Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam dunia kuliner dan bagi umat muslim, isu makanan halal
adalah sebuah topik yang sangat hangat di setiap pemikiran umat muslim. Hal
ini sangat berhubungan dengan makanan yang mengandung unsur-unsur babi
terutama lemak babi. Hal ini tentunya menjadi ketakutan bagi setiap umat
muslim, oleh karena itu dibutuhkan penelitian dan pengujian lebih lanjut pada
sebuah makanan yang akan dikonsumsi warga muslim. Pengujian dan
penelitian tersebut tentunya menggunakan alat-alat laboratorium yang
berteknologi canggih untuk dapat mengetahui kandungan dari sebuah
makanan yang akan dikonsumsi. Kemajuan teknologi memberikan sebuah
kemajuan perkembangan zaman, berupa sebuah alat bernama kromatografi
yang dapat mengetahui kandungan zat-zat yang terkandung dalam makanan
tersebut.

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan


perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut
dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul
yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih
lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Alat kromatografi dibagi
dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: Kromatografi kertas, Kromatografi lapis tipis,
GC (Gas Chromatography), dan GLC (Gas Liquid Chromatography). Pada
makalah ini akan lebih lanjut membahas tentang Kromatografi Gas, karena
pada analisa lemak babi diduga akan lebih teliti apabila menggunakan alat
kromatografi gas.

Kromatografi gas (KG) merupakan jenis kromatografi yang umum


digunakan dalam analisis kimia untuk pemisahan dan analisis senyawa yang
dapat menguap tanpa mengalami dekomposisi. Penggunaan umum KG
mencakup pengujian kemurnian senyawa tertentu, atau pemisahan komponen
berbeda dalam suatu campuran (kadar relatif komponen tersebut dapat pula
ditentukan). Dalam beberapa kondisi, KG dapat membantu mengidentifikasi
senyawa. Dalam kromatografi preparatif, KG dapat digunakan untuk
menyiapkan senyawa murni dari suatu campuran.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip kerja kromatografi gas ?
2. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari kromatografi gas ?
3. Bagaimana teknik analisis kualitatif dan analisis kunatitatif dari
kromatografi gas?
4. Apa yang membedakan lemak babi dengan lemak hewani lainnya?
5. Bagaimana cara melakukan perhitungan berdasarkan analisis kuantitatif
pada kromatogram hasil kromatografi gas?

1.3 Tujuan
1. Mempelajari prinsip kerja kromatografi gas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari kromatografi gas.
3. Mempelajari teknik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif pada
kromatografi gas.
4. Mengetahui ciri khas zat-zat yang terkandung dari lemak babi
dibandingkan lemak hewani lainnya.
5. Mengetahui cara melakukan perhitungan berdasarkan analisis kuantitatif
pada kromatogram hasil kromatografi gas.

2
BAB II

PEMBAHASAN SOAL PEMICU

Topik 1: Lemak Babi dalam Pangan

1. Susunlah 4 isu (hal) penting terkait dengan lemak babi dalam pangan.

Jawab:
a. Struktur Molekul dan Komposisi Lemak Pada Babi
Lemak babi, atau yang dikenal dengan Lard merupakan lemak/lipid yang
berasal dari sumber hewani yaitu babi. Jenis Lemak yang dimiliki babi tidaklah
jauh berbeda dari lemak hewani lainnya. Perbedaannya hanyalah pada komposisi
yang dimiliki lemak babi dan tingkat kolestrolnya yang tinggi. Lemak Babi
didapat melalui pemisahan antara daging babi yang mempunyai sel adiposa yang
terkonsentrasi (kaya akan sel adiposa), kemudian dikukus atau direbus atau
dipanaskan pada suhu 50-60 oC sehingga lemak babi dapat terpisah dari sel
adiposa. Lemak ini disebut rendered lard. Lemak babi dapat dikonsumsi dalam
bentuk rendered maupun unrendered (masih dalam sel adiposa).

Gambar 1. Lemak Babi dalam kemasan


(Sumber: http://www.culinarygadabout.com/2012/02/maybe-lards-not-so-bad-after-all.html)

Dalam bentuk rendered fat, lemak babi berbentuk mirip seperti mentega putih
yang agak lembek. Lemak babi yang bagus merupakan lemak babi yang berasal
dari lemak di antara ginjal dan lemak pada punggunya babi. Lemak babi ini yang
memiliki aroma babi paling sedikit diantara lemak-lemak yang lainnya sehingga
digemari oleh para pembuat kue pie.
Sama seperti minyak hewani pada umumnya, lemak babi pun terdiri dari asam
lemak jenuh (Saturated Fat) dan asam lemak tak jenuh (Unsaturated Fat). Lemak

3
babi memiliki kadar asam lemak jenuh dan kolestrol yang tinggi sehingga dapat
menyebabkan penyakit kolestrol, koroner dan penyumbatan pembulu darah
apabila dikonsumsi secara berlebihan. Walaupun demikian, lemak babi memiliki
asam lemak arachidonic, sisa-sisa asam lemak bercabang, dan asam lemak trans
yang rendah. Komposisi utama dalam trigliserida dan asam lemak babi ini adalah
myristic, palmitat, stearate, palmitoleat, oleat, linoleat, dan linolenat sesuai
dengan persentase komposisi pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Babi

(Sumber: http://journal.uinjkt.ac.id/valensi/article/viewFile/219/137)

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa dibandingkan dengan sapi dan ayam,
lemak babi memilki kadar asam linoleat yang tinggi sehingga fakta dari data ini
dapat kita manfaatkan untuk mengetahui suatu sampel lemak. Asam linoleat
sendiri merupakan asam lemak dengan rantai 18 karbon yang mempunyai dua
buah ikatan C=C dan satu buah gugus asam karboksilat pada ujung rantainya.
Asam Linoleat dikategorikan sebagai Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) yang
dibutuhkan tubuh untuk diubah menjadi arachidonic acid

b. Kegunaan, Keuntungan dan Kerugian dari Lemak Babi


Lemak Babi merupakan salah satu bahan pangan yang sangat luas digunakan
di negara-negara barat. Lemak babi biasanya digunakan sebagai sumber lemak
utama, baik sebagai minyak goreng, mentega (lard) ataupun pengembang kue
(shortenings). Alasan utama mengapa lemak babi sangat popular adalah karna
rasa yang dihasilkan, dan banyaknya jumlah lemak babi mengingat lemak babi
merupakan salah satu by-product dari industri daging babi yang produksinya

4
banyak. Penggunaan lemak babi sebagai sumber lemak pangan sudah ada sejak
dahulu dan semakin populer & luas digunakan pada abad 19. Karena jumlahnya
yang banyak, maka lemak babi menjadi murah dan mudah didapatkan oleh orang-
orang barat.
Lard dapat dimakan secara langsung, dibuat sebagai minyak untuk goreng,
ataupun dimasukkan kedalam hidangan-hidangan. Sebagai bahan baku yang
berkelimpahan, lemak babi menjadi lebih murah dibandingkan beberapa minyak
nabati, dan lemak babi menjadi sumber lemak utama sampai pada revolusi
industri yang membuat minyak nabati lebih mudah ditemui dan terjangkau.
Sekarang lemak babi mulai dikurangi penggunaannya dalam makanan karena
alasan kesehatan.
Kerugian pada makanan yang menggunakan lemak babi adalah pada kadar
kolestrolnya dan asam lemak jenuh yang tinggi sehingga membuat konsumsi
lemak babi yang berlebihan menyebabkan masalah yang serius untuk kesehatan.
Oleh karena itu lemak babi mulai kurang disukai oleh masyarakat dan berganti
alih ke minyak yang lebih sehat, seperti minyak canola, minyak jagung, minyak
kedelai, dan minyak biji bunga matahari.

c. Ciri Makanan yang Mengandung Lemak Babi


Lemak babi dapat dikenali melalui aromanya yang khas dan komposisi
kandungan asam lemak dan kadar kolestrol yang tinggi. Hal ini karena perbedaan
yang jauh pada ketiga hal tersebut dibandingkan dengan kandungan asam lemak
dan kolestrol minyak nabati maupun hewani lainnya. Salah satu teknik
instrumentasi untuk menganalisis atau mengidentifikasi suatu senyawa dengan
akurat adalah Kromatografi Gas. Cara analisis Kromatografi Gas merupakan
metode yang lebih terpercaya dibanding dengan metode lain karena kepastian dan
keunikan komposisi dari minyak babi itu sendiri.

d. Penggunaan Lemak Babi pada Industri Selain Pangan


Seperti yang kita tahu bahwa lemak babi merupakan asam lemak, sama seperti
minyak nabati dan minyak hewani lainnya. Oleh karena itu, lemak babi juga dapat
digunakan sebagai sabun dan biodiesel. Kandungan asam lemak yang dimiliki
oleh lemak babi cocok untuk digunakan sebagai sumber sabun. Kadar asam lemak
oleat yang tinggi membuat sifat dari sabun yang dihasilkan oleh lemak babi
cenderung lebih lembut ketimbang sabun dari minyak nabati.

5
Tabel 2. Spesifikasi Biodiesel Lemak Babi

(Sumber: Choi 2012)

Biodiesel yang dihasilkan oleh lemak babi pun akan terbentuk lebih banyak
metil oleat (C19) dan metil palmitat (C17) dengan nilai cetane number sebesar 57.
Emisi gas yang dihasilkan oleh biodiesel lemak babi menunjukkan pengurangan
emisi pada NOx sebesar 58% dan penurunan kadar CO2 dibandingkan penggunaan
diesel komersial. Adapun kerugian pada pembuatan biodiesel dari bahan lemak
babi ini adalah pada biaya produksinya yang cukup mahal (dibanding ketersediaan
biodiesel nabati dan petrodiesel) dan asam lemak bebas pada lemak babi (free
fatty acid) yang mempersulit pembuatan dari biodiesel.

6
2. Mengapa metoda GC/MS sering digunakan untuk analisa kualitatif maupun
kuantitatif?

Jawab:
GC/MS (Gas Chromatography - Mass Spectroscopy) merupakan
instrumentasi yang menggabungkan dua buah instrument, yaitu Kromatografi Gas
(GC) dan Spektroskopi Massa (MS). Dalam GC/MS, spektroskopi massa berperan
sebagai detector dari kromatografi gas. Penggunaan spektroskopi massa sebagai
detektor memberikan hasil yang berbeda pada kromatogram di mana hasil yang
ditampilkan merupakan rasio berat molekul relatif analit (m) terhadap muatan ion
dari zat analit (z). Karena hampir semua zat analit yang terionisasi menghasilkan
ion bermuatan 1 (dapat berupa kation atau anion) sehingga hasil yang diberikan
oleh spektroskopi massa merupakan berat molekul dari zat analit. Alhasil, kita
dapat mengetahui zat analit yang telah diuji.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai teknik analisis pada GC/MS, kita
harus memahami terlebih dahulu instrumentasi pada kromatografi gas. Suatu
kromatograf yang baik terdiri dari komponen-komponen penting, yaitu gas
pembawa (carrier gas supply), sample injection system, column configuration dan
column ovens, detektor, dan rekorder. Fase gerak yang membawa analit menuju
kolom merupakan suatu gas yang dirujuk sebagai gas pembawa. Aliran gas
pembawa, yang dikontrol secara teliti, akan mampu memberikan waktu retensi
yang reprodusibel. Instumentasi kromatografi gas secara garis besar dapat dilihat
pada Gambar 2.

Sample
Injector
Flow Controller

Waste

Column
Detector

Carrier Gas Column Oven

Gambar 2. Diagram Instrumentasi Kromatografi Gas


(Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c6/Gas_chromatograph-
vector.svg/350px-Gas_chromatograph-vector.svg.png)

7
Analisis bermula ketika sejumlah kecil sampel dimasukkan, baik cairan atau
gas ke dalam injektor, yang mempunyai fungsi ganda untuk menguapkan sampel
dan mencapurkannya dengan aliran gas untuk menuju ke ujung depan kolom.
Kolom biasanya merupakan satu lubang yang sempit dan panjangnya bervariasi
dari 1-100 meter, tergantung pada jenis dan kandungan fase diam. Kolom ini
berada dalam suatu oven yang dikontrol secara termostatik. Pada ujung akhir
kolom, fase gerak akan melalui suatu detektor dan dideteksi sebagai puncak-
puncak kromatogram sebelum sampel keluar menuju atmosfer.

Gas Pembawa (Carrier Gas Supply)


Fase gerak pada kromatografi gas (GC) juga disebut gas pembawa karena
tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa
tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif (He,
N2, H2, atau Ar); murni/kering; dan dapat disimpan dalam tangka bertekanan
tinggi. Gas yang dipilih biasanya menunjukkan tipe detektor yang digunakan.
Misalnya untuk jenis detektor konduktivitas termal, gas He lebih disukai Karena
memiliki konduktivitas termal yang tinggi. Gas pembawa ini juga mengandung
zat tambahan untuk memurnikan zat yang akan dianalisis dari air atau bahan
pengotor lainnya.
Laju aliran gas pembawa ditentukan atau diatur oleh regulator tekanan dua sisi
pada tabung gas dengan tekanan sekitar 10-50 psi dan aliran diatur 1-1000 liter
gas per menit. Katup pengatur aliran diatur oleh pengatup berbentuk jarum
terletak pada bagian bawah penunjuk aliran. Sebelum kolom, gas ini dialirkan
dahulu pada sebuah silinder berisi molecular sieve untuk menyaring adanya
kontaminasi pengotor. Kecepatan optimum gas pembawa yang utamanya
tergantung pada diameter kolom di mana kecepatan alir berbanding lurus dengan
penampang kolom sehingga penggunaan kolom dengan diameter yang kecil akan
menghemat gas pembawa secara signifikan. Secara umum, diasumsikan bahwa
laju aliran gas akan tetap konstam selama tekanan masuknya konstam. Uuntuk itu
biasanya digunakan rotometer pada kolom utama.
Sample Injection System
Penginjeksian adalah hal yang penting dalam GC, terutama untuk mencegah
resolusi yang buruk serta penyebaran sampel yang tidak sesuai. Umumnya,
sampel harus dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut organik dan baru
disuntikkan. Konsentrasi sampel biasanya berkisar antara 1-10%. Pelarut sampel
yang umum digunakan adalah hidrokarbon bertitik didih rendah seperti petroleum
eter dan heksana, etil eter, alkohol, dan keton. Pelarut yang dipilih harus memiliki
sifat yang berbeda dengan sampel yang dianalisis.

8
Gambar 3. Microflash Vaporizer Direct Injector
(Sumber: Skoog, et. al, 2014)

Alat yang biasa digunakan untuk menginjeksikan sampel adalah


mycrosyringe. Sampel gas atau cair diinjeksikan melalui diafragma silicon-
karet/septum menuju penguap cahaya pada kolom utama. Penguap cahaya
tersebut berupa kotak logam yang dipanaskan dengan pemanas listrik. Untuk
analisis biasa, banyaknya sampel yang digunakan berkisar antara belasan sampai
20 mikroliter, sedangkan untuk kolom kapiler hanya membutuhkan sekitar 1
nanoliter.

Gambar 4. Mycrosyringe
(Sumber: https://www.wpiinc.com/clientuploads/directory/products/NanoFil-100.jpg)
Column Configuration dan Column Ovens
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan Karena di dalam
kolom terdapat fase diam. Terdapat dua jenis kolom yang biasa digunakan, yaitu
kolom tertutup dan kolom kapiler. Panjang kolom kromatografi berkisar 1-100
meter atau lebih dan terbuat dari bahan stanless steel, gelas, silika tabungan, atau

9
teflon. Agar cocok saat termostating, biasanya dibentuk spiral dengan diameter
10-30 cm. temperatur kolom yang optimal tergantung pada titik didih dari sampel
serta derajat pemisahan yang dibutuhkan.
Secara kasar, temperatur sebanding atau sedikit lebih tinggi dengan titik didih
rata-rata dari hasil sampel pada waktu elusi. Untuk sampel-sampel dengan jarak
titik didih yang jauh, biasanya ditambahkan alat temperature programming.
Struktur dan sifat permukaan memegang peranan penting. Struktur berperanan
pada efisiensi kolom sedangkan sifat permukaan menentukan tingkat pemisahan.
Permukaan penunjang akan terselimuti oleh fasa cair stasioner berupa lapisan film
tipis.
Detektor
Detektor merupakan komponen yang diletakkan di ujung kolom keluaran gas
pembawa yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada
kromatografi gas (KG) merupakan sensor elektronik yang berfungsi mengubah
sinyal gas pembawa dan komponen yang terdapat di dalamnya menjadi sinyal
elektronik yang sangat berguna untuk analisa kualitatif dan analisa kuantitatif
terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.
Detektor yang digunakan dalam kromatografi gas harus dapat merespon secara
cepat terhadap konsentrasi yang sangat kecil dari solut saat keluar dari kolom.
Konsentrasi solut dalam gas pembawa tidak lebih dari bagian per seribu, bahkan
dapat lebih kecil dari itu. Karakteristik detektor yang ideal adalah sebagai berikut.

a. Sensitivitas yang cukup tinggi (10-8 10-5 g/s).


b. Stabilitas serta reproduksibilitas yang baik.
c. Respon linier terhadap larutan yang memiliki beberapa tingkat magnitude.
d. Beda temperatur dengan temperatur ruang sedikitnya 400 oC.
e. Respon cepat terhadap waktu dan laju alir.
f. Realibilitas yang tinggi serta mudah digunakan.
g. Selektif dalam merespon kelas-kelas larutan yang berbeda.
h. Tidak merusak sampel.

Detektor yang digunakan pada kromatografi gas memiliki banyak jenis,


tergantung pada analit yang akan diuji

Flame Ionization Detectors


Detektor ini dianggap sebagai indikator yang paling universal untuk
senyawa-senyawa organik dan merupakan detektor yang sangat bagus dalam
KG (Gandjar, 2013). Ketika molekul organik terbakar, molekul tersebut akan
memproduksi ion dan elektron yang terkonduksi melalui pipa api. Beberapa
ratus volt aliran listrik dialirkan melalui alat pembakar dan kolektor elektron
dilewatkan di atas pembakar. Arus yang dihasilkan dialirkan pada amplifier
untuk dianalisa.

10
Gambar 5. Flame Ionization Detectors
(Sumber: Skoog, 2014)

Thermal Conductivity Detectors (TCD)


Elemen pada TCD adalah elemen yang dipanaksan secara elektrik, di
mana temperatur pada lairan listrik yang konstan bergantung pada
konduktivitas gas di sekelilingnya. Elemen yang dipanaskan biasanya
platinum, emas, kabel, tungsten, atau termistor semikonduktor. Detektor ini
bermanfaat terutama pada volume sel yang kecil dan tidak ada kontak
langsung dengan aliran gas.
Prinsip operasional dari detektor ini adalah pada penghantaran panas
campuran-campuran gas sebagai fungsi komposisinya. Setiap gas memiliki
daya hantar panas yang kecepatannya merupakan fungsi dari laju pergerakan
molekul gas yang pada suhu tertentu merupakan fungsi dari berat molekul gas
di mana semakin rendah berat molekul gas, maka daya hantar akan lebih
tinggi.

11
Gambar 6. Thermal Conductivity Detectors
(Sumber: Skoog, et al., 2014)

Thermionic Detectors
Detektor ini hanya selektif terhadap molekul organik yang mengandung
fosfor dan nitrogen. Responnya terhadap atom fosfor 20 kali lebih besar dari
pada atom nitrogen yang mana 104-106 kali lebih besar dari atom karbon.
Strukturnya sangat mirip dengan flam detektors. Isi kolom dicampur dengan
gas hidrogen, dilewatkan melalui alat pembakar, dan dibakar. Gas panas
kemudian dilewatkan menuju tetesan (bead) rubidium silikat yang
dipanaskan. Tetesan panas akan membentuk plasma yang memiliki
temperature 400 800OC. Pada plasma akan membentuk ion dari fosfor atau
nitrogen.

Mass Spectrometry Detectors


Kombinasi kromatografi gas dengan spektrometri massa disebut GC/MS
(Gas Cromatography-Mass Spectrometry). Yang diukur dari detector ini
adalah perbandingan massa ion terhadap muatan ion (m/z) dari sampel.
Karena hampir seluruh ion yang dihasilkan adalah singly charged (z=1),
maka hasil yang ditampilkan merupakan massa ion tersebut. Laju alir dari
kolom kapiler biasanya cukup rendah di mana kolom keluaran dapat
dimasukkan secara langsung ke dalam ionization chamber spektroskopi
massa. Jika menggunakan kolom tertutup, maka diperlukan untuk
meminimalkan volume yang besar dari gas pembawa yang berelusi dari
kromatografi gas. Pada GC/MS, spektroskopi massa membaca massa secara
berulang-ulang selama percobaan kromatografi. Jika dilakukan selama 10
menit, sebagai contoh, dan pembacaan dilakukan setiap detik, maka 600

12
spektra akan diperoleh yang mana dibutuhkan sistem data komputer untuk
memproses data-data yang didapatkan.

Gambar 7. Diagram Instrumentasi GC/MS


(Sumber: Skoog, et al., 2014)

Data-data dapat dianalisis dengan beberapa cara. Pertama, kelimpahan ion


di setiap spektrum dapat dijumlahkan dan dibuat grafik sebagai fungsi waktu
untuk menghasilkan total-ton chromatogram. Grafik ini mirip seperti
kromatogram konvensional. Kedua, dapat juga menampilkan spektrum massa
pada suatu waktu tertentu untuk mengidentifikasi jenis yang berelusi saat itu.
Terakhir, sebuah nilai tunggal massa terhadap muatan (m/z) dapat dipilih dan
dimonitor seluruh percobaan kromatografi, sebuah teknik yang disebut
selected-ion monitoring. Spektra massa dari ion yang dipilih selama
percobaan kromatografi disebut kromatogram massa. Spektroskopi massa
juga dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang komponen yang
tidak terseparasi sempurna. Sebagai contoh, spectrum massa pada tepi depan
sebuah puncak GC mungkin berbeda dari trailing edge jika komponen ganda
berelusi pada waktu yang sama.

Komputer
Kromatografi gas yang modern telah menggunakan computer sebagai
rekordernya. Komputer yang digunakan memiliki software yang mampu
mendigitalisasi sinyal detektor dan mempunyai beberapa fungsi antara lain (1)
memfasilitasi setting parameter seperti: aliran fase gas; suhu oven dan
pemograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis (2) menampilkan
kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna
(3) merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan statistik, dan
(4) menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu.

13
3. Apakah keunggulan dan kekurangan teknik analisis ini?
Jawab:
Kelebihan dari teknik analisis ini adalah sebagai berikut.
1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan.
2. Dapat menggunakan kolom yang lebih panjang untuk menghasilkan
efisiensi pemisahan yang tinggi.
3. Gas mempunyai vikositas yang rendah sehingga mobilitasnya sangat
tinggi.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam
yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.

Kelemahan dari teknik analisis ini adalah sebagai berikut.


1. Teknik Kromatografi Gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
2. Kromatografi Gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat miligram mudah untuk
dilakukan, pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi
pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat.

4. Dapatkah anda menjelaskan rancangan analisis lemak babi tersebut?


Jawab:
Rancangan analisis lemak babi dilakukan dengan membandingkan kandungan
yang terdapat dalam lemak babi terhadap lemak hewani lainnya. Pada rancangan
analisis ini digunakan sampel minyak lemak ayam, babi, kambing, dan sapi.
Rancangan analisis ini menggunakan beberapa instrument, di antaranya
Spektroskopi Ultraviolet, Kromatografi Lapis Tipis (TLC), dan Kromatografi
Gas.
Rancangan analisis yang akan dibahas dirujuk berdasarkan jurnal hasil
penelitian seseorang yang telah melakukan pengujian komposisi lemak babi dan
lemak hewani lainnya. Untuk mendapatkan lemak yang diinginkan, daging
berlemak dihancurkan dengan blender, dicampurkan dengan natrium sulfat
anhidrat secukupnya untuk menyerap air yang terdapat dalam daging, kemudian
dimasukkan ke dalam alat Soxhlet dan disari dengan pelarut heksana selama enam
jam. Sari heksana diuapkan kemudian diesterifikasi menjadi metilester dengan
menambah pereaksi campuran metanol, benzena, dan asam sulfat pekat dengan

14
perbandingan volume 20:10:1 v/v. Setelah itu larutan analit didihkan dengan
pendingin balik selama dua jam. Larutan yang berupa campuran asam lemak dan
gliserol disari dengan petroleum eter 25 ml sebanyak tiga kali secara berurutan
menggunakan corong pemisah. Hasil penyaring dikumpulkan, disaring melalui
natrium sulfat anhidrat. Sari petroleum eter diuapkan dengan pengurangan
tekanan (rotavapor). Residu dilarutkan kembali dengan heksana 25,0 ml dalam
labu takar, kemudian dianalisis dengan spektrometer UV, kromatografi lapis tipis,
kromatografi gas dan kromatografi gas-spektrometer massa.
Untuk analisis spektrofotometri digunakan spektrofotometer UV. Alat ini
digunakan untuk menguji adanya ikatan rangkap yang ditunjukkan oleh puncak
pada setiap spektrogramnya. Hasil yang diperoleh baik kromatogram dan
spektrogram dapat dibandingkan dengan beberapa minyak lemak seperti minyak
lemak dari Annona sp. (Sridana, 1989).

Gambar 8. Spektogram UV lemak ayam dan babi


(Sumber: Sumarno, 1995)

15
Gambar 9. Spektogram UV lemak kambing dan sapi
(Sumber: Sumarno, 1995)

Data spektra spektrofotometri UV tidak memberikan petunjuk adanya


perbedaan yang bermakna antara lemak hewani yang diuji. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 8 dan 9. Gambar 8 adalah spektrogram UV lemak ayam (2) dan
lemak babi (1). Sementara gambar 9 adalah spektrogram UV lemak kambing (1)
dan lemak sapi (2). Spektrogram lemak babi memang nampak berbeda dari lemak
sapi dan kambing, tetapi tidak ada ciri spesifik yang membedakannya. Di samping
itu, gambar spektrogram lemak babi sangat mirip dengan lemak ayam.
Data yang menarik adalah kromatogram lapis tipis (gambar 10). Kromatogram
ini menunjukkan adanya bercak spesifik dengan Rf = 0,75 pada lemak babi, yang
tidak diberikan oleh lemak lain. Bercak ini terbukti dikenal sebagai metil
linolenat. Hasil ini sesuai dengan data kandungan asam lemak dalam lemak hewan
yang dipublikasi Markley (1960).

16
Gambar 10. Kromatogram lapis tipis lemak hewani
(Sumber: Sumarno, 1995)

Hasil yang lebih spesifik lagi diperoleh dari percobaan kromatografi gas. Data
kromatografi gas menunjukkan bahwa lemak babi memberikan puncak spesifik
dengan waktu retensi 7,7 menit (puncak 5, gambar 11) yang tidak ditunjukkan
oleh lemak hewan lain yang diuji (gambar 12, lemak sapi; gambar 13, lemak
ayam; gambar 14, lemak kambing). Lebih lanjut data spektrometri massa dari
puncak ini ternyata bobot molekul 292 (gambar 15) dengan fragmentasi 261, 234,
232, dan 59. Berdasarkan bobot molekul dan model fragmentasinya dapat
diketahui bahwa senyawa dengan waktu retensi 7,7 menit di atas adalah metil
linolenat. Data ini sejalan dan mendukung hasil analisis kromatografi lapis tipis
sebelumnya.

17
Gambar 11. Kromatogram lemak babi
(Sumber: Sumarno, 1995)

Gambar 12. Kromatogram lemak sapi


(Sumber: Sumarno, 1995)

18
Gambar 13. Kromatogram lemak ayam
(Sumber: Sumarno, 1995)

Gambar 14. Kromatogram lemak kambing


(Sumber: Sumarno, 1995)

19
Sementara itu data kromatografi dari lemak ayam, sapi dan kambing dan babi
mengisyaratkan kandungan asam lemak yang sana yang ditunjukkan sebagai
puncak 1 (WR 2,6 menit), puncak 2 (WR 4,3 menit), puncak 3 (WR 4,9 menit)
dan puncak 4 (WR 6,1 menit). Dari data spektroskopi massa dapat diketahui
puncak 1 adalah metil palmitat (BM=270), puncak 2 adalah metil stearat
(BM=298), puncak 3 adalah metil linoleat (BM=294), dan puncak 4 adalah metil
oleat (BM=296).

Gambar 15. Spektrogram Massa Metil Linolenat


(Sumber: Sumarno, 1995)

20
Topik 2 : Hasil Pecobaan dengan GC

Percobaan ini menggunakan kromatografi gas dengan thermal conductivity


(TC) detector. Instrumen tidak mampu untuk mendeteksi konsentrasi suatu
senyawa yang terlalu rendah, yang akan terdeteksi dalam bentuk gas. Sampel
Anda akan terdiri dari campuran dua alcohol, etanol dan n-propanol. Propanol
akan berfungsi sebagai senyawa pembanding (standar dalam), sedangkan etanol
adalah senyawa yang akan ditentukan. Campuran diinjeksikan ke dalam GC,
teruapkan pada blok injeksi yang panas, dan akan melewati kolom. Komponen
dalam campuran akan dipisahkan oleh material yang mengisi kolom dan diubah
menjadi sinyal listrik yang diterima oleh suatu recorder. Sinyal tersebut dicetak
pada kertas grafik yang berputar. Tinggi puncak akan digunakan sebagai kuantitas
senyawa yang terdeteksi, yang juga terdapat pada sampel.
Contoh sistem GC berikut ini digunakan untuk menganalisis sampel yang kami
punya :

1. Laju alir: 60 L/min; menggunakan gas pembawa helium atau nitrogen,


2. Arus filament: 180 mA
3. Suhu kolom: 90oC
4. Kolom isian: 10% DC-200 pada kromosorb P
5. Ukuran kolom: 30 m, 0,25 mm ID, 0,25 mm ketebalan film
6. Atenuasi: 4
7. Ukuran sampel: 5 mikroliter
8. Suggested column: DC-200, 10% or Carbowax 20M, 10% on 60-80
mesh Chromosorb P

Reagents
Absolute etanol
n-Propanol

Hasil yang diperoleh:


Dari 5 qL larutan standar etanol dan n-propanol masing-masing
menunjukkan puncak pada 2,4 dan 7,2 menit.
Sebanyak 5 qL dari campuran sampel standar menghasilkan data sebagai
berikut (Tabel 1) yang menghasilkan data tinggi puncak etanol sebagai
berikut berturut-turut: 3,75; 7,5; 11,23; 15 dan 18,75 pada persentasi
volume etanol masing masing.

21
Tabel 3. Hasil Pengamatan GC/MS Larutan Standar

No Etanol (mL) n-Propanol (mL) Tinggi Puncak Etanol (mm)

1 0,1 1,9 3,75

2 0,2 1,8 7,50

3 0,3 1,7 11,25

4 0,4 1,6 15

5 0,5 1,5 18,75

Dari hasil injeksi 5 L sampel diperoleh puncak pada 2,4 menit dengan
tinggi senilai 12,5 mm.
Pada salah satu campuran standar etanol dan n-propanol yang digunakan
menunjukkan data sebagai berikut: lebar dasar puncak pada etanol dan n-
propanol berturut-turut adalah 1,45 menit dan 3,65 menit.

Terkait dengan percobaan di atas, bagaimana Anda menentukan:

1. Kandungan senyawa etanol dalam sampel tersebut?


Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kurva kalibrasi dan metode
leastsquare di mana persen konsentrasi etanol sebagai sumbu X dan tinggi puncak
sebagai sumbu Y.

No. x y x2 y2 Xy
1 0.05 3.75 0.0025 14.0625 0.1875
2 0.1 7.5 0.01 56.25 0.75
3 0.15 11.25 0.0225 126.5625 1.6875
4 0.2 15 0.04 225 3
5 0.25 18.75 0.0625 351.5625 4.6875
0.75 56.25 0.1375 773.4375 10.3125

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat dibuat kurva kalibrasi yang
menunjukkan hubungan konsentrasi etanol dalam persen terhadap tinggi puncak,
di mana pada grafik terbentuk garis linear yang naik dari kiri bawah ke kanan atas.
Setelah diplot ke dalam grafik, didapat hasil berikut.

22
20
18.75
18
16
Tinggi Puncak (mm)
15
14
y = 0.75x
12 R = 1
11.25
10
8 7.5
6
4 3.75
2
0
5 10 15 20 25
Konsentrasi etanol (%)

Gambar 16. Kurva Kalibrasi Standar Etanol

Nilai m dan c dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


() () 2 ()
= ...(1) = ...(2)
2 ()2 2 ()2

= 0,75 =0

Sehingga, persamaan garis dari kurva kalibrasi tersebut adalah:


y = 0,75x

Tinggi puncak terdeteksi pada 2,4 menit dengan tinggi senilai 12,5 mm sehingga
didapatkan nilai konsentrasi etanol dalam sampel adalah sebagai berikut:
12,5
= = = 16,67%
0,75
Diketahui sampel memiliki volume 5, sehingga, volume etanol dalam sampel
adalah:
= 16,67% 5
= 0,83
= 8,3 107
Jadi, konsentrasi senyawa etanol ialah sebesar 16,67% atau memiliki volume
8,3 107 dari 5 larutan sampel.

23
2. Resolusi kolom (Rs) [tanpa satuan]

Resolusi kolom dapat ditentukan nilainya dengan menggunakan


persamaan berikut ini:

2 [( ) ( ) ]
= . . . . . (3)
+

Pada kasus diatas, diketahui data sebagai berikut:


Waktu retensi larutan standar etanol, ( ) = 2,4 menit
Waktu retensi larutan standar n-propanol,( ) = 7,2 menit
Lebar dasar puncak etanol, = 1,45 menit
Lebar dasar puncak n-propanol, = 3,65 menit
Menggunakan persamaan (12) maka nilai resolusi dapat diketahui sebagai
berikut:

2 [( ) ( ) ]
=
+
2(7,2 2,4)
=
(1,45 + 3,65)
9,6
=
5,1
= 1,88

3. Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)


Jumlah piringan yang dibutuhkan etanol (NA) dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut:

2
( )
= 16 ( ) . . . . . (4)

2,4 2
= 16 ( ) = 43.83
1,45

Jumlah piringan yang dibutuhkan n-propanol (NB) dapat dicari dengan


menggunakan persamaan berikut:

2
( )
= 16 ( ) . . . . . (5)

7,2 2
= 16 ( ) = 62, 258
3,65

24
Jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan ialah:

+
=
. . . . . (6)
2

43, 833 + 62,258


= = 53, 045
2

Jadi, jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan sebanyak 53, 045 atau sekitar 53
piringan.

4. Tinggi Piringan (H) (dalam meter)


Dengan mengasumsikan panjang kolom (L) yang digunakan adalah 30 m
dengan N = 53 piringan dari hasil perhitungan, maka tinggi piringannya yaitu:


= . . . . . (7)

30
=
53
= 0,566

Jadi, tinggi piringannya adalah 0,566 m.

5. Panjang kolom jika resolusi 1.5


Pada persamaan resolusi, nilai k dan tidak berubah secara drastis dengan
adanya perubahan L dan N, sehingga kita bisa anggap k dan akan konstan.
Apabila resolusi ingin diubah, maka yang mempengaruhi adalah akar dari jumlah
piringannya, sehingga didapat persamaan

( )1 1
= . . (8)
( )2 2

dengan ( )1 (didapat dari perhitungan sebelumnya) = 1,88, ( )2 (diinginkan


dari soal) = 1,5 , N1 (hasil perhitungan sebelumnya) = 53 piringan, dan N2 adalah
jumlah piringan yang akan dicari. Apabila kita substitusikan akan diperoleh:

1,88 53
=
1,5 2

25
2
53 1,5
2 = ( )
1,88
2 = 33, 77 34

Kita bisa menentukan berapa panjang kolomnya bila resolusi menjadi 1,5 dengan
tinggi piringan tetap (H = 0.35 m, dengan L1= 30 m)

2
2 = . . . . . (9)

2 = 2 .
2 = 34 0,556
2 = 18, 904

Jadi, panjang kolom bila resolusi kolom yang diharapkan 1,5 menjadi 18, 904 m.

6. Waktu elusi senyawa metil propionat yang diperlukan pada panjang kolom
tersebut.
Resolusi pada kolom yang diperpanjang adalah 1,5. Waktu elusi setelah
kolom diperpanjang bisa ditentukan dengan menggunakan resolusi kolomnya.
Dengan menggunakan penurunan persamaan resolusi, nilai u, , dan k
diasumsikan tidak berubah atau perubahannya sangat kecil apabila waktu retensi
dan resolusi berubah, sehingga didapatkan persamaan

( )1 2 ( )1
= . . . . . (10)
( )2 2 ( )2
( )2 2
( )2 = ( )1 . . . . . (11)
( )1 2
(1,5)2
( )2 = 2,4
(1,88)2
( )2 = 1, 528

sehingga, pada kolom dengan resolusi 1,5 , waktu elusinya adalah 1,528 menit.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Rancangan analisis lemak babi dilakukan dengan membandingkan


kandungan yang terdapat dalam lemak babi terhadap lemak hewani
lainnya dengan menggunakan Kromatografi Gas-Spektrometer Massa.

2. Lemak babi mengandung asam lemak linolenat yang tidak ditemukan


pada beberapa lemak hewani bahan uji lainnya.

3. Gas Chromatography/Mass Spectrometer adalah metode analisis


dengan prinsip pemisahan komponen dari senyawanya sesuai dengan
perbedaan volaitilitas dan berat molekulnya.

4. Parameter yang dianalisis pada GC dan MS yaitu panjang kolom,


tinggi piringan, jumlah piringan yang efektif, waktu retensi, dan
resolusi kolom.

5. Analisis dalam kromatografi gas dapat bersifat analisis kualitatif


maupun kuantitatif. Analisis kualitatif berupa pengidentifikasian
senyawa yang terkandung dalam suatu campuran dengan
menggunakan perbandingan waktu retensi antara analit standar dengan
sampel. Sedangkan analisis kuantitatif dapat diaplikasikan untuk
mengetahui nilai-nilai yang berhubungan dengan kromatogram.

27
B. Daftar Pustaka

Alfred Thomas. 2002. Fats and Fatty Oils. Ullmanns Encyclopedia of


Industrial Chemistry. Weinheim: Wiley-VCH
Gandjar, I., G., dan Rohman, A. 2013. Analisis Obat Secara
Spektrofotometri dan Kromatografi. Jakarta : Pustaka Pelajar.
International Journal of Mechanical Engineering and Technology Lard
Biodiesel-
(http://www.iaeme.com/MasterAdmin/UploadFolder/LARD%20BIODIES
EL%20ENGINE%20PERFORMANCE%20AND%20EMISSIONS.pdf)
(Terakhir diakses pada 30/11/ 2016).
Irawan, Yogi M. 2014. Makalah Kromatografi Gas -
https://www.academia.edu/6376243/Kromatografi_Gas. (Terakhir diakses
pada 27/11/2016).
Kopka J. 2006. Gas Chromatography-mass spectrometry. Di dalam: Li Y,
Kong D, dan Wu H. Analysis and evaluation of essential oil components
of cinnamon barks using GC-MS and FTIR spectroscopy. J Industrial
Crops and Products. 41:269-278.
Lard Is Back In The Larder, But Hold The Health Claims-
(http://www.iaeme.com/MasterAdmin/UploadFolder/LARD%20BIODIES
EL%20ENGINE%20PERFORMANCE%20AND%20EMISSIONS.pdf)
(Terakhir diakses pada 30/11/2016).
National Research Council. 1976. Fat Content and Composition of Animal
Products.;. Washington, DC: Printing and Publishing Office, National
Academy of Science. p.203.
Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., dan Crouch, S. R. 2014.
Fundamentals of Instrumental Analysis. 9th Edition. Belmont: Thomson
Brooks/Cole.
Sumarno. 1995. Analisis beberapa lemak hewani dengan kromatografi gas
spektrometer massa - http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=7192 .
(Terakhir diakses pada 30/11/2016).
Underwood, A.L dan R.A Day, Jr. Analisis Kimia Kuantitatif (Edisi
Bahasa Indonesia). 6th Edition. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Zuhriah Mumtazah. 2013. Spektroskopi Massa -
https://www.academia.edu/9645647/Analisis_Instrumen_BAB_XI_Spektr
oskopi_Massa . (Terakhir diakses pada 26/11/2016).

28

Anda mungkin juga menyukai