Anda di halaman 1dari 61

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
INDONESIA
DEPOK 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 1
TATA TERTIB PRAKTIKUM .............................................................................................................. 2
ASPEK KESELAMATAN ..................................................................................................................... 3
SUSUNAN PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ..................................................... 6
Modul 1: REAKSI-REAKSI PADA HIDROKARBON ........................................................................ 8
Modul 2: ANALISIS POLISAKARIDA ALAMI ................................ Error! Bookmark not defined.
Modul 3: EKSTRAKSI MINYAK DAN IDENTIFIKASI LIPID DAN ASAM LEMAK .................. 26
Modul 4: EKSTRAKSI DNA DARI KACANG HIJAU ...................... Error! Bookmark not defined.
Modul 5: EKSTRAKSI DAN KUANTIFIKASI PROTEIN DARI SUMBER MAKANAN ....... Error!
Bookmark not defined.
Modul 6: PERHITUNGAN MIKROSKOPIS ...................................................................................... 47
Modul 7: KLOROFIL DAN KAROTENOID ...................................... Error! Bookmark not defined.
Modul 8: TEKNIK ASEPTIK DAN PEMBUATAN BIAKAN MURNI ............................................ 56

1
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Semua praktikan wajib mengenakan jas lab yang berwarna putih selama melaksanakan
praktikum.
2. Semua praktikan wajib hadir 10 menit sebelum tes awal dimulai, dan
menandatanganidaftar hadir.
3. Semua praktikan wajib menyerahkan berkas Laporan Pendahuluan dan Jurnal
Praktikumkepada asisten sebelum praktikum dimulai. Berkas tersebut dapat diminta
lagi kepadaasisten setelah mengikuti tes awal.
4. Semua praktikan wajib mengikuti tes awal sebelum percobaan dilakukan sampai
asistenyang bertanggungjawab menilai bahwa yang bersangkutan pantas dan
mampumelaksanakan modul percobaan yang telah ditentukan. Apabila praktikan tidak
mengikutites awal, percobaan dinyatakan GUGUR. Tes awal berlangsung 10-20 menit.
5. Semua praktikan wajib mencatat semua hasil pengamatan dari percobaan yang
dilakukandi dalam Jurnal Praktikum. Pada akhir percobaan semua hasil pengamatan
harusdiketahui dan ditandatangani oleh asisten.
6. Laporan Praktikum harus diserahkan kepada asisten satu minggu setelah
praktikum.Keterlambatan penyerahan akan dikenai sanksi yaitu tidak boleh mengikuti
praktikumpada hari penyerahan Laporan Praktikum.
7. Laporan praktikum yang belum memenuhi persyaratan harus diperbaiki, dan
diserahkankepada asisten yang bersangkutan paling lambat satu minggu setelah
dinyatakan perluperbaikan.
8. Peminjaman alat-alat praktikum harus seijin petugas laboratorium dan
dikembalikankepada petugas dalam keadaan yang sama.
9. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus membersihkan meja kerja dan
alat-alatpraktikum serta mengatur kembali letak bahan dan alat praktikum.
10. Penggunaan alat-alat dan pemakaian bahan kimia harus hati-hati, tidak boleh sampai
adabahan kimia yang tercecer atau tumpah.
11. Kerusakan alat atau bahan yang terbuang yang terjadi karena kesalaha kerja dan
ataukelalaian praktikan, wajib diganti oleh praktikan dengan alat/bahan yang sama.
12. Bersikap sopan pada petugas laboratorium dan asisten.
13. Ketidakhadiran praktikan pada waktu yang telah dijadwalkan mendapatkan
sanksidinyatakan GUGUR, kecuali ada alasan kuat seperti musibah/kemalangan yang
tidakterhindarkan.
14. Ketidakhadiran karena sakit, percobaannya dapat dilakukan di luar jadwal
praktikumdengan persetujuan asisten, setelah mendapat ijin dari Dosen Kordinator
Praktikum.Dispensasi penjadwalan ulang karena sakit hanya diperbolehkan satu kali
selama periodepraktikum.
15. Ketentuan lulus praktikum:
− Telah mengikuti tes awal dan menyerahkan Laporan Pendahuluan dan Jurnalsebelum
praktikum dimulai.
− Telah melaksanakan semua percobaan pada semester yang sama dan dinyatakan
lulus oleh asisten.
− Menyerahkan laporan praktikum untuk semua percobaan yang telah dilaksanakan
dan dinilai oleh asisten.
− Lulus ujian akhir praktikum.

2
ASPEK KESELAMATAN
Untuk memperoleh hasil percobaan yang benar maka haruslah diketahui lebih dulu
cara-cara pokok dalam penggunaan alat-alat laboratorium.
I. Pemanasan
Kebanyakan dari proses pemanasan dalam laboratorium dilakukan dengan
menggunakan alat pembakar gas, meski demikian untuk beberapa hal dipakai peralatan oven.
Pembakaran atau bunsen seperti tergambar di bawah ini pada umumnya memiliki sebuah katup
pengatur gas dan pengatur udara.
Untuk menyalakan bunsen, dilakukan tahap sebagai berikut :
- Katup udara dalam keadaan tertutup dan katup gas terbuka.
- Nyalakan dengan korek api, pada tahap ini akan dihasilkan nyala berwarna merah yang
tak terlalu panas.

- Untuk mendapatkan nyala yang baik dan temperatur pembakaran yang lebih tinggi,
katup udara dibuka perlahan-lahan hingga didapat nyala biru.
- Setelah selesai digunakan, matikan bunsen dengan cara menutup katup aliran gas.
- Jika bunsen digunakan untuk memanaskan zat dalam tabung reaksi/beaker gelas, tata
caranya dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :

3
Pemanasan dan pendidihan larutan Pemanasan gelas beker pada standar
dalam sebuah tabung reaksi dengan bunsen pembakar.

Perhatikan mulut tabung jangan mengarah ke wajah atau kearah orang lain !

II. Penyaringan
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan suatu cairan dari bahan padat dengan cara
melewatkan cairan pada bahan penyaring, misalnya kertas saring. Tata cara penyaringan adalah
sebagai berikut :
- Lipat kertas saring seperti gambar di bawah ini :

(a) (b) (c)


Cara melipat kertas saring

(d)

Penyaringan

- Pasanglah di atas corong, lalu basahi kertas saring tersebut dengan air suling dan hindari
adanya rongga udara dibalik kertas saring.
- Perhatikan posisi tepi kertas saring harus 1/2 sampai 1 sentimeter dari tepi atas corong
dan jumlah endapan 2/3 dari ketinggian kertas saring (maksimum).
- Pasang corong pada penyangga dan taruhlah wadah penampung di bawahnya.

4
- Tuanglah cairan melalui batang pengaduk dengan hati-hati.
- Bilaslah beberapa kali dengan air suling hingga benar-benar bersih.

III. Pembacaan skala


Pada alat-alat pengukur volume cairan tertera tanda garis-garis melingkar yang
menunjukkan batas tinggi cairan pada volume tertentu. Sebagai batas pembacaan adalah bagian
permukaan lengkung cairan, kecuali untuk cairan yang berwarna pekat/gelap, dibaca pada
bagian atas permukaan lengkung cairan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

IV. Pencucian alat


Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium kimia harus dalam keadaan bersih. Alat
yang bersih dapat diketahui bila permukaannya dibasahi maka akan terdapat suatu lapisan
cairan yang merata. Adanya lemak atau debu akan menyebabkan lapisan tersebut tidak merata.
Pencucian/pembersihan alat dilakukan dengan cara pencucinya dengan ditergen dan bila
perlu digosok dengan sikat dan akhimya dibilas dengan air suling. Untuk mencuci alat-alat
yang sangat kotor digunakan larutan Kalium dikromat dalam asam sulfat. Cara membuat
larutan tersebut dapat ditanyakan pada asisten.

5
SUSUNAN PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

1. PENULISAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN JURNAL

1. PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

A. KULIT LUAR

6
B. ISI

7
MODUL 1

REAKSI-REAKSI PADA HIDROKARBON

I. Tujuan Percobaan

- Menguji kelarutan dan flammability hidrokarbon


- Mengetahui sifat-sifat kimia dan reaksi-reaksi pada hidrokarbon

II.
Teori
Banyaknya jenis senyawa organik tidak terlepas dari kemampuan atom karbon
untuk mengikat satu sama lain dan jumlah unsur-unsur yang mampu membentuk ikatan
dengan gugus karbon yang sudah ada. Untuk menyederhanakan masalah ini, maka
disepakati bahwa senyawa hidrokarbon adalah senyawa dengan ikatan hidrogen dan
karbon saja.
Hidrokarbon memiliki jumlah ikatan yang sangat banyak, tetapi dapat
dikelompokkan sesuai dengan ciri khas strukturnya. Dimana struktur-struktur ini juga
disesuaikan dengan kereaktifan kimia secara umum. Sehingga tiap kelompok dapat
dikelompokkan dari struktur maupun kereaktifannya. Pada percobaan ini, praktikan
akan mengujicobakan kereaktifan kimia dari hidrokarbon jenuh, tidak jenuh dan
aromatik.

Stuktur Hidrokarbon
Hidrokarbon dikatakan jenuh apabila jumlah hidrogen yang terikat pada
karbonnya sudah maksimal. Hal ini terjadi bila atom karbon terikat satu sama lain
dengan ikatan tunggal atau yang dikenal sebagai ikatan sigma (). Etana merupakan
contoh hidrokarbon jenuh berdasarkan kriteria ini.

H H

H C C H

H H

Gambar 2.1 Struktur hidrokarbon, Etana

Hidrokarbon tak jenuh memiliki jumlah hidrogen yang terikat lebih sedikit
daripada jumlah maksimal yang mampu diikatnya. Senyawa jenis dipastikan memiliki
ikatan rangkap sehingga jumlah total ikatan kovalen pada tiap atom karbon sebanyak
empat. Contoh senyawa jenis ini adalah etilen dan asetilen

8
H H

C C H C C H

H H Acethylene
Ethylene

Gambar 2.2 Struktur Etilen dan Asetilen

Ikatan karbon rangkap pada etilen terdiri dari sebuah ikatan  seperti yang
terdapat pada hidrokarbon jenuh dan sebuah ikatan jenis pi (). Keduanya bersama-
sama membentuk ikatan rangkap. Sedangkan acetilen memiliki ikatan rangkap tiga
yang terdiri dari satu ikatan  dan dua ikatan .
Hidrokarbon aromatik memiliki ikatan yang unik antara karbonnya yang susah
untuk dideskripsikan. Pada benzene, salah satu jenis hidrokarbon aromatik, semua
ikatan karbon-karbonnya (6 ikatan) identik. Dua contoh jenis ikatan benzene, a dan b,
memiliki ikatan tunggal dan double yang bervariasi.

(a) (b) (c)

Gambar 2.3 Struktur benzena

Akantetapi, keduanya mewakili jenis molekul yang berbeda. Strutur c, yang


menggunakan lingkaran dalam heksagon, dapat lebih diterima. Lingkaran ini mewakili
enam elektron yang terdistribusi secara merata pada ikatan  aromatik di keenam atom
karbonnya. Ikatan yang diwakili oleh sisi-sisi hexagonal adalah ikatan . Struktur c
dapat digunakan untuk mewakili semua jenis ikatan karbon-karbon dalam benzen
secara benar.

Kereaktifan Hidrokarbon

Ikatan  pada hidrokarbon jenuh (alkana) sangat stabil sehingga sangat tidak
reaktif. Pada temperatur tinggi, hidrokarbon jenuh bereaksi dengan oksigen
(pembakaran). Pada reaksi tersebut, ikatan karbon-karbon diputus dan produknya
adalah karbondioksida dan air. Jika pembakarannya tidak efisien, maka yang terbentuk
adalah karbon monoksida atau bahkan karbon tunggal (soot). Tetapi secara umum
hidrokarbon jenuh terbakar dengan lebih efisien daripada jenis hidrokarbon lainnya.
Ikatan karbon-hidrogen dari alkana dapat digantikan oleh halogen. Persamaan
reaksi yang umum dengan bromin adalah sebagai berikut :
heat
R H + Br2 R Br + HBr (2.1)

9
Perhatikan bahwa HBr adalah produk dari reaksi tersebut. Untuk bereaksi dengan
halogen diperlukan heat ataupun energi yang ringan.

Ikatan  pada hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna) bersifat reaktif dan
mempermudah terjadinya reaksi tambahan. Pada reaksi ini, sebuah molekul seperti
bromin membentuk dua ikatan tunggal karbon-bromin yang setara dengan energi ikatan
. Etilen bereaksi dengan bromin membentuk 1,2-dibromoetana.

H H
H H

C C + Br2 Br C C Br (2.2)
H H
H H
(colorless) (red-brown) (colorless)

Reaksi tersebut dapat terjadi pada suhu ruang. Sebagai hasilnya, karakteristik
warna merah kecoklatan pada bromin menghilang. Perlu diperhatikan juga bahwa tidak
terbentuk HBr seperti pada reaksi substitusi hidrokarbon jenuh pada reaksi ini. Acetilen
yang memiliki dua ikatan  juga mengalami reaksi lanjutan :

H H

H C C H + 2Br Br C C Br (2.3)
Br Br
(colorless) (red-brown)
(colorless)

Ikatan  juga merupakan pusat serangan oleh oxidizing agents. Sebagai contoh,
larutan potasium permanganat yang netral bereaksi dengan alkena dan akuna sehingga
menghasilkan dialkohol. Secara visual, reaksi ini diikuti dengan hilangnya warna ungu
dari potasium permanganat dan terbentuknya warna coklat sebagai wujud dari
manganese dioxide. Percobaan untuk menguji reaksi tak jenuh disebut test Baeyer.

OH OH

3 RHC CHR + 2 KMnO4 + 4 H2O 3R C C R + 2MnO2 (s) + 2 KOH


(purple) (brown)
H H (2.4)

Jaringan  dari senyawa aromatik dipertahankan selama reaksi. Bahkan grup yang
sudah jenuh yang terikat pada cincin benzene bisa diserang oleh axidizing agents

10
dengan energy yang sangat besar. Produk yang selalu dihasilkan ketika alkyl group
tunggal terikat pada cincin benzene adalah asam benzoid.

CH2CH2CH3 CO2H

oxidazing
+ 2 CO2 + 3 H2O (2.5)
agent

Benzoic Acid

Atom hidrogen dari benzene bisa disubstitusikan oleh bromin. Akantetapi,


diperlukan katalis Fe. Perhatikan bahwa reaksi berikut ini adalah reaksi substitusi dan
HBr terbentuk.
Br

Fe
+ Br2
+ HBr
(2.6)

III. Prosedur

III.1 Alat
 Tabung reaksi 10x 75 mm
 Tabung reaksi 16 x 150 mm
 Acetylene generator
 Pipet tetes
 Kaca arloji
 Rak tabung reaksi

III.2 Bahan
 Heptana
 1-oktana
 toluene
 xylena
 1-butanol
 Hexana
 1% bromin dalam karbon tetraklorida
 paku payung
 1% larutan potasium permanganat
 sample hidrokarbon yang tidak diketahui
 kalsium karbida
 kertas lakmus biru

III.3 Prosedur Percobaan


Perhatikan bahwa limbah organik harus dibuang ke tempat yang tersedia.
11
Catatan :
1. Lakukan semua percobaan di bawah ini.
2. Percobaan A sampai D menggunakan tiga hidrokarbon yakni, heptana,
1-oktana dan toluena. Gunakan tabung reaksi yang bersih dan kering
untuk semua reaksi. Struktur ketiga hidrokarbon tersebut adalah :

CH3

CH3(CH2)5CH3 CH2=CH(CH2)5CH3
Heptane 1-Octane Toluene

Gambar 4.1 Struktur hidrokarbon dalam percobaan

3. Kebanyakan alkana mengandung pengotor alkena. Untuk


membersihkannya, alkana dicampur dengan H2SO4 dengan
perbandingan alkana : H2SO4 = 3:1. Terbentuk lapisan, dimana lapisan
bawah yang lebih gelap (H2SO4) dipisahkan. Lapisan alkana yang
tersisa diperlakukan ulang dengan H2SO4 hingga tidak terbentuk lagi
lapisan yang lebih gelap. Setelah itu, alkana dicuci dengan air. (Hati-hati
dengan larutan H2SO4, dikerjakan hanya oleh orang yang sudah
berpengalaman)

A. Kelarutan Hidrokarbon.
1. Kocoklah secara perlahan 0.5 ml heptana dengan 5ml pelarut air dalam
tabung reaksi 16x150 mm untuk menguji kelarutannya. Catatlah hasil
pengamatan Anda.
2. Ulangi langkah 1dengan sampel 1-Oktana dan toluena, masing-masing
dengan takaran yang sama.
3. Ganti pelarut dengan 1-butanol dan ligroin (campuran alkana), ulangi
langkah 1 dan 2 di atas dengan takaran yang sama.

B. Flammability Hidrokarbon
Hati-hati : hidrokarbon sangat mudah terbakar, dan uapnya sangat ekplosif di
udara. Berhati-hatilah dengan apinya. Jangan menambah kuantitas dari
hidrokarbon selain daripada yang sudah ditentukan.
1. Teteskan 3 tetes dari salah satu jenis sampel hidrokarbon pada kaca
gelas, dengan menggunakan korek, nyalakanlah hidrokarbon tersebut.
2. Amati type dan warna nyalanya, karbon yang terdapat dalam nyala
tersebut dan jumlah residu yang tertinggal.
3. Ulangi langkah di atas untuk kedua sampel hidrokarbon lainnya.
4. Catat hasil pengamatan Anda.

C. Perilaku Bromin dalam Karbon Tetraklorida.

12
1. Masukkan 1ml bromin dalam karbon tetraklorida dalam tabung reaksi
kecil.
2. Tambahkan 10-20 tetes dari sampel hidrokarbon, perhatikan perubahan
warnanya.
3. Bila tidak terjadi perubahan warna setelah tetes ke-20, tambahkan iron
tack, dan biarkan selama 5 menit.
4. Bila masih tidak terdapat perubahan warna, panaskan larutan tersebut
dalam water bath panas selama 15-20 menit.
5. Untuk mengetes terdapatnya kandungan hidrogen bromid, letakkan
kertas lakmus biru lembab di mulut tabung reaksi.
6. Ulangi percobaan dengan kedua sampel hidrokarbon lainnya.
7. Catatlah hasil pengamatan Anda.

D. Reaksi dengan Potassium Permanganat


1. Tempatkan 1ml sampel hidrokarbon dalam tabung reaksi kecil.
2. Tambahkan 3 tetes dari larutan 1% potasium permanganat.
3. Kocok tabung reaksi tersebut, perhatikan semua perubahan yang terjadi.
Berapa waktu yang dibutuhkan sebelum perubahan terjadi?
4. Ulangi dengan sampel hidrokarbon lainnya.
5. Catat hasil pengamatan Anda.

E. Pengelompokkan Zat
1. Dapatkan sampel hidrokarbon yang tidak diketahui dari asisten
praktikum Anda.
2. Lakukan tes untuk menggelompokkann sampel-sampel tersebut menjadi
hidrokarbon saturated, unsaturated dan aromatik.

F. Preparasi dan Sifat-Sifat Kimia dari Acetylene.


1. Perhatikan alat percobaan acetylene yang terdiri dari sebuah botol kering
250 ml dengan dua buah karet stopper, sebuah saluran dropping, tubing
kaca dan karet yang sesuai. (Lihat Gambar).
2. Beberapa potongan kalsium karbid (CaC2) dimasukkan dalam botol
kering tersebut.
3. Penambahan air yang berhati-hati dan sedikit demi sedikit akan
menghasilkan gas acetylene.
4. Untuk mengeringkan tabung reaksi 16x150mm yang mengandung 6
tetes dari larutan 1% bromin dalam karbon tetraklorida, tambahkan
sekitas 2 ml Hexana. Alirkan acetylene ke larutan tersebut. Perhatikan
perubahan yang terjadi.
5. Untuk tabung reaksi 16x150 mm yang mengandung 2 tetes dari larutan
1% potasium permanganat, tambahkan sekitar 2 ml air. Alirkan
acetylene ke larutan tersebut hingga warna permanganatnya menghilang.
Jika reaksinya lamban, kocok dan teruskan dengan aliran acetylene.
Ulangi hingga terjadi penghilangan warna. Perhatikan Perubahan yang
terjadi.
6. Catatlah hasil pengamatan Anda.

IV. Potensi Bahaya

13
No. Alat Potensi Bahaya
1 Tabung Reaksi Pecah/meledak
2 Acetylene Generator Bocor/meledak
3 Pipet Tetes Pecah
4 Kaca Arloji Pecah/meledak
5 Rak Tabung Reaksi Patah

No. Bahan Potensi Bahaya


1 Heptana Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
2 1-oktana Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Mudah terbakar jika terkena panas atau api.
3 Toluena Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
4 Xylena Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
5 1-butanol Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
6 Karbon Tetraklorida Iritasi bila terkena mata dan kulit
Bahaya bila tertelan dan terhirup
7 Bromin Oksidator yang kuat.
Mudah terbakar.
Korosif.
Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
Dapat menyebabkan iritasi sistem pencernaan bila
tertelan.

14
Dapat menyebabkan iritasi sistem pernapasan bila
terhirup.
Dapat menyebabkan gangguan saraf, jantung, hati, dan
ginjal.
8 Paku payung Tertusuk.
9 Potasium Oksidator yang kuat.
permanganat Mudah terbakar.
Korosif.
Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
Dapat menyebabkan iritasi sistem pencernaan bila
tertelan.
Dapat menyebabkan iritasi sistem pernapasan bila
terhirup.
11 Kalsium Karbida Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Dapat menyebabkan kebakaran jika terpapar oksigen atau
panas.

V. Pertanyaan
Berikan produk hasil dari reaksi berikut ini :
heat
a . CH3CH2CH3 + O2

b.
CH3

heat
KMnO4

CH3

c.
CH2CH3

heat
KMnO4

d.
H3C CH3
Br2
C C
CCl4
H3C CH3

e.
Br2
CH3C CCH2CH3
CCl4

f.

15
KMnO4
CH3CH2CH2CH=CH2
g.
CH3

Br2
Fe

CH3

h.
CaC2 + H2O

VI. Format Laporan dan Pengumpulan


A. Kelarutan Hidrokarbon
No. Data yang diambil Hasil Pengamatan
1 0,5 ml heptana + 5 ml air
2 0,5 ml 1-oktana + 5 ml air
3 0,5 ml toluena + 5 ml air
4 0,5 ml heptana + 5 ml ligroin
5 0,5 ml 1-oktana + 5 ml ligroin
6 0,5 ml toluena + 5 ml ligroin
7 0,5 ml heptana + 5 ml 1-butanol
8 0,5 ml 1-oktana + 5 ml 1-butanol
9 0,5 ml toluena + 5 ml 1-butanol

B. Flammability Hidrokarbon
No. Data yang diambil Hasil Pengamatan
1 3 tetes heptana + api
2 3 tetes 1-oktana + api
3 3 tetes toluena + api

C. Perilaku Bromin dalam Karbon Tetraklorida


No. Data yang diambil Hasil
Pengamatan
1 1 ml 1% bromin dalam karbon tetraklorida + 10-
20 tetes heptana
2 1 ml 1% bromin dalam karbon tetraklorida + 10-
20 tetes 1-oktana
3 1 ml 1% bromin dalam karbon tetraklorida + 10-
20 tetes toluena

D. Reaksi dengan Potassium Permanganat


Hasil
No. Data yang diambil
Pengamatan

16
Waktu
Reaksi
1 ml heptana + 3 tetes larutan 1%
1
potassium permanganat
1 ml 1-oktana+ 3 tetes larutan 1%
2
potassium permanganat
1 ml toluena + 3 tetes larutan 1%
3
potassium permanganat

E. Pengelompokkan Zat
Hasil
No. Data yang diambil Waktu
Pengamatan
Reaksi
1 3 tetes hidrokarbon + api -
2 0,5 ml hidrokarbon + 5 ml 1-butanol -
1 ml 1% bromin dalam karbon tetraklorida
3 -
+ 10-20 tetes hidrokarbon
1 ml hidrokarbon + 3 tetes larutan 1%
4
potassium permanganat

F. Preparasi dan Sifat-sifat Kimia dari Acetylene.


Hasil
No. Data yang diambil
Pengamatan
(10 tetes larutan 1% bromin dalam tetraklorida + 3
1
ml karbon tetraklorida) + gas acetylene
(3 tetes larutan 1% potassium permanganat + 3 ml
2
air) + gas acetylene

VII. Daftar Pustaka


Tim Penyusun, 2006. Buku Panduan Praktikum Kimia Organik. Departemen
Teknik Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia. Depok.
Fessenden, Ralph J., and Fassenden, Joans S., 1982, Organic Chemistry, 2nd ed., Williard
Grant Press/PWS Publisher, Masachusetts, USA.

17
MODUL 2

ANALISIS POLISAKARIDA ALAMI

I. Tujuan Percobaan
- Mengkarakterisasi gula: monosakarida dan polisakarida
- Menganalisis polisakarida alami

II. Teori
Monosakarida
Secara umum, ciri-ciri dari monosakarida adalah sebagai berikut:
- Sebuah molekul yang terdiri dari C, H, dan O dengan rasio 1:2:1 [CH2O)n].
- Sebagian besar monosakarida pada protoplasma adalah berupa 3-karbon gula
(triosa), 5-karbon gula (pentosa), atau 6-karbon gula (heksosa)
- Gula yang merupakan monosakarida juga dikarakterisasi oleh apapun yang
mengandung aldehid (aldosa) atau grup keton (ketosa)

Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-


rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau
cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa
yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosid, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga
macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6
atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak
pada cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom
karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam
tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut.
Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer
dekstro (D). Struktur kimianya dapat berupa struktur terbuka atau struktur cincin.
Jenis heksosa lain yang kurang penting dalam ilmu gizi adalah manosa.
Monosakarida yang mempunyai lima atom karbon disebut pentosa, seperti ribosa
dan arabinosa.

Polisakarida
Secara umum, ciri-ciri dari polisakarida adalah sebagai berikut:

18
- Banyak jenis berbeda dari polisakarida yang diketahui. Dan pati, glikogen, serta
selulosa adalah jenis polisakarida yang penting dalam sistem kehidupan.
- Ketiga jenis polisakarida tersebut terbuat dari subunit glukosa yang tergabung
akibat adanya perpindahan air (kondensasi) untuk membentuk ikatan glikosida.
- Ketiga jenis polisakarida tersebut berbedadalam hal struktur dan juga sifat-sifat
kimianya.
-
Adapun sifat-sifat dari ketiga jenis polisakarida yang penting dalam sistem
kehidupan tersebut, dilampirkan pada Tabel 2.1, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan jenis polisakarida

Jenis Glikogen Pati Selulosa


Dihasilkan oleh Sel hewan Sel tumbuhan Sel tumbuhan
Fungsi Polisakarida penyimpan yang mungkin Polisakarida
terdeposit pada granula yang cukup struktural yang
besar di dalam sel. meliputi sel
dinding tumbuhan
Jenis ikatan Ikatan alpha-glikosida (glikogen lebih Ikatan beta-
glikosida bercabang dibandingkan dengan pati) glikosida (tidak
mudah terpecah di
alam, selulosa
bersifat sangat
kuat dan
merupakan zat
yang tahan lama.

Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang berupa


rantai lurus dan bercabang. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim
tertentu dan diantaranya dihasilkan oligosakarida. Pada bahan makanan ada dua
macam polisakarida yaitu polisakarida yang berfungsi sebagai penguat tekstur
(struktural) seperti selulosa, hemiselulosa, pektin dan lignin atau yang disebut serat,
dan polisakarida sumber energi seperti pati, dekstrin, glikogen dan fruktan
(Winarno, 1997).

19
Hidrolisis
Pemecahan ikatan glikosida melibatkan penambahan air dinamakan proses
hidrolisis. Peristiwa ini dapat dilakukan dengan memanaskan polisakarida dalam
air dan/atau asam kuat. Enzim mengkatalisis reaksi hidrolitik yang sama dalam
larutan normal tanpa kondisi ekstrim.

Kontrol dalam Percobaan


Sebuah kontrol positif atau negatif dalam prosedur percobaan dibuat dalam
rangka untuk memastikan bahwa hasil percobaan diperoleh bukan karena:

- Kesalahan sistematik
- Kesalahan eksperimental

Dalam kontrol positif, sebuah efektor positif meliputi variasi uji, termasuk di
dalamnya. Sedangkan pada kontrol negatif, variasi uji tidak termasuk didalamnya
dan diharapkan hasil bersifat negatif.

III. Prosedur
III.1 Alat
 Tabung reaksi
 Rak Tabung Reaksi
 Tusukan gigi (1 pack)
 Pipet tetes
 Boiling water bath
 Penjepit tabung reaksi

III.2 Bahan
 H2O
 Saliva
 1% glukosa
 1% pati

20
 Larutan Benedict
 5M HCl
 Na2CO3

III.3 Prosedur Percobaan

Bagian I
1. Ambil saliva pada beaker yang telah disediakan.
2. Tandai 3 (empat) tabung reaksi, dengan label A, B, C.
3. Isi keempat tabung reaksi tersebut dengan komposisi masing-masing tabung
adalah sebagai berikut:
- Tabung A: 3 ml H2O + 6 tetes saliva
- Tabung B: 3 ml pati + 6 tetes saliva
- Tabung C: 3 ml H2O + 6 tetes pati
4. Inkubasi keempat tabung tersebut pada suhu 37oC dalam jangka waktu 1 jam.
5. Tambahkan 4 tetes larutan Benedict (setelah 1 jam).
6. Panaskan selama 5 menit pada boiling water bath.
7. Observasi dan catat perubahan warna yang terjadi.

Bagian II
1. Tandai 4(empat) tabung reaksi, dengan label E, F, G, dan H.
2. Isi keempat tabung dengan komposisi masing-masing tabung adalah sebagai
berikut:
- Tabung E: 3 ml H2O
- Tabung F: 3 ml larutan pati
- Tabung G: 1 tusukan gigi yang telah dipecah menjadi bagian-bagian yang
cukup kecil + 3 ml H2O
- Tabung H: 3 ml larutan glukosa
3. Panaskan keempat tabung tersebut dalam boiling water bath selama 15 menit
dan kemudian biarkan dingin
4. Tambahkan 4 tetes larutan Benedict pada semua tabung

21
5. Catat warnanya
6. Panaskan dalam boiling water bath selama 5 menit
7. Catat warnanya

Bagian III
1. Tandai 4 (empat) tabung reaksi, dengan label I, J, K, dan L.
2. Isi keempat tabung reaksi dengan komposisi sebagai berikut:
- Tabung I: 3 ml H2O + 2 ml 5M HCl
- Tabung J: 3 ml larutan pati + 2 ml 5M HCl(*)
- Tabung K: 1 tusukan gigi yang telah dipecah menjadi bagian-bagian kecil +
10 ml 5M HCl
- Tabung L: 3 ml larutan glukosa + 2 ml 5M HCl
3. Panaskan dalam boiling water bath selama 15 menit dan kemudian dinginkan
4. Tambahkan Na2CO3 secara bertahap, sampai pembentukan gelembung berhenti
5. Tambahkan 4 tetes larutan Benedict
6. Panaskan dalam boiling water bath selama 5 menit
7. Catat warnanya

(* ) PERHATIAN! Praktikan seharusnya selalu menambahkan asam ke dalam


air, bukan air ke dalam asam.
(**) PERHATIAN! Letakkan mulut tabung cukup jauh dari praktikan
(***) PERHATIAN! Jangan tambahkan NaOH terlalu banyak, karena reaksi
terjadi sangat cepat.

IV. Potensi Bahaya

No. Alat Potensi Bahaya


1 Tabung Reaksi Pecah/meledak
2 Rak Tabung Reaksi Patah
3 Tusukan Gigi Tertusuk
4 Pipet Pasteur Pecah
5 Boiling Water Bath Meledak/Terpapar tubuh

22
No. Bahan Potensi Bahaya
1 Saliva Dapat menularkan penyakit.
2 Larutan benedict Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
3 Asam Klorida (HCl) Sangat korosif dan toksik.
Dapat menyebabkan iritasi bila terkontak dengan mata
atau terhirup.
4 Natrium Hidroksida Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
(NaOH) Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
5 Natrium Karbonat Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
(Na2CO3) Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.

V. Pertanyaan

1. Untuk masing-masing bagian dalam percobaan, tentukan dan terangkan,


manakah yang merupakan tabung kontrol negatif, tabung kontrol positif, dan
tabung uji!
2. Apakah kandungan dari larutan Benedict? Reaksi apakah yang terjadi di
dalamnya?
3. Mengapa tabung reaksi perlu untuk dipanaskan setelah penambahan larutan
Benedict? Jelaskan!
4. Mengapa glukosa disebut juga reducing sugar/ gula pengurang?

23
5. Untuk bagian I, apa yang dapat anda simpulkan terkait saliva? Apa yang anda
harapkan untuk menjadi hasil, jika anda menggunakan tusukan gigi dan juga
larutan pati dalam percobaan?
6. Tuliskan reaksi yang merupakan hasil dari pembentukan gelembung ketika
Na2CO3 ditambahkan dalam percobaan. Mengapa reaksi ini dibutuhkan?
Jelaskan!
7. Gambarkan struktur dari:
a. Glukosa
b. Ikatan glikosida pada pati dan Selulosa
c. Reaksi hidrolisis

VI. Format Laporan dan Pengumpulan


Bagian I
Perubahan
warna
Perubahan
setelah
No. Data yang diambil Warna
ditambahkan
setelah
larutan
dipanaskan
benedict
1 Tabung A: 3 ml H2O + 6 tetes saliva
2 Tabung B: 3 ml pati + 6 tetes saliva
3 Tabung C: 3 ml H2O + 6 tetes pati

Bagian II
Perubahan
warna
Perubahan
setelah
No. Data yang diambil warna
ditambahkan
setelah
larutan
dipanaskan
benedict
1 Tabung E: 3 ml H2O
2 Tabung F: 3 ml larutan pati

24
Tabung G: 1 tusukan gigi yang telah
3 dipecah menjadi bagian-bagian yang
cukup kecil + 3 ml H2O
4 Tabung H: 3 ml larutan glukosa

Bagian III
Perubahan
warna
Perubahan
setelah
No. Data yang diambil Warna
ditambahkan
setelah
larutan
dipanaskan
benedict
1 Tabung I: 3 ml H2O + 2 ml 5N HCl
Tabung J: 3 ml larutan pati + 2 ml 5N
2
HCl
Tabung K: 1 tusukan gigi yang telah
3 dipecah menjadi bagian-bagian kecil + 2
ml 5N HCl
Tabung L: 3 ml larutan glukosa + 2 ml
4
5N HCl

VII. Daftar Pustaka

Ozoren, Nesrin. Ugur, Sibel. Aslan, Tolga. Seker, Tungcay. Atay, Cigdem.,2008.Cell Biology
Lab Manual. Departement of Molecular Biology and Genetics: Bogazici University,
Istanbul.
Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Cet. ke-8. P. T. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

25
MODUL 3

EKSTRAKSI MINYAK DAN IDENTIFIKASI LIPID DAN ASAM LEMAK

I. Tujuan Percobaan

- Melakukan ekstraksi lipid dan melakukan analisa kelarutan dan kejenuhan lemak
- Menentukan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng

II. Pendahuluan
Trigliserida, salah satu jenis lipida, adalah ester dari gliserol alkohol dan asam
karboksilat rantai panjang.
O

H2C O C R

HC O C R'
O

H2C O C R''

Trigliserida mengandung asam dengan 8 sampai 12 karbon atom dan terdiri dari
campuran beberapa jenis asam yang berbeda. Jika sebagian besar asam tersebut tidak
jenuh, maka gliserida tersebut berupa cairan dan diklasifikasikan sebagai minyak.
Gliserida yang mengandung asam jenuh yang lebih banyak memiliki titik leleh yang
lebih tinggi dan diklasifikasikan sebagai lemak.
Hidrolisis lemak atau minyak dengan basa untuk menghasilkan gliserol dan
garam dari asamnya dikenal sebagai proses saponifikasi. Sabun adalah garam-garam
dari asam karboksilat berantai panjang. Garam sodium dan potasium larut dalam air,
sedangkan garam dari magnesium, kalsium, dan besi tidak terlarut dalam air.

H2C O C R
CH2OH RCO2Na
O

HC O C R' + 3 NaOH CHOH + R'CO2Na


O R''CO2Na
CH2OH

H2C O C R''

Deterjen adalah garam dari aryl sulfonates atau alkyl sulfates.

26
- + - +
Ar SO3 Na R OSO3 Na

Sodium aryl sulfonate Sodium alkyl sulfate

Karena garam kalsium dari aryl sulfonate dan alyl sulfate terlarut dalam air,
deterjen bisa digunakan dalam air keras, sedangkan sabun akan membentuk presipitant
tidak terlarut.
Setiap tahunnya, orang Amerika menggunakan jutaan kilogram deterjen untuk
mencuci pakaian dan perlatan lainnya. Hampir setiap gram dari deterjen tersebut
mengalir ke danau maupun sungai. Kebanyakan produk laundry mengandung phospate
yang apabila sudah berada dalam perairan, akan menyuburkan pertumbuhan algae.
Phosphate bertindak sebagai pupuk bagi alga dalam bentuk seperti ketika phosphate
menyuburkan tanaman atau rumput di kebun. Alga mengonsumsi oksigen yang terlarut
dalam air dalam jumlah banyak. Konsentrasi dari oksigen terlarut yang berkurang
menyulitkan ikan-ikan atau hewan air lain, sehingga menganggu keseimbangan
ekosistem.
Pada percobaan ini, deterjen komersial diujicobakan untuk mengetahui
keberadaan kandungan phosphate di dalamnya. Dasar dari percobaan ini adalah reaksi
kimia antara anion phosphate anion molybdate dalam larutan asam.

12Mo7O246- + 7 PO43- + 72 H+  7 PMo12O403- + 36 H2O (3.1)


Larutan ammonium molybdate, (NH4)6Mo7O24, ditambahkan pada sampel
terdahulu yang bersifat asam. Jika sampel tersebut mengandung anion phospate,
presipitat ammonium phosphomolybdate (NH4)3PMo12O40 yang terpisah dengan baik
dan berwarna kuning terang akan terbentuk.
Pada percobaan ini, praktikan diminta untuk membawa sendiri sedikit sampel
dari deterjen cair ataupun bubuk. Pastikan sudah mengecek labelnya untuk menentukan
bahwa apakah produk tersebut mengandung phospate. Ujicoba dilakukan tukaran
dengan praktikan yang lain untuk mengetahui kandungan phospate.

III. Prosedur

III.1 Alat
 Tabung reaksi 16x150 mm
 Tabung reaksi 10x75 mm
 Pipet tetes

III.2 Bahan
 Minyak biji kapas
 Heksana
 Kloroform
 Larutan 5% bromin dalam kloroform
 Etanol 95%

27
III.3 Prosedur Percobaan

Ekstraksi Minyak
Menentukan Kelarutan Minyak
1. Masukkan masing-masing 0.5ml (sekitar 10 tetes) minyak biji kapas ke empat
buah tabung reaksi 16x150 mm.
2. Tambahkan 1ml air ke tabung pertama, 1ml etanol ke tabung kedua, 1ml
heksana ke tabung ketiga dan 1 ml kloroform ke tabung keempat.
3. Kocoklah tabung-tabung reaksi tersebut, catatlah kelarutan dari masing-
masing larutan dalam tabung reaksi.
4. Tambahkan maing-masing 5 ml pelarut tambahan
5. Kocoklah dengan kencang masing-masing tabung, amatilah apakah
minyaknya terlarut sekarang.
6. Catatlah hasil pengamatan Anda.

Identifikasi Lipid
Menentukan Ketakjenuhan Trigliserida
1. Gunakanlah 2ml dari larutan antara kloroform dan minyak biji kapas yang
dipraktekkan dalam percobaan A untuk percobaan ini.
2. Tambahkan tetes demi tetes larutan bromin 5% dalam karbon tetraklorida.
3. Hitunglah jumlah tetesan yang diperlukan untuk menghasilkan efek warna
bromin terhadap larutan tersebut.
4. Larutkan 0,15 ml crisco (3 tetes) ke dalam 1,85 ml kloroform
5. Ulangi langkah 2 dan 3.
6. Catatlah hasil pengamatan Anda.

IV. Potensi Bahaya

No. Alat Potensi Bahaya


1 Tabung Reaksi Pecah/meledak
2 Pipet Tetes Pecah

No. Bahan Potensi Bahaya


1 Minyak biji kapas Dapat tertelan.
2 Heksana Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
3 Karbon tertraklorida Iritasi bila terkena mata dan kulit
Bahaya bila tertelan dan terhirup
4 Minyak mineral Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila
terhirup.
Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan ringan
bila tertelan.

28
5 Bromin Bersifat toksik, menyebabkan iritasi, menyebabkan
masalah serius jika terhirup

V. Pertanyaan
1. Dari semua pelarut yang dicobakan, manakah pelarut paling bagus untuk
menghilangkan noda minyak atau lemak dari pakaian ?
2. Berapa gramkah bromin yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan
1mol trigliserida yang mengandung hanya asam oleic?

VI. Format Laporan dan Pengumpulan

Ekstraksi Minyak
No. Data yang diambil Kelarutan
1 0,5 ml minyak biji kapas + air
2 0,5 ml minyak biji kapas + etanol
3 0,5 ml minyak biji kapas + heksana
4 0,5 ml minyak biji kapas + karbon tetraklorida

Identifikasi Lipid

Jumlah
Tetesan
Hasil
No. Data yang diambil 5% bromin
Pengamatan
dalam
karbon
tetraklorida
2 ml larutan karbon tetraklorida +
karbon tetraklorida (hasil dari percobaan
1
A) + 5% bromin dalam karbon
tetraklorida
0,1 g crisco dalam 1 ml karbon
2 tetraklorida + 5% bromin dalam karbon
tetraklorida

VII. Daftar Pustaka


Modul Praktikum Kimia Organik Departemen Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia
2006.
Fessenden, Ralph J., and Fassenden, Joans S., 1982, Organic Chemistry, 2nd ed., Williard
Grant Press/PWS Publisher, Masachusetts, USA.

29
MODUL 4
EKSTRAKSI DNA DARI KACANG HIJAU

I. Tujuan Percobaan
Mengisolasi DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) dari kacang hijau (bovine spleen)

II. Teori

DNA (Deoxyribo Nuceic Acid)


DNA adalah akronim dari Deoxyribo Nucleic Acid yang bila diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia berarti Asam Deoksiribo Nukleat. DNA merupakan senyawa kimia
yang terdapat di dalam inti sel yang sangat berperan pada proses sintesis protein untuk
pembentukan enzim, dan protein lain.
Pada tahun 1953, Francis H.C Crick dan James D. Watson, berdasarkan analisis foto
difraksi sinar X, menggambarkan struktur DNA sebagai tangga tali terpilin dan disebut
“Double Helix” (heliks ganda). Ibu tangganya terdiri atas rentetan rantai gugus gula
deoksiribosa dan gugus fosfat, sedangkan anak tangganya terdiri atas basa nitrogen,
yaitu Purin terdiri atas Adenin(A) dan Guanin (G); serta Pirimidin terdiri atas Sitosin
(S) dan Timin (T).
Basa-basa nitrogen yang menyusun anak tangga tersebut dihubungkan oleh ikatan
hidrogen yang sifat ikatannya lemah. Setiap anak tangga terdiri atas pasangan basa
nitrogen yang khas, yaitu Adenin (A) dengan Timin (T), Sitosin (S) dengan Guanin (G).
Atas penemuan mereka mengenai struktur model DNA tersebut, pada 1962, Crick dan
Watson menerima hadiah Nobel. Crick dan Watson menyimpulkan bahwa tatanan
nukleotida merupakan perangkat kode instruksi pembangunan seluruh organisme.

Fungsi DNA
DNA berfungsi menyampaikan informasi genetika dari induk ke generasi
berikutnya dan mengatur perkembangan metabolisme tubuh. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa DNA adalah gen itu sendiri. DNA dapat juga mengawasi aktivitas-
aktivitas sel dengan memerintahkan pembentukan semua macam protein (enzim) di
dalam sel. DNA berada di dalam inti sel dan pada umumnya pembentukan protein
terjadi pada ribosom, yaitu pada sitoplasma. Sehingga, informasi yang ada pada DNA
harus diterjemahkan dahulu oleh suatu senyawa tertentu dan dibawa oleh senyawa
tersebut dariinti ke sitoplasma. DNA akan membentuk senyawa lain dalam
menyampaikan informasi genetik yang akan memerintahkan sintesis protein.
Senyawasenyawa yang dibentuk oleh DNA, yaitu RNA duta, RNA transfer, dan RNA
ribosom.

Ektraksi DNA
Ekstraksi DNA adalah sebuah prosedur rutin yang dilakukan untuk
mendapatkan dan mengumpulkan DNA untuk molekuler subsekuen atau analisis
forensik.
DNA diekstraksi dari sel-sel yang ada pada manusia untuk berbagai alasan.
Dengan sampel murni berupa DNA, anda dapa menguji bayi yang baru lahir untuk
penyakit genetik, menganalisis pembuktian forensik, atau mempelajari gen yang

30
terlibat dala kanker.Secara garis besar, tahapan untuk ekstraksi DNA adalah sebagai
berikut:

1. Buka sel dengan cara dipecah/ cacah untuk menampakkan DNA


2. Hilangkan lemak membran dengan penambahan deterjen
3. Presipitasi DNA dengan alkohol. Adapun jenis alkohol yang digunakan adalah
etanol atau isopropanol (70-95%). Karena DNA tidak terlarut pada alkohol jenis
tersebut, DNA akan teragregasi secara bersama-sama, denga pemberian pellet saat
proses sentrifugasi. Tahapan ini juga berguna untuk menghilangkan garam yang
larut dalam alkohol (alcohol-soluble salt).

III. Prosedur

III.1 Alat
 Blender
 Saringan
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Batang lidi/ kayu
 Gelas beaker
 Wadah
 UV Spektroskopi
 Kuvet
 Saringan kertas
 Pipet tetes
 Pengaduk

III.2 Bahan
 Kacang hijau
 Garam/ NaCl
 Air dingin
 Deterjen cair
 Enzim (Dapat berupa pelunak daging (meat tenderizer), jus nanas, atau
larutan pembersih lensa kontak)
 Alkohol 70-95% (Etanol atau Isopropanol)
 NaOH

III.3 Prosedur Percobaan


Secara garis besar, tahapan untuk ekstraksi DNA adalah sebagai berikut:
1. Buka sel dengan cara dipecah/ cacah untuk menampakkan DNA
2. Hilangkan lemak membran dengan penambahan deterjen
3. Presipitasi DNA dengan alkohol. Adapun jenis alkohol yang digunakan adalah
etanol atau isopropanol (70-95%). Karena DNA tidak terlarut pada alkohol jenis
tersebut, DNA akan teragregasi secara bersama-sama, denga pemberian pellet
saat proses sentrifugasi. Tahapan ini juga berguna untuk menghilangkan garam
yang larut dalam alkohol (alcohol-soluble salt).

31
Adapun proses detail untuk percoban ini adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan yang telah ditentukan sebelumnya
2. Masukkan ½ cup kacang hijau (100 ml) dalam blender
3. Masukkan sejumput garam (kurang dari 1/8 sendok teh, kurang dari 1 ml)
dalam blender
4. Masukkan air dingin sebanyak 2 (dua) kali lebih banyak dari jumlah kacang
hijau yang sebelumnya sudah dimasukkan dalam blender (kira-kira 1 cup, 200
ml)
5. Blender kesemuanya dengan kecepatan tinggi selama 15 detik

Gambar 4.1 Ilustrasi proses blending


(Sumber:http://learn.genetics.utah.edu, 2008)

6. Blender memisahkan sel dari kacang hijau dari beberapa komponen di


dalamnya, sehingga setelah selesai di-blender, praktikan akan mendapatkan sel
kacang hijau dalam bentuk menyerupai soup.
7. Tuangkan soup sel kacang hijau hasil blender tersebut melalui saringan ke
dalam wadah yang lain, seperti gambar berikut ini.

Gambar 4.2Ilustrasi proses penyaringan


(Sumber:http://learn.genetics.utah.edu, 2008)

8. Tambahkan sekitar 2 (dua) sendok makan deterjen cair (kira-kira) 30 ml ke


dalam soup sel kacang hijau hasil saringan.
9. Aduk sehingga membentuk sebuah campuran
10. Biarkan campuran tersebut selama 5-10 menit
11. Tuang campuran ke dalam tabung reaksi, masing-masing sekitar 1/3 volume
maksimal tabung reaksi
12. Tambahkan sedikit enzim (enzim yang digunakan dapat berasal dari pelunak
daging (meat tenderizer), jus nanas, atau larutan pembersih lensa kontak) pada
masing-masing tabung reaksi

32
13. Aduk perlahan (Hati-hati! Jika anda mengaduk terlalu kencang/ keras, secara
otomatis anda akan merusak DNA dalam campuran tersebut)
14. Miringkan tabung reaksi tersebut dan secara perlahan-lahan tuangkan alkohol
ke dalam tabung reaksi, seperti gambar berikut ini.

Gambar 4.3Ilustrasi proses penambahan alkohol


(Sumber:http://learn.genetics.utah.edu, 2008)

15. Tuangkan alkohol (etanol 70-95%) kesamping, sehingga membentuk lapisan di


atas campuran kacang hijau
16. Tuang hingga didapati jumlah lapisan alkohol yang sama dalam tabung dengan
campuran kacang hijau
17. Kemudian amati bahwa DNA akan naik ke lapisan alkohol dari lapisan
campuran kacang hijau
18. Gunakan lidi/ batang kayu tipis untuk mendapatkan DNA yang naik ke lapisan
alkohol, seperti gambar di bawah ini:

Gambar 4.4 Ilustrasi proses pengambilan ekstrak DNA


(Sumber:http://learn.genetics.utah.edu, 2008)

19. Saring DNA yang telah didapat dengan kertas saring, lakukan sambil
menuangkan sedikit saja etanol pada kertas saring. Tunggu beberapa menit
saja, jangan sampai DNA benar-benar kering.
20. DNA yang sudah disaring dicampurkan dengan 5 ml NaOH pada tabung reaksi,
aduk perlahan, lalu larutan tersebut diencerkan 10 kali.

33
21. Larutan DNA yang sudah diencerkan lalu dimasukkan ke dalam kuvet, siapkan
larutan standar dari aquades pada kuvet yang lain.
22. Lakukan spektrofotometri dengan panjang gelombang 260 dan 280 nm, jangan
lupa menyalakan alat pemancar UV. Catat absorbansi yang didapatkan.

IV. Pengolahan Data

Data yang diolah adalah:


a. Konsentrasi DNA

dsDNA concentration = 50 μg/mL × OD260 × dilution factor

b. Tingkat Kemurnian DNA

Purity = OD260/OD280

c. Tingkat Kesalahan Konsentrasi dan Kemurnian DNA

|𝒅𝒔𝑫𝑵𝑨 𝒄𝒐𝒏𝒄𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 − 𝒅𝒔𝑫𝑵𝑨 𝒄𝒐𝒏𝒄𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓𝒂𝒕𝒖𝒓𝒆|


𝒅𝒔𝑫𝑵𝑨 𝒄𝒐𝒏𝒄𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓𝒂𝒕𝒖𝒓𝒆

|𝑷𝒖𝒓𝒊𝒕𝒚 − 𝑷𝒖𝒓𝒊𝒕𝒚 𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓𝒂𝒕𝒖𝒓𝒆|


𝑷𝒖𝒓𝒊𝒕𝒚 𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓𝒂𝒕𝒖𝒓𝒆

V. Potensi Bahaya

No. Alat Potensi Bahaya


1 Blender Meledak/terbakar
2 Tabung reaksi Meledak/pecah
3 Rak tabung reaksi Patah
4 Batang lidi/kayu Tertusuk
5 Gelas Beaker Pecah
6 UV Spektroskopi Meledak/terbakar

No. Bahan Potensi Bahaya


1 Kacang hijau Dapat tertelan/tersedak.
2 Garam/NaCl Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan bila
terhirup.
Dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan ringan
bila tertelan.
Dapat menyebabkan iritasi kulit ringan.
Dapat menyebabkan iritasi bila terkena mata.
3 Deterjen cair Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.

34
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
4 Alkohol Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.

VI. Pertanyaan
1. Mengapa kacang hijau digunakan dalam percobaan ini? Apakah kacang hijau
merupakan sumber DNA terbaik? Jelaskan alasan anda!
2. Apakah fungsi dan tujuan penambahan garam dan deterjen pada percobaan ini?
3. Mengapa air dingin lebih baik dibandingkan dengan air hangat dalam
mengekstraksi DNA? Jelaskan!
4. Bagaimanakah sel dinding dari sel tumbuhan dapat dicacah/ pecah?
5. Jenis enzim apakah yang ditemukan di dalam pelunak daging/ jus nanas/
larutan pembersih lensa kontak?
6. Apakah yang dapat anda lakukan untuk meningkatkan hasil DNA dalam
percobaan ini?
7. Mengapa DNA menggumpal secara bersama-sama? Jelaskan!
8. Bagaimana anda dapat mengkonfirmasi bahwa gumpalan putih berserabut yang
menempel pada lidi/ batang kayu tersebut adalah DNA?
9. Apakah mungkin bahwa gumpalan putih berserabut tersebut adalah campuran
DNA dan RNA?
10. Berapa lama daya tahan DNA? Akankah kuantitas DNA menurun dan
menghilang? Jelaskan!
11. Dapatkah anda mengekstrak DNA manusia menggunakan prosedur percobaan
ini?
12. Dapatkah anda menggunakan mikroskop untuk melihat DNA yang anda ekstrak
dalam percobaan ini?

VII. Format Laporan dan Pengumpulan


No. Data yang diambil Absorbansi
1 DNA kacang hijau

VIII. Daftar Pustaka

Genetic Science Learning Center Team, 2008. How to Extract DNA from Anything Living
(http://learn.genetics.utah.edu/content/labs/extraction/howto/DNA_Extraction.pdf).
Genetic Science Learning Center, Utah.
K. Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Ozoren, Nesrin. Ugur, Sibel. Aslan, Tolga. Seker, Tungcay. Atay, Cigdem.,2008.Cell
Biology Lab Manual. Departement of Molecular Biology and Genetics: Bogazici
University, Istanbul.

35
MODUL 5
EKSTRAKSI DAN KUANTIFIKASI PROTEIN DARI SUMBER MAKANAN

I. Tujuan
Menentukan konsentrasi protein dari suatu sample yang tidak diketahui

II. Teori
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang sulfur
serta fosfor. Protein merupakan salah satu bio-makromolekul yang penting perananya dalam
makhluk hidup. Setiap sel dalam tubuh kita mengandung protein, termasuk kulit, tulang, otot,
kuku, rambut, air liur, darah, hormon, dan enzim. Fungsi dari protein itu sendiri secara garis
besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai
mesin yang bekerja pada tingkat molekular. Beberapa protein struktural, fibrous protein,
berfungsi sebagai pelindung, sebagai contoh a dan b-keratin yang terdapat pada kulit, rambut,
dan kuku. Sedangkan protein struktural lain ada juga yang berfungsi sebagai perekat, seperti
kolagen. Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena seperti halnya
polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan
lain-lain. Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia
dalam sistem makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme
yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisma. Suatu sistem
metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya mengalami
kerusakan.

1. Tahap utama sintesis protein


Tahap 1 : Aktivasi asam amino
Tahap ini terjadi di sitosol, bukan pada ribosom. Masing- masing dari 20 asam amino
diikat secara kovalen dengan suatu RNA pemindah spesifik dengan memanfaatkan energi ATP.
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim pengaktif yang memerlukan Mg2+ sebagai kofaktor yang
masing- masing spesifik bagi satu asam amino dan bagi tRNA-nya.
Tahap 2 : Inisiasi Rantai Polipeptida

36
RNA pembawa pesan yang membawa sandi bagi polipeptida yang akan dibentuk diikat
oleh subunit ribosom yang berukuran lebih kecil, diikuti oleh inisiasi asam amino yang diikat
oleh tRNA-nya membentuk suatu kompleks inisiasi. tRNA asam amino penginisiasi ini
berpasangan dengan triplet nukleutida spesfik atau kodon pada mRNA yang menyandi
permulaan rantai polipeptida. Dalam proses ini memerlukan guanosin trifosfat (GTP),
dilangsungkan oleh tiga protein sitosol spesifik yang dinamakan faktor inisiasi.
Tahap 3 : Pemanjangan
Rantai polipeptida diperpanjang oleh pengikatan kovalen unit asam amino berturut-
turut, masing-masing diangkut menuju ribosom dan diletakkan ke tempatnya secara benar oleh
tRNA masing-masing, yang berpasangan dengan kodonnya pada molekul RNA pembawa
pesan. Pemanjangan digiatkan oleh protein sitosol yang dinamakan faktor pemanjangan.
Energi yang diperlukan untuk mengikat setiap aminoasil t-RNA yang datang dan untuk
pergerakan ribosom disepanjang RNA pembawa pesan satu kodon diperoleh dari hidrolisis dua
molekul GTP bagi setiap residu yang ditambahkan ke polipeptida yang sedang tumbuh.
Terdapat 3 faktor penunjang yaitu Tu, Ts, dan G.
Tahap 4 : Terminasi dan pembebasan
Terminasi polipeptida didisyaratkan oleh satu diantara tiga triplet terminasi (UAA,
UAG, dan UGA) dimana triplet tersebut tidak menyandi asam amino manapun. Sekali ribosom
mencapai kodon terminasi, ada tiga faktor pengakhir (terminasi) atau faktor pembebas, yaitu
protein R1, R2, dan S, yang kemudian turut menyebabkan (1) penguraian hidrolitik polipeptida
dari ujung tRNA terakhir dan melepaskannya dalam bebtuk bebas, (2) pelepasan tRNA terakhir
yang sekarang kosong dari tempat P, dan (3) dissosiasi ribosom 70S menjadi subunit 30S dan
50S nya siap untuk memulai rantai polipeptida yang baru.
Tahap 5 : pelipatan dan pengolahan
Untuk memperoleh bentuk aktifnya secara biologis, polipeptida harus mengalami
pelipatan menjadi konfirmasi tiga dimensi yang benar. Sebelum dan sesudah pelipatan,
polipeptida baru dapat mengalami pengolahan oleh kerja enzimatik untuk melepaskan asam
amino penginisiasi, dan mengikat gugus fosfat, metil, karboksil atau gugus lain pada residu
asam amino tertentu, atau untuk mengikat gugus oligosakarida atau gugus prostetik. Perubahan
yang terjadi tersebut dinamakan modifikasi pasca translasi, dimana pengolahannya bergantung
pada proteinnya.

37
2. Struktur protein
Suatu asam amino-α terdiri atas: 1. Atom C α.
Disebut α karena bersebelahan dengan gugus karboksil
(asam). 2. Atom H yang terikat pada atom C α. 3. Gugus
karboksil yang terikat pada atom C α. 4. Gugus amino
yang terikat pada atom C α. 5. Gugus R yang juga terikat
pada atom C α.
Ada 4 tingkat struktur protein yaitu struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier
dan struktur kuartener.
a. Struktur primer
Struktur primer adalah urutan asam-asam amino yang
membentuk rantai polipeptida. Struktur primer protein bisa
ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan
asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino
ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis
sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti
dengan tripsin dan spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan
spektrometri massa.
b. Struktur sekunder
Struktur sekunder protein bersifat reguler, pola lipatan berulang dari rangka
protein. Pada struktur sekunder, protein sudah mengalami interaksi intermolekul,
melalui rantai samping asam amino. Analisa defraksi sinar-X merupakan cara yang baik untuk
mempelajari struktur sekunder protein serabut.

Kekuatan yang menstabilkan struktur protein


Beberapa interaksi nonkovalen yang secara individual lemah, namun secara numerik
cukup kuat menstabilkan konformasi protein. Kekuatan ini mencakup iktan hidrogen, interaksi
hidrofobik, interaksi elektrostatik dan kekuatan van der Walls.
1. Ikatan hidrogen
Residu dengan gugus polar R umumnya terdapat pada permukaan protein globuler,
dimana residu tersebut membentuk ikatan hidrogen terutama dengan molekul air. Di bagian
lain, residu aminoasil pada tulang punggung membentuk ikatan hidrogen antara satu dgn yang
lain.
2. Interaksi hidrofobik

38
Interaksi ini meliputi gugus nonpolar R pada residu aminoasil yang dalam protein
globular thipikal berada dalam bagian interior protein. Pembentukan interaksi ini digerakkan
secara entropis. Keseluruhan bentuk yang sferis kasar mengurangi daerah permukaan.
Konsentrasi residu nonpolar dalam bagian interor protein menirinkan jumlah residu permukaan
dan memaksimalkan peluang bagi lapisan tipis molekul air permukaaan untuk membentuk
ikatan hidrogen antara satu dengan yang lainnya yaitu suatu proses yang berkaitan dengan
peningkatan entropi. Berkebalikan, lingkungan nonpolar membran biologik lebih memberikan
peluang bagi residu permukaaan yang hidrofobik yang gugus nonpolar R nya berpartisipasi
dalam interaksi hidrofobik dengan rantai samping akil ester asil lemak pada lapisan ganda
membran.
3. Interaksi elektrostatik
Interaksi elektrostatik atau ikatan garam dibentuk antar gugus yang muatannya
berlawanan seperti gugus terminal amino dan karboksil pada peptida dan gugus R bermuatan
pada residu polar aminoasil. Gugus polar spesifik yang melakukan fungsi biologis yang
esensial dapat terletak dalam celah yang menembus bagian interior protein. Karena residu polar
dapat pula berpartisipasi dalam interaksi ionik, maka keberadaan garam seperti KCL dapat
menurunkan secara bermakna interaksi ionik antar residu permukaan.
4. Interaksi van der Walls
Kekuatan van der Wall bersifat sangat lemah serta bekerja hanya pada jarak yang amat
pendek mencakup komponen yang menarik dan yang menolak. Kekuatan yang menarik
(attractive force) meliputi interaksi antar sifat bipoler yang terbentuk oleh fluktuasi monomer
distribusi elektron pada atom didekatnya. Kekuatan yang menolak (repulsive pulse) turut
berperan ketika dua buah atom datang begitu dekat sehingga orbit elektronnya saling tumpang
tindih. Jarak dimana kekuatan yang menarik bekerja maksimal dan kekuatan yang menolak
minimal disebut jarak kontak van der Walls.
Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi oleh ikatan hidrogen antar rantai
samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya. Dua
pola terbanyak adalah alpha helix dan beta sheet . b-sheet itu sendiri ada yang paralel dan juga
ada yang anti-paralel, bergantung pada orientasi kedua rantai polipeptida yang membentuk
struktur sekunder tersebut. Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan
spektroskopi circular dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Spektrum CD
dari puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta
menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur
sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I

39
dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-beta. Jadi,
komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum inframerah.

c. Struktur tersier
Struktur tersier terbentuk karena terjadinya perlipatan (folding) rantai α-helix,
konformasi β, maupun gulungan rambang suatu polipeptida, membentuk globular, yang
struktur tiga dimensiny lebih rumit daripada protein tersebut. Interaksi intra molekuler seperti
ikatan hidrogen, ikatan ion, van der Waals, hidropobik turut menentukan orientasi struktur 3
dimensi dari protein. Beberapa protein telah dapat ditentukan struktur tersiernya, misalnya
hemoglobin, mioglobin, lisozim, ribonulease dan kimo tripsinogen. Sebagai contoh, struktur
tersier enzim sering padat, berbentuk globuler.

d. Struktur kuartener
Beberapa protein tersusun atas lebih dari satu rantai polipeptida. Struktur kuartener
menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama membentuk struktur
protein. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen
membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk
struktur kuartener. Kemantapan struktur kuartener suatu protein oligomer disebabkan oleh
interaksi dan ikatan non-kovalen yang lemah antara masing-masing sub bagiannya.
Kemampuan untuk berhimpun diri daripada beberapa sub bagian ini merupakan ciri struktur
kuartener suatu protein oligomer. Sebagian besar protein oligomer mengalami disidiasi pada

40
pH tinggi atau rendah, juga bila ditempatkan dalam larutan urea atau garam berkonsentrasi
tinggi. Dalam proses denaturasi ini, protein oligomer mengalami dua proses bertingkat, yaitu :
1. Disosiasirantai polipeptida yang satu dengan yang lainnya
2. Merenggangnya satuan rantai polipeptida
Struktur kuartener yang terkenal adalah enzimRubisco dan insulin. Sebagai contoh
adalah molekul hemoglobin manusia yang tersusun atas 4 subunit, yang akan berdisosiasi pada
proses pengenceran. Masing-masing sub bagian terdiri atas dua rantai polipeptida, α dan β.

3. Percobaan berdasarkan reaksi warna:


a. Percobaan kadar-N
Kapur natron, yaitu campuran NaOH dan Ca(OH)2 dalam tabung reaksi dengan larutan
protein dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan Amina.Lakmus merah yang dibasahi menjadi
biru.
b. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein.
Setelah dicampur terjadi pengendapan putih yang dapat berubah menjadikuning apabila
dipanaskan.. reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata pada molekul
protein. Jadi, reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila kena asam
nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.

41
c. Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat, apabila
pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat
berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol,
karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang
mengandung tirosin akan memberikan reaksi positif.
d. Reaksi Biuret
Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna violet dengan
CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai
peptida dalam suasana basa. Pengendapan dengan logam diketahui bahwa protein mempunyai
daya untuk menawarkan racun. Salting out, apabila terdapat garam-garam anorganik alam
presentase tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang, sehingga
mengakibatkan pengendapan. Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik
seperti aseton atau alkohol akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan distribusi
dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga menghasilkan protein
yang dipol (Tim Dosen Kimia, 2011).
Pengembangan dari metode biuret adalah metode lowry. Metode lowry merupakan
teknik uji biokimia untuk mengetahui kadar total protein di dalam suatu larutan. Total
konsentrasi protein diperlihatkan melalui proporsi perubahan warna larutan sampel
dibandingkan dengan konsentrasi protein, yang dapat dihitung dengan menggunakan teknik
colorimetric. Nama Lowry sendiri diambil dari nama seorangbiochemist bernama Oliver H.
Lowry yang mengembangkan reagen pada tahun 1940.
Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk
sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I).
Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-
phosphotungstat (phosphomolybdotungstate), menghasilkan heteropolymolybdenum blue
akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang
memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan warna biru
terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode
Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel
protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun
metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya.

42
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode Lowry
ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen, gliserol, Tricine, EDTA,
Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, asam urat, guanin, xanthine,
magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan
menghilangkan interferens tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk
mengkoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat
dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan pengendapan
protein (Lowry et al., 1951).
Metode Lowry-Folin hanya dapat mengukur molekul peptida pendek dan tidak dapat
mengukur molekul peptida panjang (Alexander dan Griffiths, 1992). Prinsip kerja metode
Lowry adalah reduksi Cu2+ (reagen Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan, dan sistein
yang terdapat dalam protein. Ion Cu+ bersama dengan fosfotungstat dan fosfomolibdat (reagen
Lowry E) membentuk warna biru, sehingga dapat menyerap cahaya (Lowry et al., 1951).

III. Alat dan Bahan


- Alat
 Spektrofotometer
 Kuvet
 Gelas beaker
 Gelas ukur
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet
 Vibrator vortex

- Bahan
 Tahu
 Tempe
 Susu
 Na2CO3
 N NaOH
 NaK Tartrate

43
 H2O
 CuSO4.5 H2O
 Folin-Phenol 2 N
 BSA Standar
 Akuades

IV. Prosedur Percobaan

1. Siapkan bahan-bahan berikut:


 Larutan A : 2% Na2CO3 dalam 0,1N NaOH
 Larutan B : 1% NaK Tartrate dalam H2O
 Larutan C : 0,5 % CuSO4. 5H2O dalam H2O
 Larutan D : 48ml larutan A, 1ml larutan B, 1ml larutan C
 Larutan Phenol Reagen : 1bagian Folin-Phenol [2N] : 1 bagian air
 BSA standar- 1mg/ml
2. Ambil 1ml sampel tahu, tempe, dan telur; encerkan dengan air hingga volume masing-
masing sampel 15 ml
3. Ambil sampel tahu, tempe dan telur masing-masing 5ml, kemudian masukkan kedalam
tabung reaksi.
4. Ambil 1ml, 2ml, 3ml, 4ml larutan BSA standar dan masukkan dalam tabung reaksi.
Tambahkan aquades hingga volume total masing-masing 5 ml.
5. Tambahkan 2ml larutan D pada setiap tabung (sampel tahu, tempe, telur dan BSA
standar). Inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
6. Tambahkan 0,2ml larutan phenol reagent pada setiap tabung. Vortex (melakukan
pencampuran dengan vibrator) segera setiap tabung.
7. Inkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.
8. Ukur absorbansi BSA Standar menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 600nm.
9. Plot absorbansi vs konsentrasi protein BSA Standar untuk mendapatkan kurva kalibrasi
standar.
10. Ukur absorbansi sampel tahu, tempe dan telur. Tentukan konsentrasinya.

V. Pengolahan

44
Pengukuran absorbansi BSA Standar 1mg/ml pada panjang 600nm

Standar no. V (ml) Absorbansi


1 1ml
2 2ml
3 3ml
4 4ml
Blanko -

Kadar protein dalam larutan standar


Kadar protein (ppm) Absorbansi

Buat kurva standar dengan memplot Absorbansi vs konsentrasi protein

Y= bx+a
Hitung kadar protein dalam sampel tahu, tempe dan telur
No. Sampel Absorbansi
Tahu
Tempe

45
Telur

Hitung kadar protein dalam masing-masing sampel dengan memasukkan data absorbansi
kedalam persamaan kurva kalibrasi.
Y  absorbansi
X  konsentrasi protein

46
MODUL 6

PERHITUNGAN MIKROSKOPIS

I. Tujuan Percobaan
Untuk menghitung spesimen dengan menggunakan mikroskop

II. Teori

Bagian-bagian dari mikroskop cahaya

Tipe Mikroskop Cahaya


Mikroskop cahaya menggunakan cahaya tampak untuk melihat spesimen. Cahaya
tersebut akan melewati dua lensa yang akan memperbesar gambar . Sementara itu,
lensa yang ketiga berada ditempat untuk melakukan pengamatan yang dekat dengan
mata pengamatan untuk mendapatkan gambar sesungguhnya. Batas dari mikroskop
ini berhubungan dengan resolusi, iluminasi, dan keterangan. Resolusi dapat
ditingkatkan menggunakan lensa imersi, pencahayaan dan keterangan dapat
ditingkatkan dengan memodifikasi area gelap, fase terang, dan interferensi terang.
Hal-hal yang mempengaruhi kualitas mikroskop adalah sebagai berikut
 Perbesaran, derajat kebesaran dari gambar dibandingkan dengan ukuran
aslinya. Perbesaran dilakukan oleh dua lensa yaitu lensa okular (8 atau 10x)
dan lensa objektif (4, 10, 100x). Total dari perbesaran adalah hasil perkalian
perbesaran kedua lensa.
 Resolusi, adalah perhitungan untuk kejelasan gambar
 Kemampuan untuk lihat mendetail, gambar yang diberikan dari mikroskop
dapat melihat objek secara detail.
 Keterangan, adalah kemampuan untuk melihat kedetailan dari spesimen
terhadap latar belakang.
Perbesaran maksimum didapatkan dari mikroskop cahaya adalah sebesar 400 kali.
Dengan kata lain, ukuran yang dapat dilihat minimal adalah sebesar 0,2 µm. Batas
ini adalah hasil dari difraksi oleh objek saat observasi yang disebabkan oleh
interferensi cahaya oleh gambar.

Perhitungan Mikroskopis
Ukuran linear dari spesimen yang diobservasi di mikroskop diekspresikan dalam
µm bukan dari total perbesaran. Ukuran aktual dari objek yang dilihat dibawah

47
mikroskop dapat di estimasi berdasarkan fakta bahwa penglihatan mikroskop dan
kombinasi lensa memiliki diameter konstan. Alat untuk pengukurannya disebut
dengan hemocytometer seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini,

Hemocytometer dibawah mikroskop cahaya

Alat ini digunakan untuk menghitung jumlah spesimen (sel/bakteri). Metode ini
banyak digunakan dalam suatu riset. Aplikasi hemocytometer biasa ditemukan
untuk menghitung jumlah sel darah. Dalam percoban akan dilakukan untuk
menghitung jumlah spesimen yang digunakan.
Contoh perhitungan,
Diameter yang digunakan pada x10 lensa objektif = 2 mm
Diameter dari media yang digunakan, x40 lensa objektif = 2x10/40 mm = 0,5 mm

III. Prosedur

III.1 Alat
 Mikroskop cahaya
 Hemocytometer
 Slide mikroskop
 Coverslip
 Pipet

III.2 Bahan
 Rambut
 Methylene blue
 Etanol
 Isopropanol (to clean objective lenses)

III.3 Prosedur Percobaan


Perhitungan diameter rambut

48
1. Menghitung diamter media dengan hemocytometer. Gunakan lensa objektif
perbesaran 20x dan 40x. Gunakan hemocytometer berdiameter 0,05 mm.
Bandingkan nilai yang didapatkan keduanya. Apakah ada perbedaan?
2. Bersihkan slide gelas kaca mikroskop dengan etanol
3. Ambil sehelai rambut (potong kecil) dan diletakkan pada slide)
4. Berikan air sehingga menutupi rambut
5. Observasi sampel dengan menggunakan lensa objektif 40x. Untuk
mengestimasi ketebalan dari sampel, luruskan rambut yang menjadi spesimen.
6. Foto, gambarkan, dan hitung diameter dari rambut.

Observasi sel epitel


1. Gesekan pipi dengan menggukanan tusuk gigi
2. Teteskan methylene blue pada slide hingga menutupi sel epitel
3. Lakukan pengamatan dengan perbesaran 40x
4. Foto dan gambarkan tipe sel yang didapatkan

IV. Potensi Bahaya


No. Alat Potensi Bahaya
1 Mikroskop cahaya Meledak/terbakar
2 Hemocytometer Pecah/patah
3 Slide mikroskop Meledak/terbakar
4 Pipet Meledak/pecah

No. Bahan Potensi Bahaya


1 Methylene blue Dapat menyebabkan gangguan pada kulit dan mata jika
terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Mudah terbakar.
2 Etanol Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.
3 Isopropanol Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.

V. Pertanyaan
1. Apa perbedaan dari mikroskop dengan area terang dan gelap? Apa tipe
mikroskop yang baik digunakan untuk melihat sampel?
2. Apa bagian sel yang dipengaruhi oleh methylene blue?
3. Berapa diameter sel epitel?

49
VI. Format Laporan dan Pengumpulan
Perhitungan Diameter Rambut
No. Data yang diambil Diameter
1 Rambut pada perbesaran lensa objektif 20 x
2 Rambut pada perbesaran lensa objektif 40 x

Observasi Sel Epitel


Gambar sel epitel yang didapatkan

VII. Daftar Pustaka


Ozoren, Nesrin. Ugur, Sibel. Aslan, Tolga. Seker, Tungcay. Atay, Cigdem. Cell
Biology Lab Manual. 2008. Departement of Molecular Biology and Genetics:
Bogazici University.

50
MODUL 7

KLOROFIL DAN KAROTENOID

I. Tujuan Percobaan

- Mengekstraksi klorofil dan karotenoid dari dedaunan


- Menentukan kandungan klorofil dan karotenoid

II. Teori

Sumber energi yang paling utama dari semua sumber kehidupan di alam ini adalah
matahari. Energi yang terdapat dalam sinar matahari yang memasuki biosfer dimanfaatkan oleh
sebuah proses yang dinamakan fotosintesis, yang biasanya terjadi pada tumbuh-tumbuhan, alga,
dan beberapa jenis bakteri. Fotosintesis dapat juga dikatakan sebagai proses physico-chemical,
dimana organisme yang melakukan fotosintesis menggunakan energi cahaya untuk mensintesis
senyawa-senyawa organik. Proses fotosintesis tergantung pada sebuah set molekul protein
kompleks yang berlokasi di dalam dan sekitar sebuah membran yang sangat terorganisir. Melalui
serangkaian reaksi transfer energi, mesin fotosintetik tersebut mengubah energi cahaya menjadi
sebuah bentuk stabil yang dapat bertahan selama ratusan juta tahun.

Pada tumbuh-tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri, proses fotosintesis


menghasilkan suatu pelepasan oksigen molekular dan penghilangan karbon dioksida dari
atmosfer, yang akan digunakan untuk mensitesa karbohidrat (fotosintesis oksigenik). Sedangkan
ada beberapa jenis bakteri yang menggunakan energi cahaya untuk membuat senyawa organik
tetapi tidak menghasilkan oksigen (fotosintesis anoksigenik). Fotosintesis menyediakan energi
dan mengurangi karbondioksida yang diperlukan untuk kelangsungan semua kehidupan di muka
bumi ini, juga oksigen molekular yang sangat diperlukan untuk kehidupan organisme yang
mengkonsumsi oksigen, termasuk manusia. Juga bahan-bahan bakar yang dibakar untuk
menyediakan energi bagi aktivitas kehidupan manusia dihasilkan oleh organisme-organisme
fotosintetik pada zaman dahulu. Meskipun fotosintesis terjadi di dalam sel atau organela yang
sesungguhnya hanya berukuran beberapa mikron, tetapi proses ini dapat berdampak pada lapisan
atmosfer bumi dan iklim.

Pada tumbuhan-tumbuhan proses fotosintesis terjadi didalam kloroplast, dimana


organela-organela ditemukan di dalam sel. Kloroplast menyediakan energi dan karbon tereduksi
yang diperlukan untuk pertumbuhan tumbuhan dan perkembangannya, sementara itu tumbuhan
menyediakan CO2, air, nitrogen, senyawa organik, dan mineralmineral yang penting yang
diperlukan kloroplast untuk biogenesis. Kebanyakan kloroplast berada dalam sel daun yang
spesial, dimana biasanya mengandung 50 atau lebih kloroplast tiap sel.

Fotosintesis digerakkan terutama oleh cahaya tampak (panjang gelombang dari 400
sampai 700 nm) yang terabsorb oleh molekul pigmen (terutama klorofil a dan b, dan karotenoid).

51
Gambar 2.1 Struktur kimia Klorofil a

Struktur kimia dari molekul klorofil a dapat dilihat pada Gambar 4.1 Pada klorofil b, CH3
pada cincin II digantikan oleh grup CHO. Tumbuhan akan kelihatan hijau dikarenakan klorofil
yang dimilikinya. Cahaya yang dikumpulkan oleh 200 – 300 molekul pigmen akan yang diikat
oleh protein kompleks berada di dalam membran fotosintetik.

Masing-masing klorofil ini memiliki kelebihan pada daya absorpsi terhadap panjang
gelombang tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 2.2. Daya absorpsi klorofil a dan b terhadap energi cahaya

Reaksi fotosintesis secara umum dibagi menjadi dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi
gelap. Pada reaksi terang terjadi reaksi transfer elektron dan proton, sedangkan pada reaksi gelap
terjadi reaksi biosintesa karbohidrat dari CO2. Reaksi terang menghasilkan sintesis ATP dan
NADPH untuk membentuk senyawa organik pada reaksi gelap.

52
Pada reaksi terang molekul air (H2O) terurai menjadi molekul oksigen (O2) dan proton
+
(H ). Dalam reaksi tersebut dihasilkan energi dalam bentuk ATP dan NADP+. Kemudian, H+ yang
dihasilkan dalam reaksi penguraian air tersebut ditangkap oleh NADP+ sehingga terbentuk
NADPH. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

12 H2O + ATP + 24 NADP+ 6 O2 + ATP + 24 NADPH (7.1)

Reaksi terang tersebut terjadi di dalam grana. Sedangkan reaksi gelap yang dikemukakan
oleh Blackman terjadi pada stroma. Dalam reaksi gelap, ATP dan NADPH yang terbentuk pada
reaksi terang digunakan untuk pembentukan glukosa dari karbon dioksida.

Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

6 CO2 + 18ATP + 12NADPH (CH2O)6 + 6 H2O (7.2)

Jika kedua reaksi tersebut digabungkan, akan didapat persamaan reaksi umum
fotosintesis sebagai berikut :

6 CO2 + 12 H2O + energi cahaya C6H12O6 + 6 H2O + 6 O2 (7.3)

Jadi reaksi gelap hanya berlangsung jika tersedia energi kimia dan proton (H+) yang
dihasilkan oleh reaksi terang. Tanpa didahului reaksi terang, reaksi gelap tak akan berlangsung.

III. Prosedur

III.1 Alat
 Sentrifuge
 Tabung sentrifuge
 Labu Erlenmeyer
 Vortexer
 Kuvet kaca
 Spektrofotometer
 Botol aquades
 Oven pengering

III.2 Bahan
 Daun-daunan dari tumbuhan hijau
 Aquades
 Larutan aseton 80%
 Kertas saring

III.3 Prosedur Percobaan

Persiapan Dedaunan

1. Ambil dedaunan dari pepohonan yang ada disekitar tempat tinggal Anda.
2. Keringkan dedaunan pada aliran udara panas 50oC (1-2 jam)
3. Tumbuk dengan mortar dedaunan kering tersebut hingga halus

53
4. Timbang berat sejumlah (sekitar 10 gram) bubuk dedaunan kering.
Pencucian Dedaunan

1. Larutkan dalam air suling secukupnya


2. Bagi sampel menjadi beberapa bagian sama rata untuk ditempatkan dalam tabung
sentrifuge.
3. Sentrifuge larutan tersebut dengan putaran 3300 g (6200 rpm) selama 10 menit
4. Pisahkan padatan bubuk dedaunan kering dari pelarutnya dengan menggunakan kertas
saring

Ekstraksi Dedaunan

1. Masukkan padatan bubuk dedaunan kering ke dalam tabung erlenmeyer lalu larutkan
dengan sejumlah volume larutan aseton 80% (rasio larutan aseton 80% dengan sampel
biasanya 1:1 atau 1:2). Catatlah volume aseton 80% yang ditambahkan.
2. Aduk secara merata dengan vorteks selama 30 detik (dilakukan tidak terus menerus, tetapi
setiap 5 detik)
3. Diamkan hingga 5 menit
4. Bagi sampel menjadi beberapa bagian sama rata untuk ditempatkan dalam tabung
sentrifuge.
5. Sentrifuge larutan yang terjadi (3300 g/10 menit)
6. Ambil supernatan dari hasil sentrifuge larutan di atas. Supernatan merupakan larutan
bagian atas di dalam tabung sentrifuge setelah sampel melalui proses sentrifuge.

Pengukuran Chlorophyl a

1. Masukkan kuvet kaca yang berisi sampel supernatan ke dalam spektrofotometer. Jika
spektofotometer belum mampu menukur besar absorbansi dari supernatant, lakukan
pengenceran pada supernatant terlebih dahulu sambil mencatat besar volume aseton 80%
yang ditambahkan.
2. Masukkan juga kuvet kaca yang berisi larutan aseton 80% sebagai pembanding dalam
waktu yang hampir bersamaan dengan masuknya kuvet yang berisi sampel ke dalam
spektrofotometer.
3. Ukur absorbansi supernatan tersebut pada panjang gelombang 663 nm
4. Hitung konsentrasi chlorophyll a dalam supernatant dengan rumusan berikut:
CChl a = (A663nm) / 0.8204 (4.1)
5. Hitung jumlah khloropil a dalam padatan dengan rumusan berikut:
Chl a = CChl a x (Vaseton80%) (4.2)
6. Hitung kandungan chlorophyl a dalam deaunan kering dengan rumusan berikut:
Chl a content = Chl a / M bubuk dedaunan kering (4.3)

Pengukuran Carotenoid

1. Ukur absorbansi supernatan tersebut pada panjang gelombang 460 nm


2. Hitung konsentrasi Carotenoid dalam supernatant dengan rumusan berikut:
CCar = (A460nm) / 2.0 (4.4)
3. Hitung jumlah Carotenoid dalam padatan dengan rumusan berikut:
Car = CCar x (Vaseton80%) (4.5)
4. Hitung kandungan Carotenoid dalam deaunan kering dengan rumusan berikut:
Car Content = Car / M bubuk dedaunan kering (4.6)

54
IV. Potensi Bahaya

No. Alat Potensi Bahaya


1 Sentrifuge Meledak/terbakar
2 Labu Erlenmeyer Pecah/patah
3 Vortexer Meledak/terbakar
4 Kuvet kaca Pecah
5 Spektrofotometer Meledak/terbakar
6 Oven pengering Meledak/terbakar

No. Bahan Potensi Bahaya


1 Aseton Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar. Dapat
menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau memasuki
saluran pernapasan.
Dapat menyebabkan iritasi pada mata.
Dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf.
Sangat mudah terbakar dalam bentuk cair dan uap.

V. Pertanyaan

1. Pada panjang gelombang berapa klorofil diukur? Dimana letak klorofil di dalam sel?
2. Apakah kaitan antara klorofil a dengan proses fotosintesis?
3. Gambarkan struktur kimia dari klorofil b!
4. Apakah yang dimaksud dengan karotenoid? Apa fungsi karoten dalam kaitannya dengan
kesehatan mata?

VI. Format Laporan dan Pengumpulan


No. Data yang diambil Absorbansi
1 Larutan aseton 80% (λ = 663 nm)
2 Supernatan daun (λ = 663 nm)
3 Supernatan daun (λ = 460 nm)

VII. Daftar Pustaka

Tim Penyusun, 2006. Buku Panduan Praktikum Kimia Organik. Departemen Teknik Gas dan
Petrokimia Universitas Indonesia. Depok.

55
MODUL 8

TEKNIK ASEPTIK DAN PEMBUATAN BIAKAN MURNI

I. Tujuan
- Mempraktikkan teknik aseptik dan pembuatan biakan murni

II. Teori
Pemanfaatan mikroba dalam bioteknologi umumnya bergantung pada biakan
murni yang terdiri dari spesies tunggal, dan pemeliharaan kemurniannya. Sebagian besar
aplikasi bioteknologi modern melibatkan penggunaan biakan murni. Metoda yang paling
praktis dan bermanfaat untuk mendapatkan biakan murni adalah metoda “streak plate”,
dimana campuran biakan di sebar atau dioleskan pada permukaan medium sedemikan rupa
sehingga sel-sel tunggal menjadi terpisah satu sama lainnya. Masing-masing sel tunggal
akan tumbuh menjadi suatu koloni yang merupakan biakan murni, oleh karena sel-sel yang
tumbuh dalam koloni tersebut adalah keturunan dari sel tunggal.
Teknik aseptik diperlukan dalam bekerja dengan suatu biakan mikroba murni dan untuk
menjaga/memelihara kesterilan suatu media atau larutan. Dengan teknik aseptic, ahli-ahli
bioteknologi dapat mencegah kontaminasi biakan atau larutan oleh mikroba yang tidak
diinginkan. Banyak cawan petri dan plate kultur jaringan yang digunakan untuk
menumbuh-biakan mikroorganisme terbuat dari bahan yang telah disterilkan oleh
produsennya, pengisian peralatan-peralatan ini dengan media steril membutuhkan teknik
aseptic. Teknik aseptic yang benar juga melindungi peneliti di bidang bioteknologi dari
kontaminasi biakan-biakan yang berpotensi pathogen. Termasuk dalam teknik aseptic
adalah menghindari kontak antara biakan murni, media steril, dan permukaan steril
peralatan bejana dengan mikroorganisme kontaminan. Untuk mencapai tujuan ini :
1. Tempat kerja harus dibersihkan dengan larutan antiseptic untuk mengurangi jumlah
kontaminan potensial
2. Peralatan disterilkan sebagai contoh batang ose disterilkan melalui pemanasan dengan
pembakar Bunsen sebelum dan setelah transfer biakan
3. Pekerjaan dilakukan secara cepat dan efisien untuk mengurangi waktu kontak dimana
kontaminasi pada biakan atau pekerja laboratorium dapat terjadi
Langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam transfer biakan dari satu
bejana/tabung ke bejana lain adalah sebagai berikut:
1. Menempelkan jarum ose ke api
2. Membuka dan menempelkan mulut tabung biakan ke api
3. Menggunakan jarum ose, sejumlah biakan diambil dan dipindahkan ke media segar
4. Menempelkan mulut tabung biakan kea pi dan tabung ditutup kembali
5. Menempelkan kembali jarum ose ke api
Teknik yang sama digunakan untuk inokulasi ke dalam cawan petri dan plate mikroskop,
kecuali bahwa tutup cawan dan plate tidak dibakar.
Pemahaman dan pengetahuan yang menyeluruh mengenai teknik aseptic dan prosedur
pemindahan biakan merupakan persyaratan awal untuk bekerja dengan kultur
mikrobiologi. Kita akan menghemat banyak waktu dan tenaga serta menghindari
kesalahan hasil jika aturan-aturan umum dicermati ketika bekerja dengan biakan.
1. Sterilkan selalu jarum inokulasi ose dengan pembakaran sebelum menggunakannya
dan memasukkannya ke bahan biakan.

56
2. Bekerja selalu dekat dengan api, bila perlu bibir tabung (bahan gelas) ditempelkan
pada api sebelum memasukkan jarum ose. Langkah ini akan merusakkan sel-sel
kontaminan yang mungkin tersimpan pada bibir tabung saat transfer biakan
sebelumnya atau oleh hal lain.
3. Menjaga semua bahan biakan agar tertutup dengan baik. Jangan meletakkan penutup
tabung atau cawan petri di atas meja, karena hal ini akan memungkinkan kontaminasi
pada biakan. Ketika mentransfer koloni dari cawan petri, gunakan tutup cawan sebagai
pelindung dengan sedikit mengangkatnya sehingga jarum ose dapat dimasukkan,
tetapi permukaan media masih terlindung dari kontaminan-kontaminan yang mungkin
jatuh ke atasnya.
4. Jangan membiarkan penutup tabung atau cawan petri menyentuh apapun kecuali
wadah biakannya masing-masing. Hal ini akan mencegah kontaminasi terhadap
penutup dan biakan.
5. Gunakan cara yang tepat pada saat membuka dan memasang penutup.

III. Prosedur

III.1 Alat
 Batang inokulasi (jarum ose)
 Cawan petri
 Tabung reaksi tertutup 18x150 mm
 Laminar flow
 Lampu spirtus
 Inkubator pengocok (shaker)
 Inkubator (oven) 37oC
 Rak tabung reaksi

III.2 Bahan
 2x5 mL media LB cair (Luria-Bertani: 10 g/L bacto-tryptone; 5 g/L yeast-
extract; 10 g/L NaCl)
 5x10 mL LB-agar (tambahkan 15 g/L bacto-agar ke dalam LB cair)
 Sampel: 5 mL biakan murni E. Coli dalam LB cair
 Alkohol
 Kertas tissue

III.3 Prosedur Percobaan


Catatan Pemimpin Praktikum
Sehari sebelum percobaan, 5 mL LB cair diinokulasi dengan kultur E. Coli.
Inkubasi disertai pengocokan E. coli pada 37oC, 150 rpm.
Seluruh pekerjaan di bawah ini dilakukan di dalam kamar steril (laminar
flow). Ingat!! Bersihkan dan sterilkan ruang laminar sebelum dan setelah bekerja
di dalamnya.

A. Transfer Biakan
Hari ke satu
1. Pegang batang inokulasi (ose) antara ibu jari dan jari telunjuk, tempelkan bagian
kawat ose pada api lampu spirtus, bakar seluruh kawat hingga merah dan berpijar.

57
Biarkan kawat dingin selama 5-10 detik sebelum diteruskan ke langkah berikutnya.
Jangan kibaskan ose di udara.
2. Gunakan tangan anda yang bebas, ambil tabung yang mengandung biakan E. coli
dan perlahan-lahan kocok biakan untuk meratakan biakan. Buka tutup tabung dan
tempatkan pada jari kelingking yang bebas dari tangan yang memegang jarum ose
steril, kemudian bibir tabung dibakar pada pembakar spirtus.
3. Pegang tabung biakan dengan posisi miring, masukan ose steril dan pindahkan
sedikit biakan dari tabung ke kawat ose. Usahakan jarum ose tidak menyentuh
dinding tabung atau sisi bibir tabung selama proses pemindahan.
4. Bakar bibir tabung, dan dengan hati-hati ditutup kembali. Kemudian kembalikan
tabung biakan E. coli ke rak tabung reaksi.
5. Ambil tabung reaksi baru yang mengandung 5 mL LB cair steril. Buka dan
pindahkan tutup tabung dengan cara yang sama seperti tahap sebelumya dan mulut
tabung dibakar.
6. Masukkan jarum ose yang menganduk inokulum hidup ke dalam tabung yang
mengandung LB cair steril dan goncangkan kawat ose sehingga mikroorganisme
berpindah ke dalam medium. Keluarkan jarum ose dari dalam tabung.
7. Selanjutnya mulut tabung dibakar, ditutup kembali, dan diletakkan pada rak tabung
reaksi.
8. Kawat ose dibakar kembali untuk disimpan.
9. Berikan label pada tabung baru yang telah diinokulasi, dan tempatkan pada
inkubator pengocok, pada 37oC dengan pengocokan 150 rpm selama 1 malam.

Hari ke dua
1. Setelah inkubasi satu malam, keluarkan tabung dari inkubator.
2. Amati tabung dan gambarkan kondisinya.

B. Streak Plate
Hari ke satu
1. Berikan label pada media LB dengan informasi nama, tanggal, nama media, dan
nama sumber biakan yang akan digunakan.
2. Gunakan LB di atas untuk:
a. Menumbuhkan biakan E. coli dengan kedua metoda streak (kuadran dan
kontinyu) masing-masing pada satu plate LB agar.
b. Satu dari masing-masing plate agar akan digunakan sebagai kontrol.
Berikan label pada masing-masing cawan petri.
Metode Quadrant Streak
a. Gambar kuadran pada bagian bawah luar cawan petri agar.
b. Bakar batang inokulasi (kawat ose) dan biarkan dingin sebelum
bersentuhan dengan biakan. Ose yang panas akan membunuh
mikroorganisme dan menghasilkan aerosol ketika bersentuhan dengan agar
dingin. Ikuti prosedur pada percobaan bagian A (Transfer Biakan, tahap 1
s/d 4) untuk memindahkan biakan dari media cair ke kawat ose.
c. Ambil plate agar, dan angkat sedikit tutup cawannya. Biarkan kawat ose
menyentuh permukaan agar, kemudian kawat digeser perlahan (dioleskan)
diseluruh permukaan agar dalam satu kuadran melalui gerakan streaing
continue (tidak terputus). Hindari penusukan kawat ose kedalam agar.
Gunakan pantulan cahaya untuk melihat dimana anda melakukan streaking

58
dan inokulasi pada agar. Area ini akan terlihat sebagai goresan-goresan
redup. Hal ini akan membantu dalam menempatkan inokulasi lebih baik.
d. Bakar jarum ose kemudian biarkan dingin, dan lakukan streak silang dari
area sebelumnya (kuadran 1) ke kuadran kedua. Selalu sterilkan ose setelah
inokulasi setiap kuadran pada cawan, hal ini akan membuhun sel-sel yang
menempel pada jarum ose dan mencegah kontaminasi pada inokulasi
berikutnya.
e. Ulangi prosedur yang sama untuk setiap kuadran berikutnya, hingga semua
quadrant pada cawan terinokulasi
f. Bakar jarum ose setelah selesai

Metode Streak Continue


a. Ambil sedikit biakan inokulum pada kawat ose dengan cara yang sama
seperti percobaan bagian A (Transfer Biakan, tahap 1-4).
b. Sebarkan (oleskan melalui gerakan tunggal yang kontinyu (tidak terputus),
terus menerus dan dengan arah bolak-balik diseluruh permukaan agar pada
setengah area cawan.
c. Tanpa pembakaran dan tanpa mengeluarkan kawat ose, putar cawan 90o dan
lanjutkan prosedur streaking dengan cara yang sama seperti di atas pada
setengah area cawan berikutnya.
3. Siapkan inokulasi kontrol(Metode quadran streak) dimana plate agar digores
dengan hanya menggunakan kawat ose steril tanpa biakan. Cawan ini akan menjadi
indikator yang baik untuk teknik aseptik, karena apapun seharusnya tidak tumbuh
pada cawan ini.
4. Balikkan cawan untuk menghindari kondensasi air dari kultur bakteri yang telah
disebarkan di permukaan agar, letakkan cawan pada inkubator 37oC untuk
diinkubasi selama 24-28 jam.

Gambar quadrant streak dan continuous streak


Hari ke dua
1. Setelah inkubasi selama 24-28 jam, cawan dikeluarkan inkubator.
2. Amati cawan, amati dimana anda menemukan koloni yang terisolasi dengan baik
(koloni tunggal).

IV. Potensi Bahaya

No. Alat Potensi Bahaya


1 Batang inokulasi Tertusuk
2 Cawan petri Pecah/patah
3 Tabung reaksi Pecah/patah
4 Laminar flow Meledak/terbakar
5 Lampu spirtus Meledak/terbakar/tumpah
6 Inkubator pengocok Meledak/terbakar/konselet
7 Inkubator (oven) Meledak/terbakar/konselet
8 Rak tabung reaksi Patah

No. Bahan Potensi Bahaya

59
1 E. Coli Terpapar pada tubuh praktikan.
Kontaminasi laboratorium.
2 Alkohol Dapat menyebabkan gangguan pada kulit jika terpapar.
Dapat menyebabkan akibat yang fatal jika tertelan atau
memasuki saluran pernapasan.
Sangat beracun bagi mahluk dalam air dengan dampak
jangka panjang.
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan pusing.
Mudah terbakar.

V. Format Laporan dan Pengumpulan


Transfer Biakan
Buatlah gambaran kondisi tabung yang mengandung LB cair steril + inokulum hidup E.
colisetelah diimkubasi 1 malam.
Gambar quadrant streak dan continuous streak
 Buatlah gambaran kondisi cawanyang mengandung LB cair steril + inokulum
hidup E. coli setelah diimkubasi 1 malam untuk metode quadrant streak.
 Buatlah gambaran kondisi tabung yang mengandung LB cair steril + inokulum
hidup E. coli setelah diimkubasi 1 malam untuk metode continous streak.

VI. Daftar Pustaka


Azhar, M. 1996. Kloning dan Penentuan Urutan Nukleotida Mutan sal4-13,
Saccharomces cereviseae. Tesis Program Master. Jurusan Kimia. Program
Pascasarjana Institut Teknologi Bandung.
Becker, J.M., Caldwell, G.A., and Zachgo, E. A., 1996. Biotechnology: A
Laboratory Course. 2nd ed.USA: Academic Press.
Sambrook, J., Fritsch, E. F., and Maniatis, T. 1989. Molecular Cloning. A
Laboratory Manual. 2nd edition. Vol. 1-3. USA : Cold Spring Harbor
Laboratory.

60

Anda mungkin juga menyukai