIAL (K-N.IR)
VS 3 ATAU KORELASI KENDALL- (K-O.O)b2
LEBIH ORD. KONKORDAN
KETERANGAN:
.* variabel ordinal dinominalkan VS INTERVAL/RASIO KORELASI SERIAL
.** variabel interval/rasio diordinalkan. (K-O.IR)

ACHMAD RIDWAN – P2P UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENELUSURAN UJI STATISTIKA

korelasi atau suatu peramalan (prediksi). Di samping itu perlu juga


Dari skema di atas diketahui bahwa peneliti terlebih dahulu perlu mengidentifikasi apakah harus melakukan pengendalian atau tidak.
mengidentifikasi tingkat pengukuran pasangan korelasi variabel yang
dikorelasikan dengan variabel ordinal (apakah variabel berskala ordinal Skema 6. Skema penelusuran korlasi data berskala interval/rasio
ataukah interval/rasio). Jika yang dihadapi data ordinal, peneliti juga
perlu mengidentifikasi jumlah variabel yang dikorelasikan tersebut,
disamping itu perlu diperhatikan juga, apakah peneliti bermaksud INTERVAL/RASIO VS INTERVAL/RASIO
mengadakan pengendalian atau tidak.
Jika peneliti akan menguji korelasi variabel ordinal dengan satu
Memenuhi syarat parametrisitas?
variabel berskala ordinal yang lain, maka peneliti dapat menggunakan uji
korelasi Spearman atau uji korelasi Kendall-tau. YA TIDAK UJI NON-PARAMETRIK
Apabila peneliti akan menguji korelasi variabel ordinal dengan dua
atau lebih variabel berskala nominal, maka peneliti dapar menggunakan KORELASI SPEARMAN* (K-O.O)a
uji korelasi kendall-Konkordan. KORELASI SERIAL** (K-O.O)b
Jika penelitia akan menguji korelasi variabel ordinal dengan dua
variabel berskala ordinal dengan pengendalian terhadap salah satu
variabel tersebut, maka peneliti dapr menggunakan uji korelasi Kendall- UJI PARAMETRIK
parsial.
Jika peneliti akan menguji korelasi variabel ordinal dengan satu
variabel berskala interval/rasio, maka peneliti dapat menggunakan uji 2 VARIABEL KORELASI KORELASI PRODUCT MOMENT
korelasi serial. KARL PEARSON (K-IR.IR)pm-1

PREDIKSI ANALISIS REGRESI TUNGGAL


(K.IR.IR)reg-1
 Penelusuran uji korelasi data berskala interval tau rasio.
3 ATAU LEBIH KORELASI KORELASI PRODUCT MOMENT
VARIABEL. GANDA (K-IR.IR)pm-g

Jika peneliti akan menguji korelasi antara variabel interval atau rasio PREDIKSI ANALISIS REGRESI GANDA
dengan variabel lain, maka skema di halam berikut dapat digunakan. (K-IR.IR)reg-g
Dari skema tersebut diketahui bahwa penbeliti terlebih dahulu perlu
2 VARIABEL + k KENDALI KORELASI PARSIAL
mengidentifikasi apakah data yang dihadapi memenuhi persyaratan
prametrisitas. Apabila ternyata dihadapkan dengan data yang tidak
memenuhi syarat parametrisitas, maka dapat ditempuh dua macam .* Kedua data interval/rasio diordinalkan
kemungkinan. Pertama peneliti mengklasifikasikan kedua data .** Salah satu data interval/rasio diordinalkan
interval/rasio tersebut sebagai data ordinal (diordinalkan) terlebih dahulu,
selanjutnya digunakan uji korelasi Spearman. Kedua peneliti
Jika peneliti menghadapi dua variabel interval/rasio yang ingin
mengordinalkan salah satu variabel inteval/rasio tersebut, untuk
diketahui korelasinya,sementara data memenuhi syarat parametrisitas,
selanjutnya menggunakan uji korelasi serial.
mka dapat digunakan uji korelasi product moment dari Karl Pearson.
Jika peneliti berhadapan dengan data yang memenuhi syarat para-
Apabila peneliti menghadapi dua variabel interval/rasio yang ingin
metrisitas, maka selanjutnya perlu diidentifikasi berapa jumlah variabel
diketahui korelasinya serta ingin mengetahui apakah salah satu variabel
yang dikorelasikan tersebut (dua, tiga, atau lebih), dan apakah sekedar uji

ACHMAD RIDWAN – P2P UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENELUSURAN UJI STATISTIKA

dapat digunakan untuk meramalkan besar variabel yang lain, maka dapat
digunakan analisis regresi tunggal.
Jika peneliti menghadapi tiga atau lebih variabel interval/rasio yang
ingin diketahui korelasinya, sementara data memenuhi syarat
parametrisitas, maka dapat digunakan uji korelasi ganda (multiple
product moment).
Apabila peneliti menghadapi tiga atau lebih variabel interval/rasio
yang ingin diketahui korelasinya serta ingin mengetahui juga pakah besar
variabel yang dikorelasikan dapat diramalkan dengan variabel-variabel
yang lain (sebagai tim prediktor), sementara data memenuhi syarat
parametrisitas, maka dapat digunakan analisis regresi ganda.
Jika peneliti menghadapi dua variabel interval/rasio yang ingin
diketahui korelasinya dengan melakukan pengendalian pengaruh korelasi
satu atau lebih variabel interval/rasio yang lain, sementara data
memenuhi syarat parametrisitas, maka dapat digunakan uji korelasi
parsial.

Kelengkapan tulisan ini dilengkapi dengan worksheet (lembar kerja)


yang dapat digunakan untuk berlatih secara manual, maupun dengan
menggunakan program komputer Microstat (DOS) atau menggunakan
program yang sering digunakan dalam Microsoft Office yakni Excel.

ACHMAD RIDWAN – P2P UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai