PENDAHULUAN
Di dalam dunia kuliner dan bagi umat muslim, isu makanan halal
adalah sebuah topik yang sangat hangat di setiap pemikiran umat muslim. Hal
ini sangat berhubungan dengan makanan yang mengandung unsur-unsur babi
terutama lemak babi. Hal ini tentunya menjadi ketakutan bagi setiap umat
muslim, oleh karena itu dibutuhkan penelitian dan pengujian lebih lanjut pada
sebuah makanan yang akan dikonsumsi warga muslim. Pengujian dan
penelitian tersebut tentunya menggunakan alat-alat laboratorium yang
berteknologi canggih untuk dapat mengetahui kandungan dari sebuah
makanan yang akan dikonsumsi. Kemajuan teknologi memberikan sebuah
kemajuan perkembangan zaman, berupa sebuah alat bernama kromatografi
yang dapat mengetahui kandungan zat-zat yang terkandung dalam makanan
tersebut.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip kerja kromatografi gas ?
2. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari kromatografi gas ?
3. Bagaimana teknik analisis kualitatif dan analisis kunatitatif dari
kromatografi gas?
4. Apa yang membedakan lemak babi dengan lemak hewani lainnya?
5. Bagaimana cara melakukan perhitungan berdasarkan analisis kuantitatif
pada kromatogram hasil kromatografi gas?
1.3 Tujuan
1. Mempelajari prinsip kerja kromatografi gas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari kromatografi gas.
3. Mempelajari teknik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif pada
kromatografi gas.
4. Mengetahui ciri khas zat-zat yang terkandung dari lemak babi
dibandingkan lemak hewani lainnya.
5. Mengetahui cara melakukan perhitungan berdasarkan analisis kuantitatif
pada kromatogram hasil kromatografi gas.
2
BAB II
1. Susunlah 4 isu (hal) penting terkait dengan lemak babi dalam pangan.
Jawab:
a. Struktur Molekul dan Komposisi Lemak Pada Babi
Lemak babi, atau yang dikenal dengan Lard merupakan lemak/lipid yang
berasal dari sumber hewani yaitu babi. Jenis Lemak yang dimiliki babi tidaklah
jauh berbeda dari lemak hewani lainnya. Perbedaannya hanyalah pada komposisi
yang dimiliki lemak babi dan tingkat kolestrolnya yang tinggi. Lemak Babi
didapat melalui pemisahan antara daging babi yang mempunyai sel adiposa yang
terkonsentrasi (kaya akan sel adiposa), kemudian dikukus atau direbus atau
dipanaskan pada suhu 50-60 oC sehingga lemak babi dapat terpisah dari sel
adiposa. Lemak ini disebut rendered lard. Lemak babi dapat dikonsumsi dalam
bentuk rendered maupun unrendered (masih dalam sel adiposa).
Dalam bentuk rendered fat, lemak babi berbentuk mirip seperti mentega putih
yang agak lembek. Lemak babi yang bagus merupakan lemak babi yang berasal
dari lemak di antara ginjal dan lemak pada punggunya babi. Lemak babi ini yang
memiliki aroma babi paling sedikit diantara lemak-lemak yang lainnya sehingga
digemari oleh para pembuat kue pie.
Sama seperti minyak hewani pada umumnya, lemak babi pun terdiri dari asam
lemak jenuh (Saturated Fat) dan asam lemak tak jenuh (Unsaturated Fat). Lemak
3
babi memiliki kadar asam lemak jenuh dan kolestrol yang tinggi sehingga dapat
menyebabkan penyakit kolestrol, koroner dan penyumbatan pembulu darah
apabila dikonsumsi secara berlebihan. Walaupun demikian, lemak babi memiliki
asam lemak arachidonic, sisa-sisa asam lemak bercabang, dan asam lemak trans
yang rendah. Komposisi utama dalam trigliserida dan asam lemak babi ini adalah
myristic, palmitat, stearate, palmitoleat, oleat, linoleat, dan linolenat sesuai
dengan persentase komposisi pada tabel dibawah ini.
(Sumber: http://journal.uinjkt.ac.id/valensi/article/viewFile/219/137)
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa dibandingkan dengan sapi dan ayam,
lemak babi memilki kadar asam linoleat yang tinggi sehingga fakta dari data ini
dapat kita manfaatkan untuk mengetahui suatu sampel lemak. Asam linoleat
sendiri merupakan asam lemak dengan rantai 18 karbon yang mempunyai dua
buah ikatan C=C dan satu buah gugus asam karboksilat pada ujung rantainya.
Asam Linoleat dikategorikan sebagai Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) yang
dibutuhkan tubuh untuk diubah menjadi arachidonic acid
4
banyak. Penggunaan lemak babi sebagai sumber lemak pangan sudah ada sejak
dahulu dan semakin populer & luas digunakan pada abad 19. Karena jumlahnya
yang banyak, maka lemak babi menjadi murah dan mudah didapatkan oleh orang-
orang barat.
Lard dapat dimakan secara langsung, dibuat sebagai minyak untuk goreng,
ataupun dimasukkan kedalam hidangan-hidangan. Sebagai bahan baku yang
berkelimpahan, lemak babi menjadi lebih murah dibandingkan beberapa minyak
nabati, dan lemak babi menjadi sumber lemak utama sampai pada revolusi
industri yang membuat minyak nabati lebih mudah ditemui dan terjangkau.
Sekarang lemak babi mulai dikurangi penggunaannya dalam makanan karena
alasan kesehatan.
Kerugian pada makanan yang menggunakan lemak babi adalah pada kadar
kolestrolnya dan asam lemak jenuh yang tinggi sehingga membuat konsumsi
lemak babi yang berlebihan menyebabkan masalah yang serius untuk kesehatan.
Oleh karena itu lemak babi mulai kurang disukai oleh masyarakat dan berganti
alih ke minyak yang lebih sehat, seperti minyak canola, minyak jagung, minyak
kedelai, dan minyak biji bunga matahari.
5
Tabel 2. Spesifikasi Biodiesel Lemak Babi
Biodiesel yang dihasilkan oleh lemak babi pun akan terbentuk lebih banyak
metil oleat (C19) dan metil palmitat (C17) dengan nilai cetane number sebesar 57.
Emisi gas yang dihasilkan oleh biodiesel lemak babi menunjukkan pengurangan
emisi pada NOx sebesar 58% dan penurunan kadar CO2 dibandingkan penggunaan
diesel komersial. Adapun kerugian pada pembuatan biodiesel dari bahan lemak
babi ini adalah pada biaya produksinya yang cukup mahal (dibanding ketersediaan
biodiesel nabati dan petrodiesel) dan asam lemak bebas pada lemak babi (free
fatty acid) yang mempersulit pembuatan dari biodiesel.
6
2. Mengapa metoda GC/MS sering digunakan untuk analisa kualitatif maupun
kuantitatif?
Jawab:
GC/MS (Gas Chromatography - Mass Spectroscopy) merupakan
instrumentasi yang menggabungkan dua buah instrument, yaitu Kromatografi Gas
(GC) dan Spektroskopi Massa (MS). Dalam GC/MS, spektroskopi massa berperan
sebagai detector dari kromatografi gas. Penggunaan spektroskopi massa sebagai
detektor memberikan hasil yang berbeda pada kromatogram di mana hasil yang
ditampilkan merupakan rasio berat molekul relatif analit (m) terhadap muatan ion
dari zat analit (z). Karena hampir semua zat analit yang terionisasi menghasilkan
ion bermuatan 1 (dapat berupa kation atau anion) sehingga hasil yang diberikan
oleh spektroskopi massa merupakan berat molekul dari zat analit. Alhasil, kita
dapat mengetahui zat analit yang telah diuji.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai teknik analisis pada GC/MS, kita
harus memahami terlebih dahulu instrumentasi pada kromatografi gas. Suatu
kromatograf yang baik terdiri dari komponen-komponen penting, yaitu gas
pembawa (carrier gas supply), sample injection system, column configuration dan
column ovens, detektor, dan rekorder. Fase gerak yang membawa analit menuju
kolom merupakan suatu gas yang dirujuk sebagai gas pembawa. Aliran gas
pembawa, yang dikontrol secara teliti, akan mampu memberikan waktu retensi
yang reprodusibel. Instumentasi kromatografi gas secara garis besar dapat dilihat
pada Gambar 2.
Sample
Injector
Flow Controller
Waste
Column
Detector
7
Analisis bermula ketika sejumlah kecil sampel dimasukkan, baik cairan atau
gas ke dalam injektor, yang mempunyai fungsi ganda untuk menguapkan sampel
dan mencapurkannya dengan aliran gas untuk menuju ke ujung depan kolom.
Kolom biasanya merupakan satu lubang yang sempit dan panjangnya bervariasi
dari 1-100 meter, tergantung pada jenis dan kandungan fase diam. Kolom ini
berada dalam suatu oven yang dikontrol secara termostatik. Pada ujung akhir
kolom, fase gerak akan melalui suatu detektor dan dideteksi sebagai puncak-
puncak kromatogram sebelum sampel keluar menuju atmosfer.
8
Gambar 3. Microflash Vaporizer Direct Injector
(Sumber: Skoog, et. al, 2014)
Gambar 4. Mycrosyringe
(Sumber: https://www.wpiinc.com/clientuploads/directory/products/NanoFil-100.jpg)
Column Configuration dan Column Ovens
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan Karena di dalam
kolom terdapat fase diam. Terdapat dua jenis kolom yang biasa digunakan, yaitu
kolom tertutup dan kolom kapiler. Panjang kolom kromatografi berkisar 1-100
meter atau lebih dan terbuat dari bahan stanless steel, gelas, silika tabungan, atau
9
teflon. Agar cocok saat termostating, biasanya dibentuk spiral dengan diameter
10-30 cm. temperatur kolom yang optimal tergantung pada titik didih dari sampel
serta derajat pemisahan yang dibutuhkan.
Secara kasar, temperatur sebanding atau sedikit lebih tinggi dengan titik didih
rata-rata dari hasil sampel pada waktu elusi. Untuk sampel-sampel dengan jarak
titik didih yang jauh, biasanya ditambahkan alat temperature programming.
Struktur dan sifat permukaan memegang peranan penting. Struktur berperanan
pada efisiensi kolom sedangkan sifat permukaan menentukan tingkat pemisahan.
Permukaan penunjang akan terselimuti oleh fasa cair stasioner berupa lapisan film
tipis.
Detektor
Detektor merupakan komponen yang diletakkan di ujung kolom keluaran gas
pembawa yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada
kromatografi gas (KG) merupakan sensor elektronik yang berfungsi mengubah
sinyal gas pembawa dan komponen yang terdapat di dalamnya menjadi sinyal
elektronik yang sangat berguna untuk analisa kualitatif dan analisa kuantitatif
terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.
Detektor yang digunakan dalam kromatografi gas harus dapat merespon secara
cepat terhadap konsentrasi yang sangat kecil dari solut saat keluar dari kolom.
Konsentrasi solut dalam gas pembawa tidak lebih dari bagian per seribu, bahkan
dapat lebih kecil dari itu. Karakteristik detektor yang ideal adalah sebagai berikut.
10
Gambar 5. Flame Ionization Detectors
(Sumber: Skoog, 2014)
11
Gambar 6. Thermal Conductivity Detectors
(Sumber: Skoog, et al., 2014)
Thermionic Detectors
Detektor ini hanya selektif terhadap molekul organik yang mengandung
fosfor dan nitrogen. Responnya terhadap atom fosfor 20 kali lebih besar dari
pada atom nitrogen yang mana 104-106 kali lebih besar dari atom karbon.
Strukturnya sangat mirip dengan flam detektors. Isi kolom dicampur dengan
gas hidrogen, dilewatkan melalui alat pembakar, dan dibakar. Gas panas
kemudian dilewatkan menuju tetesan (bead) rubidium silikat yang
dipanaskan. Tetesan panas akan membentuk plasma yang memiliki
temperature 400 800OC. Pada plasma akan membentuk ion dari fosfor atau
nitrogen.
12
spektra akan diperoleh yang mana dibutuhkan sistem data komputer untuk
memproses data-data yang didapatkan.
Komputer
Kromatografi gas yang modern telah menggunakan computer sebagai
rekordernya. Komputer yang digunakan memiliki software yang mampu
mendigitalisasi sinyal detektor dan mempunyai beberapa fungsi antara lain (1)
memfasilitasi setting parameter seperti: aliran fase gas; suhu oven dan
pemograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis (2) menampilkan
kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna
(3) merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan statistik, dan
(4) menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu.
13
3. Apakah keunggulan dan kekurangan teknik analisis ini?
Jawab:
Kelebihan dari teknik analisis ini adalah sebagai berikut.
1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan.
2. Dapat menggunakan kolom yang lebih panjang untuk menghasilkan
efisiensi pemisahan yang tinggi.
3. Gas mempunyai vikositas yang rendah sehingga mobilitasnya sangat
tinggi.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam
yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.
14
perbandingan volume 20:10:1 v/v. Setelah itu larutan analit didihkan dengan
pendingin balik selama dua jam. Larutan yang berupa campuran asam lemak dan
gliserol disari dengan petroleum eter 25 ml sebanyak tiga kali secara berurutan
menggunakan corong pemisah. Hasil penyaring dikumpulkan, disaring melalui
natrium sulfat anhidrat. Sari petroleum eter diuapkan dengan pengurangan
tekanan (rotavapor). Residu dilarutkan kembali dengan heksana 25,0 ml dalam
labu takar, kemudian dianalisis dengan spektrometer UV, kromatografi lapis tipis,
kromatografi gas dan kromatografi gas-spektrometer massa.
Untuk analisis spektrofotometri digunakan spektrofotometer UV. Alat ini
digunakan untuk menguji adanya ikatan rangkap yang ditunjukkan oleh puncak
pada setiap spektrogramnya. Hasil yang diperoleh baik kromatogram dan
spektrogram dapat dibandingkan dengan beberapa minyak lemak seperti minyak
lemak dari Annona sp. (Sridana, 1989).
15
Gambar 9. Spektogram UV lemak kambing dan sapi
(Sumber: Sumarno, 1995)
16
Gambar 10. Kromatogram lapis tipis lemak hewani
(Sumber: Sumarno, 1995)
Hasil yang lebih spesifik lagi diperoleh dari percobaan kromatografi gas. Data
kromatografi gas menunjukkan bahwa lemak babi memberikan puncak spesifik
dengan waktu retensi 7,7 menit (puncak 5, gambar 11) yang tidak ditunjukkan
oleh lemak hewan lain yang diuji (gambar 12, lemak sapi; gambar 13, lemak
ayam; gambar 14, lemak kambing). Lebih lanjut data spektrometri massa dari
puncak ini ternyata bobot molekul 292 (gambar 15) dengan fragmentasi 261, 234,
232, dan 59. Berdasarkan bobot molekul dan model fragmentasinya dapat
diketahui bahwa senyawa dengan waktu retensi 7,7 menit di atas adalah metil
linolenat. Data ini sejalan dan mendukung hasil analisis kromatografi lapis tipis
sebelumnya.
17
Gambar 11. Kromatogram lemak babi
(Sumber: Sumarno, 1995)
18
Gambar 13. Kromatogram lemak ayam
(Sumber: Sumarno, 1995)
19
Sementara itu data kromatografi dari lemak ayam, sapi dan kambing dan babi
mengisyaratkan kandungan asam lemak yang sana yang ditunjukkan sebagai
puncak 1 (WR 2,6 menit), puncak 2 (WR 4,3 menit), puncak 3 (WR 4,9 menit)
dan puncak 4 (WR 6,1 menit). Dari data spektroskopi massa dapat diketahui
puncak 1 adalah metil palmitat (BM=270), puncak 2 adalah metil stearat
(BM=298), puncak 3 adalah metil linoleat (BM=294), dan puncak 4 adalah metil
oleat (BM=296).
20
Topik 2 : Hasil Pecobaan dengan GC
Reagents
Absolute etanol
n-Propanol
21
Tabel 3. Hasil Pengamatan GC/MS Larutan Standar
4 0,4 1,6 15
Dari hasil injeksi 5 L sampel diperoleh puncak pada 2,4 menit dengan
tinggi senilai 12,5 mm.
Pada salah satu campuran standar etanol dan n-propanol yang digunakan
menunjukkan data sebagai berikut: lebar dasar puncak pada etanol dan n-
propanol berturut-turut adalah 1,45 menit dan 3,65 menit.
No. x y x2 y2 Xy
1 0.05 3.75 0.0025 14.0625 0.1875
2 0.1 7.5 0.01 56.25 0.75
3 0.15 11.25 0.0225 126.5625 1.6875
4 0.2 15 0.04 225 3
5 0.25 18.75 0.0625 351.5625 4.6875
0.75 56.25 0.1375 773.4375 10.3125
Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat dibuat kurva kalibrasi yang
menunjukkan hubungan konsentrasi etanol dalam persen terhadap tinggi puncak,
di mana pada grafik terbentuk garis linear yang naik dari kiri bawah ke kanan atas.
Setelah diplot ke dalam grafik, didapat hasil berikut.
22
20
18.75
18
16
Tinggi Puncak (mm)
15
14
y = 0.75x
12 R = 1
11.25
10
8 7.5
6
4 3.75
2
0
5 10 15 20 25
Konsentrasi etanol (%)
= 0,75 =0
Tinggi puncak terdeteksi pada 2,4 menit dengan tinggi senilai 12,5 mm sehingga
didapatkan nilai konsentrasi etanol dalam sampel adalah sebagai berikut:
12,5
= = = 16,67%
0,75
Diketahui sampel memiliki volume 5, sehingga, volume etanol dalam sampel
adalah:
= 16,67% 5
= 0,83
= 8,3 107
Jadi, konsentrasi senyawa etanol ialah sebesar 16,67% atau memiliki volume
8,3 107 dari 5 larutan sampel.
23
2. Resolusi kolom (Rs) [tanpa satuan]
2 [( ) ( ) ]
= . . . . . (3)
+
2 [( ) ( ) ]
=
+
2(7,2 2,4)
=
(1,45 + 3,65)
9,6
=
5,1
= 1,88
2
( )
= 16 ( ) . . . . . (4)
2,4 2
= 16 ( ) = 43.83
1,45
2
( )
= 16 ( ) . . . . . (5)
7,2 2
= 16 ( ) = 62, 258
3,65
24
Jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan ialah:
+
=
. . . . . (6)
2
Jadi, jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan sebanyak 53, 045 atau sekitar 53
piringan.
= . . . . . (7)
30
=
53
= 0,566
( )1 1
= . . (8)
( )2 2
1,88 53
=
1,5 2
25
2
53 1,5
2 = ( )
1,88
2 = 33, 77 34
Kita bisa menentukan berapa panjang kolomnya bila resolusi menjadi 1,5 dengan
tinggi piringan tetap (H = 0.35 m, dengan L1= 30 m)
2
2 = . . . . . (9)
2 = 2 .
2 = 34 0,556
2 = 18, 904
Jadi, panjang kolom bila resolusi kolom yang diharapkan 1,5 menjadi 18, 904 m.
6. Waktu elusi senyawa metil propionat yang diperlukan pada panjang kolom
tersebut.
Resolusi pada kolom yang diperpanjang adalah 1,5. Waktu elusi setelah
kolom diperpanjang bisa ditentukan dengan menggunakan resolusi kolomnya.
Dengan menggunakan penurunan persamaan resolusi, nilai u, , dan k
diasumsikan tidak berubah atau perubahannya sangat kecil apabila waktu retensi
dan resolusi berubah, sehingga didapatkan persamaan
( )1 2 ( )1
= . . . . . (10)
( )2 2 ( )2
( )2 2
( )2 = ( )1 . . . . . (11)
( )1 2
(1,5)2
( )2 = 2,4
(1,88)2
( )2 = 1, 528
sehingga, pada kolom dengan resolusi 1,5 , waktu elusinya adalah 1,528 menit.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
B. Daftar Pustaka
28